Only you

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto sensei

Pairing : SasuFemNaru, gaanaruko, slight sasunaruko, slight gaafemnaru, kuufemitachi, and many other.

Rated : T

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Family

Warning : OOC, gaje, alur cerita cepat, typo(s),gender switch, don't like don't read

.

.

.

.

.

Chapter 1 : Dua gadis dengan rupa yang sama tetapi dengan kepribadian yang berbeda

.

.

.

.

.

Selamat membaca!😉😉

.

.

.

~0~0~0~

#Namikaze mansion

Di suatu pagi yang cerah, burung-burung berkicau merdu, daun-daun yang mulai berguguran, dan sang mentari yang menampakkan cahayanya. Nampak di salah satu rumah mewah di Konoha tepatnya disalah satu kamar di rumah itu, Seorang gadis cantik masih nyaman bergelung di bawah selimutnya.

"Ruukkkooo-chaan, bangun sayang..."

Gadis cantik berusia enam belas tahunan itu memiliki segala kecantikan turunan dari sang ibunda. Mata violet serta kulit putih mulusnya, semua di dapatnya dari ibunya, Namikaze Kushina. Terkecuali untuk rambutnya yang berwarna pirang yang diturunkan dari sang ayah, Namikaze Minato.

Gadis itu bernama Namikaze Naruko, putri bungsu pasangan suami istri Namikaze Minato dan Namikaze Kushina.

Kushina menggoyang pelan badan putrinya yang masih tertidur pulas lalu membuka gordyn kamar Naruko agar cahaya matahari dapat masuk ke kamar putrinya ini. Hari ini adalah hari pertama Naruko kembali ke sekolah setelah libur panjangnya, jadi Kushina berharap putrinya ini tidak akan melewatkan pelajaran pertama di sekolahnya.

Kushina kembali menggoyangkan badan Naruko dan membuka selimut empuk berwarna orange milik putrinya ini. "Ruko-chan, ayo bangun sayang! Apa kau lupa jika ini adalah hari pertamamu kembali bersekolah setelah libur panjang kemarin?" Ujar Kushina mengingatkan, berharap putrinya akan membuka kedua matanya dengan perkataannya itu.

Naruko hanya menggeliat sambil mengerjapkan matanya dan membuka mata sesaat. Iris violetnya melirik ibunya dengan malas lalu kembali terpejam sembari menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Sebentar kaa-san...5 menit lagi yaah ? Ruko masih ngantuk berat nih... hhoaammmzz"

Melihat kelakuan putrinya ini membuat Kushina menggelengkan kepalanya heran sambil berdecak sebal. Dia heran, turunan darimana sikap pemalas Naruko ini? Kushina kembali menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Naruko. "Ayolah Ruko! Kau tidak boleh terlambat dihari pertamamu bersekolah sayang! Ayo buka matamu sekarang! Kaa-san akan memberi hadiah spesial pagi ini" bujuk Kushina kembali berharap Naruko akan bisa bangun dengan cara ini.

"Sebentar lagi kaa-san... Ruko masih mengantuk! Kaa-san tahu'kan, Kemarin Ruko selesai syuttingnya tengah malam?! Ruko masih ingin tidur, kaa-san" jawab Naruko merajuk.

Kushina sadar, pekerjaan putrinya sebagai aktris yang cukup terkenal ini membuatnya kekurangan waktu beristirahat. Putrinya itu harus siap kapanpun dipanggil syutting.

Namun bukan berarti jika Naruko melupakan kewajibannya sebagai seorang pelajar bukan?!

Oke! Kushina mulai kesal dengan tingkah putrinya yang satu ini! Terkadang ia berpikir, untung Kami-sama hanya memberikan satu putri yang pemalas seperti ini!

'Hhaaahhhhh...dasar Naruko! Ayo tahan emosimu, Kushina! Ini hari pertamanya! Tahan...fyyyyyuuuuuhhhh...'

Kushina terus bergumam kecil sambil meredakan emosinya yang mulai naik. Ia membuang nafasnya sesaat hingga sebuah ide muncul dari otaknya. Kushina duduk dipinggir ranjang Naruko lalu menundukkan kepalanya mendekatkan dirinya pada indra pendengaran milik putrinya.

"Namikaze Naruko, kemarin kaa-san tidak berbelanja dan sisa persediaan ramen kita hanya satu. Pagi ini kaa-san sudah memasak ramen itu untukmu, tetapi jika kau belum juga membuka kedua matamu kaa-san tidak mengambil resiko jika ramenmu akan dilahap oleh kakakmu itu!" Bisik Kushina pada Naruko.

Mendengar satu nama makanan favoritenya di sebutkan, Naruko langsung menyingkap selimutnya dan memutar kedua bola matanya mencerna apa yang di ucapkan ibunya.

Loading...

10%

30%

50%

80%

100%

Completed 🙌🙌🙌

"Nii-saaannn... jangan makan ramen milikku!" Seru Naruko heboh memecah keheningan di kediaman Namikaze.

Kushina tekikik geli melihat putrinya ini yang selalu cepat dipancing dengan ramen. Selama ini putri bungsunya-lah yang selalu membuat hari-hari keluarga mereka begitu berwarna dengan keributan-keributan kecil seperti saat ini. Kushina bersyukur kepada sang pencipta yang telah memberinya sebuah keluarga kecil yang bahagia seperti ini. Kushina tersenyum manis lalu mengusap kepala Naruko dan mencium kening putrinya itu. "Sudah cepat mandi dan siap-siap lalu turun kebawah! Tou-san dan nii-sanmu sudah menunggumu di meja makan"

Naruko mengangguk pelan kemudian bergegas beranjak dari ranjang empuknya, namun tiba-tiba gadis itu menghentikan gerakannya dan menatap ibunya lagi. "Kaa-san, tolong bilang ke Kurama-nii agar tidak memakan ramen milikku!" Pesan Naruko.

"iya sayaangg..." angguk Kushina sambil sedikit mendorong Naruko untuk masuk ke dalam kamar mandi miliknya.

.

.

.

.

.

Setelah memastikan putrinya akan bergegas bersiap diri, Kushina kembali menuju meja makan keluarganya. Kushina segera menyiapkan sarapan untuk suaminya, Namikaze Minato yang sudah duduk bersama putra sulungnya, Namikaze Kurama.

Namikaze Minato, kepala keluarga sekaligus CEO dari Namikaze Corp. Perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi yang cukup berkembang pesat dan menjadi 3 perusahaan terbesar di Jepang. Sedangkan Kurama, putra sulung keluarga ini adalah mahasiswa kedokteran semester 5 di Universitas Konoha.

Minato melipat rapih koran yang baru ia baca lalu menatap istrinya yang baru saja datang dari kamar Naruko. "Kushi-koi, kenapa Naruko bisa seheboh itu?! Kau tahu ini masih pagi bukan?!"

Kushina duduk sambil menyiapkan sarapan untuk putra dan putrinya. "Kau seperti tidak tahu kebiasaan buruk putrimu saja! Hari ini hari pertamanya kembali ke sekolah setelah libur panjang, tentu saja dia tidak boleh datang terlambat bukan?!"

"~dan kaa-san selalu menjadikanku tersangka utama yang akan menerima omelan panjang dari adikku sendiri" sahut Kurama kesal yang langsung disambut tawa hangat dari Minato dan Kushina.

"Bukankah kau sangat menyukai omelan cempreng adikmu itu Kuu?"

"Tentu saja tidak, Kaa-san! Suara cemprengnya itu bisa membuat gendang telingaku pecah" jawab Kurama dongkol dengan ekspresi kesalnya.

Kushina dan Minato kembali tertawa, tentunya hal yang membahagiakan menurut mereka adalah ketika mereka melihat kedua buah hati mereka tumbuh bahagia bersama mereka.

Minato menghentikan tawanya dan berdeham pelan, saat ia teringat akan satu hal yang ia ingin sampaikan. "Kushina, dimana Naruko sekarang? Aku ingin membicarakan hal penting kepadanya"

"Naruko sedang bersiap-siap di kamarnya, mungkin sebentar lagi dia akan bergabung bersama kita" Kushina tersenyum lebar melihat putrinya yang sudah siap dengan seragamnya namun berjalan malas menuju ruang makan. "Nah itu dia! Naruko cepat kesini sayang!" Panggil Kushina yang hanya dibalas anggukan malas Naruko.

Naruko duduk dikursi miliknya lalu kembali menguap dengan lebar hingga Kurama menutup mulut adiknya dengan telapak tangannya yang besar. Dia heran bagaimana bisa adiknya ini menjadi salah satu aktris favorite dengan sikapnya yang sangat tidak anggun seperti ini?

"Tutup mulutmu jika kau sedang menguap Naruko!" Seru Kurama lalu menarik telapak tangannya dari mulut Naruko.

Bibir Naruto merengut kesal sambil melirik kakaknya dengan sinis. "Nii-san, ini sudah menjadi gayaku!" Naruko kembali mengalihkan pandangannya kepada kedua orangtuanya dengan senyum lebarnya. "Ohayou Tou-san!? ohayou Kaa-san!? Dimana ramenku?" sapa Naruko sambil mencari-cari semangkuk ramen yang telah dijanjikan ibunya.

Kushina menggelengkan kepalanya keheranan melihat Naruko begitu maniak dengan ramen, lalu ia menyodorkan semangkuk ramen pada putrinya ini.

"Ruko-chan, Tou-san ingin berbicara hal penting denganmu"

Naruko mengernyit sebentar saat ia mendengar nada serius yang keluar dari mulut ayahnya. "Ada apa tou-san? Katakan saja!" Naruko kembali menyuapkan ramen miliknya dengan nikmat hingga Minato menggelengkan kepalanya melihat sikap acuh putrinya.

"Kau tahu bukan jika nilai raportmu kemarin semuanya menurun" Minato memulai membuka pembicaraan.

"Lalu?" Naruko malah berbalik bertanya dengan enteng.

"Tou-san ingin kau vakum dari dunia keartisanmu itu Ruko! Kami ingin agar kau fokus belajar sehingga semua nilai-nilaimu tidak mengecewakan seperti kemarin!"

Saking kaget mendengar keinginan ayahnya membuat Naruko tersedak makanannya. Dengan cepat ia meraup segelas air putih di hadapannya dalam sekali tegukan. Naruko bersendawa lega dan kembali menatap ayahnya untuk melayangkan protesnya. "Itu tidak mungkin tou-san! Tou-san tahu'kan bahwa ini semua mimpi Ruko?! Kalian semua tahu bukan, kalau dari dulu aku ingin menjadi aktris terkenal seperti saat ini!" Seru Naruko tidak mau kalah.

"Kami semua tahu, sayang! Tapi apa yang dikatakan tou-sanmu ada benarnya juga. Kau perlu memperbaiki semua nilai-nilaimu" sahut Kushina atas protesan yang dilayangkan Naruko. "Lagipula untuk apa kau mengejar karir itu bila kami bisa memenuhi segala keinginanmu, sayang?!" Kata Kushina menambahkan.

Naruko terdiam dengan pandangan murungnya. "Aku tahu kaa-san, tapi apa kaa-san tahu?! Dulu saat aku masih kecil, aku selalu senang saat kaa-san menceritakan kepadaku saat kaa-san menjadi aktris dulu dan aku selalu membayangkan bahwa aku akan menjadi terkenal seperti kaa-san dulu. Aku selalu berpikir bahwa di dalam lubuk hati kaa-san, sebenarnya kaa-san masih ingin melanjutkan karir kaa-san yang terhenti dulu hingga aku berpikir aku akan membuat kaa-san bangga dengan apa yang aku lakukan saat ini" Naruko menghembuskan nafasnya perlahan dan menunduk dalam. "Tapi sudahlah... Sepertinya aku salah. Kaa-san sudah tidak menginginkan ketenaran itu karena kaa-san sudah mendapat segala yang kaa-san inginkan dari tou-san" Naruko meletakkan peralatan makannya dan membersihkan mulutnya dengan lesu.

Minato mendesah lelah saat istrinya menggoncangkan lengannya dengan tatapan memohonnya. Minato tahu, selama ini istrinya sudah banyak berkorban untuk keluarganya. Bahkan Kushina rela menghentikan karirnya di dunia hiburan saat istrinya itu tengah mengandung Naruko, kehamilan kedua istrinya ini memang sedikit bermasalah dan mengharuskan dirinya untuk tidak lelah. Dan Minato tidak tega melihat muka sedih dari kedua wanita yang ia cintai dalam hidupnya. "Baiklah...Tou-san akan mengijinkan kau untuk kembali syutting"

Naruko langsung bersorak kegirangan dengan ucapan ayahnya ini, namun pekikannya terhenti saat ia mendengar sebuah kalimat lanjutan dari ayahnya.

"~Tapi dengan syarat raport semester ini harus bagus dan kamu bisa mendapat ranking 3 besar dikelas! Jika tidak maka mulai semester depan, kau benar-benar harus berhenti dari dunia hiburan itu!"

"Ta-tapi tou-san..." sahut Naruko dengan tatapan merajuknya.

"tidak ada tapi-tapian, kau harus menentukannya Naruko!" tegas Minato. "Vakum dari dunia keartisanmu atau ranking 3 besar!"

Naruko mengangguk perlahan dengan kedua bola matanya yang memutar keatas seperti sedang memikirkan sesuatu.

Sebenarnya Naruko sangat keberatan dengan persyaratan yang diajukan Minato kepadanya, mengingat dia memang tidak sepandai kakaknya Kurama. Tapi sudahlah...dia akan memikirkan jalan keluarnya nanti...

.

.

.

.

.

Only you

.

.

.

.

.

#Konoha International Airport

Sedangkan di tempat yang berbeda, terdapat sosok gadis yang sangat mirip dengan Naruko. Ia memiliki semua kemiripan fisik yang dimiliki Naruko namun tidak dengan kedua bola mata Shappirenya.

Gadis itu bernama Senju Naruto, putri tunggal pasangan suami istri Senju Tobirama dan Senju Shion. Gadis itu memiliki segala pesona serta keanggunan yang membuat banyak orang memandang Naruto dengan tatapan takjub dan kagum, namun ada juga yang menatapnya dengan tatapan iri dengannya.

Naruto tumbuh diantara keluarga yang bergelimang harta, dengan kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Daddy-nya, Senju Tobirama adalah CEO sekaligus pemilik Senju Corp, Perusahaan industri teknologi yang sangat berkembang pesat di Asia. Perusahaan ini menjadi tiga perusahaan terbesar di Asia. Sedangkan mommy-nya, Miroku Shion atau lebih dikenal dengan Senju Shion adalah seorang dokter spesialis kandungan sekaligus pemilik dan kepala rumah sakit internasional di Sunagakure. Meski kedua orangtuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka tetapi mommy dan daddynya tidak pernah lalai mencurahkan kasih sayang untuknya, walau tidak dipungkiri didalam lubuk hatinya yang paling dalam Naruto menginginkan kedua orangtuanya memiliki waktu lebih untuk dirinya...

Naruto menggeret tas trolly dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang tas jinjing sambil menggenggam smartphonenya. Ia segera berjalan menuju pintu keluar sambil menengok kiri dan kanan mencari Miroku Yahiko, kakak sepupu yang akan menjemputnya.

Naruto langsung tersenyum cerah dan menghampiri kakak sepupunya yang memiliki surai berwarna pirang seperti dirinya. "Hai Naru, long time no see" sapa Yahiko pada Naruto.

"Yeah...long time no see brother, I miss you so much" Naruto memeluk kakak sepupunya dengan kerinduan yang ia pendam selama ini. Naruto tidak memiliki kakak ataupun adik kandung jadi dia sangat menyayangi Yahiko seperti kakaknya sendiri, begitupun dengan Yahiko yang juga sangat menyayangi Naruto seperti adiknya sendiri.

"Dasar adik nakal! Bisa-bisanya kau datang kesini tanpa izin aunty Shion" tegur Yahiko sambil mendorong kepala Naruto pelan.

Dengan kesal Naruto menggosok kepalanya dan cemberut menatap kakaknya. "Kau tahu sendiri bukan?! Mommy selalu melarangku datang ke Konoha. Come on nii-san, I just want a vacation" rajuk Naruto dengan nada manjanya.

Yahiko hanya menghela nafas sebentar lalu mengangguk perlahan. "Baiklah... aku heran kenapa aku selalu menuruti semua keinginanmu itu!"

Naruto tersenyum lebar dan kembali merangkul kakaknya. "Karena nii-san adalah kakak terbaik yang pernah aku miliki"

"Dasar perayu ulung! Ayo pulang sekarang!"

Naruto menyerahkan semua kopernya pada Yahiko dan pergi mendahului kakaknya, hingga membuat Yahiko menghela nafas dengan sikap seenaknya Naruto.

"Ayo nii-san, katanya kita pulang sekarang?"

Yahiko segera mengejar langkah Naruto dengan menyeret koper milik Naruto. "Beruntung kau adalah adikku! Jika tidak entah apa yang akan aku lakukan terhadapmu ini!" Gerutu Yahiko dongkol.

.

.

.

.

.

#Senju Mansion

Yahiko memberhentikan mobil sport berwarna kuning miliknya di depan rumah mewah bergaya eropa klasik. Sekali lagi ia menatap adik sepupunya meyakinkan kembali keinginan adiknya ini untuk tinggal seorang diri didalam mansion sebesar ini, walau Yahiko tahu ada beberapa maid dan penjaga yang akan menemani Naruto tapi tetap saja Yahiko mencemaskan keselamatan adik kesayangannya ini.

"Naruto?! Apa kau yakin akan tinggal disini sendirian?"

Naruto tersenyum dan mengangguk antusias membuat Yahiko menghela nafas berat dengan kekeras kepalaan Naruto. "Disini sepi, kenapa kau tidak tinggal di Miroku mansion saja? Kaa-san dan tou-san pasti kecewa jika kau tidak kesana" ucap bujuk Yahiko.

Naruto turun dari mobil Yahiko dan mengeluarkan semua barang-barangnya. "Sampaikan permintaan maafku pada mereka nii-san. Katakan pada mereka bahwa aku akan mengunjungi mereka saat waktuku senggang. Titip cium sayang dari Naru untuk baa-san dan jii-san, bilang kalau aku sangat merindukan mereka" balas Naruto atas bujukan Yahiko.

"Baiklah...aku memang selalu kalah beragumen denganmu. Aku kembali pulang, jaga dirimu baik-baik dan jika kau membutuhkan sesuatu jangan ragu-ragu untuk menghubungiku. Mengerti?!"

Naruto memutar kedua bola matanya dengan malas karena harus mendengar omelan panjang kakaknya yang terlalu overprotectif padanya. "Dimengerti! Senju Naruto menerima perintah dengan sangat baik, komandan dapat segera meninggalkan tempat ini dengan tenang!" balas Naruto dengan posisi hormat seolah dirinya adalah prajurit dan Yahiko adalah komandannya.

Naruto kembali menyeret kopernya kedalam kediamannya, namun langkahnya terhenti saat ia merasakan sesuatu yang bergetar di dalam tas jinjingnya. Naruto menghela nafas panjang saat ia melihat mommy-nya melakukan panggilan video call kepada dirinya.

Naruto tahu mommynya ini pasti mencemaskan dirinya yang memang belum meminta izin untuk sementara tinggal di Konoha. Dan dia tidak mungkin membuat mommy-nya lebih mencemaskan dirinya karena sudah merahasiakan kedatangannya ke kota ini. Naruto hanya ingin tahu bagaimana rasanya tinggal dikota yang terkenal dengan kesejukan lingkungannya...

Naruto mengusap layarnya dan langsung melambaikan tangannya pada wajah mommy dan daddynya yang terpampang di layar ponselnya.

"Hello mom?! hello dad?!" Naruto menyapa kedua orangtuanya dengan nada tenang dan cerianya.

("My dear apa kau baik-baik saja sayang? Apa ada sesuatu yang mengganggumu my dear? Kenapa kau pergi begitu saja tanpa izin kami terlebih dahulu 'hm? Mommy sudah katakan bahwa jangan pergi ke Konoha tapi kenapa kau tidak mendengarkan mommy?")

Seperti yang ia duga, ia akan langsung mendengar pertanyaan sekaligus teguran beruntun dari mommynya atas keputusannya ini. "Mommy tenanglah, aku baik-baik saja disini mom! Mommy tidak perlu berlebihan mencemaskanku seperti itu. Memangnya ada apa dengan Konoha? Kenapa mommy selalu melarangku ke kota ini?"

("Mommy...mommy... ~eum... Konoha merupakan kota terbesar di Jepang, tentu saja mommy mencemaskanmu jika kau pergi ke kota itu!") Shion menjawab pertanyaan Naruto dengan gugup, entah kenapa hal itu membuat Naruto semakin ingin tahu tentang kota ini. Ada apa dengan kota ini?

Mengapa mommy-nya selalu melarangnya pergi ke kota ini, jikapun ia datang ke kota ini itu hanya untuk beberapa hari saja dan tinggal di dalam kediaman Miroku yang jauh dari hingar bingar keramaian kota.

"Mom? Selama ini kita tinggal di Amerika Serikat, negara dengan tingkat kejahatan yang cukup tinggi. Dan Sunagakure, kota itu juga kota yang cukup besar setelah Konoha mom!"

Naruto melihat daddynya mengusap bahu mommynya untuk menghilangkan kecemasan yang mendera Shion. ("Yang dikatakan Naruto benar juga, honey. Kau tidak perlu berlebihan mencemaskan satu-satunya putri cantik kita ini") Naruto tersenyum puas atas pembelaan daddynya ini. ("Supaya kau tidak terlalu mencemaskan putri cantik kita ini, kita akan segera menyusul kesana")

"Apa? Daddy-mommy~ kalian akan menyusul kesini?" pekik Naruto terlalu terkejut dengan perkataan Tobirama.

Shion kembali mengambil alih pembicaraan dengan Naruto, ("Sepertinya daddymu benar juga my dear, kami akan segera kesana. Mungkin besok pagi kami akan sampai disana my dear")

"Come on mom!? Aku sudah cukup dewasa dan sudah cukup mandiri untuk hidup sendiri" protes Naruto tidak suka saat ia merasa kedua orangtuanya terlalu berlebihan mencemaskannya.

("Tapi kau tetap putri kecil kami, my dear. Jika kau menolak kami menyusul kesana maka kau harus kembali ke Sunagakure sekarang juga!") Ucap Shion tegas.

"Apa?! Kembali ke Suna? Tapi mom, aku hanya tinggal di kota ini untuk beberapa bulan saja" Naruto mencoba bernegoisasi dengan mommynya, walau dia tahu mommy-nya tidak akan mudah dibujuk.

("Tidak ada tapi-tapian my dear! Kami menyusul kesana atau kau yang kesini!")

Seperti yang ia duga, mommy-nya memang tidak bisa di bantah. Jika seperti ini, Naruto hanya bisa pasrah dengan kemauan kedua orangtuanya. Bagaimanapun Naruto merasa sangat senang karena meskipun mommy dan daddy-nya selalu sibuk bekerja, mereka tidak pernah lalai untuk memperhatikan dirinya. "Baiklah...terserah jika mommy dan daddy mau menyusul kesini, aku sayang kalian. Muuuuuaaacccchhhh😘😘😘"

Naruto memutus sambungan panggilan video call dari kedua orangtuanya, ia kembali masuk ke kediamannya dengan senyum mengembang nan mempesona miliknya.

Hari ini adalah hari pertama kepulangannya ke Jepang, setelah 5 tahun ia tinggal di Amerika Serikat. Sebenarnya kedatangannya ke Kota ini atas undangan pemerintah Konoha kepada Rumah Sakit John Hopskin tempat dirinya bekerja, yang meminta bantuan medis untuk Rumah Sakit Konoha yang memang kekurangan dokter bedah di rumah sakit ini. Tetapi ia tidak dapat memungkiri hatinya, jika dia juga sangat ingin mengenal kota ini. Entah apa yang mendorong dirinya untuk ke tempat ini, padahal karirnya di Amerika cukup terbilang cemerlang. Naruto dikenal sebagai dokter spesialis bedah termuda dan dokter paling berprestasi dalam menangani semua pasiennya, walau usianya masih 16 tahun, tidak ada satu orangpun di Rumah sakit John Hopskin yang meragukan kredibilitasnya sebagai seorang dokter. Naruto selalu berpikir, ada sesuatu yang istimewah dengan tempat ini hingga ia sangat menginginkan untuk tinggal disini sementara waktu...

Setelah cukup puas mengitari mansion megah milik daddy-nya ini, Naruto membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Ia mengangkat lengan kirinya dan menatap jam tangan bermerk miliknya. Masih ada 1 jam lagi untuk mengurus kepindahannya ke rumah sakit Konoha, pikir Naruto matang.

Naruto segera membersihkan diri dan mengenakan jas putih sebagai identitasnya bahwa ia adalah seorang dokter. Mungkin Naruto bisa berjalan-jalan dulu ke taman pusat kota untuk meredakan lelah selama diperjalanannya tadi. Naruto mengambil kunci mobil miliknya dan mengendarai sebuah mobil sport berwarna putih, hadiah pemberian daddy-nya saat ia berulang tahun yang ke-16 tahun kemarin. Entahlah, apa Naruto harus merasa bersyukur karena ia selalu berlimpah kemewahan dari kedua orangtuanya atau tidak.

Tetapi Naruto sangat bersyukur ia bisa menjadi putri mommy dan daddy-nya. Naruto sangat bangga memiliki kedua orangtua seperti Tobirama dan Shion.

.

.

.

.

.

Only you

.

.

.

.

.

#Taman Pusat Kota

"Oke cut!"

Naruko menghentikan aktingnya dan menyalami kru-kru yang membantu pembuatan film terbarunya. "Kau memang artis yang berbakat! Senang dapat bekerja sama denganmu, Namikaze-san" puji sang sutradara kepadanya. Mereka saling berjabat tangan atas kesuksesan pengambilan adegan hari ini.

Naruko mengangguk lalu kembali duduk ketempatnya yang tidak jauh dari lokasi syutting. Naruko sangat senang jika lokasi syuttingnya adalah Taman Pusat Kota ini. Disini ia bisa menikmati udara sejuk pepohonan rindang yang tumbuh ditaman ini, dan selain itu ia juga bisa jalan-jalan di sekitar lokasi ini.

Naruko mengernyit heran atas apa yang ia pikirkan barusaja. Kenapa ia tidak jalan-jalan saat ini? bukankah syutting akan di mulai beberapa jam lagi?

Dan gadis belia yang memilki netra berwarna violet itu melangkahkan kakinya menuju setiap bagian di taman ini. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain menikmati suasana sejuk ditaman ini, pikir Naruko.

Namun kenikmatannya seolah dipaksa berhenti begitu saja saat ia mendengar suara teriakan orang-orang memanggil dan mengelu-elukan namanya. Tidak bisakah hari ini saja Naruko bisa menikmati waktu senggangnya?

Pikiran Naruko sudah cukup terbebani dengan permintaan tou-sannya, dan saat ia ingin menikmati kesendiriannya para penggemar itu akan menghampirinya dan berebut untuk meminta tanda tangannya atau berfoto dengannya...

'Aku harus kabur dari tempat ini sekarang juga!' Putus Naruko dalam hati.

"Naruko-chan!"

"Kyaaa...Ruko-chan!"

"Naruko-san kami mencintaimu, kyaaaaa"

Naruko berlari menghindari para fans yang mengejarnya dengan teriakan lengking yang memekakan telinganya. Ia terus berlari menuju pinggiran jembatan sungai yang ada ditaman ini.

"Hey kau yang sedang berdiri disana?! Minggir! Cepat!" Naruko berteriak kepada sosok gadis yang berdiri dengan mata terpejam di atas jembatan itu. "Minggir! Cepat!" Naruko kembali berteriak saat gadis itu tidak mengindahkan perintahnya sekarang juga.

Naruto sangat terkejut dengan sosok gadis yang berlari kearahnya dengan segerombolan orang dibelakangnya saat ini. Naruto tidak peduli berapa banyak orang yang mengejar gadis itu, hanya saja ia cukup tercengang saat ia melihat gadis itu memiliki paras yang sama dengan dirinya...

Saking tercengangnya Naruto bahkan seolah tidak mendengar teriakan gadis itu padanya, hingga tiba-tiba tangannya reflek memegang tangan gadis itu karena gadis itu juga mendorongnya hingga terjengkang ke belakang. Alhasil, mereka berdua sama-sama tercebur di sungai itu...

Tanpa disadari, sebuah benang takdir mengikat mereka berdua saat itu. Naruto dan Naruko, dua gadis dengan paras yang sama dipertemukan kembali oleh takdir yang mengikat mereka berdua.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.