di saat yang lain begitu ingin mengambil perhatianku, kau lah yang paling cuek.

Di saat yang lain selalu berusaha mendekatiku, kau acuh tak acuh.

Di saat semua tertarik padaku, kau lah yang tidak peduli.

Padahal, hanya itu yang aku ingin dapatkan darimu. Aku menginginkanmu.

.

.

.

Hari ini pun segalanya berlangsung seperti biasa. Guru berceloteh dan ceramah tidak jelas di depan. Aku ngantuk. Capek. Kemarin pemotretannya lama sekali, sampai badanku pegal semua. Rasanya aku ingin tidur saja... untungnya tempat duduk ku cukup dekat dengan jendela, sehingga aku bisa menikmati angin sepoi yang berhembus melewati wajahku dan rambutku.

Ah, omong-omong, gadis ini ada di depanku, dirimu. Rambutmu yang sepanjang pinggang dan berwarna cokelat cerah keemasan (seperti disemir, tetapi ketika di tegur guru, kau mengatakan bahwa itu turunan) dikepang elegan kebawah, dan kau mengenakan kacamata bundar. Sungguh tipikal orang kutu buku. Kau juga selalu memakai perban di jari-jari tangan kanannya (walau hanya ujungnya yang dibalut perban, tetapi tetap saja mengingatkanku pada Midorimacchi), apakah kau terluka? Sebenarnya bukan tipeku sih, tapi...

Bagaimana ya? Hanya dirimu yang bersikap beda padaku. Perempuan lain membelakan diri mengantri menunggu tandatanganku, berusaha tampil cantik, dan sebagainya, tetapi hanya dirimu yang tidak tertarik sama sekali.

Sungguh, gadis yang menarik.

.

.

.

SKIP TIME

"waaaaah! Lihat ini, Kasako Shina cantik sekali, aku ingin menjadi sepertinya!~~"

"Wah? Ini photobook barunya? Ah lihat! Yang ini cantik banget!~"

Iya, belakangan ini Kasako Shina sangat populer. Harus ku akui dia memang sangat cantik, bisa dibilang dia perempuan tercantik yang pernah ku temui. Aku sedikit tertarik padanya, apalagi agen pemotretan kami sama. Aku melihati ke dua gadis itu yang sedang memegangi photobook Kasako Shina, lebih tepatnya aku memandangi Cover photobook nya. Kedua gadis itu sepertinya sadar akan tatapanku, dan mereka gugup-gugup sendiri. Hei, jangan GR. Aku hanya bermaksud melihati Photobook yang kalian pegang, bukan melihati kalian.

Ah, lama juga ya istirahatnya... aku bosan. Masih ada waktu 20 menit. Aku pun beranjak dari bangku ku dan pergi dari kelas untuk menuju ke atap. Yosh, atap, here we go. Tempat paling tenang untuk menikmati angin sepoi yang menyejukkan pikiran.

Aku pun melangkahi tangga-tangga, tanpa mengetahui akan terpampang pemandangan yang tidak terduga di atap nanti.

Aku membuka pintu atap, dengan girang aku memasuki pin- tunggu!

Ada seseorang disana.

Aku memberanikan diri mengintip dari celah pintu yang kubuka. Untung saja aku tadi membukanya dengan pelan, sehingga orang itu tidak menyadari. Entah apa yang mendorongku untuk mengintip, dan bukannya membuka pintunya langsung.

Aku melihat... tunggu, bukankah... dia perempuan itu?

Perempuan yang selalu acuh tak acuh, sarkastik, cuek, diam, tenang?

Iya, kau memang sarkastik. Aku pernah melihatmu membanting kumpulan perempuan berdandanan tebal di kelas dengan kata-kata yang amat tajam dam wajah datar. Nadamu dingin tetapi aku sudah melupakan suaramu.

Kembali ke atap. Entah, apa yang kau lakukan disana?

Kau membelakangi pintu, memegangi pembatas, dan melihat ke langit. Usaha angin sepoi untuk menerbangkan rambutmu yang dikepang gagal, karena terlalu tebal. Dan sepeetinya, kau tidak menginginkam hal itu. Tidak lama kemudian, kau membuka ikatan rambutmu. Kepangannya pun rontok sedikit demi sedikit. Untuk mempercepat rambutmu terurai sempurna, kamu menggeleng-gelengkan kepalamu. Lalu kau melepas kacamatamu dan menyelipkannya kedalam saku. Kemudian, angin sepoi kembali lewat menyapa indera.

Aku tidak percaya apa yang ku lihat sekarang.

Kini rambutmu terurai sempurna. Kamu berbalik sedikit, memperlihatkan mata beriris hazel dihiasi oleh bulu mata yang lentik, dan kau tersenyum, tersenyum, dengan sangat amat lembut. Rambutmu yang terurai dikibarkan oleh angin dengan lembut dan hati-hati. Dirimu sungguh terlihat cantik sekarang. Jadi inikah alasan setiap istirahat kau tidak ada di kelas?

Tunggu, dia...

Kalau dilihat-lihat dia mirip seseorang...

Mustahil... tidak mungkin...

Kasako Shina?!

Tetapi-namanya-dia-wajahnya-sifatnya-dia- ARGH!

Kau manis sekali! Lihatlah, sekarang kau menyingkirkan ponimu yang tertiup angin dari wajahmu, dan kau menggeleng manis. Ini pemandangan indah. Melihat seorang model yang selama ini aku tertariki, dengan mata kepala sendiri, di situasi seperti ini pula.

Tunggu, iris matanya memiliki warna yang sama denganku. Mmm, menarik.

Sekarang kau bermain-main dengan rambutmu. Kau berputar sedikit, mengubah arah rambut yang tertiup angin. Tangannya sibuk membetulkan rambutnya, masih tersenyum dengan mata yang sedikit disipitkan pertanda dirimu menikmati angin sepoi yang nikmat ini. Duh, dirimu terlihat semakin manis saja.

"siapa disana?"

Cih, sialan!

Rupanya tadi tanpa sengaja aku mendorong pintu tua ini dan menimbulkan bunyi 'kriek' sehingga kau menyadari kehadiranku. Tadi, suaramu mengintimidasi sekali. Seperti wanita berusia 30 tahunan... berat.

Che, apa yang harus kulakukan, menampakkan diri dan kemungkinan besar kau akan memarahiku, atau lari, tetapi itu akan membuktikan kalau aku pengecut. Sekarang kau menatap pintu atap dengan dingin, senyum itu sudah hilang dari wajahmu.

Apa boleh buat, aku harus masuk. Aku pun memberanikan diri keluar ke atap, menghadapi gadis yang sedang mengamuk ini.

"Kise Ryouta."

Namaku diucapkanmu dengan penuh penekanan dan dengan nada dingin.

"Jadi, kini dirimu telah mengetahui siapa aku sebenarnya. Sejak kapan kamu ada disana?"

Sial. Lidahku kelu. Susah sekali menjawab pertanyaanmu. Berhadapan dengan gadis kecil setinggi sekitar 155 cm ini ternyata tidak mudah. Biasanya hanya Akashicchi yang akan membuatku merasa seperti ini, tetapi gadis ini... sangat menyeramkan dan mengintimidasi. Aku jadi merasa kecil sekali dihadapanmu.

"S...eja...k... 5 menit... yang lalu..."

Sial, ini lidah napa, ngomongnya pake gagap segala!

"jadi, kau mengetahui rahasiaku, Kise Ryouta." sekali lagi aku begidik ngeri ketika kau menyebutkan namaku seperti itu.

"Aku tidak bermaksud mencuri lihat, maafkan aku -ssu." Kataku sambil menggaruk kepala, berusaha menenangkanmu.

Aku kira kau akan marah,

Dan ternyata aku benar.

pluk

Kau menunduk sambil menepuk bahuku. Menunduk hingga matamu tertutup oleh ponimu. Kemudian, kau mendongak, sambil memelototiku, dan oh...

betapa mengerikannya wajahnya.

"Nee nee, Kise-san..." kau mencengkram bahuku dengan kuat. Membuatku melenguh sedikit. "Kenapa kau melakukan hal itu? Karena kini kau telah mengetahui rahasiaku..." kau menjilati bibimu dengan seduktif... mengerikan... "kau, harus bisa merahasiakannya. Tetapi sebelum itu, aku ada hukuman untukmu."

Hukuman apa lagi, oh Tuhan?!

Tiba-tiba, kau mencengkram bahuku dengan lebih kuat lagi. Ok, ini sakit, harus kuakui tangan kecil ini tidak bisa dianggap remeh. Dan tiba-tiba saja, kau menarik tubuhku kebawah, sejajar denganmu, dan-

DUAK!

"HUAKH! ITTAI SSU YO!" teriakku tidak terima. Kau membenturkan kepalamu dengan kepalaku! Duh, jidatku berdenyut. Sakit sekali. Aku yakin jidatku akan merah. Sementara kau terlihat santai, tidak merasa kesakitan sedikit pun, jidatmu merah aja tidak! Kau menatapku sadis dan mengerikan...

Wajah itu begitu dekaaaaat! Dari jarak ini aku bisa menciummu kapanpun aku mau, sedikit keberanian da- apa yang kupikirkan, bodoh!

"Asal kau tahu saja, aku pemilik sabuk hitam di karate. Membocorkan rahasiaku? Kau mencari mati?"

...

Gadis ini menyeramkan.

Kau pun berbalik, memakai kacamatamu, menggenggam ikat rambutmu dan meninggalkan atap sekolah. Setelah kau pergi, aku langsung terduduk lemas dengan keringat dingin menguncur dari pelipisku.

"Ya Tuhan, dia menyeramkan sekali..." kataku sambil mengacak rambutku lalu menghela nafas. Aku pun berdiri dan meninggalkan atap dengan segera. Sudah tidak ada gunanya lagi aku disini.

Aku pun menuruni tangga. Tetapi aku mendengar sesuatu... aku pun mengintip (lagi), dan menemukan gadis sarkastik itu- sejak kapan kau mengepang rambutnya kembali?!- sedang berjalan bersama- atau lebih tepatnya diseret- oleh sekumpulan gadis berdandanan tebal.

apa yang akan mereka lakukan padanya?

Aku pun mengikuti mereka diam-diam, dan mereka masih menggeretmu menuju tempat yang sepi disekolah. Kemudian mereka membantingmu itu ke tembok dan salah satu dari mereka memukulkan tangannya ke tembok sebelahmu.

ini- pembullyan! Harus segera kuhentikan kalau mereka berbuat lebih dari ini!

"kau nelihat Ryouta-kun di atap tadi. Tadi aku melihat Ryouta-kun menuju ke atap dan kini kau turun dari atap. Apa yang sudah kau lakukan hah? Jawab, cewek jadul!"

Hei, apa hakmu memanggilku dengan nama kecilku? Aku tidak suka.

Merasa tidak suka dipanggil cewek jadul, alismu mengernyit tidak suka. Tetapi tatapan matamu masih datar.

"Hei blusukan, siapa yang kau panggil cewek jadul? Iya, aku memang sempat bertemu dengan Kise-san. Juga bicara dengannya. Tetapi, itu tidak penting diketahui oleh gadis blusukan berwajah emak emak dan berdandanan tebal seperti kalian. Itu urusanku."

ya Tuhan, gadis ini nekad sekali!

"APA KATAMU?! TERIMA NIH PUKULAN!"

oh, tidak! Sudah cukup, aku harus turun tangan!

"TUNGG-"

GREPP

"eh?"

Kau megangi tangan gadis norak itu dengan 1 tangan dan dari wajamu yang terlihat... seperti ini, mungkin... (-_-), aku sudah bisa menduga...

Pakai tenaga untuk memblok pukulan gadis itu saja tidak. Kau, hanya memandang mereka dengan malas. Gadis itu berusaha melepaskan tinjunya dari tanganmu, tetapi percuma karena kau mengeratkan cengkramanmu padanya.

"Eh? Lho, kok lemah begini? Angin sepoi aja masih lebih kuat untuk menerbangkan rambutku, kalian menggerakkan tanganku sedikiiiit aja tidak bisa... ooo, ternyata kalian itu cuma bisa omong doang... kok bisa ada ya manusia macam kalian beginii? Kasihan sekali bapak ibu kalian punya anak-anak lemah kaya gini..." katamu dengan wajah yang sangat oh, minta ditinju bagi para makhluk hidup yang melihatnya. Oke, itu berlebihan. Yang jelas wajahmu sekarang seperti ingin ditonjok habis-habisan oleh para perempuan ini.

"Ch... ngghhh... ugh, sialan! Oi, kalian tolong bantu aku dong! Pukul dia, cepat! Dasar perempuan kurang ajar, rasakan pembalasan dariku!" Teriak perempuan yang sedang diremas olehmu itu sambil menggeliat-geliat.

"HYAAAAATHHHHH!"

Mereka menyerangmu, tetapi, kau dengan jitu membalik tubuh gadis yang kau remas tadi dan menggunakannya sebagai perisai dengan cara mengunci lehernya dengan tangan kananmu dan mengunci kedua tangannya dengan tangan kirimu.

buagh buagh bruk bruk plak plak jeduar!

lupakan kata terakhir.

Dan kau melepaskan sanderamu yang sudah babak belur. Kau tersenyum sinis, dan berkata.

"Eh are? Kenapa kalian memukuli kawan sendiri? Duh, duh, amit-amit deh punya teman kayak kalian. Kasian banget itu cewek. Hmph. Kalian pikir apa gunanya sabuk hitam di kursus karate?" Katamu dengan seringaian mengerikanmu itu, dan dengan nada mengejek.

"Kurang ajar.. KAU AKAN KAMI LAPORKAN KE GURU!" teriak salah satu dari mereka. Lho, kalau dilaporkan ke guru, tentu kau yang akan kena imbasnya!

"Silahkan..." lho?

"Tapi, ketika kalian lapor ke guru, aku juga bisa menunjukkan ini lho!~" eh?

A, kau mengeluarkan ponselmu, dan ternyata kau merekam kejadiannya, dimulai dengan mereka sendiri yang mencari masalah denganmu.

"Kau... sialan! Lihat saja apa yang akan kami lakukan padamu!" Teriak salah satu dari mereka. Tetapi kau hanya tersenyum mengerikan dan berkata...

"Oh yaaaaaa?~~ silahkan saja, lakukan~ tetapi, siap-siap menanggung akibatnya lho yaa, siap-siaplah berubah bentuk menjadi gumpalan daging nantinya~~" katamu sambil membunyikan jari-jarimu dan berwajah manis. Oh, sumpah, serem banget.

"SIALAN! CIH, ayo pergi!" Dan dengan itu, mereka semua lari terbirit-birit dengan membopong teman mereka.

Kau berdiri dengan tenang seiring dengan kepergian mereka.

Hening.

"Aku tahu kau disana, Kise-san. Kau mengintip lagi, hm?"

KH-APA?! JYAAAHHH! Darimana kau tau aku disini?!

"Etto, aku tau dari telingaku yang menangkap suara janggal."

Ebuset telingamu dan kemampuan membaca pikiranmu. #dahell

"Yah sudah, terserah padamu, kau tegas atau tidak." Katamu.

"Hah, apa maksudmu -ssu?" Tanyaku heran.

"Kau sudah melihat mereka seperti apa sekarang? Sudah. Mereka bukan gadis baik-baik. Tergantung padamu sekarang, mau menerima rayuan mereka atau menolak dengan tegas."

Ah...

Iya... aku harus melakukan sesuatu...

Tetapi apa yang bisa... kulakukan?

"Tidak tega menolak mereka ya... jadi kau lebih memilih didekati gadis-gadis tidak benar seperti mereka."

B-bukan begitu! Aku ingin menolak mereka... tapi... ya, benar begitu, aku tidak tega melihat wajah memelas mereka.

"Bisakah kau memberikanku saran jalan keluar -ssu?"

Rasanya ingin sekali kutampar pipiku sekarang.

Kata-kata itu meluncur keluar begitu saja dari bibirku. Dasar dasar dasar dasar dasar.

"Etto, bagaimana, nee..." kau membuat pose berpikir yang imut sekali. Kau melihat ke atas, mengernyitkan alismu, dan memegangi dagumu.

"Yah, kalau kau mau mengatakan tentang kejadian barusan juga tak apa." Eh, serius?

"Maji de? Daijobu ssu ka?"

"Nn, daijobu, selama bisa membantu orang lain."

"Arigatou ssu, Kasako-chan..."

"Uh, tidak perlu memanggilku dengan nama itu, itu nama samaranku didunia model."

Are, begitukah?

Dengan itu, kau pun melangkah pergi meninggalkan aku dengan seulas seringai yang melekat diwajahmu.

Uh... betul-betul gadis yang menarik, misterius, dan ternyata dibalik kesarkastikannya dia juga baik. Cantik, pula.

Tapi, perasaan, tadi dia di atap kejam sekali, dan sekarang, sepertinya dia.. melembut? Ah, baguslah...

Bolehkah aku mengincarmu, nona kecil?

.

.

Istirahat masih ada 5 menit lagi, setelah kejadian tidak terduga tadi. Sekarang aku sudah berada dikelas, begitu pula dirimu.

Eh? Ada sesuatu di bangku ku. Aku pun mengambilnya.

Ini... uh, surat cinta lagi.

Ryouta-kun, selama ini aku menyukaimu! Maukah kau menjadi pacarku? Kutunggu jawabannya di atap nanti. Tolong datanglah ke atap sepulang sekolah.

demi apa, cukup banyak gadis sok akrab yang memanggilku dengan nama kecilku! Sungguh, aku tidak menyukainya. Dan lagi, nanti pulang aku harus ke gym. Kalau tidak, aku bakalan ditendang Kasamatsu-senpai, karena sebentar lagi Inter High. Aku harus melawan Kiseki no Sedai...Jangan sampai aku ditendang Kasamatsu-senpai kalau terlambat karena surat cinta ini, jangan terjadi...

Yah, aku harus menolaknya. Toh, sekarang aku sedang mengejar gadis yang duduk didepanku ini.

Boleh kan, aku jatuh cinta padanya?

.

.

~T.B.C~


Jyahhh, fanfic absurdd!

Karena kecintaanku pada Kise jadilah FF ini!

Dan btw, Kise memanggil 'aku' dengan sebutan "Kasako-chan" karena baru kenal. Dia nggak langsung menambahkan suffix -cchi.

Kan di OVA nya ada, waktu Kise baru kenal sama Kiseki no Sedai, dia cuman pake suffix -kun buat manggilin mereka. "Kuroko-kun", "Murasakibara-kun", "Aomine-kun", dll...

so, RnR?

Need RnR to update fastly!~

Sekian dari saya untuk sekarang!~