Ansatsu Kyōshitsu — Yūsei Matsui
.
WARNING : GAJE, TYPO, OOC.
.
[All x Maehara]
.
.
.
.
HIV/AIDS.
.
"Kenapa Koro sensei?"
"Tidak ada gunanya sensei terus merawatku." Maehara berkata lemah, tubuhnya yang dulu terbentuk dengan wajah yang menawan kini sudah tidak ada lagi.
Tubuhnya itu sudah kurus kering dengan wajah pucat karena HIV yang ia derita.
"Aku masih berstatus gurumu Maehara,"
"Jadi diamlah dan biarkan aku merawatmu." Lanjut Koro sensei, senyum manis mengembang diwajah kuningnya.
Maehara mengangguk lega.
Setidaknya masih ada yang peduli padanya ketika ia terkena penyakit ini. "Terima Kasih sensei."
.
Patah Hati.
.
Shiota Nagisa.
Sudah seminggu Maehara mengamati pemuda itu. Dan jantungnya selalu berdegup kencang bila ia sudah berada satu meter darinya.
Dan hari ini Maehara akan menyatakan perasaannya. "Aku menyukaimu."
Pemuda manis didepannya tampak terkejut. Memberikan senyum tak enak kemudian menepuk pundaknya.
"Maaf Maehara-kun, aku sudah punya kekasih." Jawaban yang sungguh membuat hatinya patah untuk kedua kalinya.
.
Zombie.
.
Dor.
Dor.
Dor.
Tembakan tak kunjung usai, rekannya tinggal satu—Terasaka.
Keringat meluncur deras dari dahinya, Maehara terus memanjat, diikuti oleh Terasaka dibawahnya.
"LEBIH CEPAT BRENGSEK" Terasaka berteriak, pemuda berbadan besar itu panik ketika tangan salah satu zombie berhasil menangkapnya.
Mata Maehara melotot begitu zombie-zombie lain mulai menggigit kaki Terasaka.
"CEPAT TEMBAK AKU MAEHARA." Teriaknya parau, jelas sekali ketakutan menguasai dirinya. Jari Maehara bergetar. "Ta—pi—"
"Aku sudah terinfeksi—kh," Darah keluar dari mulutnya.
"Lebih baik aku mati ditangan rekanku dari pada mati di makan zombie busuk ini,"
"CEPAT MAEHARA DAN SELAMATKAN DIRIMU." Teriaknya, zombie lain mulai berkerumun menggigit tubuh Terasaka.
Maehara menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, pistol ditangannya ia acungkan kemudian menembak kepala Terasaka.
Dor.
.
Maaf.
.
"Aku sudah bilang jangan datang kesini lagi,"
"Apa kau tuli hah?" Lanjut pemuda berambut merah didepannya, membuat Maehara menarik nafas panjang.
"Aku tidak akan pergi sebelum kau memaafkanku." Balasnya, ia langkahkan kakinya mendekati pemuda yang tengah duduk menghadap ke jendela, seolah tak sudi memandangnya.
"Selangkah lagi kau mendekat, aku bersumpah tidak akan pernah memafkanmu Maehara." Nadanya dingin dan penuh emosi.
"Aku benar-benar minta maaf Karma." Sesalnya dalam.
"Apa maaf bisa mengembalikan kedua kakiku?" Maehara diam, dia tahu kenapa pemuda itu bisa kehilangan kedua kakinya. Semua salahnya, jika bisa dia ingin menggantikan posisi Karma.
"JAWAB BODOH,"
"APA MAAF BISA MENGEMBALIKAN KEDUA KAKIKU HAH?" Karma berteriak frustasi.
Maehara menunduk dalam. "Maaf."
.
Mati.
.
Maehara tahu, ketika dia bertemu dengan ibunya, dia akan dipukuli karena pergi dari rumah selama seminggu. Ia hanya ingin bertemu sahabatnya.
"Biar kukatakan dua hal padamu,"
"Pertama, sahabat Maehara meninggal dan ingin menghadiri pemakamannya. kedua, aku akan membunuhmu jika kau memukulinya lagi." Wanita tua yang terlihat tangguh itu membela dirinya.
Maehara hanya menunduk, tak kuasa memandang ekspresi ibunya yang entah marah atau bagaimana.
"Pergilah, aku mengizinkanmu." Ibunya membuka suara dan pergi meninggalkannya. Dan hatinya sedikit lega karena sang ibu tidak memperpanjang masalahnya.
Wanita tua yang menyandang sebagai ibu sahabatnya itu menariknya masuk kedalam rumah miliknya, kemudian mengantarkannya pada kamar Sahabatnya.
"Kau bisa disini, sebelum Isogai di makamkan sebentar lagi." Maehara mengangguk. Mengamati mayat beku dimana sahabatnya itu terbaring.
"Hei."
Satu kata meluncur dari bibirnya, dan tangisnya pecah tak kuat ia bendung lagi.
.
.
.
fin
.
Ada ginian di draf hape, yaudah di pulish aja :3