SUBWAY

Main Cast:

Kim Hanbin

Goo Junhoe

Other Cast:

Song Mino

Kim Jiwon

Kim Donghyuk

Genre: Romance

Disclaimer: Tokoh punya YGent dan orang tua masing-masing

Warning: Yaoi, Typo, Cerita membosankan, Alur cepat, ide cerita murni hasil pemikiran author

Happy Reading….

.

.

.

Tidak ada yang spesial hari ini. Begitu juga kemarin, ataupun besok yang akan datang. Hidupku terlalu membosankan, selalu bisa ditebak. Kuliah, kuliah dan kuliah. Beginilah nasib mahasiswa dari luar Seoul.

Astaga! Sudah di stasiun mana ini? Hah…. Lagi-lagi begini. Seharusnya aku turun dibeberapa stasiun sebelumnya. Dasar payah kau, Kim Hanbin. Mau tidak mau aku turun di stasiun berikutnya dan menyeberang ke arah sebaliknya. Sambil menunggu kereta, ku perhatikan orang-orang yang berlalu-lalang. Sejujurnya, aku menyukai situasi ini. Aku tidak begitu menyukai suasana sepi, tapi aku juga tidak menyukai keramaian. Pernahkan kalian merasa kesepian meskipun berada di tempat ramai?

Ah.. itu keretanya sudah datang. Pintu kereta terbuka, ku lihat beberapa tempat duduk terlihat kosong. Aku memutuskan duduk dipojok, dekat dengan pintu. Ku pakai headset kesayanganku dan memutar lagu kesukaanku. Butuh sekitar 15 menit untuk sampai di stasiun tujuanku. Aku kekurangan tidur setelah membuat tugas sialan itu semalam suntuk. Tidak ada salahnya memejamkan mata sebentar.

Ku rasakan sesuatu jatuh dipundakku, seperti kepala seseorang. Benar saja, orang di sebelahku tampak tertidur pulas dan menjadikan pundakku sebagai bantalan. Karena merasa tidak nyaman, ku putuskan untuk membangunkan orang itu.

"Jogiyo", kataku sambil menggerakan pundak orang itu. Orang itu tidak menunjukkan reaksi.

"Jogiyo", ku gerakan pundak itu sedikit lebih kencang. Berhasil. Orang itu terbangun dan mengangkat kepalanya dari pundakku dan menatapku dengan wajah bingung.

"Waeyo?", tanya orang itu dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Kau tertidur dipundakku".

Orang itu berpikir sejenak, lalu…

"Mian."

Mian? Mian? Omo, sepertinya orang ini tidak pernah diajarkan sopan santun. Bagaimana bisa dia menggunakan banmal (bahasa non-formal) kepadaku yang baru saja dia kenal? Bahkan sepertinya ia tampaknya lebih muda dariku.

Orang itu melanjutkan tidurnya. Aku menatapnya dengan wajah jengkel. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Kusiapkan diriku untuk turun di stasiun berikutnya.

.

.

.

"Yo! What's up Kim Hanbin?!"

Ah, suara itu.

"Waeyo?"

"Ya, kau kenapa? Hari ini kau juga terlihat sangat lesu. Apa kau tidak punya semangat hidup sama sekali?", Jiwon hyung mengambil minumku seenaknya dan meminumnya.

"Begitulah", jawabku datar.

"Aiissh, kau selalu seperti ini, Kim Hanbin. Aku penasaran apakah kau juga akan seperti ini jika kau punya pacar nanti. Ah, itu Donghyuk! Donghyuk-ah!"

Donghyuk dan seorang namja yang tidak aku kenal mengampiri kami. Namja itu berambut blonde dan lebih tinggi dariku. Ia memliki senyum yang menawan yang membuat dirinya terlihat cukup tampan.

"Selamat pagi, hyungdeul", kata Donghyuk sambil tersenyum manis.

"Eo", jawabku singkat.

"Hyungdeul, perkenalkan, ini sunbae-ku saat SMA dan dia juga berkuliah disini."

"Annyeonghaseyo. Song Mino imnida", namja itu tersenyum kepadaku.

"Kim Hanbin imnida."

"Aku Kim Jiwon, senang bertemu denganmu. Kau bisa memanggilku Jiwon. Boleh aku memanggilmu 'hyung'?"

"Tentu saja, Jiwon-ah," kata namja itu sambil tersenyum, lagi.

"Ah, aku harus menemui dosen Kim sekarang. Jiwon hyung, maukah kau menemaniku?"

"Geureom nae chagi", kata Jiwon hyung sambil merangkul Donghyuk.

"Hanbin hyung, sunbaenim, kami pergi dulu."

Bagus sekali, Kim Donghyuk, kau meninggalkan aku berdua dengan namja blonde ini. Suasana menjadi canggung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

"Kau bilang namamu Kim Hanbin?", suara berat namja blonde itu mengagetkanku.

"Ne, hyung bisa memanggilku Hanbin."

"Ah, ne."

Aku rasa sekarang saatnya melarikan diri.

"Mino hyung, sepertinya aku harus pergi sekarang."

"Baiklah. Kau mau kemana? Aku bisa mengantarmu."

"A-a tidak usah. Aku bisa pergi sendiri. Terima kasih atas tawarannya. Aku pergi dulu."

"Ne, hati-hati di jalan."

Hah… Akhirnya… Entah mengapa aku merasa Mino hyung terlalu menonjol. Pengaruhnya sangat kuat. Sangat bertolak belakang denganku.

.

.

.

Hari ini stasiun bawah tanah tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah terlalu malam. Setelah pulang dari kampus, aku harus kerja sambilan disebuah café. Hitung-hitung untuk menambah uang saku-ku.

Itu keretanya sudah datang. Saat pintu kereta terbuka, aku berhadapan dengan seorang namja. Ah, itu namja yang tadi pagi tertidur di pundakku. Wajahnya terlihat sangat pucat. Tiba-tiba namja itu jatuh kearahku, membuatku menahan berat tubuhnya dan jatuh kebelakang.

"Aaa!", bokongku mencium lantai dengan keras. Namja ini pingsan. Orang-orang di stasiun mengerubungiku dan bertanya apakah aku baik-baik saja.

"Jogiyo! Jogiyo!" aku berusaha membangunkannya. Omo! Badan namja ini panas dan berkeringat.

"Apakah kau mengenalnya?", tanya seorang ahjussi kepadaku.

"N-ne", jawabku ragu-ragu. Tiba-tiba semua orang membubarkan diri. Samar-samar aku mendengar seseorang berkata, "biar orang itu yang membawanya ke rumah sakit, aku tidak mau berurusan dengan orang yang tidak dikenal," dan "bukankah mereka pacaran? Mereka terlihat sangat cocok kkk."

Astaga, apa pikiran orang zaman sekarang seperti ini? Akhirnya dengan susah payah aku membawanya ke rumah sakit terdekat menggunakan taksi.

Setelah sampai di rumah sakit, namja itu langsung diperiksa oleh dokter. Saat aku hendak pergi, seorang suster menghampiriku dan berkata, "tolong urus administrasinya terlebih dahulu."

"Ta-tapi…", sebelum aku menjelaskan keadaannya, suster itu meninggalkanku.

Aku berjalan dengan lunglai menuju kasir.

"Jogiyo, aku ingin membayar perawatan orang itu", kataku sambil menunjuk namja yang sedang diperiksa itu.

"Tolong isi formulir ini", suster itu memberikanku sebuah kertas, lalu ia berkata, "apakah namja tampan itu pacarmu?"

"Ne? A-aniyo."

Lalu suster itu berkata kepada beberapa suster yang berada dibelakangnya, "dia bukan pacarnya", dan suster-suster itu terlihat sangat senang.

"Siapa namanya? Apakah namja itu punya pacar?", tanya suster itu lagi.

"Aku tidak tahu. Aku hanya menemukannya pingsan dijalan." Suster itu terlihat sangat kecewa setelah mendengar jawabanku.

Setelah membayar, aku menunggu di ruang tunggu. Aku baru ingat sedari tadi aku memegangi tas namja itu. Karena penasaran dengan isinya, aku membuka tas itu. Isinya hanya beberapa buku dan sebuah dompet. Ku ambil sebuah kartu dari dompetnya.

'YG University'

Nama : Goo Junhoe

TTL : Seoul, 31 Maret 1997

Jurusan : Seni Musik

No. Induk : 7863415

Ternyata namja itu berada di kampus yang sama denganku, hanya berbeda jurusan.

"Kim Hanbin-ssi?", seorang suster menghampiriku.

"Ne. Bagaimana keadaannya?"

"Dia hanya demam dan kelelahan. Dia butuh istirahat yang banyak. Ini resepnya, kau bisa membawanya pulang sekarang."

"Ne, kamsahamnida."

Membawanya pulang? Kemana? Aku bahkan tidak mengenalnya. Kuputuskan untuk membawa namja itu, ani, June ke rumahku. Setelah menebus resep, aku membawanya ke rumah ku menggunakan taksi. Ia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri dan wajahnya masih terlihat pucat.

Rumahku, atau lebih tepatnya apartemen kecil yang aku sewa, hanya memiliki satu tempat tidur. Aku merebahkannya di kasur sedangkan aku membuatkannnya bubur instan.

"Bagaimana ini? Aku sudah membuatkannya bubur, tetapi dia masih belum bangun juga. Bukankah dia harus minum obat? Sepertinya dia sangat kelelahan."

Ku dekatkan wajahku ke wajahnya. Tiba-tiba matanya terbuka.

"Kamjagiya!", aku terjatuh kebelakang.

June bangun dari kasur dan mengambil mangkok bubur.

"Aku akan memakannya."

Ia melahap bubur yang aku buat dalam hitungan detik.

"Ini obatmu. Kau harus meminumnya setelah makan."

"Arraseo."

Setelah menghabisi bubur itu, ia mengambil beberapa kapsul obat dan meminumnnya. Aku menatapnya dengan wajah bingung.

"Ya, apakah kau tahu dimana ini?"

"Di rumahmu. Wae?"

"Ani, bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku sudah sadarkan diri saat di taksi."

"Jadi kau sudah sadar saat aku bersusah payah membuka pintu sambil membopongmu?"

"Eo."

Aku mengumpat dalam hati. Sifatnya begitu menyebalkan. Kalau ia tidak sedang sakit, mungkin aku akan mengusirnya sekarang juga.

"Siapa namamu?"

"Kim Hanbin. Aku lebih tua setahun darimu. Kau harus memanggilku 'hyung'."

"Shireo. Hanbin-ah, aku akan menginap disini malam ini."

"Mwo? Aku rasa kau orang yang sangat sopan", kataku sambil menekankan kata 'sopan'.

"Kalau begitu kau ingin aku pergi dari sini dengan keadaanku yang seperti ini?"

"Ani. Terserah kau saja!"

Aku mengambil kasur lipat dan menggelarnya disebelah tempat tidur. Aku merebahkan diriku di kasur. Ah, aku lupa menanyakan suatu hal kepadanya.

"June-ya."

"Hm?"

"Apa kau selalu seperti ini kepada orang yang baru kau kenal? Bagaimana saja jika orang yang baru kau kenal itu berbahaya? Apa kau tidak curiga kepadaku? Bagaimana jika aku ini pembunuh berantai?"

"Banyak sekali pertanyaanmu, Kim Hanbin. Pertama, aku tidak mudah akrab dengan orang yang baru aku kenal. Kedua, tubuhmu lebih pendek dan lebih kecil dariku, jika kau menyerangku, aku akan dengan mudah melawanmu. Ketiga, aku tahu kau orang baik hanya dengan melihat wajahmu."

Tiba-tiba aku merasakan wajahku memanas. Hanya dengan mendengar perkataannya, jantungku berdebar kencang.

"Ba-bagaimana jika aku melakukan hal lain yang merugikanmu?", tanyaku lagi.

Tiba-tiba saja June sudah berada diatasku. Ia menggunakan tangannya untuk menopang berat badannya.

"Seperti ini?"

Wajahnya sangat dekat denganku. Hanya berjarak beberapa centi. Wajahku semakin memanas dan jantungku berdetak lebih cepat. Bagaimana ini? Otteokhae?

"Kenapa wajahmu memerah, Kim Hanbin?", tanya June sambil menyeringai.

.

.

.

TBC or End?

Hai-hai~~ ^^

Kali ini aku bikin FF Junbin. Ada yang nge-ship mereka?^^

Aku sengaja bikin FF-nya ga terlalu panjang, mau liat respon kalian gimana dulu. Lanjut? Hehe.

Maaf udah lama ga update.. Maaf juga kalo FF-nya kurang bagus..

Udah liat "My Type"? June-nya ganteng banget sumpah! *curcol dikit*

Kita tunggu tanggal 1 Oktober nanti muahahaha…..

Sekian dari Senna, review juseyo ^^