Hi,

So if you guys don't already know, Bahasa Indonesia is actually my mother tongue. Jadi, saya coba-coba nulis fic ShinShi pakai Bahasa Indonesia nih, tapi karena baru pertama kali, tolong di review ya supaya saya tahu gimana bisa improve :) Thank you sebelumnya! –wendykei-


Haibara Ai

Aku akan kembali ke Amerika hari ini.

Obat penawar APTX4869 yang kubuat telah kuberikan kepada Kudou-kun, kemarin sebelum aku pergi meninggalkan rumah Profesor Agasa. Aku menggigit bibirku supaya aku tidak menjerit, mengingat bagaimana aku tidak akan pernah bisa kembali sebagai Miyano Shiho, karena aku menelan racun APTX4869 itu tanpa air, tidak seperti Kudou-kun.

Lebih menyakitkan lagi karena lelaki yang kucintai itu akan kembali kepada wanita pujaannya…

Deru suara pesawat udara membisingkan bandar udara Narita, di mana aku duduk dalam diam, menunggu pesawatku berangkat. Aku tidak memberitahu Kudou-kun bahwa aku akan pergi hari ini karena aku benci kata selamat tinggal. Apalagi, aku tahu kalau Kudou-kun tidak akan peduli walaupun aku pergi.

Mungkin aku tidak akan pernah kembali ke Tokyo. Aku tidak tahu bagaimana aku harus bereaksi jika suatu hari aku mendapat undangan pernikahan Kudou-kun dengan Ran-san. Memikirkannya pun sudah meremas hatiku.

Tulisan boarding tertera di papan eletronik di hadapanku, dan aku pun beranjak menuju pesawat terbang. Seorang pramugari cantik yang berada di ruang tunggu mengingatkan kami untuk mematikan telepon genggam sebelum naik pesawat. Tidak perlu kudengarkan, karena telepon genggamku sudah mati sejak aku berangkat dari rumah barusan. Siapa juga yang akan meneleponku?

"Selamat datang di Japan Airlines, Nona Haibara. Wah, masih kecil sudah bisa bepergian sendiri! Kalau perlu sesuatu, jangan segan-segan untuk memberitahu kami, ya," ujar pramugari tersebut dengan ramah, ketika ia mengambil boarding pass ku. Kupaksakan seulas senyum, yang kuharap tidak lebih mirip seperti seringai menyeramkan.

Seiring dengan langkahku menuju pesawat terbang, aku kembali teringat oleh masa-masa yang kulalui dengan Kudou-kun. Baru dua hari yang lalu Black Organisation itu akhirnya tertangkap dan dihancurkan. Seharusnya aku merasa senang karena tidak ada lagi orang-orang jahat yang mengincarku, tetapi aku terus merasa sedih karena aku harus berpisah dengan Kudou-kun.

"Jika menghadapi Black Organisation yang mengancam nyawaku setiap hari memperbolehkan aku untuk terus berada di sisi Kudou-kun, aku akan memilih hidup seperti itu, Profesor," ujarku kepada Profesor Agasa kemarin malam, sembari berurai air mata.

Sayup-sayup, aku mendengar suara Kudou-kun memanggil namaku. Aku tersenyum dan mendesah sedih. Ah, bisa-bisanya aku merindukannya sampai aku berhalusinasi seperti ini, ujarku dalam hati. Kutapakkan kakiku ke dalam pesawat udara, dan kupejamkan mataku ketika aku sudah duduk di kursi pesawat.

Kueratkan sabuk pengamanku, dan kupandangi Tokyo untuk terakhir kalinya ketika pesawat udara itu lepas landas. Semakin tinggi pesawat itu itu terbang, semakin sulit kutahan air mataku. Kota Tokyo terlihat semakin kecil, dan ketika akhirnya tidak terlihat lagi, air mataku akhirnya jatuh di pipi.

"Selamat tinggal, Kudou-kun. Bila takdir mengijinkan, aku harap aku bertemu denganmu lagi…"

Lalu, kupejamkan mataku lagi, membiarkan air mataku berurai deras.


Edogawa Conan

Aku terengah-engah, tidak bisa lagi melawan ketika aku diseret keluar oleh petugas pengamanan bandara. Kupandangi pesawat terbang yang telah lepas landas, membawa gadis itu pergi dari hidupku.

"Haibara…Haibara…" bibirku mengucap dengan percuma. Suaraku telah habis berteriak memanggil namanya, berharap gadis itu akan menengok sekali saja, dan membatalkan niatnya untuk pergi.

Aku terlambat. Sangat terlambat memahami perasaannya dan perasaanku sendiri. Dan sepertinya inilah hukumanku.

Dengan gontai, aku berjalan keluar dari bandara, menuju mobil Profesor Agasa. Kucampakkan ke dalam tempat sampah obat penawar APTX4869 itu dengan perasaan marah. Marah kepada Haibara yang tidak memberiku kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal. Marah kepada diriku sendiri yang terlambat mengerti.

Sungguh aku tidak tahu apakah aku akan pernah bisa melupakan gadis itu. Angin musim panasku...


Aduh, gimana nih jadinya? Stay tune untuk chapter 2 ya, dan jangan lupa reviewnya! Terima kasih banyak :) -wendykei-

P.S. Follow aku di Twitter keiwendy untuk snippet cerita ShinxShi yang aku tulis!