Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto
Highschool DxD © Ichie Ishibumi
Serta karakter-karakter lainnya yang saya pinjam dari pemiliknya

Summary : Masalah bermunculan. Penghalang selalu ada. Perjuangan berat sekali lagi harus ia tempuh. Tidak sama seperti sebelumnya, kali ini dia bukan berjuang untuk perdamaian tapi berjuang untuk bertahan hidup. Apakah memang masih ada cara untuk mempertahankan kelangsungan semua makhluk hidup dari takdir Hari Akhir? Tidak hanya untuk manusia saja, tapi untuk setiap makhluk yang bernyawa. Naruto, sang pahlawanlah yang akan memperjuangkannya. Perjuangan berat di DxD Universe.

Genre : Sci-fi, Adventure, Fantasy, & Little bit Romance

Rate : M

Setting : AU (Alternate Universe)

Warning : Multiple Crossover, typo, OOC, Gaje, dll.

Pair : Semua Pair Canon

Senin, 7 Januari 2019

Happy reading ^_^

Sebelumnya...

Menyaksikan betapa besarnya bantuan yang Naruto datangkan, semua pikiran negatif tentang kalah dan mati sirna seketika.

Naruto menoleh sedikit ke belakang pada orang-orang yang masih tampak melongo dengan mulut menganga, Kakashi, Shikamaru, Ino, Chouji, Akemi Homura, Gaara, dan Georg, kecuali Sasuke yang selalu memasang wajah datar.

"Hei! Kalian mau terus bengong seperti orang bodoh begitu atau maju bertempur?"

"Ah" Kakashi paling pertama tersadar, "Kami tidak perlu menjawab pertanyaanmu, dasar anak kecil!"

"Kalau begitu, ayoooooo!" Naruto mengangkat tinjunya tinggi-tinggi ke udara. "Demi Konoha dan semua sekutunya, kita menangkan perang iniiii!"

.

To The End of The World

Writen by Si Hitam

.

Chapter 93. Armageddon War, End of The World - Part 17.

.

~Arena Perang Armageddon, Territori Gremory - Underworld~

Michael bersama dengan semua petinggi Aliansi Tiga Fraksi yang tersisa tidak lagi berdiri paling belakang. Di Tanjung Harapan, saat ini mereka semua sudah membaur dengan seluruh sisa bala tentara Aliansi. Eksistensi mereka di medan laga, menunjukkan bahwa perang telah mencapai fase penghabisan.

Sirzech sudah selesai dengan observasinya secara langsung. "Mereka juga sama rupanya."

Di ujung sana, Gerbang teleportasi massal Gate of Sun sudah tidak ada lagi. Artinya, Konoha dan para sekutunya telah menutup jalan pulangnya sendiri dengan bertaruh menang atau mati. Dapat diartikan pula, bahwa kekuatan Konoha yang tampak saat ini adalah semua sisa kekuatan yang mereka miliki.

"Benar sekali. Makanya tadi kukatakan kalau kita tidak perlu lagi mengatur strategi rumit. Kita kerahkan seluruh kekuatan untuk menghalahkan mereka dengan satu gebrakan." Michael juga melakukan hal yang sama dengan Sirzech.

Entah kebetulan atau bagaimana, keputusan yang diambil Michael selaras dengan apa yang dilakukan oleh lawannya. Sangat jelas sekali bahwa Konoha pun berniat melakukan hal yang sama dengan yang dia pikirkan.

Michael melanjutkan, "Dengan sedikit keuntungan di pihak kita."

Sebab di sana, pasukan Konoha dan sekutunya yang tersisa sekitar 30 ribu orang terdesak di Tanjung Harapan yang mana di belakang adalah lautan luas nan ganas sedangkan di depan 90 ribu lebih bala tentara Aliansi menggempur dengan hebatnya.

"Apa kita juga akan bertarung sekarang?" tanya Grayfia.

"Tentu saja!"

"Tunggu apa lagi?" Sirzech melangkah lebih dulu. Mengerahkan kekuatan tertinggi Power of Destruction, medan perang berguncang makin hebat. Grayfia mengiringi langkah Raja-nya.

Michael menyusul. Shemhazai sebagai pengganti Azazel pun tak ketinggalan. Dulio Gesualdo, Tobio Ikuse, dan Griselda Quarta yang tersisa dari Tim [DxD] tidak lagi memiliki tugas atau perintah atasan yang harus dikerjakan. Tim [DxD] telah kalah. Tapi karena mereka masih bagian dari Aliansi Tiga Fraksi, mereka tahu apa yang harus dilakukan.

.

Di tengah-tengah, di titik paling panas pada medan perang, pertempuran bergejolak dengan hebatnya. Beratnya tekanan sangat kuat dirasakan, terutama dari pertarungan prajurit kelas atas yang saling membenturkan kekuatan yang melampaui batas logika.

Mencekam jika harus dikata. Kelam menunjukkan kuasanya. Pada tanah yang terhampar gersang beronggok mayat tercecer. Tertumpah dan tertumpuk dengan bau amis darah kering yang kental. Nyawa bak tiada lagi berharga. Atmosfer didominasi aroma kematian yang menyesakkan rongga nafas. Dentum ledakan yang lantang bersahut-sahutan dengan denting logam dari adu pedang, tak mampu terelak menjadi deru yang memekakkan telinga. Tak ada yang acuh sebab para makhluk di sana tengah sibuk menenggelamkan diri dalam gejolak perang. Kobaran api dan asap hitam menjadi penghias ufuk yang merah membara, kian pekat di sisi tengah. Di ujung sana, gunung yang perkasa pun luluh lantak, puncaknya tak lagi menjulang tetapi semakin menceruk dalam.

Tiada kendali. Perang tetaplah perang, tempat berkumpulnya teriak dan ratap kesakitan dari setiap tubuh yang mendapat hunjaman. Dendam dan amarah menjadi pemicu, tolok awal dari peperangan yang mengerikan. Mereka seakan melagukan melodi kematian, memanggil kehadiran Sang Pencabut Nyawa. Kedatangannya disambut dengan gugu tangis dan air mata kehilangan. Tanah ini, yang selayaknya subur dan basah, berubah menjadi lautan merah darah.

Namun tidak ada yang bisa disalahkan. Kedua kubu pasukan hanya memiliki rasa cinta yang teramat dalam pada tanah air mereka. Bukan itikad membunuh, melainkan rasa ingin melindungi, rasa ingin memperjuangkan hak dan kebebasan sebagai api utama perjuangan. Tak peduli jika nyawa yang menjadi taruhan, tekad dan semangat juang mereka tak akan pernah tergadaikan. Pada lubuk hati terdalam, mereka hanya menginginkan kemenangan semata-mata sebagai bentuk kesetiaan terhadap nusa dan bangsa.

Meskipun semua itu, nyatanya semua itu menjadi permainan bagi segelintir entitas yang haus kekuasaan dan ingin memuaskan dahaga kesombongan, yang dengan tak berperasaannya mempermainkan hati dan nyawa orang-orang lemah yang tak tahu apa-apa.

Jauh di dalam lubuk hati hampir semua orang disana berharap, baik kawan maupun lawan, berdo'a agar tuhan mengirimkan seseorang yang akan memadamkan kobaran api perang. Atas semua harapan dan do'a yang tak terucapkan, tuhan pun memberikan jawaban.

Ada seorang anak yang bergerak ke segenap penjuru medan perang. Hanya satu orang tapi dengan tekad yang mampu menjangkau siapapun dimanapun. Titik-titik kuning bercahaya bergerak menghambur ke semua area pertepuran. Itu adalah Uzumaki Naruto dan bunshin-bunshinnya. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Ini sama dengan dahulu saat perang dunia shinobi keempat. Membagikan chakra kepada semua orang. Juga bertempur untuk menolong teman yang sedang terdesak.

Sekarang, samar tapi pasti cahaya di penghujung perang sudah mulai bersinar.

.

Di titik ini, kubu Konoha dan sekutunya hampir sudah tak mampu lagi bertahan. Bukan hanya tentara Aliansi Tiga Fraksi yang harus mereka hadapi, tapi 2000 pengguna Sacred Gear buatan lah yang membuat mereka seperti tak punya kesempatan sama sekali.

Jumlah mereka sisa sedikit dan monster-monsters hitam ciptaan Sacred Gear Annihilation Maker milik Leonardo yang diterjunkan kesini pun juga tak sanggup lagi bertahan. Padahal ada puluhan dari jenis titan, 12 Bandersnatch, dan satu paling besar, tingginya mencapai 200 meter lebih dan diberi nama Jabberwocky.

Namun itu semua seakan tak berarti. Walau Annihilation Maker termasuk kelompok Sacred Gear peringkat atas tapi hanya ada satu, sedangkan Boosted Gear dan Divine Dividing jumlahnya sangat banyak.

Ada 1000 pengguna Artifisial Boosted Gear dan 1000 Artifisial Divine Dividing. Mereka adalah pasukan Sekiryutei dan Hakuryouku tiruan dengan Balance Breaker massal. Semuanya menggunakan Armor Scale Mail.

Bisa dibayangkan bagaimana tipisnya harapan shinobi konoha dan sekutunya!?

Hanya saja, para pemalsu itu sudah cukup sampai disini.

Sebab apa?

Sebab yang asli sudah datang.

"Kita bagi saja targetnya" usul Issei. "Kau musnahkan pemalsu Hakuryouku, aku yang menghabisi pemalsu Sekiryutei."

"Hm, tidak buruk."

Sepasang merah dan putih itu menukik turun dari langit.

Dengan armor tempur masing-masing, Promosi True Queen Cardinal Crimson Fulldrive dan Empireo Juggernaut Overdrive serta perasaan jengkel dan amarah yang bertumpuk, mereka berdua menyerang membabi buta.

Pun demikian, dalam kilatan cahaya yang silih berganti tanpa henti diiring gelombang kejut yang menggetarkan seluruh daratan beserta dentuman ledakan bertubi-tubi yang seakan menghancurkan gendang telinga, 2000 pemalsu itu pun tak tentu lagi nasibnya.

.

"Mana yang lain!?"

Bentakan Sang Juara membuat siapapun yang mendengarnya pasti terkejut.

Roygun Belphegor, wanita bersurai pink dengan sepasang tanduk kecil yang merupakan Runner-Up kejuaraan Rating Game dibuat heran atas pertanyaan itu. Tadi saja, datang tiba-tiba lalu menyerang dirinya dengan membabi buta. Untung saja ada Bedeze Abdaddon yang berada satu peringkat di bawahnya memperingatkan dia dari bahaya.

"Bellial, sebenarnya kau di pihak mana huh? Kau itu sudah berkhianat, mengikuti Rizevim, lalu kembali ke sini lagi, bahkan melawan ras sendiri? Maumu itu apa?"

"Aku tanya, di mana yang lain!?" Ekspresi Dieuhauser tidak menunjukkan kalau dia mau diajak bernegosiasi.

"Apa maksudmu?" Bedeze balik bertanya.

Diehauser meresponnya dengan aura kekuatan iblis yang sangat besar, yang meledak-ledak dari tubuhnya. Level kekuatan yang setara dengan seorang Maou.

Ini berbeda dari hari kemarin saat Roygun dan Bedeze berusaha menangkapnya. Kali ini Diehauser benar-benar serius ingin bertarung dengan niat membunuh. Tentu saja ini membuat peringkat kedua dan ketiga Rating Game mulai ketakutan.

"Pengguna Evil Piece Bidak Raja seperti kalian..."

"..."

"..."

Roygun dan Bedeze diam. Mereka tidak terlalu terkejut kalau Diehauser sudah mengetahuinya, tapi kalau sampai Sang Juara membahas masalah itu saat ini, maka...

"Tak akan ku ampuni!"

Melihat Diehauser yang seperti itu, membuat keduanya bergidik. Ini pasti akan berakhir buruk bagi mereka. Entah cerita masa lalu macam apa, mereka tidak tahu. Yang mereka tahu bahwa ekspresi Diehauser menandakan bahwa dia memendam kebencian mendalam pada Evil Piece itu.

"Bagus!" Diehauser menyeringai, "Semuanya berkumpul tanpa aku perlu susah-susah mencarinya sendiri."

Di sisi Roygun dan Bedeze, ada 15 iblis muda lain yang baru datang sebagai bantuan. Keduanya tidak meminta itu, mungkin mereka datang sendiri karena terpancing aura kekuatan iblis Diehauser yang sangat kuat.

"Kalian semua dengarkan aku! Kita tidak memiliki masalah apapun, tapi apa yang ada di dalam tubuh kalian adalah sesuatu yang sangat ingin aku lenyapkan"

Diehauser menunjukkan sesuatu di balik genggaman tangannya.

Itu...!

Evil Piece Bidak Raja.

Benar, Diehauser menyimpan satu dari delapan belas bidak Raja yang diciptakan oleh Maou Ajuka Beelzebub. Ada di tangan Diehauser, artinya dia sama sekali tidak memakai bidak itu. Baginya memakai benda yang mendatangkan malapetakan bagi adik perempuannya adalah hal menjijikkan.

Sedangkan tujuh belas sisanya, ada di dalam tubuh para iblis yang akan menjadi lawannya. Mereka menggunakan bidak itu untuk meningkatkan semua aspek kekuatan bertarung sampai 100 kali lipat.

Diehauser memperlihatkan apa yang bisa dia lakukan dengan bidak Raja di tangannya.

Evil Piece Bidak Raja retak, hancur lalu terurai sampai habis tak bersisa.

"Worthless. Itulah kemampuan orang-orang Belial. Aku percaya bahwa kalian telah mendengar tentang hal itu, benar kan?"

"Tidak! Mestinya itu kemampuan untuk membatalkan serangan lawan, tapi apa hubungan dengan musnahnya evil piece tadi?" Roygun tak mengerti apa maksud Diehauser mempertontonkan hal tadi.

"Awalnya, kemampuan Worthless orang-orang Belial hanya bisa digunakan untuk melawan kemampuan lawan. Tapi, tidak terkecuali benda sihir, selama aku tahu tentang bentuk dan substansinya, maka Worthless juga dapat meniadakannya."

Selama Diehauser tahu substansi sihir dari apapun yang ingin ditiadakannya, maka ia pasti mampu melakukannya. Evil Piece yang dia perlihatkan tadi sudah cukup lama berada di tangannya, jadi dia pasti sudah menganalisis substansi benda sejak lama.

"Jangan-jangan..."

Bedeze menerka sesuatu

"Tebakanmu mungkin tidak salah, hahaaa."

Zshhppp.

Cepat!

Diehauser menyerang pertama kali, Bedeze lah targetnya. Sementara yang lain langsung mengambil jarak aman.

"Ohhookk!"

Pukulan keras di ulu hati membuat Bedeze batuk darah. Tapi lebih daripada itu, level kekuatannya spontan turun drastis.

Roygun mengerti, "Kau sanggup meniadakan Evil Piece Bidak Raja yang ada di dalam tubuh hanya dengan menyentuh penggunanya?" Dia seakan tak percaya.

Detik dan menit berikutnya, 16 pengguna bidak raja lain telah kehilangan kekuatan tempurnya. Yang sebelumnya dikatakan sebagai kekuatan setara 17 Maou, sekarang hanya menyisakan prajurit iblis biasa.

Inilah kekuatan asli Sang Juara sejati. Tanpa bidak itu pun, dia sanggup memuncaki kejuaraan Rating Game. Dan ini bukti kalau ia tak tergantikan.

"Aku akan meladeni kalau kalian masih ingin bertarung melawanku, meski aku lebih ingin mencari iblis-iblis tua yang berada di balik kegelapan Rating Game dan mencari keuntungan dari sana. Mereka lah pihak yang harus bertanggung jawab langsung atas kematian adik perempuanku."

Ya, 17 iblis yang ada di depannya ini tidak memiliki urusan dengannya seperti yang dikatakannya tadi. Tidak ada, selain Evil Piece Bidak Raja di dalam tubuh mereka.

"Baiklah." Roygun yang bertindak sebagai pemimpin di antara 17 iblis itu mengatakan keputusannya. "Kami menyerah."

"Hn."

Keputusan yang realistis. Lagipula mau melawan dengan apa?, 17 orang menggunakan Evil Piece Bidak Raja tapi masih tak sanggup menurunkan posisi Dieuhauser dari puncak, bagaimana dengan sekarang saat mereka tidak punya apa-apa lagi?

Hanya saja...

"Kenapa kau di pihak musuh Aliansi?" Roygun masih penasaran dengan ini, awalnya dia hanya tahu kalau Dieuhaser menjadi pengikut Rizevim.

"Aku? Siapa bilang aku membela orang-orang Konoha?" Diehauser tidak pernah berkata seperti itu. "Aku hanya ingin menuntaskan urusanku, sehingga aku tidak menyimpan lagi setitik pun penyesalan."

Jadi, sudah jelas sekarang jalan seperti apa yang Diehauser tapaki.

.

Clang! Clang!

Pertarungan yang sama, dengan orang yang sama, dengan senjata yang sama bahkan teknik yang sama. Terulang lagi.

Dashh...

Traankk!

Akame, seorang Hanyou atau keturunan campuran youkai dan manusia bersenjatakan Pedang Kusanagi melawan si kakek tua dari Gereja, Kardinal Agung Vasco Strada yang menggunakan Pedang Replika Durandal.

Yang lebih muda, tepat sebelum kabur dari pertarungan mereka sebelumnya sempat menjanjikan bahwa akan menemukan cara agar bisa menumbangkan yang lebih tua. Nyatanya, itu tidak terbukti sampai sekarang.

Akame sudah berkali-kali mengganti taktik, bermacam teknik berpedang pun ia gunakan. Juga memaksimalkan keunggulannya dalam hal kecepatan.

Berbekal tubuh ramping, yang tersusun dari komposisi tulang yang lebih tipis dan ringan serta otot tubuh yang kokoh dan elastis namun tidak berlebihan jumlahnya, Akame mampu unggul dalam hal kecepatan dibandingkan Strada yang tubuhnya mirip raksasa berotot tebal.

Tebasan demi tebasan pedang Akame lancarkan seolah tanpa henti. Serangan-serangannya amat cepat hingga tak ada mata manusia yang mampu mengikuti gerakannya. Bagi peerage bidak Knight sekalipun, yang hidup di dalam dunia kecepatan dewa, kecepatan Akame sulit untuk digapai.

Tapi itu seolah tak ada gunanya di mata Strada. Orang tua ini terlampau kuat.

Dalam hal kekuatan, Durandal dari barat dan Kusanagi dari timur dapat dianggap rival yang setara. Hanya saja kekuatan sebuah senjata selalu sinergi dengan seberapa kuat tekad penggunanya. Apakah anak muda dengan mimpi setinggi bintang di langit atau orang tua yang telah bertahun-tahun menyelam dalam kubangan bau amis darah pertempuran?

Padahal di tangan Strada bukanlah Durandal asli, tapi hanya replika dengan kekuatan 1/5 aslinya. Walau begitu, kata menang tetap saja sangat sulit untuk Akame.

Prankk!

Sekali lagi, tebasar vertikal Kusanagi diblokir oleh Strada dengan replika Durandal yang melintang diagonal di depan wajahnya

"Kuakui semangat dan tekadmu, gadis kecil. Tapi sebagai orang tua, aku harus mengajarimu untuk lebih realistis."

"..." Akame tak membuka mulut, ekspresi dinginnya tak berubah sejak awal.

"Lihat kenyataan di depanmu! Jangan keras kepala!" Strada ingin agar Akame menyerah saja.

Duuaag.

Akame terpental, tak disangkanya kalau tekanan kekuatan suci dari tubuh Strada bisa mendorongnya begitu kuat. Padahal orang tua itu tidak membuat gerakan.

Di sisi lain tak berjarak jauh, Kurome bertarung dengan serius melawan Kardinal Deacon Edwald Cristaldi. Hilang sudah wajah periangnya, berganti dengan nafsu ingin mengalahkan lawan sesegera mungkin.

Hanya saja berbeda dengan Akame yang kelihatan bagai anak ayam bermain-main dengan elang, di sini Kurome mampu mengimbangi Cristaldi. Bukan karena Kurome lebih hebat dari kakaknya, Strada saja yang terlampau mengerikan.

Di tengah kemelut tak berujung bagi pihak sekutu Konoha, secercah cahaya harapan datang menelisik.

"Nona, tolong mundur. Orang tua ini bagianku."

Adalah gadis yang tidak disangka keberadaannya di tempat ini, pada pihak yang tidak semestinya. Xenovia Quarta, exorcise gereja yang direinkarnasi menjadi iblis. Semestinya dia ada di pihak Aliansi Tiga Fraksi.

"..."

Akame nampaknya punya gengsi dan harga diri, sukar baginya disuruh mundur di saat seperti ini. Pedang Kusanagi di tangannya adalah rival setara bagi Durandal di sana, ada keinginan untuk membuktikan itu pada semua orang.

"Kumohon."

"Baiklah." Akame mengalah, egonya tidak lebih penting dari hasil pertarungan. Ini bukan tentang dirinya saja, tapi demi semua orang. Lagipula di depannya hanyalah Durandal replika, memang dari pedang itu tak membuktikan apa-apa.

Menggantikan Akame yang perlahan mundur, Xenovia berdiri kokoh di hadapan Vasco Strada. Pedangnya sudah terhunus, Durandal yang asli.

Durandal Vs Durandal.

Meski salah satunya hanyalah replika, tapi ini akan jadi pertarungan yang bagus mengingat orang yang saat ini menggunakan replika Durandal adalah pengguna Durandal sebelum Xenovia.

"Yang Mulia Strada, senang bertemu denganmu."

"Begitu juga denganku, prajurit Xenovia. Melihatmu berdiri di hadapanku, sepertinya kita sudah berseberangan pihak."

Mereka berdua saling mengenal, karena mereka adalah Exorcise yang berasal dari Gereja yang sama.

"Itu tidak penting lagi, Yang Mulia. Antara kita, hanya tentang Durandal." Xenovia menegaskannya, dengan Pedang Durandal yang terhunus ke arah Stada.

Strada tersenyum sumringah mendapati pemandangan ini.

Benar, inilah yang sejak awal ia harapkan dari seorang prajurit muda sejati.

Tidak seperti biasa ketika Xenovia menggunakan dua pedang, di tangannya hanya ada Durandal. Karena seperti yang sudah dikatakannya, antara mereka berdua hanya tentang Durandal.

Dalam sekejap, Durandal asli di tangan Xenovia memancarkan aura suci yang luar biasa. Auranya terus meningkat dan sepertinya tidak akan berhenti. Aura suci yang dilepaskan sangatlah suci dan kuat, membuat lingkungan sekitarnya bergetar.

Tiba-tiba, mata Strada yang tertuju pada Durandal di tangan Xenovia menampakkan kerinduan mendalam. "Aku akhirnya bisa bertemu lagi denganmu, Durandal. Benar, ini adalah Durandal yang sebenarnya." arah matanya kembali pada Xenovia. "Sepertinya kau sudah mengalami banyak hal setelah meninggalkan Gereja?"

"Ya, itu benar sekali Yang Mulia."

Terutama beberapa saat lalu. Pengalaman bertarungnya melawan Arthur Pendragon si pemilik pedang terkuat Pedang Suci Raja Collbrande, telah memperlihatkan padanya bagaimana menggunakan pedang suci yang seharusnya. Lebih jauh dari itu, perkataan Uzumaki Naruto lah yang membuka mata hati mereka, bagaimana bertarung sebagai pengguna pedang suci yang sebenarnya. Kekuatan sebuah senjata, hanya akan muncul secara nyata saat penggunanya benar-benar kuat baik tekad, keinginan, maupun fisiknya.

Xenovia yang sekarang, sudah memenuhi semua kriteria itu.

"Datanglah, prajurit Xenovia. Tidak ada lagi yang perlu kau ragukan. Esensi dari Durandal hanyalah kehancuran."

"Ya!"

Memegang pedang suci mereka, kedua swordsman yang mengeluarkan kekuatannya mulai menutup jarak. Langkah mereka sangat tenang, tapi pasti menyimpan kekuatan di baliknya. Keduanya bergerak hingga pedang mereka saling bertemu, dan mulai beradu. Pedang Xenovia dan pedang Strada mengeluarkan kilatan perak ketika percikan api muncul karena berbenturan dan bergesekan satu sama lain.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaarrrhhhh!"

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh!"

Getaran dari kekuatan penghancurnya saja membuat seluruh medan pertempuran di sekitarnya berguncang. Ini adalah benturan pedang yang penuh dengan kehancuran dan kerusakan. Terlalu banyak kekuatan yang bertubrukan sehingga menimbulkan efek guncangan.

Pemandangan ini terlalu menakutkan, hanya mereka yang mengerti apa itu kekuasaan dan kekuatan. Pertarungan ini tidak bisa ditiru oleh orang yang tidak mengatuhi arti sebenarnya dari kekuatan.

Xenovia mengayunkan Durandalnya secara terus menerus. Strada menggunakan pedangnya untuk menyingkirkanya. Benturan dua kekuatan penghancuran mengukir kehancuran yang sesungguhnya

Sudah terlihat jelas, Durandal asli jauh mengungguli replikanya. Pedang replika itu hanya memiliki kekuatan seperlima dari yang asli. Namun harus diingat, yang memegang replika itu adalah monster. Di tangan orang tua itu, kata replika pada Durandal di tangannya menjadi tak berarti.

"Gyaaaaaaaaaaaaaaaahhhh!"

Lalu sampai titik terakhir.

Durandal asli di tangan Xenovia terpental.

Namun harga dari itu juga tinggi. Retakan timbul di bilah replika, dan nafas prajurit tua itu menjadi berat. Jelas dia sudah kelelahan. Strada terduduk dengan satu kakinya di tanah.

Jika ini terus berlanjut, Xenovia akan unggul karena jarak kekuatan fisik mereka. Pengguna Durandal sebelumnya yang memiliki kekuatan luar biasa adalah seorang pria tua berusia delapan puluh tahun, kondisi fisiknya pasti sudah melemah.

Xenovia menghampiri Strada yang sedang terduduk di tanah.

Pemenangnya sudah di tentukan.

"Diumurmu yang semuda ini kau sudah berhasil mengungguliku, prajurit Xenovia."

"Tidak! Aku memang memenangkan ini tapi aku tidak bisa melupakan fakta bahwa Yang Mulia sudah terlalu tua. Pedangmu juga replika dan sepertinya lawanmu sebelum aku, " Xenovia melirik Akame yang berdiri menonton agak jauh dari mereka, "Aku tidak tahu seberapa parah luka yang mampu dia goreskan di badanmu, tapi aku menyadarinya di saat-saat terakhir." ia tertawa kecil, "Kalau itu semua dihitung, aku masih jauh darimu, Yang Mulia Strada."

Orang tua itu tak berkata apa-apa lagi.

Setelah melihat sendiri pedang Durandal asli di tangan pemilik yang terpilih, Akame bergumam, "Aku berharap di masa depan nanti, akan ada kesempatan bagiku untuk berduel dengamu, exorcise muda." Lalu bersama tatapan dinginnya, ia meninggalkan tempatnya berdiri.

Sesaat sebelumnya, Kurome tak hentinya berdecak karena kesenangannya diganggu.

Ya, tadi Kurome cukup senang bertarung melawan Cristaldi, bahkan ia sampai serius melakukannya dengan semua kekuatan yang ia miliki, kemampuan teknik berpedang, sampai kemampuan sihir. Dirinya yang penuh optimisme yakin kalau seandainya pertarungan dilanjutkan, maka Pedang Totsuka di tangannya pasti sanggup menghancurkan replika Excalibur itu.

Sampai ada orang yang... -katakan saja tak tahu diri-, menghentikan kesenangannya.

Seorang gadis malaikat yang berteriak-teriak ingin menyelesaikan masalah antara dia dan gurunya.

Oh, gadis itu adalah murid Cristaldi.

Namanya Irina Shidou.

Akhirnya Kurome mengalah lalu menonton sambil duduk di atas batu besar.

Yang ini juga tidak biasa, jika di sebelah sana Xenovia yang biasanya bertarung dengan dua pedang tadi hanya menggunakan satu pedang saja, di sini malahan Irina yang menggunakan dua pedang.

Di samping pedang pemberian ayahnya, Pedang Hauteclere, ia juga memegang Excalibur. The True Excalibur, yang mana ketujuh pecahannya sudah bergabung menjadi satu. Azazel lah yang memaksa Xenovia melakukan penggabungan itu dengan Absolute Order-nya.

Awalnya Irina enggan, dia memiliki setitik harga diri, tapi luluh juga setelah Xenovia meyakinkan kalau dia sendirian tidak akan bisa memang melawan guru mereka yang menggunakan replika Excalibur kalau tidak menggunakan Excalibur yang asli.

Jadi lah begitu.

"Eghh!"

Nampak sekali kalau Irina kesusahan membuat perlawanan terhadap setiap serangan yang gurunya lancarkan.

"Kemana adabmu, berani menantangku gurumu ini dengan setumpuk emosi negatif begitu hahh!?"

"Sensei, emosiku masih positif tahu. Tidak lihat apa, lingkaran halo di atas kepalaku bersinar terang? Sayapku juga masih putih bersih!" bantah Irina.

Memang begitu, jika seorang malaikat seperti Irina memiliki niat atau emosi jahat, pastinya akan ada noda hitam di sayapnya dan lingkaran cahaya juga akan padam.

Di bangku penonton, Kurome mencibir. "Mereka bertarung atau apa sih?"

Sebenarnya kekuatan dan kemampuan bertarung Irina bukan main-main, ia juga serius. Bahkan dapat dikatakan lebih baik dari ketika bersama Kiba dan Xenovia saat melawan Arthur. Meski tidak seperti biasa, tetap saja dengan menggunakan dua pedang sekaligus tak dapat dipungkiri kalau keahliannya berpedang sangat mumpuni, tidak kalah dari Xenovia. Apalagi dengan True Excalibur di tangan kirinya dan Hauteclere di kanan, seharusnya ia bisa mengalahkan gurunya yang hanya memakai replika Excalibur ini dengan sangat mudah.

Seharusnya, tapi kenyataan tidak begitu.

Xenovia memang sanggup mengalahkan Strada yang jauh lebih kuat dari Cristaldi, tapi itu karena mereka hanya fokus pada saling membenturkan kekuatan penghancur.

Namun disini berbeda.

Pasangan guru dan murid itu bertarung teknik dan taktik licik.

Meski hanya replika tapi tetap memiliki tujuh macam kemampuan pecahan Excalibur, dan Cristaldi menggunakannya dengan sangat baik.

Jadi, Irina hanya kurang pelajaran dan pengalaman di sini. Juga kurang otak sebenarnya. Akan tetapi itu menjadi pembeda yang jauh antar mereka.

Mereka saling membenturkan pedang. Tapi keunggulan telak bagi Cristaldi yang mampu menggunakan replika Excalibur dengan sangat baik, bahkan dia juga mampu mengkombinasikan beberapa kemampuan pecahan Excalibur sekaligus, yang Irina baru pertama kali ini melihatnya.

"Irina, jika kau masih hidup setelah perang ini lebih baik kau kembali ke Gereja. Belajar lagi di Akademi Exorcise!"

"Heh!? Tidak kah itu aneh? Siapa yang akan menjadi guruku kalau aku kembali kesana?"

"Aku! memang siapa lagi?"

"Haaaaaaah? Seandainya aku selamat dan kembali ke gereja, berarti Sensei sudah aku kalahkan di sini. Buat apa lagi berguru padamu?"

Itu logika yang benar.

Tapi aah...

Dengan masih saling berdebat, mereka tidak henti-hentinya bertarung. Bukannya melemah, tapi suara dentingan logam dari pedang yang saling beradu semakin kencang dan intens.

Lain halnya antara Xenovia dengan Strada yang ditentukan dengan kemenangan maka antara Irina dan Cristaldi tidak lebih dari sekadar reunian. Pertarungan yang hanya sebatas ajang pembuktian bagi Irina kalau ia akan melangkahi pencapaian gurunya.

Entah sampai kapan mereka akan bertarung?

Bagi Cristaldi sendiri, dalam hati ia sebenarnya sudah mengaku kalah apalagi setelah merasakan di sebelah sana bahwa panutannya, Kardinal Agung Vasco Strada dikalahkan Xenovia. Itu saja, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia lewat apa yang telah dicapai oleh kedua muridnya ini.

Lalu bagaimana dengan perang ini?

Ah sudahlah, sebenarnya jauh di dalam diri Cristaldi, ia sendiri tak begitu mengerti. Ia hanya mengikuti perintah saja.

Jadi dapat disimpulkan, bahkan dalam perang sekalipun pertarungan tidak selalu harus diakhiri dengan kemenangan satu pihak. Saat dua hati yang berbenturan sudah saling mengerti, maka saat itu lah bendera perang semestinya diturunkan.

"Ayo kita pergi dari sini, Kurome." ajak Akame dengan nada datar.

"Oke, kakak!"

Kedua Hanyou itu pun pergi, setelah yakin kalau di titik ini tidak akan ada masalah lagi. Berarti dengan begini, maka dapat dikatakan bahwa masalah besar yang mulanya sangat menyusahkan Konoha dan sekutu, yakni pasukan elit yang terdiri dari 17 iblis setara Maou, 2000 pengguna Arfitisial Sacred Gear Divine Dividing dan Boosted Gear, serta 1500 exorcise pengguna replika Durandal dan Excalibur telah diatasi berkat bantuan yang dibawa oleh Uzumaki Naruto.

.

Ada dua orang pemuda yang sedang menyeringai keji terhadap satu orang tua. Tidak sopan memang, tapi apa gunanya itu kalau jadi musuh perang.

"Naaaa, Cao Cao! Kau sudah tahu harus bagaimana?"

"Ya sama sepertimu, Sasuke. Yamanaka-san juga mengirimiku ingatan dari dunia lain. Ingatan tentang cara mengalahkan orang itu. Pffft!"

"Kenapa lagi!?"

"Mendengar kalau cara itu berhasil, aku jadi ingin tertawa."

Melihat dua pemuda di depannya saling berbisik, Sang Raja Agung Great King Bael agak tersulut emosi. Apa-apaan pemuda kurang adab di depannya ini?

"Kalian tidak sedang meremehkanku kan?"

"Terserah mau menganggap seperti apa, tapi sudah semestinya yang lebih tua meninggalkan alam ini lebih dulu." Cao Cao dengan entengnya menantang, memprovokasi musuhnya.

Tapi yang namanya Zekram tak akan terperangkap ucapan Cao Cao semudah itu.

"Sudahlah, jangan membuang-buang waktu!"

"Oke." Cao Cao mengacungkan tombaknya ke langit. "Ultimate Balance Break!"

Third Shift of Polar Night Longinus Chakra Valdine

Ada banyak perubahan pada sekitar Cao Cao, oleh banyak sekali bola cahaya berterbangan dan sebuah cincin cahaya yang berputar sembari mengeluarkan suara melengking.

Sasuke juga mulai, sharingannya berkedut sekali. Dia melesat lebih dulu ke depan.

Tertinggal di belakang, Cao Cao melafal mantra.

"O Spear!, Holy Spear sejati yang menembus Tuhan! Seraplah ambisi King of Domination yang tidur di dalam diriku, menembus celah berkat dan kehancuran! Engkau, mengumumkan kehendak, dan berubah menjadi cahaya!"

Cincin cahaya di belakang Cao Cao bersinar lebih terang, dan aura yang menyelimuti tombak True Longinus juga meningkat sampai batas tertingginya. Cao Cao meneriakkan bagian terakhir!

Truth Idea

Seakan tombak sedang diberkati, ia mengeluarkan cahaya menyilaukan dan gelombang suci terpancar kuat. Gelombang suci yang dikeluarkan oleh tombak tersebar di seluruh langit, mengalahkan sinar jingga mentari pagi.

PIIIIIIIIIIINNNN!

Zekram waspada, duet musuhnya lebih dahulu menyerang. Dengan serangan yang tidak setengah-setengah pula. Ini akan berakhir buruk kalau dia sampai gegabah. Ia membuat langkah kecil dengan kekuatan iblis Power of Destruction.

Tapi...

KAAAAA!

Seolah tanpa gerakan apa-apa, Zekram menerima serangan kritis. Cao Cao tepat di depannya, menusuk perutnya dengan tombak suci. Ia terkejut, otaknya tak mau menerima kenyataan ini.

"Tidak mungkin!"

Ujung tombak suci True Longinus sudah menancap dalam di perut Zekram, sinarnya teramat terang hingga menelan habis tubuh Zekram.

Diserang langsung seperti ini menggunakan True Longinus yang mengaktifkan Truth Idea yang di dalamnya terdapat otoritas atas kehendak tuhan dalam Bible, maka setangguh dan sekuat apapun iblis tak mungkin selamat.

"Sialaaaan! Kalian curang!"

"Tidak ada kata curang dalam perang, Zekram yang Agung. Hahahahaaa." Cao Cao tertawa senang sambil menusukkan tombaknya lebih dalam ke perut Zekram.

Lalu semua ini selesai dalam waktu singkat. Dengan begitu mudah bagi Uchiha Sasuke dan Cao Cao, duet Kapten Divisi Pertama dan Keempat menghabisi orang nomor satu di Underworld yang berdiri sebagai bayangan Yondai Maou, Zekram si Pendiri Keluarga Iblis Bael sekaligus cikal bakal ras iblis saat ini.

"Ternyata trik kotor seperti tadi benar-benar bisa dipakai. Tch! jadi kurang menarik." Cao Cao mendengus dengan arogan.

"Karena tidak ada tantangannya bagimu huh?"

"Ah sudahlah." Cao Cao melenggang pergi lebih dulu, masih banyak musuh yang harus dia kalahkan dalam perang ini.

Muncul di benak, kenapa bisa segampang ini mengalahkan Zekram? Padahal orang tua itu sangat ditakuti di Underworld, Maou pun menurut kepadanya.

Jawabnya mudah, karena Sasuke dan Cao Cao sudah pernah mengalahkan Zekram sebelumnya, di dunia paralel lain.

Ino Yamanaka, Ketua Unit Informasi lah dalang di baliknya. Ia masih ingat hasil pertarungan ini sebelum di reset oleh Akemi. Di waktu dunia ini, ia kirim informasi itu kepada Sasuke dan Cao Cao melalui telepati Sintenshin no Jutsu. Shikamaru lah yang menyuruhnya sebab sebisa mungkin Zekram harus secepatnya dihabisi.

Berbekal informasi tersebut, dimana saat itu Zekram kalah oleh muslihat kecil, maka tadi itu Sasuke dan Cao Cao melakukan hal yang sama.

Genjutsu sederhana untuk membuat ilusi sugestif agar Zekram tertipu, Truth Idea aktif sebagai inti serangan pamungkas, lalu Rinnegan untuk menggunakan jutsu Amenotejikara. Berkat kombinasi tiga teknik itulah, Zekram ditumbangkan dengan mudah.

Satu pertanyaan lagi? Apakah yang dilakukan Ino tidak berdampak buruk pada aliran waktu dunia ini, padahal informasi itu berasal dari Reset Akemi yang seolah menantang ke-maha teraturan Cardinal System? Seperti yang terjadi pada mereka oleh keberadaan Falbium di markas pusat.

Jawabannya, tidak!

Sebelum di reset Zekram kalah, dan kali ini pun juga dikalahkan. Jadi tidak ada yang salah bukan?

Alur waktu dunia tidak terganggu sedikit pun.

Kalau sudah ditakdirkan mati, yaa pasti mati. Mau kapan dan bagaimanapun caranya, pasti tetap terjadi meski dengan rangkai peristiwa berbeda-beda. Itulah hukum konvergensi waktu, dimana takdir tak mungkin diubah sekuat apapun seseorang berusaha.

.

Inuzuka Kiba dan Akamaru bertarung dengan sangat brutal, tak ubahnya hewan buas yang menggunakan taring dan cakarnya untuk mengoyak mangsa tanpa ampun.

Mereka berdua bergabung menjadi serigala putih raksasa dengan tiga kepala. Mirip dengan Cerberus di dunia ini, tapi setelah melihat apa yang sanggup dilakukannya mungkin bisa dikatakan dia lebih buas dari Cerberus si anjing neraka.

Hal yang membuatnya lebih mengerikan lagi adalah armor zirah tempur yang dipakai anjing raksasa itu, yang tidak hanya berfungsi sebagai baju baja pelindung tadi juga senjata kelas berat. Heavy Weapon Suite dengan persenjataan lengkap, terdapat laras gatling yang menembakkan amunisi kaliber besar, bahkan misile launcher dan laser canon. Pada beberapa bagian terdapat Jetbooster Propulsion System untuk mendukung akselerasi tinggi dan manuver tajam.

Benar-benar brutal!

Setiap serangan Kiba tidak hanya melukai musuh tapi juga sangat merusak lingkungan sekitar.

Lain dengan Kiba, Aburame Shino bertarung dengan sunyi. Sudah menjadi ciri khasnya, bertarung dengan menyebarkan serangga-serangga pada musuh. Dia membuat serangan skala luas pada musuh yang masuk dalam radius serangan.

Serangga pemakan energi sihir, mampu menginfiltrasi jaringan kulit dan masuk ke dalam organ tubuh. Menyerap energi inangnya untuk tumbuh besar sampai inangnya mati. Selain itu ada juga jenis serangga peledak. Jenis ini mampu menghasilkan letupan-letupan kecil seperti petasan. Tidak terlalu berbahaya memang, tetapi bagaimana kalau puluhan serangga itu masuk ke dalam tubuh lewat mulut, hidung dan telinga tanpa disadari lalu meledakkan diri? Tentu saja membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Ada pula serangga beracun. Dan masih ada banyak jenis serangga baru yang Shino kembangkan untuk meningkatkan kekuatan tempurnya.

Hanya saja...

Shino mulai melangkah mundur. Kiba dan Akamaru kembali ke bentuk semula, pun weapon suite-nya kembali ke mode inactive berbentuk koper seukuran lemari.

"Kehabisan chakra ya, Shino?"

Dijawab dengan anggukan.

Kiba juga mengalami hal yang sama.

Karena serangan dua shinobi Konoha ini mengendur, maka musuh-musuh yang ada mulai merengsek maju.

Tentu saja ini buruk.

Tapi nampaknya ekspresi Kiba dan Shino tidak menunjukkan kalau mereka ketakutan. Bahkan dua laki-laki itu tenang-tenang saja. Karena mereka tahu bahwa ...

"Ai yoooo! Lama tidak jumpa, Shino Kiba!"

Woofff

"Hai juga, Akamaru."

"Kau lama, Naruto."

"Mana chakra untuk kami?" pinta Shino.

"Oke, sabar sedikit!"

... tahu bahwa ada seorang sahabat yang pasti akan datang mengulurkan tangannya dimanapun dan kapanpun mereka terdesak. Itu pasti.

Setelah melakukan toss, Naruto melesat pergi.

Kiba dan Shino menyeringai, chakra mereka kembali penuh bahkan sampai meledak-meledak sehingga beberapa kali lebih kuat dari semula. Pun juga dengan Akamaru. Tubuh mereka bertiga terbungkus oleh aura jingga yang berasal dari chakra kyubi.

"Ayo kita hajar mereka lagiiiii, Akamaru!"

Kombi Henge

Kiba dan Akamaru bergabung lagi menjadi serigala raksasa dengan tiga kepala. Heavy Weapon Suite pun kembali aktif dan menjadi armor untuk mereka.

CiuuuCiuuuCiuuuCiuuuCiuuu

Puluhan misil di tembakkan. Tapi tak cukup sampai di sana...

Oaiga Gatenga

Ngiiiiiinggg!

Setiap musuh yang berada di jalur serangan dilindas sampai remuk.

"Ada banyak seranggaku yang kelaparan rupanya."

Kidaichu: Mushikui

.

"Kalian berdua membutuhkan ini bukan?"

Mendapat tepukan di bahu, semangat tempur Shibi Aburame dan Chouja Akemichi naik sampai maksimal lagi. Chakra mereka sudah penuh, nampak dari aura jingga yang menyelimuti tubuh. Padahal tadi kedua veteran perang ini sudah hampir kehabisan tenaga, tapi dengan begini mereka bisa bertempur lagi sekuat tenaga.

Agak jauh dari mereka berdua, puluhan shinobi konoha lainnya juga mendapat jatah chakra, termasuk sekutu-sekutu mereka.

Chouja bergumam dalam senyum simpulnya, "Anak itu! Tidak habis-habisnya dia menolong kita."

"Ya." sambung Shibi singkat.

.

Tidak ada satupun Shinobi Konoha yang tak berjuang keras. Bahkan untuk shinobi yang satu ini, meski secara teknis dia bukan lagi manusia. Dia seorang malaikat reinkarnasi, tapi tetap saja sejatinya dia adalah seorang shinobi.

"Ada untungnya juga direinkarnasi menjadi malaikat."

Ucapnya dengan senyum khas terkembang di bibir. Dia terbang melayang di udara pada ketinggian rendah dengan sayap putih indahnya.

Ada yang seseorang yang datang mendekat padanya, terbang juga walau tak punya sayap.

"Waaaaah, Sai. Kau semakin keren."

"Bisa saja kau, Naruto." balasnya menyapa. "Ada perlu apa kemari?"

"Perlu tambahan chakra dariku?"

"Kupikir tidak, pasti ada yang lain yang lebih membutuhkan dibanding aku. Sekarang aku punya kekuatan baru sebagai malaikat, chakraku meningkat berkali-kali lipat dengan semua jutsu ninjaku masih melekat kuat."

Sai membuka lembaran kanvas besar, sang malaikat mulai melukis. Kemampuan yang sangat hebat sebab sebuah lukisan mampu ia selesaikan dalam waktu beberapa detik saja.

Ninpou: Choshin Giga

Naruto terperangah, ini berbeda jauh dengan jutsu Chosin Giga sebelumnya. Setelah menjadi malaikat, monster-monster tinta ciptaan Sai menjadi jauh lebih kuat dan berkilauan cahaya.

"Okke, kalau begitu aku ke tempat lain saja."

Sai memberikan senyumannya.

.

Ada yang berjuang keras dengan pertarungan, ada pula yang memeras keringat demi memastikan tidak ada satupun kawan yang lukanya tak terobati.

Adalah Tsunade dan Sakura. Persis seperti saat Perang Dunia Shinobi Keempat ketika ingin menumbangkan Pohon Shinjuu yang dihidupkan oleh Jinchuriki Juubi -Uchiha Obito, kali ini mereka pun melakukannya lagi. Menebar semua bagian tubuh Katsuyu untuk mengobati yang terluka dengan ninjutsu medis massal jarak jauh.

Katsuyu yang berada di titik ini tidak lah sebesar yang pernah dipanggil pada perang dunia shinobi keempat. Hewan-hewan kuchiyose yang mengikat kontrak dengan para shinobi, umumnya hidup dan tinggal di tempat lain yang terpisah dan jauh dari Konoha. Seperti Katsuyu yang tinggal di Hutan Sikkotsu dan Gamabunta yang tinggal di Desa Katak.

Namun beruntung bagi mereka ketika kiamat tiba di dunia Shinobi, ada fragmen tubuh Katsuyu yang sedang berada di Konoha. Hanya seukuran tikus tanah.

Demi persiapan perang, Sakura dan Tsunade sebagai shinobi yang mengikat kontrak dengan Katsuyu lalu melakukan penelitian dan berhasil membuat fragmen itu tumbuh besar dengan cepat. Tapi karena tenggat waktu yang tak terlalu lama, fragmen itu hanya tumbuh sampai sepersepuluh ukuran tubuh asli Katsuyu di dunia shinobi. Walau begitu, tetap saja hewan kuchiyose ini sangat penting peranannya.

"Andai saja ada lebih banyak bagian tubuh Nona Katsuyu yang bisa kita gunakan, pasti keadaannya akan lebih baik."

"Seharusnya untuk umurmu saat ini, tidak perlu ada kalimat keluhan yang keluar, Sakura."

Itu ejekan bahwa Sakura tidak lebih dewasa dari yang dulu.

Pasangan guru dan murid ini berdiri di atas tubuh Katsuyu yang tersisa. Padahal mereka sudah melepaskan segel Byakugou bersama-sama, membuat genangan lendir tubuh Katsuyu pada area penyambuhan yang cukup luas, yang hanya dengan berdiri diatasnya saja, prajurit yang terluka bisa langsung sembuh.

"Tsunade-sama, tapi ..."

"Ck, terlalu banyak tapi! Keluarkan semua chakramu, bahkan jika harus menyisakan setetes saja untukmu hidup, mengerti!"

"Iya-iyaa, aku mengerti. Pasti kulakukan."

Hap...

"Hehheee..." Si pirang datang bersama cengiran khasnya. "Ini, suplai chakra untuk kalian berdua. Aku beri lebih banyak dari yang lainnya karena kalian adalah unit medis yang sangat penting." Lalu dia menepuk bahu Sakura dan Tsunade.

Aura chakra berwarna jingga membungkus tubuh kedua kunoichi tersebut. Tidak hanya chakra normal saja yang kembali pulih, tapi deposit chakra Byakugou mereka juga terisi penuh.

"Banyak bicara kau, Bocah!" Tsunade tampaknya tak ingin mengucap terima kasih.

"Waaaa, Naruto! Untung saja kau datang disaat yang tepat." Sakura sudah menduganya, pria ini sekalipun tidak akan pernah meninggalkan sahabatnya. Apalagi di saat-saat genting, saat diperlukan, pria ini selalu ada.

"Selain itu, kupikir aku juga bisa melakukan ini!"

Naruto berjongkok, dia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Katsuyu dan sesuatu yang tidak biasa pun terjadi.

Hanya butuh waktu sekejap, tubuh Katsuyu tumbuh besar sampai ukuran aslinya di dunia shinobi yang ada di hutan Sikkotsu. Luar biasa besar. Tsunade dan Sakura membuat tubuh itu mencair lagi, sehingga area penyembuhan menjangkau radius yang jauh lebih luas, sampai 10 kali semula.

"Chakra yang kau berikan pada Katsuyu terasa berbeda dengan chakra yang kau berikan pada kami." ucap Tsunade.

"Memang begitu. Untuk kalian, kuberi chakra yang berasal dari Kyubi. Dia satu-satunya bijuu yang dapat memproduksi chakra tanpa batas jumlah, meski perlu beberapa waktu untuk dia mengumpulkannya. Sedangkan untuk Katsuyu, aku memberinya chakra senjutsu rikudou. Chakra yang penuh dengan energi kehidupan, yang dapat meregenrasi bagian tubuh yang telah mati maupun membuat makhluk hidup tumbuh besar lebih cepat secara instan."

Dalam hati, Tsunade memuji Naruto yang semakin pintar dalam urusan mengelola chakra.

Sedangkan Sakura, "Melihat hal ini, penelitian yang susah-susah kulakukan jadi tidak ada artinya." katanya sedikit jengkel.

Bagaimana tidak?

Dari fragmen tubuh Katsuyu seukuran tikus tanah, perlu penelitian rumit dan kerja keras selama berbulan-bulan agar Katsuyu tumbuh besar. Itupun hanya mencapai 1/10 dari ukuran asli.

Sedangkan Naruto, hanya dengan memberinya sejumlah chakra saja lalu dalam sesaat tumbuh 10 kali lebih besar dari segala usaha dan jerih payah yang susah-susah dia lakukan.

Keterlaluan!

Dunia serasa tidak adil antara shinobi biasa dengan pewaris chakra Rikudou. Begitu isi hati Sakura. Dia jadi iri, tidak hanya pada Naruto saja tapi juga Sasuke yang sama-sama mewarisi chakra Rikudou Sennin Hagoromo Ootsusuki. Bahkan Hinata yang setelah kejadian di bulan, baru ketahuan ternyata juga mewarisi chakra Rikudou Hamura.

"Yosh! Kalau begitu, aku akan ketempat lain untuk berbagi chakra." Naruto melesat pergi setelah berteriak.

Dengan begini, Tsunade dan Sakura kembali ke tugas mereka, dengan jauh lebih mudah.

.

HAAPPP!

Dassshh

Satu lagi, tentara iblis kelas bawah terpental oleh pukulan Jyuken.

"ghhh.. Huaaaah. Hhh!"

Hiashi tersengal berat. Nafasnya terdengar putus-putus seperti orang yang mendekati ajal. Tubuh tuanya tak bisa diajak kompromi untuk bertarung sekeras ini. Padahal kontribusinya mengalahkan musuh belum terlalu banyak, hanya beberapa prajurit musuh kelas bawah yang sanggup ia tumbangkan, sedangkan semua pasukan Konoha dan sekutunya sedang digempur musuh dengan brutal.

Musuh yang baru ia serang telah bangkit lagi. Dia sedikit tertatih, tapi kondisinya lebih baik dari Hiashi.

"Aku sudah terlalu tua untuk ini!"

Hyuga yang sudah sedikit beruban itu mulai mengendur semangatnya, apalagi melihat dirinya sudah terkepung. Entah berapa banyak, Byakugannya terlalu malas untuk menghitung. Belum lagi, ada beberapa diantara musuh yang kekuatannya termasuk kelas menengah ke atas. Hiashi mana mungkin sanggup bertahan.

Ciiuuu...

Sebuah serangan sihir merengsek cepat ke arahnya.

Hakkeshou Kaiten

Hiashi berputar kencang, menciptakan dinding chakra berwarna biru berbentuk kubah setengah bola yang terbentuk dari penggunaan teknik Jyuken untuk melepaskan sejumlah chakra dari setiap tenketsu. Berputar dengan kecepatan tinggi sehingga terbentuk lapisan chakra untuk pertahanan.

Serangan tadi berhasil ditepis.

Tapi!

Kalau diserang sekaligus oleh puluhan musuh dengan sihir yang lebih kuat?

Mustahil Hiashi sanggup bertahan.

"Gawat!" Hiashi mungkin sudah pasrah.

Namun...

Flaaassshhh

Dhuuuarrrr!

Putaran Kaiten berhenti, Hiashi masih hidup. Bukan dirinya yang ditelan ledakan, namun semua musuhnya yang meledak. Benar-benar meledak sendiri, yang berasal dari dalam rongga dada mereka. Seakan semua serangan sihir tadi kembali kepada pemiliknya masing-masing, bersarang di dalam tubuh lalu meledak sehingga mati dengan jasad berhamburan.

Hiashi seakan tak percaya, "Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?"

"Bisa saja kalau aku yang melakukannya..."

"Kau!" Hiashi terkejut begitu menyadari ada seseorang di dekatnya. Sekarang adalah pertama kali dia bertemu dengan orang ini semenjak mereka berpisah berbulan-bulan lalu ketika Konoha baru tiba di semesta ini.

"Tou-sama."

"Hinata! Kau yang menolong Tou-sama barusan!"

"Mana mungkin kan Hinata membiarkan Tou-sama terluka?" Hinata tersenyum tipis. Bagaimanapun ia senang, dulu orang tua inilah yang selalu melindunginya, bahkan dulu saat dirinya masih kecil diculik oleh ninja Kumo, orang tua inilah yang menyelamatkannya. Ayah kandungnya. Sekarang..., ia bisa membalas budi walau ia tahu sebesar apapun yang dia lakukan tak akan pernah cukup untuk membalas budi kepada orang tuanya.

"Tapi...?" Hiashi ingin mempertanyakan bagaimana putrinya menyelamatkannya tadi. Tapi begitu menyadarinya, melihat langsung iris mata putrinya itu, dia tahu dan dia yakin putrinya kini tidak sama lagi dengan putri kecilnya dulu.

Hinata Hyuga saat ini tampak sangat berbeda. Sangat kuat dan tangguh, teguh pendirian, serta nampak sangat percaya diri. Dia menjadi sekharismatik suaminya. Hiashi sampai tak bisa berkata apa-apa lagi.

Menyadari ayahnya mengamatinya terus dari tadi, "Ada apa, Tou-sama?"

"Matamu?"

"Doujutsu baru Hinata, Byakugan yang telah berevolusi sempurna. The True Tenseigan."

Keheningan sejenak antara sepasang ayah dan anak itu, sampai...

"Tou-sama tidak akan bertanya, apa lagi minta penjalasan." Hiashi sadar betul bawah sekarang mereka tengah di situasi perang. "Ayo kalahkan mereka."

Hinata menggapai tangan ayahnya, menggenggamnya erat. Kemudian iris mata True Tenseigan berputar, kemampuan tertinggi -Time Extra, diaktifkan.

~Dunia Dimensi Keempat; On~

"Tak usah terburu-buru, Tou-sama."

"Ini...!?" lagi-lagi Hiashi dibuat terkejut dengan apa yang sanggup putrinya perbuat. Penampakan yang baru sekali ini dia lihat selama hidup. Saat semua yang ada di alam semesta diam total, tiada gerakan, bahkan cahaya pun berhenti.

"Dunia Dimensi Keempat, tempat untuk makhluk empat dimensi yang mengaktifkan kemampuan Time Extra. Tou-sama bisa melihat bukan, roda waktu dunia seolah berhenti."

Hiashi dapat menyaksikannya. Ia pun mengerti bahwa bukan waktu yang berhenti melainkan ia dan putrinya yang memiliki dimensi waktu tambahan.

"Jangan lepaskan tanganmu dari Hinata, Tou-sama."

"Ah ya, Tou-sama mengerti. Kalau Tou-sama berlepas darimu, Tou-sama akan sama seperti mereka."

Kalau Hiashi melepaskan tangannya dari Hinata, maka dia akan kembali menjadi makhluk tiga dimensi. Ini sama mekanismenya dengan yang dilakukan Maou Ajuka Beelzebub saat bertarung melawan Hinata.

"Emh, walau Hinata harus membayar mahal untuk ini. Selama mengaktifkan kemampuan ini, selama itu pula umur Hinata harus dipotong."

"Kalau begitu...!"

"Tak perlu dipikirkan. Lagipula ..."

Hinata menggantung kalimatnya. Ia tidak ingin mengatakan kalau kurang dari 6 jam lagi dunia akan kiamat. Jadi seberapapun umurnya dipotong, bukan masalah.

"Hm?"

"Ah iya, di mana Hanabi-chan?" tiba-tiba Hinata merindukan adiknya yang sudah lama tidak ia temui.

"Tou-sama tidak mengijinkan dia ikut perang. Dia terlalu muda untuk masalah ini."

"...?"

"Dia di Konoha, mengevakuasi warga sipil bersama Konohamaru dan teman seumurannya yang lain."

"Aaaaahh. Padahal Hinata ingin sekali bertemu dengannya, memeluknya erat."

"Nanti. Setelah kita menangkan perang ini."

"..."

"..."

Setelahnya mereka berdua hanya saling tatap, habis sudah yang ingin dibicarakan.

Jadi...

Grepp!

"Tou-samaaaa. Hikss." Hinata tersedu dalam peluk ayahnya.

"Tou-sama tidak tahu apa yang kamu kerjakan selama ini, tapi Tou-sama bisa merasakan seberapa berat beban yang kamu tanggung. Putri Tou-sama tidak mungkin menangis begini kalau hanya untuk masalah kecil, ya kan?"

"Mmm." Hinata mengangguk.

Hiashi membelai lembut rambut putrinya yang semakin panjang.

Lama suasana saling melepas rindu antara mereka. Jadi bukan untuk bertarung Hinata menggunakan Time Extra, melainkan untuk ini. Semengerikan apapun dia sekarang, untuk keluarga dia tetaplah perempuan paling lembut di dunia.

Merasa sudah puas dengan rindu yang tersampaikan, Hinata melepas diri dari rangkulan sang ayah.

"Sudah puas hm?" mata Hiashi sedikit menyipit akibat senyuman di bibirnya.

"Mana mungkin Hinata puas, tapi..."

Perang masih berlangsung.

Melihat ke sekeliling, muncul pertanyaan di benak Hiashi. "Kalau putri Tou-sama memiliki kemampuan sehebat ini, kira-kira apa ya yang bisa dilakukannya?" matanya melirik ke arah sang putri.

"Apapun." jawab Hinata tegas. Seolah anak kecil yang ingin menunjukkan raport belajar bahwa dia mendapat peringkat pertama, Hinata menyururuh ayahnya melakukan sesuatu. "Coba gunakan tangan Tou-sama yang satunya untuk membuat pukulan Hakke Kushou."

Hiashi melakukan apa yang dikatakan putrinya, tangan kanan yang tidak dipegang oleh Hinata ia pukulkan ke udara kosong setelah membuat kuda-kuda.

Hiiaatt!

Hiashi tampak bingung, "Rambatan udara vakum dari Hakke Kushou terhenti."

Berhenti pada jarak setengah meter.

"Memang begitu, Tou-sama. Seteleh dilepaskan, pukulan itu tidak lagi menjadi bagian dari makhluk tiga dimensi karena sudah terikat dengan hukum waktu dunia."

"..." Kalau begitu untuk apa pukulan tadi?

"Akan Hinata buat begini." Hinata memusatkan kekuatan matanya dengan kemampuan manipulasi posisi untuk mendistorsi ruang.

"Hah? Kemana bekas pukulan Hakke Kushou tadi?"

Hinata menunjuk dengan wajahnya, "Disana."

Tepat di depan wajah salah satu prajurit malaikat jatuh, hanya berjarak satu senti di depan hidungnya.

"Lalu kita lihat hasilnya."

Time Extra dinonaktifkan

~Dunia Dimensi Keempat; Off~

Buaaagghh!

Iblis itu terpental ke balakang, wajahnya biru lebam menandakan ada memar hebat disana. Bahkan hidung mancungnya sampai patah, hingga dia tak sadarkan diri lagi.

"Sugoi."

"Ahaa, iya dong." Meski agak sadis karena menyakiti makhluk lain, tapi Hinata seolah melupakannya. Dia tak ubahnya anak kecil yang mempertontonkan hasil usaha terbaiknya kepada ayah tercinta.

Hiashi tersenyum karenanya. Apalagi melihat putri yang dia sayangi bisa tersenyum senang seperti ini.

"Iya. Sudah cukup, Hinata. Jangan lupa kalau kita berada di tengah peperangan."

"Baiklah. Ayo kita serius, Tou-sama."

"Ya."

"Lakukan seperti tadi, tapi dengan kekuatan lebih besar dan lebih cepat."

"Tou-sama mengerti."

Bersisian, pasangan ayah anak itu membuat kuda-kuda rendah yang kokoh.

Hakke Rokujuuyon Shou

Hakke Rokujuuyon Shou

Sekaligus dua orang, 64 rentetan pukulan jyuken dilancarkan dengan kecepatan tinggi.

Mereka memang memukul udara kosong, tapi...

Secepat pukulan khas Hyuga itu, secepat itu pula jumlah pasukan musuh yang berjatuhan.

Katakanlah apa yang dilakukan oleh Hinata dengan True Tenseigannya terlampau mengerikan. Setiap satu gelombang pukulannya juga pukulan ayahnya, dia pindahkan posisinya secara akurat ke dalam otak setiap lawan. Maka yang harus oleh musuh hanyalah satu, kematian.

Ada seekor naga entah dari mana datangnya, melihat apa yang dia lakukan di sini sudah jelas ketahuan kalau makhluk itu adalah musuh Konoha. Hinata dan Hiashi berhenti sejenak, mengalahkan prajurit biasa memang gampang tapi kalau monster berukuran besar akan sedikit lain cerita. Bukan tidak sanggup tapi perlu metode yang tepat.

Hanya saja...

GRROOOOOOOAAAARRRR...!.

Naga itu beringsut mundur saat naga lain mengaum kencang kepadanya dari atas langit. Naga berkaki dua dengan sayap lebar, yang seluruh sisiknya berwarna biru. Superioritas naga biru itu pasti menekan nyali naga yang hendak menyerang Hinata dan Hiashi.

Tapi, si naga biru tak memberi ampun. Dia menyemburkan nafas api yang sangat panas, sangat banyak hingga menelan habis lawannya, memanggangnya tanpa ampun sampai tulang pun tak bersisa.

Hiashi sedikit bergidik, kalau naga biru ini musuh pasti akan berbahaya. Sang naga biru turun dari udara sembari bertransformasi menjadi wujud manusia, perempuan berambut biru panjang dengan wajah yang sangat cantik. Hiashi makin heran dibuatnya.

"Tou-sama tenang saja. Anggap saja makhluk itu sebagai pelayan Hinata."

"Pelayanmu seekor naga!? Ya benar saja, Hinata."

"Ufufuu. Hinata tidak tahu, tidak mengerti kenapa dia jadi begitu. Yang pasti, setelah Hinata mengalahkan tuannya, Maou Ajuka Beelzebub, dia tiba-tiba saja berpindah tuan pada Hinata."

"Tou-sama tidak mengerti apapun tentang makhluk-makhluk di dunia ini."

"Kalau tidak salah ingat, namanya Tiamat. Chaos Karma Dragon, Sang Ratu Naga Sisik Biru, terkuat diantara lima Dragon-King. Entah benar atau tidak, kata orang-orang kekuatan naga ini setara dengan maou. Dengan dia di sini, berarti akan lebih mudah."

Hiashi geleng-geleng kepala dibuatnya. Ahh, apapun dan bagaimanapun itu, yang paling penting sekarang adalah memenangkan perang.

Tidak jauh dari ayah anak itu, "Sepertinya yang disini tidak perlu bantuan dariku." Salah satu bunshin Naruto menengok sejenak, lalu segera berlalu ke tempat lain.

Yah, Naruto tidak membagikan chakra kyubi kepada semua orang. Hanya orang-orang yang lebih lemah, yang kehabisan tenaga, atau yang tampak memerlukannya saja yang ia beri. Pada perang ini, tidak hanya shinobi Konoha saja tapi persekutuan dari berbagai ras makhluk supranatural.

Naruto mengetahuinya, para makhluk supranatural cenderung memiliki harga diri tinggi. Jadi memberi bantuan chakra tanpa pilih-pilih bisa saja berakibat buruk karena ditafsirkan sebagai bentuk penghinaan, menyangka bahwa mereka tidak bisa melaksanakan tugas tanpa dibantu. Contohnya saja Vali, harga diri naga terlalu tinggi untuk menerima itu. Issei mungkin sama. Bahkan Diehauser terang-terangan mengatakan bahwa ia menolak bantuan dari siapapun bahkan sebelum ada orang yang berniat membantunya.

Begitulah rumitnya makhluk-makhluk di dunia ini, berbeda sekali dengan semua shinobi yang bersatu padu pada perang dunia shinobi keempat.

.

Elmenhilde Karnstein, vampir muda berdarah murni ini tampak sangat sibuk dengan tugasnya. Suara teriakannya mengatur logistik, senjata, dan amunisi para pasukan bahkan terdengar sampai jarak ratusan meter, teriakan melengking khas anak-anak. Dia tampak kelelahan, rambut pirangnya kusut seperti orang bangun tidur, bahkan lepek karena kucuran keringat.

Sangat menakjubkan, untuk gadis semuda dirinya tapi sudah dibebankan tugas sebagai Ketua Unit Logistik dan Persenjataan. Dan dia, melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. Kemampuan manajerialnya memang tak dapat disangsikan.

Happ..

"Kau!" Elmen terkejut begitu sosok yang bersinar terang tiba-tiba mendarat di hadapannya.

"Aku bukan musuh. Tenang lah nona kecil!"

Seketika Elmen memberengut, dia diperlakukan begini lagi oleh orang-orang. Sudah menjadi ketua unit corps pendukung tetap saja dianggap anak kecil.

"Ah, aku ingat siapa kau." Elmen memang pertama kali bertemu dengannya, tapi dia tahu. Orang ini adalah pahlawan bagi Konoha yang selalu dibicarakan banyak orang.

"Ini, ambillah." Naruto menyerahkan 10 gulungan perkamen kecil.

Elmen bingung, "Untuk apa kau memberiku ini?"

"Di dalam gulungan ini, tersegel energi chakra yang melimpah. Barangkali kau memerlukannya."

Ekspresi Elmen berubah drastis, "Kenapa baru sekaraaaang!?"

Dengan begini, maka suplai energi untuk bahan bakar persenjataan pasti akan tercukupi. Sebagai orang yang paling tahu tentang kebutuhan logistik perang, ia sudah menunggu ini dari hari kemarin.

"Bilang apaaaaa?" tanya Naruto agak lebay.

"Terima kasih."

.

Ke sudut paling belakang dari barisan pertahanan pasukan Konoha. Gasper duduk bersimpuh di sisi tubuh seorang gadis yang terbaring di atas padang lumut dan tundra. Dia ditemani oleh Rossweisse dan Asia. Mereka langsung ke sini setelah mendengar bahwa ada manusia setengah vampir di tempat ini.

Gasper menyingkap surai pirang yang menutup mata Valerie, yang hingga kini masih belum sadarkan diri.

Seseorang berbaju putih di dekatnya, tampak seperti unit medis, "Aku dan temanku yang membawanya kesini, padahal dia masih belum sadar."

Gasper mendengarkan.

"Sebelumnya dia di tenda perawatan, di markas. Tapi karena telah diserang hingga hancur oleh Maou Falbium, terpaksa kami bawa dia ke sini. Bahkan ayahnya lah, Lord Tepes yang menyuruh kami pergi. Dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan nona Valerie."

Sedikit menyedihkan mengetahui bahwa orang penting bagi Valerie tewas saat dia tidak sadarkan diri, tapi lebih menyedihkan lagi bagi Gasper mendapati Valerie yang seperti ini. Iris mata merah gadis itu masih bersembunyi di balik kelopak.

"Naruto-senpai!?" Asia tersentak begitu si kuning tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Bunshin?" tanya Rossweisse.

"Iya. Aku bunshin, bukan asli. Aku kemari untuk memberikan ini."

Naruto mengeluarkan sebuah artefak dari sakunya, cawan berbahan emas dengan ukiran indah dan bercahaya gemerlap.

"Holy Grail!" Gasper menganga. Itu adalah kepingan terakhir relic Holy Grail yang Rizevim berikan pada Naruto saat di pulau Langit Agreas.

"Seharusnya benda ini ada di dalam tubuhnya kan?" Ucap Naruto melihat ke arah Valerie.

Gasper mengangguk.

"Maaf karena baru bisa sekarang."

"Tak apa, Naruto-senpai. Harusnya aku yang meminta maaf karena sempat membenci kalian."

"Sudah, lupakan itu..." Naruto menengok sana sini.

"Kenapa, Uzumaki-san?" tanya Rossweisse.

"Aku tidak tahu cara memasukkan benda ini ke dalam tubuh vampir." Naruto menggaruk tengkukya.

Rosseweisse menepuk dahinya, dia kira apa. "Kemarikan!"

Setelah menerima Holy Grail, Rossweisse duduk ke sisi Valerie, berseberangan dengan Gasper.

Wanita itu adalah ahli sihir dan dia juga termasuk dalam kelompok peneliti di Institusi Grigori dibawah pimpinan Azazel. Hal seperti ini tidak sulit baginya.

Setelah merapal mantra, dia meletakkan kepingan terakhir Holy Grail di atas dada Valerie. Relic itu bersinar makin terang. Setelah cahaya yang menyilaukan mata meredup, Relic suci itu pun hilang dari tempatnya. Kembali ke tempat yang seharusnya.

"…Uh."

Sebuah suara keluar dari mulut Valerie. Perlahan, matanya mulai terbuka.

"…Uh…Ahh…uuuuuuuh…?"

Sepertinya gadis itu sudah sadar sepenuhnya. Wajah Gasper berhadapan dengannya. Air mata laki-laki itu jatuh berderaian. Namun Gasper tetap berusaha tersenyum dan bertanya pada Valerie

"Valerie. Ini aku?"

Melihat Gasper memegang tangannya, Valerie tersenyum.

"Ara, Jika itu Gasper. Selamat pagi."

"Valerie…Valeriiiiiee…!"

Gasper, yang tidak bisa menahan emosinya, terus memanggil nama Valerie sambil menangis. Dia pasti ingin bertemu dengan Valerie lagi, dan ingin berbicara dengannya lagi

Valerie dengan lembut menepuk Gasper yang sedang menangis di dadanya.

"Ufufu, Kau memang Gasper. Apa ini? Cengeng sekali."

Asia meneteskan air mata saat melihat mereka. Dilihat lagi, tidak ada yang tidak terharu ketika melihat pertemuan Gasper dan Valerie.

Naruto berbalik badan, "Yosh, karena di sini sudah selesai. Aku akan kembali ke medan perang."

"Aku ikut. Aku ingin membalas kebaikanmu pada kami." pinta Gasper

Naruto mengerti, tapi... "Tidak. Lebih baik kalian disini saja dahulu, setidaknya untuk beberapa waktu. Aku yakin kalian berdua pasti ingin lebih lama saling melepas rindu, iya kan?"

Begitu Gasper mengangguk, Naruto pun melesat pergi.

.

"Baiklah, syaratnya telah terpenuhi. Ini pertama kalinya aku menunjukkan Balance Breaker-ku"

Tsubaki Shinra, Wakil Ketua OSIS Akademi Kouh menebaskan Naginatanya ke tanah.

"Balance Break!"

Tsubaki berteriak dengan nyaring, di saat yang sama beberapa cermin dengan segala macam bentuk, ukuran, dan warna bermunculan.

"Keluarlah, Mad Hatter, Dormouse, Marc Hare!"

Dari dalam cermin keluar badut yang mengenakan topi, tikus besar, dan juga kelinci yang mengenakan setelan warna-warni dan berjalan dengan dua kaki. Mereka keluar dari dalam cermin yang berbentuk aneh.

"Inilah Balance Breaker milikku, Nostalgia Mad Tea Party."

Dengan bentuk ini, kemampuan Sacred Gear Mirror Alice meningkat tajam. Kemampuan pembalik serangannya bisa digunakan berkali-kali untuk membalas musuh. Ya, cukup sekali saja menerima serangan musuh, maka bisa dibalikkan sampai puluhan kali bahkan dengan kekuatan tiga kali lipat semula.

Selain itu, tiga makhluk yang keluar dari cermin masing-masing memiliki kemampuan spesial.

Si tikus besar berlari ke arah kerumunan prajurit, dan mengeluarkan semacam gas dari mulutnya. Kemudian kaki para prajurit itu menjadi goyah dan mereka jatuh ke tanah satu per satu.

"Dormouse bisa memaksa musuh-musuhnya untuk langsung tertidur di tempat."

"Hwaaaa…!"

"Uoooo…!"

Pada saat yang sama, beberapa prajurit tertawa gila dan menggeram dengan hebat, mereka tiba-tiba menjadi rusuh. Kelinci yang memakai setelan warna-warni melompat ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah kesana kemari dan menimbulkan gelombang getaran di tanah setiap kali dia melompat. Bisa disimpulkan bahwa para prajurit menjadi gila setelah terpengaruh gelombang tersebut.

"March Hare membuat orang-orang di dekatnya untuk menjadi gila."

Selanjutnya adalah iblis badut yang mengenakan topi. Langsung saja badut itu menarik perhatian para prajurit, matanya kemudian mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Para prajurit yang dilihat oleh badut memakai topi itu langsung kesurupan.

Uwaaaaaaaaaaaaaaa!

Iyaaaaaaaaaaaaaaauuww…!

Para prajurit menjadi takut akan sesuatu yang tidak diketahi. Mereka mengayunkan senjatanya ke sesuatu yang tidak terlihat di hadapan mereka. Senjata di tangan mereka hanya menebas acak di udara.

"Yang terkahir Mad Hatter. Dia bisa menyebabkan orang yang dilihatnya berhalusinasi."

Tsubaki menjelaskan semuanya. Memaksa tidur, dijadikan gila, dan membuat orang berhalusinasi.

Disamping ketiga monster itu, mungkin ada yang lainya. Kemampuan Tsubaki memang hanya satu, yaitu memanggil monster aneh dari dunia lain. Tapi soal berapa jumlah monster yang bisa dipanggil, itu tergantung keinginan Tsubaki.

Keluarga Shinra sebenarnya keluarga yang ahli dalam sihir. Sama seperti keluarga Himejima, di Jepang keluarganya berada di tangga lima keluarga terkuat. Namun, Tsubaki memiliki masalah sejak lahir akibat sebuah kutukan aneh yang membuatnya bisa memanggil benda-benda yang tidak ada di dunia ini melalui cerminnya, yang dapat berubah menjadi monster. Itu yang membuat Tsubaki diasingkan oleh keluarganya sendiri sampai keluarga Sitri mengadopsinya.

Sebenarnya, nama ketiga monster itu diambil dari cerita Lewis Caroll "Alice in Wonderland". Kemampuan Balance Breaker yang Tsubaki pilih disebut sebagai subspesies Balance Breaker dari Sacred Gear Mirror Alice. Kemampuannya sangatlah cocok dengan namanya.

"Setelah terkena tiga kekuatan itu, tidak akan ada yang bisa melanjutkan bertarung. Ini bukanlah serangan langsung, Namun, ini bisa melemahkan kekuatan musuh tanpa harus menggunakan kekuatan langsung."

Jadi ini maksud bantuan dari Tsubaki. Delapan belas shinobi Konoha dan sekutu-sekutunya yang awalnya terdesak yang semenjak tadi berlindung di belakang Tsubaki, langsung menerjang musuh.

Membantai orang-orang gila yang meskipun kuat, bukan lah persoalan sulit.

.

Ada delapan anggota OSIS di titik ini, tanpa Ketua dan Wakilnya. Sona pergi untuk meluruskan sesuatu, sedangkan kekuatan Tsubaki sangat diperlukan untuk membantu sejumlah pasukan yang terdesak di titik lain.

Oleh karena ketiadaan pemimpin, maka...

"Kita harus bertarung bagaimana?"

"Mau pakai strategi apa?"

"Ada yang punya ide tidak?"

"Duuuh, binguuuuung..."

Begitu lah kondisi Tim Sitri tanpa pemimpin. Mungkin karena mereka selalu dimanjakan dengan instruksi dan perintah yang sistematis, mudah dipahami, dan tingga dieksekusi saja. Makanya saat semua itu tidak ada, mereka seperti anak ayam kehilangan induk.

Bennia dan Rugal tidak mungkin diharapkan, mereka pendiam dari awal dan bukan pemikir. Tomoe yang periang hanya tahu meramaikan suasana saja. Reya dan Momo cekatan hanya kalau disuruh, tapi kalau menyuruh pasti canggung. Tsubasa itu mirip-mirip anggota Tim Gremory kebanyakan, yaitu otak otot. Ruruko? Ah sudah lah. Dia paling sering dimanja, jadi agak sukar diandalkan.

Tersisalah Saji.

"Kenapa kalian semua memandangiku begitu?" tanyanya pada semua perempuan yang ada di sana.

"Kau satu-satunya laki-laki di sini. Jadi buktikan itu!" Tukas Ruruko.

Ekspresi Saji jadi masam, apa mereka tidak menghitung Rugal?

"Apalagi kau hendak mencalonkan diri sebagai wakil ketua OSIS mendampingi Xenovia. Belajar lah jadi pemimpin mulai sekarang!"

Yang lainnya ikut memelototi Saji.

Ini tidak lain karena mereka kompak untuk tujuan membully Saji.

Sehingga...,

"Iya yaa, baiklah." Saji menyerah. "Tapi beri aku waktu."

Tap..

"Naruto-senpai." Tomoe memekik girang. Dia kira akan bertarung terpisah dengan pria dambaannya ini, nyatanya.

"Yokatta. Akhirnya ada yang bisa memimpin. Kupikir aku masih belum mampu." Ungkap Saji.

"Heeehh!" Naruto memberengut. "Siapa bilang? Kalian berusaha lah sendiri sebagai tim. Aku kesini hanya untuk memberikan kalian tambahan kekuatan."

Naruto membuat tujuh lengah chakra kyubi, lalu memberikan ketujuh orang itu tambahan energi hingga kekuatan mereka meningkat 3 sampai 5 kali semula. Seperti para shinobi, tubuh mereka juga terbungkus dengan aura jingga dari chakra kyubi. Chakra yang Naruto berikan mampu bercampur sinergis dengan energi spritual demonic dalam tubuh para iblis reinkarnasi itu.

"Loh, kok aku tidak?"

"Sajiiiii, jangan tamak!"Naruto memasang wajah kesal. "Di dalam dirimu ada Vritra yang kekuatannya lebih dari 50 kali energi yang kubagikan pada setiap pasukan perang. Mengerti?"

"Ah, aku paham senpai."

Syuutt.

Tanpa pamit permisi, Naruto melengos pergi.

Merasa dilirik-lirik dari tadi, Saji berkata, "Aku belum tahu taktik ini bisa dipakai atau tidak, tapi setidaknya kita coba dulu."

"Taktik seperti apa?"

"Sini aku bisikkan"

Delapan orang itu membentuk lingkaran dengan bahu saling menempel.

Tak lama kemudian selesai...

"Wah, idemu boleh juga." puji Tomoe.

"Ayo kita lakukaaaann!" Saji berteriak semangat.

Tomoe melirik ke sekeliling mencari titik yang paling ramai. "Aku akan ke sana!" ungkapnya.

Hiramakarei, Trace On!

Tomoe menarik sebuah pedang dengan gagang ganda dari inventori sihirnya. Salah satu dari 7 pedang ninja legendaris yang Naruto berikan sebagai hadiah hari ulang tahunnya. Dia memisah pedang itu menjadi dua agar lebih leluasa di gunakan. Ini pedang untuk serangan jarak jauh karena kemampuannya melakukan olah chakra yang disalurkan dari tubuh penggunanya sehingga perubahan bentuk pedang bisa dilakukan, seperti membuat bilahnya memanjang sampai puluhan meter.

"Haaaaaaaaaaaaaa...!"

Ruruko berteriak sembari menekan energi sihir di dalam tubuhnya untuk di ubah menjadi kekuatan fisik. Body Magic, itulah spesialisasinya. Dengan begini kekuatan fisiknya meningkat berkali-kali lipat, apalagi setelah ditambah dengan chakra kyubi. Pada Super Human Mode ini, penampilannya sedikit berubah, yang mana rambutnya menjadi berwarna kuning dan berkibar-kibar serta otot-otot tubuhnya sedikit menebal. Ia juga menambahkan sepatu dan sarung tangan dari pengaktifkan Sacred Gear-nya, Procellarum Phantom. mirip dengan armor naga tapi hanya terbatas pada anggota gerak saja.

"Aku yang akan ke sana!"

Bersamaan, Tomoe dan Ruruko bergerak berlawanan arah.

Rugal telah berubah menjadi serigala berbulu perak, dia juga akan menggiring mangsa.

Sama halnya dengan Bennia dan Tsubasa. Keduanya juga sudah mempersiapkan diri dengan senjata masing-masing.

Saji mengaktifkan Balance Breakernya

Irreguler Balance Break, Malebolge Vritra Promotion.

Tubuh saji sepenuhnya tertutupi oleh armor hitam, dengan sulur tentakel pada beberapa bagiannya.

"Reya, Momo, siapkan barriernya. Aku akan melakukannya dari langit."

"Okke!"

"Percayakan pada kami"

Saji terbang mengudara, sedangkan Reya dan Momo mulai menyiapkan sesuatu.

Selang beberapa belas menit, lima anggota OSIS yang menerjang ke dalam medan pertempuran sudah menunjukkan hasil yang bisa mereka capai. Sembari sesekali menyerang untuk melukai lawan, mereka bergerak ke titik awal di mana mereka berdiskusi.

Ada cukup banyak pasukan Aliansi yang terpancing, baik dari ras iblis, malaikat, maupun malaikat jatuh.

Sampai akhirnya lebih dari 1000 musuh terkumpul dalam satu titik.

"Aku sudah memberitahu orang Konoha." ucap Reya.

Maksudnya, dia sudah menghubungi Ino Yamanaka yang ia ketahui sebagai Ketua Unit Informasi untuk mengeluarkan instruksi agar semua pasukan Konoha dan Sekutunya menjauhi titik ini.

"Di sini juga sudah selesai." ungkap Momo.

Lalu, sebuah barrier penghalang raksasa berbentuk kubah setengah bola mengurung semua musuh yang sudah tergiring. Itu hasil kerjasama Reya dan Momo sebagai peerage bidak bishop.

Tomoe dan lainnya yang bertugas menggiring mangsa langsung berteleportasi ke luar kubah.

Dan untuk sentuhan terakhir.

"Terbakarlah kalian semua dalam kutukan kegelapan api hitam Vritra!"

Saji menyemburkan banyak sekali api hitam.

Hasilnya...?

Tidak perlu dijelaskan lagi!

Para anggota OSIS itu berkumpul kembali.

"Mau melakukannya lagi?" tanya Tsubasa.

"Boleh, tapi tidak dengan cara yang sama lagi." putus Saji cepat.

Ruruko menyambungi, "Kita bergiliran mengusulkan taktik."

"Ide bagus. Sekalian kita belajar."

Mereka sudah hendak berkumpul lagi membentuk lingkaran, seandainya saja...

"Iblis-iblis muda, kalian tidak akan bisa berbuat lebih jauh sebab kami pasti menghentikan kalian."

Seandainya saja tidak ada empat orang ini.

Anggota OSIS tidak mengenal siapa mereka, tapi tidak dengan Momo Hanakai. Dia tahu bahwa...

"Mereka para Brave Saint hebat dari Surga. Ini tidak akan mudah lagi."

Benar, yang menghadang mereka adalah Jessica Legerkvist -Queen Club/keriting dari Seraph Sandalphon, Kiyotora Shinra -Jack Club Seraph Metatron, Ryuu Heikan -Ten Diamond/wajik Seraph Raziel. Bahkan seorang guru dari Gereja Protestan, Caesar Villiers Jack Diamond bawahan Great Seraph Uriel.

.

Arthur Pendragon dan Kiba Yuuto sudah selesai membersihkan 1500 pasukan exorcise pengguna replika pedang suci.

Alasan Arthur memprioritaskan ini adalah, karena dia dikenal sebagai pribadi yang menjunjung idealisma dan kehormatan. Secara sederhana menurutnya, ribuan Pedang-Pedang Suci Legendaris itu tak perlu ada.

Sedangkan Kiba, ia memiliki serangkaian kisah tragis dengan pedang-pedang replika itu. Valper Galilei adalah uskup pendeta sekaligus peneliti yang bertanggung jawab atas penderitaan dirinya dan kematian teman-teman masa kecilnya dahulu, yang mana itu semua Valper korbankan demi membuat replika pedang suci.

Ya, memang bukan Valper yang menyelesaikan produksi massal 1500 replika pedang suci saat ini, tapi dia lah pencetus dan penemu teori dasar untuk produksi replika pedang suci massal.

Jadi, motif Kiba Yuuto adalah dendam. Toh wajar iblis seperti dirinya menyimpan dendam di hati.

Tidak butuh waktu lama, Arthur dan Kiba sanggup mengalahkan seluruh unit pasukan exorcise tersebut. Sebab ada hal mencolok yang perbedaannya sangat nyata. 1500 replika pedang suci Excalibur dan Durandal, yang sebilah replika mengandung 1/5 kekuatan pedang aslinya. Secara statistik berarti dapat dianggap sama dengan Excalibur dan Durandal asli berjumlah 300.

Hanya saja itu cuma sampai pada jumlah, kuantitas belaka. Para exorcise itu sangat terlatih, cukup pandai dan mahir menggunakan pedang-pedang replika tersebut sesuai dengan kriterianya, bahkan kemampuan penghancuran Durandal juga teknik-teknik pedang Excalibur dikeluarkan semuanya. Namun semua itu tak berarti dihadapan Arthur dan Kiba, dua swordman yang tidak hanya menguasi kekuatan sebenarnya pedang masing-masing tapi juga memiliki jiwa swordman sejati dalam raga.

Seperti yang pernah Naruto katakan kepada Kiba tempo hari, 'Kekuatan sebuah senjata, hanya akan muncul secara nyata saat penggunanya benar-benar kuat baik tekad, keinginan, maupun fisiknya'

Bersisian, Arthur dan Kiba melangkah cepat menelurusi medan perang demi mencari apakah masih ada replika pedang suci legendaris yang belum dihancurkan?

Teringat dalam benak Kiba, saat ia baru sampai di medan perang.

~Flashback On~

"Kita berhenti sejenak!" ucap Arthur.

"Ada apa? Bukannya kita harus cepat-cepat?" tanya balik Kiba.

Irina dan Xenovia berpisah dari mereka setelah membagi jadi dua kelompok untuk menuntaskan urusan dengan replika-replika pedang suci legendaris agar bisa selesai lebih cepat.

Kiba menatap bingung ke sekeliling. Ia menyadari dulu daerah ini adalah hutan belantara, tapi sekarang sudah rata dan penuh dengan arang dan abu kebakaran. Pasti hari sebelumnya tempat ini menjadi medan tempur yang sengit.

"Lihat itu!"

Arthur menunjuk ke suatu arah. Mereka berdua lalu mendekat ke sana.

Kiba merasa familiar, "Itu bukannya..."

"Manusia!?"

Jasad manusia bersimbah darah, tapi masih utuh.

"Siegfried! Anggota Hero Faction."

Ternyata Kiba mengenalinya dengan sangat baik. Kiba pernah bertarung melawan orang itu, saat insiden penculikan Yasaka di Kyoto. Baru sekarang ia bertemu lagi, tapi dengan Siegfried yang hanya tersisa jasad.

"Kupikir manusia itu berada di kubu yang sama dengan kita saat ini. Dia pasti kalah bertarung dengan pasukan Aliansi."

"Benar. Saat aku bertemu dengannya dulu, dia memang menyimpan dendam terhadap Gereja karena menelantarkannya."

Arthur membuang nafas, "Bukan untuk alasan sentimentil seperti itu aku menyuruhmu berhenti di sini."

"Lantas?"

"Lihat sekelilingnya!"

Mengikuti perintah Arthur, Kiba mendapati sesuatu yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Kau pasti membutuhkannya. Ambil saja semuanya." ucap Arthur menyarankan.

"Tapi..."

"Terbentur harga diri huh?"

Kiba menganggguk. Ia ragu kalau dirinya berhak memiliki lima pedang iblis yang ditinggal mati oleh tuannya itu. Pedang-pedang iblis yang dahulu membuatnya dipecundangi saat berada di tangan Siegfried.

"Kurasa itu salah. Malah kau lah yang lebih pantas menjadi tuan bagi pedang-pedang iblis itu daripada dia. Aku pernah bertarung melawan orang ini dan mengalahkannya. Meski pernah jahat dan hatinya diliputi dendam, tapi sebagai manusia jauh di dalam dirinya masih menyimpan setitik cahaya harapan dan doa kepada tuhan. Oleh karena itulah, pedang-pedang iblis tidak sepenuhnya mengikuti keinginan tuannya. Sedangkan kau..., kau adalah iblis bukan? Kurang apa lagi?"

Pendapat Arthur benar. Setidaknya Kiba ingin mencoba.

Kiba memungut satu persatu pedang tersebut. Pedang Iblis Dainself, Tryfing, Nothung, Balmung, lalu terakhir Pedang Kaisar Iblis Gram. Pedang Iblis yang katanya memiliki kekuatan penghancur setara Durandal.

Saat memegang pedang terakhir itu, Kiba dapat merasakannya. Ada aura yang muncul namun bukan permusuhan, seolah menunjukkan bahwa Gram telah memilih tuannya yang baru. Ekspresi kekaguman yang sangat kentara tarpampang di wajah Kiba, dia merasakannya. Pedang iblis terkuat, Pedang Kaisar Iblis Gram.

Empat pedang iblis lainnya pun menunjukkan aura yang sama, mereka semua telah memilih tuannya.

"Aku benar kan?"

"..." Kiba mengangguk.

"Baguslah. Dengan begini, menghancurkan beratus-ratus replika pedang suci pasti jauh lebih mudah bagimu."

Mulai saat ini, Kiba tidak perlu lagi mensummon replika pedang iblis dengan Sacred Gear Sword Birth-nya, karena sekarang dia sudah memiliki pedang iblis legenda yang asli, yang kekuatannya tentu tidak bisa disamakan dengan replika.

~Flashback End~

"Berhenti di sana!"

Kiba tersentak dari lamunannya ketika mendengar kata-kata tajam dari pria paruh baya yang membuat bulu kuduknya merinding. Ia melihat kalau Arthur sudah bersiaga penuh, Pedang Suci Raja Collbrande sudah terhunus. Begitu matanya tertuju ke depan, barulah ia menyadari kalau apa yang akan ia hadapi selanjutnya akan jauh berbeda dengan yang sebelumnya.

Arthur berbicara kepada Kiba, "Apa kau siap untuk pertarungan antar swordman yang sesungguhnya?"

Tentu saja jawaban Kiba adalah iya. Sebagai peerage bidak Knight Rias Gremory, tentu orang di hadapannya ini adalah dinding tinggi yang harus ia langkahi.

Di seberang sana, berdiri tegap iblis petarung pedang terbaik di Underworld. Satu-satunya peerage Knight Maou nomor satu, Sirzech Gremory. Dia adalah pemimpin Shinsengumi yang direinkarnasi menjadi iblis.

Shouji Okita.

.

Titik ini mungkin situasinya yang paling tidak baik. Entah kenapa Tim 9 yang tanpa Neji, terkumpul di sini tapi terpisah dari regu tempur lainnya. Memang begini jadinya, kalau Neji si jenius tak ada pasti kelompok ini jadi buta arah.

Hanya Lee yang bertarung. Maito Gai dipaksa Tenten dan keadaan tubuhnya sendiri untuk tetap diam di kursi roda, meski kepalan tangannya sangat gatal ingin meninju orang. Kaki palsunya, berbahan logam adamantium yang sangat keras ternyata tak mampu menahan beban kekuatan Gai yang luar biasa setelah 3 kali menyuntikkan Serum Super Soldier buatan Amerika ke tubuhnya sendiri. Lagipula efek serum itu sudah habis sehingga Gai kini tak ubahnya shinobi paruh baya normal yang kelelahan berat hingga menarik nafas pun terasa sangat berat. Seandainya masih ada stok serum itu, Gai pasti tak berpikir untuk menggunakannya lagi. Akan tetapi Shizune sengaja membatasi stok yang dibawa oleh Gai. Alasannya karena Shizune kenal betul pria ini, dan jika menggunakan satu kali suntikan lagi maka tidak ada jaminan setelahnya Gai masih bisa bernafas. Ada harga mahal untuk setiap kekuatan.

Tenten malah lebih buruk lagi. Dia kehilangan tangan kirinya sampai bahu, kondisinya lebih parah ketimbang Naruto dan Sasuke setelah menyelesaikan pertarungannya. Tapi dia masih bisa selamat berkat penanganan cepat dari Sakura. Sekarang Tenten bisa bergerak bebas walau tak mungkin bisa bertarung seperti sedia kala.

Tap!

"Aaaah~~~, pasti kalian berjuang terlalu keras sampai nasib kalian jadi begini." celetuk Naruto yang muncul tiba-tiba.

"Yooo, Naruto. Semangat masa mudamu tak pernah padam rupanya." Gai mengangkat kepalan tinju.

Naruto menyambutnya, toss kepalan tangan. "Kata-kata itu lebih pantas disematkan pada dirimu sendiri, Gejimayu sensei."

Tenten tersenyum sumringah.

Kedua orang ini mendapat suplai chakra kyubi dari Naruto.

Kemudian saat Naruto ingin melangkah,

"Sebaiknya tidak usah" ucap Gai.

"Lah?"

"Biarkan Lee bertarung dengan kekuatannya sendiri. Apalagi melihat siapa yang akan menjadi lawannya, seorang iblis yang kuat hanya dengan tubuh dan latihan keras, maka akan sangat memalukan bagi Lee kalau menyambut tantangan itu dengan bantuan orang lain."

Benar sekali!

Tak jauh dari mereka, Rock Lee sudah menemukan lawan yang memang di takdirkan untuknya. Kemarin saat berpisah, mereka berjanji akan bertarung sampai mati jika berjumpa lagi.

Sairaorg Bael, seorang iblis tak punya bakat alami tapi mampu meraih puncak gunung tertinggi dengan latihan keras dan tubuhnya sendiri. Yang diberkati oleh spirit Raja Singa Nemean dengan Sacred Gear Regulus Nemea.

Hachimon Tonkou no Jin!

"Gerbang keenam, dibuka"

"Balance Break!"

Regulus Rey Leather Rex

.

Seperti yang sudah bisa di duga, Rias dan Akeno menggempur lawan dengan cara bertarung khas kelompok Gremory.

Hancurkan siapapun lawan yang menghadang di depan mata.

Itu lah motto mereka.

Rias menyerang dengan Power of Destructionnya, sedangkan Akeno dengan kekuatan Holy Lightning.

Kalau musuh mereka hanyalah prajurit biasa, sudah jelas apa yang terjadi.

Bergeser sedikit ke titik lain,

"Kau tidak tampak baik-baik saja, Onee-sama." sapa Sona pertama kali.

Serafall Leviathan menggendikkan bahu. Dia memang belum pulih benar setelah dihajar habis-habisan oleh Dewi Perang Bishamon. Nasibnya sama saja dengan Great Seraph Gabriel, tapi hasilnya sepadan karena dewi perang itu berhasil mereka buat sekarat.

Seharusnya Serafall mendapat perawatan lebih lama lagi, tapi begitu mendengar kalau perang sudah mencapai fase akhir dengan semua sisa kekuatan dibenturkan, mana mungkin dia mau diam berbaring saja di atas ranjang.

"Melihat adikku sendiri berada di pihak musuh, kira-kira apa yaaa yang akan terjadi setelah ini?" tanyanya, dengan nada provokatif.

"Saaa, entah lah." Sona menggendikkan bahu.

Keduanya memang tidak mengatakan apa-apa, tapi tubuh mereka menjelaskan semuanya. Sebelum datang ke tempat ini, Sona pun juga diberikan tambahan kekuatan dari chakra Kyubi. Enggan mengakui, tapi Sona harus menerimanya sebab dengan kekuatannya saja peluang mengalahkan sang kakak sangat kecil. Pasangan kakak adik ini sudah menyiapkan sihir khas masing-masing.

Sihir uap panas melawan sihir es.

Seorang gadis iblis muda melawan seorang Maou.

Si adik melawan sang kakak.

Ini pasti akan menjadi ajang pembuktian yang hebat.

.

Setelah hampir dua jam semenjak bala bantuan datang oleh Naruto dan teman yang dibawanya, setelah pertempurang sengit yang luar biasa melelahkan, maka Shikamaru dengan pikiran yang tenang mendudukkan pantatnya di tanah. Ia sudah bisa lega sekarang. Apalagi Chouji dengan sukarela menjadikan tubuhnya sandaran bagi Shikamaru. Nikmat mana lagi yang bisa didustakan?

"Terima kasih atas kerja kerasmu, Ino."

"Kau juga, Shikamaru."

"Sekarang kau bisa mengumumkannya."

"Baiklah. Tapi kemampuan public speak -ku tidak terlalu bagus."

"Tak apa, cukup kau katakan saja pada semua orang tentang kondisi saat ini."

"Oke."

Ino memejamkan mata, sekali lagi mengaktifkan jutsunya. Pasti akan berat dan melelahkan bahkan mungkin dia akan pingsan dengan hidung berdarah setelah ini, tapi demi memberi tahu semua pasukan maka pasti akan Ino lakukan.

Kombo youkai bersaudara, Kuroka dan Koneko menghela nafas berat. Semua lawan di depannya sudah tumbang. Tidak sedikit shinobi Konoha dan sekutu-sekutunya yang bersorak gembira. Satu bunshin Naruto memberikan acungan jempol kepada Koneko, hingga membuatnya tersipu malu. Sang kakak menyikut pinggangnya hingga Koneko pun semakin malu.

Di sudut lainnya, siapa yang menyangka kalau serigala Fenrir yang sanggup membunuh tuhan, kini mau-maunya ditunggangi Bikou, keturunan si monyet pengelana. Gogmagog sang golem batu nampak masih kokoh berdiri meski terdapat banyak retakan kecil di badannya. Le Fay duduk santai dipundak Gogmagog menatap langit yang mulai cerah. Mereka berempat juga mendapat sorakan dari orang yang berterima kasih atas bantuan yang diberikan. Tak ketinggalan, bunshin naruto yang diangkat ke atas oleh beberapa shinobi Konoha. Hanya ini bentuk penghargaan yang bisa diberikan kepada sang pahlawan mereka.

Pengganti Azazel, Wakil Gubernur Fraksi Malaikat Jatuh yang terjun langsung ke medan perang tak bernasib baik. Dia dipaksa berlutut dengan tangan terikat di belakang, menjadi tawanan. Dewa Bencana Yatogami terlalu tangguh untuk dikalahkan olehnya, terlebih ada Dewi Kesialan Kofuko yang selalu membuatnya kerepotan dengan kesialan-kesialan tak ternalar akal saat sedang bertarung. Temari menyaksikan itu sebagai tanda bahwa mereka telah menang di titik ini.

Di titik lainnya lagi, Seras Victoria satu-satunya vampir legendaris yang tersisa berhasil memukul mundur ribuan tentara musuh. Hanya dia yang terisa dari vampir kuat. Kiss-shot Acerola-orion Heart-under-blade alias Shinobu benar-benar dinyatakan telah tewas setelah membuhun salah satu kepala keluarga dari 72 pilar iblis, Lord Forneus dan 7 ribu pasukannya. Dia menyusul pamannya -Alucard, yang lebih dulu pergi. Namun Seras tidak sendiri, dia dibantu oleh dua rekan yang sama kuat dengan dirinya. Ada Raja Tengu dari Kyoto dan Keturunan terakhir sekaligus titisan Gusti Prabu Angling Dharma, Raden Mas Bagus Sudjiwodhiningrat dari Tanah Java Si pemilik sacred gear Keris Sakti Nogososro.

Georg, si pemilik Longinus peringkat atas Sacred Gear Dimension Lost tanpa di duga mampu menghadang pergerakan Mephistopheles ketua asosiasi penyihir dunia. Berkat Grimoire, buku sihir legendaris dari Perpustakaan Seribu Mil Kunst Wunderkammer dan bantuan dari para master penyihir perwakilan setiap tempat mitologis yang menjadi sekutu Konoha.

Seraph Sariel terpaksa mundur, 8500 prajurit malaikat yang ia pimpin hanya menyisakan beberapa ratus orang saja lagi. Itu lah hasil kerja 800 shinobi Konoha dan sekutunya setelah dibantu oleh 7 bunshin Naruto dalam mode bijuu.

Delapan monster youkai jepang yang Sasuke hidupkan serta dibawanya ke perang ini mulai roboh dan berjatuhan satu persatu. Mereka mungkin kehabisan tenaga dan perlu waktu untuk pulih, tapi hasilnya lebih dari kata memuaskan. Setidaknya ribuan tentara Aliansi Tiga Fraksi tewas karena amukan delapan monster itu.

Dua Seraph Surga, Sandalphon dan Metatron berhasil dihentikan perlawanannya oleh pasangan dewa matahari. Amaterasu dari Takamagahara dan Kinich Ahau dari barat. Sebagai dewa utama dari masing-masing tempat asal, kekuatan mereka tidak perlu dipertanyakan.

Hampir semua titik pertempuran sudah menyelesaikan peperangannya. Tapi masih ada juga yang belum, malah semakin seru dan menegangkan. Arthur dan Yuuto Kiba makin beringas menghadapi Sang Peerage Knight terkuat, Shouji Okita. Masalah perbedaan prinsip dan pendirian antara kakak adik, Sona Sitri dan Serafall Leviathan tak urung mendingin. Yang paling heboh adalah baku hantam antara Lee dengan Sairaiorg, dua orang otak otot in... ah bukan! Tapi otot murni. Tanpa mempedulikan apapun di sekitar, mereka terus saja saling pukul.

Dua Brave Saint paling kuat di surga yakni Dulio Gesualdo dan Griselda Quarta, lalu Slash Dog Tobio Ikuse, serta yang memimpin mereka Greath Seraph Gabriel yang masih belum pulih benar dipaksa untuk diam di tempat. Ya, mereka dipaksa agar diam melihat saja karena meskipun lawannya masih luka-luka akibat pertempuran sebelumnya, tapi Dewi Perang Bishamonten itu tidak sendiri. Dia dibantu satu bunshin Naruto. Sebenarnya tidak akan jadi masalah kalau hanya bunshin Naruto saja, toh cuma bunshin. Tapi bunshin Naruto yang ini keterlaluan karena membawa serta Ophis asli bersamanya. Cukup melihat Ophis berdiri saja, maka siapapun akan tahu bahwa tak ada hal yang bisa diperbuat jika dihadapan adalah Sang Ketidakbatasan.

30 ribuan pasukan Konoha dan sekutu yang tersisa dan terdesak di Tanjung Harapan, kini telah mampu membalik keadaan berkat bala bantuan yang Uzumaki Naruto datangkan. Sekarang, 90 ribu lebih tentara Aliansi yang menggempur mereka, kini hanya tersisa tidak lebih dari 15 ribu. Meski begitu, Rokudaime Hokage Hatake Kakashi terpaksa harus merelakan 15 ribu lagi pasukanya gugur sebagai pahlawan.

Dengan demikian, secara kuantitas pasukan yang tersisa sama banyak, masing-masing sekitar 15 ribu.

Secara statisik, ternyata sangat banyak yang harus dikorbankan pada perang ini. Konoha dan sekutu yang mulanya memiliki 125 ribu prajurit, apalagi tentara Aliansi Tiga Fraksi yang mulanya mencapai 350 ribu lebih. Itu adalah harga yang sangat mahal sebagai bayaran perang yang disebut-sebut sebagai perang paling akbar dalam sejarah dunia makhluk supranatural.

Dan ini lah yang terakhir, pada panggung utama.

Sang Panglima Perang, Sabaku no Gaara dengan menunggangi The Saint Dragon of Ra, Ra Sang Naga Matahari terkuat diantara tiga monster titisan dewa-dewa mesir kuno. Meski petempuran belum usai, tapi dia mampu menahan imbang kekuatan gabungan Maou Sirzech Lucifer dan Archangle Michael, juga Ratu terkuat Underworld Grayfia Lucifuge.

Selesai Ino melaporkan semua itu lewat telepati, ia pun bertanya lagi pada Shikamaru, "Apa aku perlu mengumumkan bahwa kita telah menang?"

"Masih belum, tunggu sebentar lagi."

"Menunggu apa?"

"Keputusan musuh kita."

Ino mengerti, selama prajurit musuh masih melakukan perlawanan meskipun satu orang, berarti perang masih belum selesai dan belum ada kata menang.

Beruntung bagi Shikamaru, ia tak perlu menunggu lama. Sebab di kubu seberang...

"Griselda, kau kembalilah ke pusat informasi di markas! perintahkan semua pasukan Aliansi untuk mundur."

"Apa!" Tiga orang bawahannya mengaga tak percaya.

Ini mengejutkan.

Apa ini artinya...?

"Aku tidak peduli Aliansi dinyatakan kalah, tapi lihat ke depan!"

Mata mereka semua orang tertuju pada satu sosok gadis kecil, perwujudan Sang Ketidakbatasan.

"Hanya dengan melihat dia disana saja, tidak akan ada satupun dari kita yang masih punya logika yang akan mengatakan bahwa Aliansi Tiga Fraksi masih memiliki harapan. Lebih baik mundur dan menyelamatkan ribuan nyawa tentara yang tersisa daripada mati semuanya demi arogansi belaka."

Kalau Ophis mau, mudah baginya untuk membalikkan tanah underworld ini dan melenyapkan semua sisa pasukan dari kedua kubu. Untung saja Ophis tidak datang dengan tujuan itu.

Ya, Ophis dibawa oleh Naruto kemari, ke hadapan salah satu pemimpin Aliansi Tiga Fraksi sebagai ultimatum untuk menghentikan perang. Secara tersirat bahwa Naruto mengancam Aliansi Tiga Fraksi untuk tidak melanjutkan perang.

Great Seraph Gabriel tidak perlu menggunakan otaknya hanya untuk memahami hal semudah itu!

Jika hanya melihat dengan mata saja, semua orang akan mengatakan bahwa Naruto datang kemari untuk membantu Konoha sebagai bentuk pengabdian terhadap tanah kelahirannya. Tapi jika dipikirkan lebih dalam lagi tindakan Naruto ini, dia kemari dengan tujuan benar-benar ingin menghentikan perang. Dia tidak ingin lebih banyak lagi nyawa terbuang, baik dari Konoha maupun Aliansi Tiga Fraksi, baik kawan maupun lawan Nyawa itu terlalu mahal harganya meski hanya satu dari semilyar yang dikorbankan.

Seorang pahlawan memang selalu memiliki hati yang mulia.

"Anda yakin, Yang Mulia Gabriel?"

"Michael-niisama dan Sirzech Lucifer-sama pun pasti akan sependapat dengan keputusanku."

"Baiklah."

Kembali ke seberang sana, Ino mengukir senyum lebar. Dia memanjatkan ribuan untaian kata syukur dalam hati.

"Sekarang boleh aku umumkan?"

Shikamaru juga tersenyum lebar, "Ya, umumkan saja kalau perang sudah selesai."

"Oke!"

Ino segera menyampaikan pesan itu kepada semua orang dengan jutsunya.

"Tapi jangan katakan kalau kita sudah menang." ucap Shikamaru lagi.

"Aku tahu kok."

Ya, agar perang ini benar-benar dapat dikatakan berakhir dan semua prajurit dapat pulang kembali ke rumah masing-masing, masih ada satu perkara lagi yang mesti di tuntaskan.

Setelah jeda beberapa waktu, ketika kedua kubu yang berperang memisahkan diri dan kembali ke tempat masing-masing, bonus senjata rampasan serta tawanan yang harus di tebus nantinya, maka Teriroti Keluarga Iblis Gremory yang menjadi medan perang kini menjadi tenang dan sunyi senyap, menyisakan gunung tumpukan mayat yang mulai membusuk, lautan darah berbau amis, dan arang serta abu sisa-sisa kobaran api, mencipta asap hitam yang kian tipis.

Tapi tidak terlalu sunyi juga, sebab ada sejumlah titik dalam hitungan jari yang masih ingin merasakankan nikmatnya bertarung lebih lama. Contohnya Lee dan Sairaorg, mungkin karena keasyikan sehingga tidak tahu kalau perang sudah reda. Sona dan Serafall tampaknya tidak mau memusingkan yang lain, selain urusan keluarga. Dan juga di titik lainnya, sama!

Khusus para shinobi Konoha dan sekutu-sekutunya. Mereka kehilangan banyak, banyak sekali! Namun mengesampingkan semua itu, mereka sedang bereuforia dalam suka cita yang seolah tanpa ujung.

Pimpinan tidak mengatakan kalau mereka menang, tapi kenyataan bahwa mulanya posisi Aliansi yang menggempur sedangkan mereka yang terdesak dan kenyataan bahwa Aliansi Tiga Fraksi juga lah yang menarik mundur pasukannya sendiri dari peperangan yang seharusnya sampai titik darah penghabisan, mengindikasikan suatu hal yang sangat jelas tafsirannya.

Aliansi Tiga Fraksi menyerah.

Setidaknya Aliansi Tiga Fraksi menyerah dengan serangan habis-habisan mereka.

Katakan lah kalau Konoha dan sekutunya telah menang, mereka lah pemenang perang ini karena berhasil mempertahankan apa yang masih mereka miliki.

Ya, walau memang kenyataannya tidak seperti itu, tapi bisa saja dianggap begitu.

Selagi menikmati masa tenang dan damai itu, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan getaran tanah dari langkah kaki ribuan pasukan dan hewan tunggangannya.

Ooooh, ada yang terlupakan rupanya.

Mungkin saja mereka bersembunyi ketika Naruto datang membantu, lalu ketika perang selesai dan hanya menyisakan sedikit prajurit yang sudah melemah dan sangat kelelahan, mereka pun muncul untuk mencuri bendera kemenangan.

Dan saat ini lah mereka muncul.

Pasukan Grim Reaper yang dipimpin oleh Dewa Alam Neraka, Hades. Dia membawa serta semua bawahannya mulai dari Grim Reaper kelas ultimate sampai yang paling lemah. Sekarang Neraka pasti kosong karena di tinggal penghuninya. Bergabung dengan Hades, ialah Sang Raja Agung dari Macedonia, seorang roh pahlawan dari raja terkenal yang oleh orang barat dijuluki sebagai Alexander The Great, King of Conquerors. Jumlah mereka tidak sedikit, lebih dari 18000. Jumlah ini lebih banyak dari sisa pasukan di kubu Konoha maupun Aliansi Tiga Fraksi.

"Shikamaru?" tanya Ino.

"..." yang ditanya tidak menjawab.

Ino pun mengedarkan pandangannya sedikit lebih jauh ke arah lain.

"Hokage-sama?"

Kakashi menggendikkan bahu, seperti orang yang sedang malas.

Dan tidak hanya dua orang itu saja, hampir semua orang-orang penting juga para petinggi ada di sani. Anggota dewan perang, kepala setiap divisi tempur utama dan ketua unit satuan pendukung, elit-elit dan para jounin Konoha, dan para prajurit utama lainnya yang masih hidup. Bala bantuan juga lengkap, kelompok Gremory, kelompok Vali, dan Kelompok Sitri yang tanpa Sona karena pimpinan mereka masih belum selesai urusan dengan sang kakak. Diehauser juga, Lavinia Reni, bahkan Ratu Naga Sisik Biru -Tiamat yang tak mau jauh-jauh dari Hinata.

Naruto?

Dia terduduk lemas. Chakra bijuu di tubuhnya hampir habis karena dibagikan ke semua pasukan, bahkan ia sendiripun terjung langsung dalam pertempuran untuk memukul mundur musuh.

Karena tidak dihiraukan, Ino berteriak. "Heeeiii!"

"Bisakah kau tenang sedikit, Ino?" pinta Shikamaru.

"Bagaimana bisa tenang? Di depan sana ada satu pasukan dengan kekuatan penuh yang siap menggempur kita."

"Tidak mengertikah kau kalau semua orang di sini sedang kelelahan?"

Ya, mereka sudah tidak ada tenaga lagi untuk bertempur.

"Jadi kita menerima saja dikalahkan tanpa perlawanan, begitu?"

Kakashi mendekat lalu coba menengahi, "Lihatlah!" Kakashi menunjuk ke kejauhan.

Ino mengikuti arah itu.

"Tampaknya Hades dan pasukan Grim Reaper akan lebih dulu menyambangi lokasi pasukan Aliansi Tiga Fraksi. Mungkin dia memiliki motif, semacam dendam kepada mereka. Entah lah, aku pun kurang tahu."

"Lantas?"

"Berharap saja Aliansi Tiga Fraksi bisa mengatasi itu sehingga kita tidak perlu melakukan apa-apa. Dan kalau misalnya Hades yang menang, setidaknya kekuatan mereka pasti melemah. Itu lebih mudah bagi kita."

Benar juga analisis Kakashi.

Tapi, nyatanya dua kemungkinan yang disebutkan Kakashi itu tidak ada yang tepat.

"Lihatlah. Yang paling kita takutkan sudah datang."

Sasuke yang barusan bersuara.

Sontak, semua makhluk bernyawa di kubu Konoha dan sekutunya merasakan betapa beratnya hawa intimidasi yang datang menyesakkan dada. Kaki mereka seolah lemas karena tak sanggup menahan beban tubuh. Ketakutan akan kematian memenuhi semua relung otak. Meskipun begitu, mereka tetap berusaha untuk tetap tegak berdiri. Tekad mereka tak akan tergoyahkan.

Di Lokasi berkumpulnya pasukan Aliansi, cahaya terang benderang turun dari langit. Cahaya itu bahkan mengalahkan terangnya mentari pagi.

Dalam riuh gaungan menggelegar suara Terompet Sangkakala, kalian wahai penetang tuhan, The God of Bible yang suci, Lenyaplah!

Samar suara yang terdengar bagai nyanyian malaikat di telinga semua orang, dan sekejap setelahnya tak ada apapun lagi yang terdengar selain lengkingan gemuruh suara yang mememakakkan telinga.

Pada waktu berikutnya, Hades dan semua pasukan Grim Reaper tidak dapat dirasakan lagi keberadaannya.

Mari ucapkan selamat tinggal kepada Hades dan semua pasukan Grim Reaper dari Neraka.

Di seberang mereka, Aliansi Tiga Fraksi memperlihatkan semua kekuatan yang mereka miliki. Para Malaikat Kloning Super yang jumlahnya luar biasa banyak.

Kakashi berjalan hingga posisinya membelakangi semua orang, "Waktu istirahat telah selesai. Kalian sudah melihat sendiri apa yang sanggup musuh lakukan. Itu lah kekuatan tempur mereka yang sebenarnya."

Sang Panglima Perang melangkah maju lebih dulu, "Tidak ada kata menyerah, sebab pilihan hanya ada dua, merdeka atau mati."

Gaara sudah siap tempur, dia memanggil tiga makhluk sebagai tunggangannya. Para monster titisan dewa mesir kuno yaitu Slifer The Sky Dragon Osiris, Obelisk The Tormentor, dan The Saint Dragon of Ra.

Sasuke tanpa bicara apapun, mengikuti langkah Gaara. Dia langsung menggunakan kekuatan tertingginya, Susano'o God Form. Di dalam susano'o, Sasuke merangkai handseal dan Rinnegan pun berkedut. Energi yang sangat banyak berbentuk kilatan biru datang dari delapan penjuru, masuk ke dalam tubuh Susano'o. Kini Susano'o itu menjadi sebuah cangkang yang penuh akan kekuatan. Kekuatan yang dikumpulkan dari delapan monster Youkai terkuat di Jepang yang pernah dia hidupkan. Kenangan yang pernah terukir kembali mencuat ke permukaan. Dulu ia pernah menggunakan cara ini untuk membunuh Naruto, walau pada akhirnya tetap kalah. Namun sekarang, Sasuke yakin ia lebih kuat daripada saat itu.

"Ahaaaaa. Inilah momen yang aku tunggu. Segala persiapanku sudah selesai. Saatnya menunjukkan diriku yang sesungguhnya."

Yasaka mengubah wujudnya menjadi youkai berwujud monster rubah berekor sembilan berbulu emas.

"Kakashi-kun, kau jadi ikut denganku kan?"

"Seperti sudah kita rencanakan sejak lama."

Kakashi melompak ke atas kepala rubah wujud dari Sang Ratu Youkai. Kedua bola mata peninggalan sahabatnya, Mangekyou Sharingan diaktifkan. Kemudian, The Gold Kamui Susano'o bangkit bergabung membentuk zirah perang yang melekat pada tubuh monster Yasaka. Gabungan ini persis sama bentuknya dengan apa yang dilakukan Madara terhadap kyubi, maupun duet maut Naruto dan Sasuke. Hanya saja, yang ini warnanya berkilau keemasan.

Sudah ada lima monster siap tempur.

Shikamaru juga bangkit berdiri, "Ino, katakan pada semua prajurit biasa untuk tidak ikut bertempur! Karena walau 100 prajurit biasa menggabungkan kekuatan, masih belum cukup untuk menumbangkan satu malaikat kloning super itu. Dan jumlah mereka, seperti yang sudah diperkirakan mencapai 750 ribu dari angka awal 1 juta. Angka yang luar biasa fantastis. Kekuatan tempur mereka telampau mengerikan. Jadi untuk yang terakhir ini, percayakan saja petarung kelas ultimate kita."

Dengan kata lain Shikamaru, Ino, dan Choji pun tidak akan ikut bertempur, juga dengan belasan ribu prajurit lainnya.

Shikamaru melanjutkan, "Konoha masih menyimpan senjata pemusnah massal, amunisinya pun sudah tersedia."

Ada sepuluh buah meriam chakra, yang mulanya para peneliti militer Konoha buat sebagai tandingan Meriam Chakra milik Kumogakure, yang katanya sanggup melenyapkan bulan. Amunisinya pun sudah tersedia, sepuluh buah gulungan perkamen kecil pemberian Naruto berisi deposit chakra senjutsu yang jumlahnya setara seekor bijuu. Shikamaru ingin agar unit logistik dan persenjataan mengeluarkan senjata-senjata itu.

"Nona Karnstein."

"Ya." Jawab Elmen

"Siapkan!"

"Ha'i."

Apa yang sedang dihadapi orang-orang ini memang terlampau mengerikan. Hampir mustahil mereka bertahan hidup setelah perang ini karena 750 ribu malaikat kloning super dapat dikatakan sebagai kekuatan militer terbesar yang pernah ada di dunia supernatural ini. Kalau dihitung-hitung, setiap malaikat kloning memiliki 1/1000 kekuatan Archangle Michael, berarti kekuatan yang harus mereka hadapi setara dengan 750 Michael.

"Maaf!" Naruto mengangkat tangannya ke atas. "Untuk saat ini aku belum bisa membantu. Aku dan para bijuu masih perlu waktu untuk mengumpulkan chakra lagi."

Hal buruknya, sosok yang paling diharapkan malah tidak sedang tidak bisa berbuat apa-apa.

Naruto tersenyum dengan wajah tanpa dosa.

Dia membuat banyak orang kecewa.

Kalau bukan Naruto, siapa lagi yang sanggup?

Tapi...

"Untuk sementara, biar aku yang menggantikan dia." ucap Vali sembari menunjuk tepat ke wajah Naruto.

"Aku juga. Mana mungkin aku berdiam diri saja." Issei pun merasakan hal yang sama.

"Diabolos Dragon, Actived!"

Dragon Lucifer Drive!

Dragon Infinity Drive!

Bantuan dari separang Naga kelas surgawi dengan kekuatan penuh pasti akan sangat membantu.

Sebenarnya ini bukan urusan Diehauser, tapi karena iblis-iblis tua busuk berlindung dibalik kekuatan malaikat kloning super, maka ini pun jadi urusannya.

Dewi Amaterasu, Dewa Kinich Ahau, Dewa Yato, Dewi Kofuku, dan dewa dewi lainnya yang masih tersisa tanpa banyak bicara langsung terjun ke barisan terdepan.

Irreguler Balancer Breaker, Malebolge Vritra Promotion.

Saji tak ingin dianggap sebagai prajurit kelas bawah. Dia memiliki kekuatan raja naga di dalam tubuhnya.

Slap...

Akemi Homura nampak mengkokang senapan laras panjang miliknya, itu artinya dia turut serta bertempur. Senjata itu, Brionac, mampu menciptakan kerusakan yang setara dengan ledakan nuklir.

Ninpou: Mokuton Shin Suusenju

Adalah shinobi pengguna elemen kayu satu-satunya -Yamato, yang dengan kekuatannya mampu membangkitkan patung kayu Buddha raksasa seribu tangan.

"Hinata, kau ikut bertempur juga?" Naruto sedikit terkejut ketika melihat istrinya ikut-ikutan melangkah maju. Meski punya doujutsu hebat, tapi pertarungan tipe all-out bukanlah spesialisasi istrinya.

"Aku punya dia, Naruto-kun." Hinata menunjuk ke suatu arah dengan isyarat wajah.

"Baiklah, hati-hati kalau begitu. Jangan memaksakan diri. Kekuatanmu dibutuhkan sampai tahap paling akhir misi kita."

"Iyaaaa." Hinata mengalihkan pandangannya pada sang pelayan, "Tiamat, aku memerlukan kekuatanmu!"

Wanita berambut biru itu membungkuk sekali, kemudian merubah wujudnya menjadi seekor naga. Dia terbang ke langit membawa Hinata di atas kepalannya. Menjadi pertanyaan, apa yang akan terjadi saat seekor Dragon-King terkuat digabungkan dengan tiga kemampuan hebat The True Tenseigan?

"Sakura, hentikan langkahmu!" ucap Shikamaru. Padahal si pingky itu merasa kekuatannya lebih dari cukup sebagai ninja elit yang sanggup bertarung dengan malaikat kloning super.

Shikamaru melanjutkan, "Kemampuan medismu akan sangat dibutuhkan kalau petarung kita ada yang luka."

Sakura mengurungkan niatnya.

"Aku akan ikut membantu juga sebisaku mengobati yang terluka." Asia menawarkan diri. Ia ingin dirinya berguna.

Selain mereka, masih ada puluhan prajurit lain lagi yang merasa dirinya kuat dan mampu bertarung, bergabung bersama barisan tempur yang dipimpin oleh Sabaku no Gaara sang panglima perang. Puluhan monster hitam yang diciptakan oleh Leo dengan Sacred Gear Annihitation Maker juga turut serta. 10 buah meriam chakra pun sudah siap untuk ditembakkan.

Sedangkan si gadis kecil? Yang kekuatannya paling mengerikan di sini, Ophis sang ketidakbatasan.

"Sebaiknya anda menahan diri disini, Ophis-sama." ucap Tsubaki memperingatkan. Seandainya Sona disini, pasti dia lah yang akan mengucapkannya lebih dulu. "Kekuatanmu harus dijaga tetap penuh sampai Si Merah Sejati tiba di sini."

Mereka kesini bukan untuk perang semata, tujuan utamanya adalah mencegah keruntuhan Cardinal System. Itu jauh lebih penting daripada memenangkan perang.

"Tanpa perlu kau beritahu pun, aku sudah mengerti. Tapi..." Ophis menggantung ucapannya.

"Hm?"

"Raksasa kayu itu terlalu lemah." Ophis berbicara sambil menunjuk patung kayu yang di bangkitkan Yamato dengan jutsunya, "Ukurannya saja yang nampak sangat besar tapi kekuatannya hampir kosong. Pasti karena penggunanya yang lemah sejak awal."

Ophis memang mengeluarkan kritik pedas, tapi dia memberikan solusi untuk itu. Seekor ular hitam kecil bergelayut-gelayut di tangannya. Itu adalah fragmen kekuatan murni dari Sang Ketidakbatasan. Lalu ular kecil itu, Ophis lemparkan ke patung kayu, ularnya masuk melalui celah kecil disana. Seketika warna patung kayu itu menghitam dan penuh dengan luapan kekuatan.

Yamato di atas sana berguman, "Wooow, apa mungkin kekuatan patung ini sudah setara dengan yang dibangkitkan oleh Hokage Pertama Hashirama Senju? Aku harus berterima kasih pada gadis kecil itu nanti."

Mungkin itulah kekuatan terbesar yang sanggup dikumpulkan Konoha dan sekutunya saat ini.

Ekspresi penuh penyesalan masih belum lekang dari wajah Naruto. Dia tidak bisa membantu padahal dirinya sedang dibutuhkan. Salahnya sendiri karena membagikan chakra pada semua orang tanpa memikirkan akibat buruknya. Hanya percaya kepada teman-temannya saja, yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

Ke posisi paling depan dalam barisan tempur, Garaa mengangkat telapak tangannya ke atas sebagai tanda untuk bersiap-siap. Ketika melihat di depan sana, 750 ribu malaikat kloning super merengsek maju. Dia pun berteriak kencang,

"SERAAAAAANGGG!"

Dengan demikian, sampailah kita pada bagian paling akhir sekaligus paling mengerikan dari perang terakbar sepanjang masa, perang penghujung dunia The Armageddon War, End of The World.

.

.

.

To be Continued...

.

Note : Lama hiatus ya, akunya? Hihihii. Jadi, tolong untuk tidak membahas lagi kenapa lama banget updatenya, please...!

Ga tahu lagi deh bagus atau enggaknya dibanding chapter sebelumnya. Lama ga nulis jadi rada linglung pas mulai ngetik lagi.

Sampai chapter ini, perang antar prajurit udah selesai. Selesai ga selesai pokoknya selesai. Semoga semuanya lengkap, ga ada chara yang terlupakan, ga ada plothole, dan kalaupun ada harap dimaklumi saja. Author hanyalah manusia biasa yang penuh dengan lupa.

Ada yang patut kita kasihani hari ini. Hades! Baruuuuaa aja nongol, eeeh langsung disapu bersih pake Terompet Sangkakala. Ahahahaaa.

Ulasan Review:

Bukannya Olympus dan Asgard yang mudah hancur, tapi 7 terompet sangkakala lah yang kebangetan overpower. Namanya juga sangkakala, jadi ga usah diprotes. Hahaa.

Kakashi yang matanya disembuhin Naruto tapi hanya menjadi mata biasa bukan sharingan. Ya Karena memang kakashi ga punya sharingan dari awal, sharingan itu milik Obito. Sedangkan pada chapter sebelumnya ketika Naruto melakukah hal yang sama pada istrinya, mata itu kembali sempurna. Mata itu adalah mata milik Hinata sendiri, Byakugan yang telah berevolusi.

Ga bisa laaaaah sembarangan membuat produk artifisial dari Cardinal System. Datanya memang bisa di undur lewat akses dari Cube tapi sampel materialnya ga ada. Mereka cuma punya Ophis, yang ada cuma Ophis, makanya cuma tiruan Ophis yang bisa dibuat. Itupun hasil produknya cacat.

Untuk yang hidup mati memang bikin bingung karena perbedaan semesta paralel. Tapi data itu paling akurat ada di chapter 92.

Michael yang paling mencurigakan katanya. Eeea serah elu aja deh pak. :v

Yang mendo'akan aku selalu sehat, Arigatou Gozaimashe. Semoga kalian juga senantiasa sehat wal afiat.

.

.

.