Gekkan Shoujo Nozaki-kun
belong to Izumi Tsubaki sensei
.
.
.
Simple Romance Inside, Litte Hurt
.
.
.
a bit Humor
.
.
.
a fanfiction Gekkan Shoujo Nozaki-kun
"Permainan Hati"
by Shireni Hime
Chapter 1
Perasaan Chiyo
"Nozaki-kun, a... aku... fans berat mu!"
Memalukan. Itu yang ada di benak gadis mungil bernama Sakura Chiyo ketika mengingat insiden pernyataan cintanya kepada Nozaki, seorang mangaka yang sebenarnya Chiyo tidak tahu kalau Nozaki adalah seorang mangaka. Karena gugup yang luar biasa lidah Chiyo yang kikuk terpleset sari 'suka' menjadi 'penggemar(fans)', sehingga berakhir dengan Nozaki memberinya sebuah tanda tangan.
Dia beberapa kali menghela nafas nya. Menatap sebuah tanda tangan yang bertengger manis di meja samping tempat tidurnya. Yumeno Sakiko.
"Bagaimana ini... bagaimana aku menanggapi ketidak pekaan Nozaki-kun", dirasanya air yang hangat mengalir membasahi pipi. Ia menutup wajah dengan tangan mungilnya.
"Nozaki-kun... bagaimana? bagaimana? bagaimana?", suaranya lirih, ia menangis hingga matanya terpejam lelah.
"Yo Chiyorin!", sapa Seo Yuzuki. "Ada apa denganmu? Mata mu lebam sekali Chiyo. Ah!" ia menghentikan kata-katanya.
"Apa kau melakukan pekerjaan malam?" tanya nya berbisik di telinga Chiyo.
"haha, Yuzuki aku tidak seperti yang kau bayangkan", suaranya sedikit serak. Mungkin ini sisa tangisan semalam, pikirnya.
"Osh! Sakura!", suara berat datang dari jauh. Ia dapat melihat pemilik nya. Tubuhnya yang tinggi mulai mendekat dan wajahnya yang tanpa ekspresi mulai semakin nyata.
"Nozaki-kun..." ia bergumam kecil.
"Ah si jangkung! yo jangkung!", Seo mengangkat tangannya menyapa Nozaki.
"Yo!", Nozaki melakukan hal yang sama.
"Sakura... terimakasih untuk yang kemarin", seru Nozaki.
Meski rasa terimakasih nya terasa tulus bagi Chiyo, wajah Nozaki tidak berubah sama sekali. Tetap tanpa ekspresi.
"Suman Sakura, kau harus pulang larut. Hari ini aku akan mentraktir mu"
"Ah, tidak usah Nozaki-kun"
"Nee Chiyorin, sebenarnya apa yang kalian lakukan?", tanya Seo.
Ekor mata Chiyo menelisik ke arah tubuh jangkung di sisi nya.
Aku harus jawab apa? Yuzuki tidak tahu kalau Nozaki-kun seorang mangaka. Bagaimana ini...?
"Un... itu kami...", Chiyo terbata. Ia bingung apa yang harus ia katakan pada Seo.
"Sakura membantu ku mengerjakan deadline"
"ah souka. Nee raksasa kerjakan tugasmu sendiri lain kali", Seo memegang bahu Nozaki seolah tengah menasehati temannya itu.
"Aku tidak bisa mengerjakannya sendiri", timpal Nozaki menatap serius dan tajam kepada Seo.
Nee, kenapa kalian jadi saling tatap begitu?
"Ah rupanya kau pria raksasa yang bodoh, Nozaki",
"Aku pandai", tantang Nozaki. Ia mengambil kertas dan pensil lalu mulai menggoreskan sesuatu. "Lihat!", ia menunjukkan gambar Mamiko pada Seo. "Aku pandai menggambar!"
NOZAKI-KUN IDENTITASMU!
"Cih! cemen sekali, memangnya apa? Shoujo manga, hah? Kalau kau pandai menggambar cobalah gambar rumah!"
Nozaki kembali menggoreskan pensilnya. Setelah selesai ia menatap kembali gambarnya, lalu menunjukkannya pada Seo.
NOZAKI-KUN KAU BODOH!
Seo tertawa penuh kemenangan. Melihat gambar rumah yang ditunjukkam Nozaki padanya. Ala anak TK. Seo memegang bahu Nozaki kembali.
"Aku mengerti mengapa kau meminta bantuan pada Chiyorin. Dia memang lebih hebat darimu. Kau memilih orang yang tepat, Nozaki"
"Aku juga sudah mengincar bakatnya sejak lama"
Hoi hoi Nozaki-kun, aku bahkan tidak bisa menggambar rumah!
"Kalau begitu aku pergi dulu, Chiyorin, pria raksasa"
"Eh... Yuzuki mau kemana?", tanya Chiyo.
"Aku ada urusan dengan club basket...", suara dan punggungnya semakin menjauh.
Kini hanya tinggal Chiyo dan Nozaki di depan kelas 2-A. Mereka terdiam. Sebenarnya mereka cukup akrab, tapi karena Chiyo habis menangis semalaman suaranya sedikit menghilang. Dia cukup berusaha keras ketika Seo mengajaknya bicara. Matanya juga masih terlihat lebam, hingga ia merasa malu jika harus menatap Nozaki dengan penampilan seperti itu. Jantungnya berdegup cukup tak berirama, ekor matanya sesekali menelisik kearah Nozaki. Beberapa kali, kemudian kembali menatap sepatunya. Hingga mata mereka bertemu, matanya dan mata Nozaki. Diam-diam Nozaki memperhatikannya. Seketika Chiyo mematung, ia bingung harus bagaimana.
Memang Nozaki tidak peka terhadap perasaanku, tapi tetap saja kalau di tatap seperti itu oleh Nozaki. Hatiku rasanya... tidak karuan.
"Anu... No...zaki-kun", Chiyo menelan ludah nya sendiri.
"Ada apa Sakura?", tanya Nozaki. Ia menatapnya intens, cukup membuat jantung gadis mungil itu seperti akan meledak.
"I...tu itu, kenapa tidak mengatakan sejujurnya saja pada Yuzuki", wajahnya tertunduk saat menyadari kalau Nozaki masih tetap menatapnya.
"...maksudku, Aku, Mikoshiba, Hori senpai, juga Wakamatsu sudah tahu mengenai kau yang seorang mangaka. Lagi pula dia juga salah satu inspirasi tokoh manga mu"
"Sakura... Seo sudah ku beritahu"
"Be... benarkah?", kini ia merasa kecewa karena ada wanita selain dirinya yang mengetahui identitas Nozaki. Ia memalingkan wajahnya ke depan, tidak menenggak keatas menatap Nozaki.
"Semua temanku sudah kuberi tahu", lanjut Nozaki.
"Eh,,, semua temanmu sudah tahu?"
"Mereka tidak ada yang percaya"
"Ah, benar juga. Semua tidak akan percaya karena Nozaki-kun tidak tercermin seperti Yumeno Sensei", ia tertawa kecil. Bagaimanapun tidak akan ada yang berpikir orang seperti Nozaki adalah Yumeno Sakiko, seorang mangaka 'Let's Love' di Majalah shoujo bulanan.
Nozaki menatap tawa Chiyo, ia ikut terseyum kecil.
"Syukurlah...", gumam Nozaki.
Chiyo masih tertawa geli. Ia bahkan lupa rasanya sakit hati karena perasaannya pada Nozaki tidak sampai.
"Sakura...", wajah pria jangkung itu kini tepat dihadapan Chiyo. Membuat gadis mungil itu merah padam. Tawanya berhenti. Bukan hanya itu, tangan besar Nozaki kini sudah menempel dikepala Chiyo. Bukan hanya wajahnya yang merah padam. Kini jantungnya terasa panas semakin tak karuan.
"No... zaki-k..." ia terbata, Kau tahu, ini kelemahanku Nozaki-kun.
"Ternyata benar, kau demam Sakura. Wajah mu merah sekali. Aku bahkan bisa mendengar jantungmu yang tak beraturan itu. Suaramu juga seperti kodok"
Wajahmu terlalu dekat Nozaki. Sangat dekat! Dan ada apa dengan kodok itu?
"A... aku tidak apa-apa, Nozaki-kun"
"Biar kutemani kau ke UKS"
"Tidak apa-ap...", Chiyo merasa dirinya lemas sekali. Wajah Nozaki dihadapannya kini mulai memudar. Are?
BRUUK!
Tubuh kecil Chiyo terjatuh ke dalam dekapan Nozaki. Nozaki bisa merasakan deru napas Chiyo. Terdengar sangat cepat. Nozaki mengangkat tubuh Chiyo, kini ia bisa merasakan panas tubuh Chiyo yang menempel di seragamnya.
"Kau panas sekali, Sakura. Gomen"
"Terimakasih sensei, aku akan menjaganya", ia membungkukkan tubuh kekarnya. menatap kepergian sensei yang berjaga hari ini. Sekarang Nozaki mengambil bangku dan meletakkannya dekat ranjang Chiyo. Ia masih terbaring lemas dengan kompres di dahi nya. Deru napasnya masih tidak beraturan. Terdengar sangat jelas di telinga Nozaki.
Nozaki mengambil note dari sakunya, ia menuliskan beberapa kalimat disana. Wajahnya nampak berpikir, beberapa kali ia merobek kertas itu lalu membuatnya seperti bola bola salju, dan membuangnya.
"Un..." Chiyo mulai sadar dari mimpinya. Matanya mulai terbuka. Tangan mungil itu menutupi wajahnya dari sinar orange mentari yang sebentar lagi akan tertidur. Mata nya menelisik seisi ruangan, mengira-ngira sedang ada dimana dirinya. Ekor matanya mengejang, kepalanya memutar ke arah ekor mata itu berhenti. Dilihatnya seseorang yang menatapnya dengan menyilangkan tangan, tubuhnya tersender di kursi. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi matanya seolah berkata lega akan semuanya.
"No... zaki-...", sebelum suffix keluar dari bibir Chiyo pria itu menimpalinya.
"Sakura, kau sudah sadar?", matanya masih menatap intens wanita berpita dua dengan surai oranye itu. Warnanya hampir seindah mentari di hadapan Nozaki.
"hmm..." jawab Chiyo, seadanya wajahnya tertunduk malu. Jantungnya lalu berdegup dengan kencang. "Ah, Nozaki-kun kau belum pulang? Aku pasti merepotkan mu yah, mungkin seharusnya kamu sudah bisa menyelesaikan manga mu"
"Tidak apa. Karena bosan aku jadi membuat ide cerita selama kau tidur"
"Ah, sou..." Chiyo tertawa garing.
Tentu saja begitu memang apa yang kau harapkan Sakura Chiyo!
"...benar juga. Terdengar Nozaki-kun banget", sambungnya.
"Sakura, mau ku antar pulang?"
"Hn...?", Chiyo terkejut.
"Tapi, hanya sampai stasiun saja"
"Hai! hai!", jawabnya penuh semangat namun kekecewaan juga terselip disana. Tapi memang begitu seharusnya. Perasaannya tidak pernah sampai. Ia hanya fans dan asisten manga Nozaki. Setidaknya itu yang dipikirkan gadis mungil bernama Sakura Chiyo.
Chiyo dan Nozaki berjalan menuju stasiun. Tidak ada yang mereka bicarakan. Sampai akhirnya...
"Sakura, suman!" Nozaki tiba-tiba meminta maaf. Pandangannya masih lurus ke depan. Bahunya masih tegak berjalan. Sementara Chiyo, terhenti sebentar menatap Nozaki yang jalan didepannya. Lalu, ia mempercepat langkahnya agar berada di samping Nozaki, agar dapat melihat air mukanya. Masih sama, pikirnya. Lalu, wajahnya tertunduk ketika diam-diam ia tersenyum saat melihat wajah Nozaki dan tertangkap mata oleh ekor mata Nozaki.
"Maaf Sakura, sepertinya kau sakit karena membantuku mengerjakan deadline hingga larut"
Jadi itu yang ada dipikiran mu, Nozaki-kun.
Chiyo menggelengkan kepalanya, tanda ia tak setuju. Mungkin kalau ia tidak menangis dan langsung beristirahat ia tidak akan sampai demam. Tapi ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya.
"Ah, sungguh ini bukan karena itu Nozaki. Semalam aku begadang menonton film, makanya jadi seperti ini" ia tertawa garing menutupi ke bohongannya. Nozaki hanya menatap Chiyo melalui ekor matanya, lalu kembali menatap ke depan.
"Begitu", kata Nozaki masih dengan bahu tegap lurus ke depan. Waktu yang sebenarnya singkat jadi terasa agak lama karena keheningan yang mereka ciptakan sendiri. Bahkan Nozaki yang biasanya bercerita mengenai ide cerita manganya hanya diam. Dia terlihat seolah-olah berpikir.
"No... zaki-k...", belum selesai Chiyo memanggil namanya. Nozaki kembali memotong kalimat Chiyo.
"Sakura..."
"Hai.."
"Sakura... Sakura... Sakura... Sakura...", dengan nada yang takjub lidah Nozaki teeus mengulang kata yang sama.
Nozaki-kun berhenti menyebut namaku! Bagaimana ini, kenapa Nozaki-kun terus menyebut namaku?
"hai... haii... hai... hai... hai... hai Nozaki-k..."
"Sakura, lihat!", Nozaki tidak menatap gadis mungil itu. Ia menunjuk ke arah pohon sakura yang sudah bermekaran. Chiyo mengalihkan pandangannya ke arah telunjuk panjang milik Nozaki.
"Sakura..." gumam Chiyo. "...kirei ne" Wajahnya sangat takjub menatap kelopak bunga sakura yang bermekaran.
"Aku suka sakura..."
"Eh...?", Chiyo terkejut mendengar pernyataan Nozaki.
"Bukan kah bunga sakura itu cantik, semua orang suka bunga sakura"
Eeeh? Aku kecewa padamu, Nozaki-kun!
"Menyenangkan bisa menatap bunga sakura mekar bersama mu", Nozaki mengalihkan tatapan nya ke arah Chiyo.
"Eeeeh?", kali ini ia terkejut bukan main. Benarkah Nozaki senang melihat sakura mekar bersamanya. Chiyo menatap Nozaki dengan penuh keterkejutan. Kini mereka saling menatap. Chiyo bisa merasakan detak jantungnya semakin meningkat.
"Dialog Suzuki untuk Mamiko, romantis bukan?", Nozaki dengan kegilaannya mengeluarkan note untuk mencatat ide barunya. Tidak lupa sebuah camera pocket juga ia gunakan untuk memotret suasana sekitar. Untuk referensi katanya.
Chiyo hanya bisa menghela napas atas semua ketegangan yang ia ciptakan sendiri. Ia seperti ingin menyerah tapi tidak bisa, ia seperti ingin mundur tapi ada dinding di belakangnya, hasratnya untuk maju terus naik dan turun tidak menentu. Ketika ia ingin maju, lalu ia di dorong mundur, oleh Nozaki sendiri.
"Yah, sepertinya memang harus seperti ini", ujar Chiyo menatap Nozaki yang asik sendiri dengan dunia manganya. Ia melemparkan senyum termanisnya, seolah tak ada beban disana. Benar-benar senyum yang lepas.
"Sakura..." Nozaki memanggilnya dari bawah pohon sakura. Jarak mereka hanya sekitar satu stengah meter. Chiyo menatap Nozaki lekat. Mengira-ngira apa yang akan di bicarakan Nozaki atau mengapa ia memanggilnya. Angin menghempaskan kelopak bunga sakura ke udara. Seketika jantung Sakura Chiyo berderu kembali, lebih besar dari tabuhan drum, lebih kencang dari kecepatan cahaya. Nozaki tersenyum.
Aku gagal melepasmu lagi, Nozaki-kun.
.
.
.
To be continued