SRAK! SRAK!

Suara semak yang bergerak-gerak tak wajar membuat Sasuke waspada. Tangannya berhenti bergerak mengelus bulu-bulu hewan itu sedangkan manik hitamnya menatap rimbunan semak itu. "Apa itu?"

SRAK! SRAK!

"Siapa itu?!" suara Sasuke bergetar dan ia ketakutan. Omega itu tak sadar bahwa tubuhnya semakin mendekat pada hewan besar itu dan kini melingkarkan kedua tangannya dileher yang dilingkari oleh rantai.

SRAK! SRAK!

"Inu! Aku membawa teman!" Dari balik semak itu, sesosok mahluk pirang bertubuh kecil menyembul keluar.

Ia berdiri disana. Dengan kemeja putih berlengan pendek yang beberapa bagian kotor dan basah. Ditangan sosok itu, seekor kelinci putih menggantung penuh pemberontakan.

"Inu—" kata-kata mahluk bersurai pirang itu terhenti saat mata birunya menatap manik hitam Sasuke.

Mata birunya melebar menatap Sasuke. Hanya sedetik, karena detik berikutnya reaksi dari mahluk pirang itu sungguh diluar dugaan.

Bocah alpha berusia tidak lebih dari dua belas tahun didepannya menatap Sasuke dengan mata biru yang berbinar. "Mama!" ujarnya hampir menyamai teriakan.

Kelinci putih ditangan bocah alpha itu dilempar jauh saat bocah alpha itu berlari dan menubrukkan dirinya di tubuh mungil Sasuke. Pegangan tangan Sasuke terlepas dari leher hewan itu dan tubuh mereka terjerembab kebelakang kemudian.

Sasuke meringis namun tidak menimbulkan suara.

"Akhirnya kita bertemu, Mama!" bocah alpha itu memekik lagi tanpa merasa salah.

Sasuke masih diam tidak merespon.

Berbanding terbalik dengan seorang alpha dewasa di atas dahan pohon yang menatap kejadian itu dengan manik biru mengecil.

.

Naruto by Masashi Kishimoto

Genre: Romance, Supernatural, Fantasi, Tragedi

Pair: NarutoXSasuke and many other in next chap

Warning: Yaoi/BL! A/B/O-Verse! Lime/Lemon!

Strong!Naruto, Perfect!Sasuke!

.

Note: Maaf, aku baru update. Ini bukan kemauanku juga, sih. Tapi… itu—WB bener-bener jahat banget! :v

.

Keterangan Usia:

Uzumaki Naruto: 21 tahun

Sasuke: 12 tahun

Uchiha Itachi: 20 tahun

Kurama: 17 tahun

Uzumaki Boruto: 11 tahun

.

Breakdown: Keping 3

.

.

Kawasan Namika: Manusia

"Kenapa kau ada disini?!"

Suara berat dari Alpha penguasa enam kawasan itu membuat dua bocah berbeda usia itu mengerut karena takut.

Sasuke, omega mungil itu tidak pernah melihat Naruto—Alphanya, berbicara dengan suara sekeras itu—yang bahkan hampir menyamai bentakan. Selama dua belas tahun Sasuke hidup, omega mungil itu tidak pernah dibentak, bahkan sekali pun tidak. Ia sayang disayang dan dilindungi oleh kakek dan neneknya. Jadi wajar saja, jika Sasuke merasa takut saat ini. Walaupun, perkataan keras dari Naruto bukan ditujukan untuknya, melainkan pada bocah berambut pirang berusia sepuluh tahun yang saat ini menyembunyikan wajahnya dibelakang tubuh mungilnya.

Disisi lain, alpha kecil berambut pirang yang menyembunyikan dirinya dibalik tubuh mungil Sasuke merasa sedikit ketakutan. Uzumaki Boruto—nama alpha kecil itu, memang sering mendapat bentakan keras, bahkan hukuman berat dari alpha penguasa berambut pirang itu. Tapi kali ini, Boruto merasa bahwa kemarahan yang ditunjukkan alpha itu berbeda dari biasanya. Alpha itu seperti menahan kemarahannya, menahannya. Boruto fikir, mungkin Naruto tidak ingin memperlihatkan sisi kebrutalannya dihadapan omega mungil yang baru saja ia panggil 'mama'.

Boruto terdiam sejenak, berfikir. Hingga saat hidungnya membaui aroma yang tak asing dari omega didepannya ini. Aromanya berupa bunga mawar putih dengan madu murni yang berpadu dengan kesegaran aroma tanah basah selepas hujan. Namun aroma yang paling kuat adalah aroma hutan yang berpadu dengan mint segar…

Ini seperti aroma—Naruto?!

NARUTO?!

Pupil biru Boruto membelalak saat menyadari sesuatu. "Apa yang telah kau lakukan pada omega kecil ini, brengsek?!" Boruto melompat dari balik punggung mungil Sasuke dan mencengkeram erat kerah di kemeja biru tua yang dipakai Naruto.

Manik biru Boruto berkilat merah sesaat, ketika menatap tajam manik biru jernih Naruto yang hanya ditanggapi kerlingan datar.

"Menurutmu?" Naruto menyahut santai. Ia mendorong tubuh Boruto menjauh dan sedikit merapikan bajunya yang kusut.

"Kau mengikat omega kecil itu terlalu dini, Alpha bodoh!" Boruto berteriak lantang.

Naruto mendengus, mengabaikan tatapan tak suka dari Boruto. Tatapan seperti itu terlalu sering Naruto dapatkan dari Boruto. Bahkan, dengan musuh-musuhnya yang jauh lebih kuat dan bengis daripada Boruto. Tapi disini, Boruto bukanlah musuhnya. Alpha kecil itu adalah keponakannya yang telah yatim piatu. Ayahnya meninggal ketika peristiwa hebat yang terjadi dua belas tahun lalu. Sedangkan ibunya meninggal dua minggu setelah melahirkan Boruto.

Hubungan mereka bisa dibilang cukup baik, walaupun selalu diisi dengan berbagai pertengkaran yang tidak perlu. Akan tetapi, jauh didalam lubuk hati, mereka saling menyayangi. Mereka juga tahu, bahwa hanya pertengkaran sepele itulah yang membuat mereka dekat, ditengah kesibukan Naruto menjadi alpha penguasa.

"Itu bukan urusanmu, alpha kecil!" Alpha berambut pirang itu berjalan mendekati Sasuke yang masih memasang wajah kebingungan. Tanpa aba-aba, alpha itu menggangkat omeganya dan memangkunya dikedua lengan kokohnya.

"Ah," Sasuke memekik kecil, merasa sedikit kaget dengan tindakan alphanya yang begitu tiba-tiba. Ia segera mengalungkan kedua lengannya dileher Naruto, berfikir ia akan segera jatuh dari gendongan alphanya jika ia tidak segera berpegangan pada tubuh atletis Naruto.

"Kita kembali, Sasuke." Ujar Naruto dengan bass rendahnya.

Sasuke tidak membalas, hanya memberikan anggukan kecil. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering untuk sekedar bersuara. Ditambah dengan rasa panas yang tiba-tiba menjalari permukaan kulitnya yang bersentuhan dengan kulit tan alphanya. Rasa panas itu merambat cepat menuju seluruh tubuhnya. Merasuk kedalam sumsum tulangnya dan tempurung kepalanya, membuat omega mungil itu merasa pusing seketika. Wajahnya terasa seperti akan meledak. Dan… Sasuke merasa ada yang tidak beres dengan organ intimnya. Itu terasa basah dan berkedut hebat, membuat omega mungil itu bergerak gelisah diatas lengan kokoh Naruto.

"Naru—hh.." Omega mungil itu bergumam. Sasuke mengeratkan pelukannya dileher liat Naruto. Ia juga menenggelamkan wajahnya dileher alphanya: membaui aroma memikat yang membuat tubuhnya bergetar hebat.

Boruto segera menutup hidungnya ketika aroma manis itu menguar semakin pekat. Tanpa perlu memahami lebih detail, alpha kecil itu tahu aroma ini. In-heat. Omega mungil dalam pelukan pamannya itu tengah mengalami masa in-heat. Menjalani hidup didalam istana mengharuskan Boruto menjalani pendidikan semacam ini semenjak usia dini: tujuh tahun. Boruto sudah tidak asing dengan aroma-aroma para omega yang tengah menjalani in-heat. Namun, aroma ini sangat berbeda dari aroma in-heat para omega yang pernah dijumpainya. Entah apa perbedaannya, tapi yang pasti, aroma ini lebih manis dan juga sangat memikat.

Boruto mungkin masih berusia dini, namun harus ditegaskan: ia adalah seorang alpha. Instingnya secara alami akan semakin membaui aroma itu, mengikutinya dan menyetubuhi omega yang memiliki aroma semanis itu. Namun sangat disayangkan, omega yang memiliki aroma manis itu telah memiliki alpha, dan itu adalah pamannya. Dan sialnya, pamannya itu adalah seorang penguasa enam kawasan.

Sebelum menyentuh omega itu seujung kukupun, Boruto yakin ia akan terlebih dahulu menyentuh surga. Kekuatan alpha itu memang tidak bisa diremehkan. Boruto pun merasa ngeri jika membayangkan bagaimana sosok alpha itu diarena pertandingan.

Naruto yang sejak awal memang memprediksi hal ini akan terjadi, segera melangkahkan kakinya meunuju kediaman megahnya. Ketika kakinya telah menjejakkan kakinya diatas dahan pohon, alpha itu menoleh menatap keponakannya yang tengah menyumbat hidungnya dibawah sana. Alpha itu diam-diam menyerigai.

"Datanglah satu jam setelah kepergianku. Ingat! Urusan kita belum selesai, Boruto!" ujar alpha itu disertai senyuman miring. Senyum yang menjanjikan penderitaan jika kata-katanya tidak dituruti. Setelahnya Naruto melanjutkan lompatannya menuju kediamannya secepat mungkin.

"Dasar iblis!" Boruto mengumpat seraya menghela nafas lega setelah bayangan alpha itu menghilang dibalik rimbunnya pepohonan.

.

.

Breakdown

.

.

Kawasan Ganai: Nai/Beast

Pesta itu berlangsung begitu megah.

Tamu undangan dengan pakaian dan cadar mereka masing-masing yang berkilau memenuhi gedung luas bernuansa hijau muda. Lampu-lampu putih yang menyorot setiap tamu undangan dibawahnya membuat para tamu undangan tampak semakin berkilau dan menawan. Gelak tawa memenuhi setiap sudut pesta para kaum bangsawan di kawasan Ganai itu.

Kecuali satu beast lelaki berpakaian serba hitam yang duduk menyendiri dipinggir gedung dengan segala kemuramannya. Aura hitam yang menguar dari tubuh alpha berstatus pangeran itu membuat para omega muda—baik lelaki maupun perempuan bangsawan,yang berniat menarik perhatiannya mundur perlahan-lahan. Seperti biasanya, pangeran dari kawasan Ganai itu memang berwatak dingin dan sangat susah untuk didekati. Auranya sangat kelam dan itu menjanjikan kesakitan bagi siapa saja yang berani mendekatinya.

"Membosankan seperti biasanya." Gumam alpha itu—Uchiha Itachi.

Tiba-tiba, lampu-lampu yang menerangi gedung padam, membuat para tamu undangan memekik kecil seketika. Lalu, sebuah cahaya tunggal menyorot dua sosok yang tengah menuruni anak tangga satu per satu. Mereka adalah sang Raja Ganai dan putra angkatnya: Kurama. Uchiha Fugaku dengan baju kebesarannya berjalan santai menuruni undakan tangga. Sedangkan disampingnya, putra angkatnya itu berjalan dengan langkah gugup. Omega berambut merah itu menggandeng lengan kokoh ayah angkatnya.

Kurama memakai setelan pakaian berwarna putih bersih. Rambut merahnya ditata dengan tiga buah jepit hanya disisi kanan. Sedangkan poninya yang biasanya menjuntai kini dipotong pendek hingga sebatas alis merahnya yang simetris Segala sesuatu yang melekat pada tubuh omega berusia tujuh belas tahun itu adalah putih bersih, termasuk cadar putihnya yang sedikit tembus pandang. Omega itu terlihat sangat menawan hingga membuat para tamu undangan tidak berkedip memandangnya.

"Ayah, aku sedikit malu untuk hal ini." Kurama berbisik kecil kepada Fugaku. "Apakah ini harus benar-benar dilakukan?"

Fugaku mengusap lengan Kurama yang sedikit bergetar, bermaksud menenangkan putra angkatnya. Ia berhenti sejenak ditengah tangga. "Bukankah kita telah membicarakan ini, Kurama? Kami, bangsa Nai/Beast memiliki peraturan bahwa setiap omega atau beta submassive harus memiliki pasangan ketika berusia tujuh belas tahun. Setidaknya terjalin hubungan pertunangan. Jika tidak, ketika kau mengalami in-heat, tidak akan ada yang melarang alpha maupun beta dominant yang ingin menyentuhmu. Mereka bebas berbuat apapun pada tubuhmu. Dan kau tahu betul bahwa usiamu telah tujuh belas tahun tepat dimalam ini, dan kau harus segera memiliki mate jika kau tidak ingin diperkosa secara beramai-ramai ketika kau mengalami masa in-heat." Jelas Fugaku dengan suara lirih. "Kau menginginkan hal itu, Kurama?"

Omega itu menggeleng cepat. "Aku hanya ingin satu orang, tidak lebih." Lalu Kurama menggigit bibir bawahnya, "tapi Itachi?"

"Tidak dengannya, Kurama. Hatinya sungguh sekeras batu untuk menerimamu dan aku takut jika aku memaksanya, Itachi akan berakhir dengan menyakitimu." Alpha penguasa kawasan Ganai itu menghela nafas. "Mengertilah Kurama, ayah hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Itu ayah lakukan untuk kebaikanmu."

Kurama menunduk, lalu mengangguk. "Baiklah."

Fugaku tersenyum tipis. "Tenang saja, Kurama. Ayah telah menyiapkan calon yang lebih baik dari Itachi. Ayah yakin dia akan menyayangimu dan mencintaimu sepenuhnya."

Langkah mereka kembali berlanjut menuju gedung lantai dasar untuk berpesta.

Acara itu pun dimulai dengan pidato singkat dari Fugaku mengenai maksud dan tujuan diadakannya pesta itu. Para alpha dan beta dominant bersorak hebat ketika tahu bahwa perta perayaan ulang tahun ini juga dimaksudkan untuk menemukan mate yang sesuai dengan omega yang berulang tahun ke tujuh belas itu. Mereka sangat antusis dan masing-masing menunjukkan kharisma dominantnya untuk mendapatkan hati sang omega menawan.

"Hello, beauty…" suara berat dari pasangan dansa Kurama—entah yang keberapa, menyapa gendang telinga Kurama.

Dibalik cadar putihnya, Kurama tersenyum tipis. Ia kagum dengan alpha berambut hitam didepannya yang cerasa terang-terangan menggodanya dengan suara berar yang ehm—seksi itu. Kurama merasakan telapak tangan berlapis sarung tangan itu menekan erat pinggangnya hingga tubuh keduanya merapat. Tubuh atletis alpha itu menempel dengan tubuh kecil Kurama hingga menyebabkan hidung mereka nyaris bersentuhan. Mata hitam alpha itu bertubrukan langsung dengan manik merah milik Kurama.

Kurama memiringkan wajahnya, mensejajarkan bibirnya didepan cuping telinga alpha tampan berambut hitam itu. "Siapa namamu, alpha?" bisiknya pelan.

Alpha itu memutar tubuh Kurama hingga punggung Kurama menabrak dada bidang sang alpha. Alpha itu menunduk, dan melakukan hal yang sama. "Aburame Shino."

Omega itu mengingat-ingat tentang nama itu. Lima detik kemudian, Kurama mengingat nama itu. Aburame Shino. Ia adalah seorang alpha yang menjadi pemimpin di kota Maure: salah satu kota besar yang berada di kawasan Ganai.

Ah, inikah calon yang dikatakan oleh ayah angkatnya itu? Kurama tersenyum.

Shino, alpha itu menjadi pasangan dansa yang sangat baik. Ia kembali memutar tubuh mungil omega dipelukannya hingga tubuh mereka berhadapan kembali. Alpha itu langsung terpana ketika omega dalam jangkauannya itu tersenyum manis dibalik cadar putihnya. Hatinya bergetar seketika. Mengartikan senyuman itu sebagai sebuah kode, Shino menuntun lengan rapuh omega itu untuk memeluk lehernya.

Alpha itu bersorak dalam hati ketika omega dalam pelukannya sama sekali tidak melawan. Seperti, menyerahkan pergerakan dansa mereka kepadanya. Ia balas memeluk pinggang ramping sang omega.

"Dengan ini apakah aku memiliki kesempatan, Uchiha-sama?" bisik alpha itu, tepat didepan bibir Kurama yang tertutup cadar putih. Nafas hangatnya menyapu wajah Kurama, membuat omega itu memejamkan matanya.

Omega itu tersenyum—lagi, lalu Kurama mengangguk tanpa berfikir dua kali. Dengan ini, Kurama berharap bahwa sosok yang begitu ia cintai bisa ia lupakan secara perlahan.

Dari sudut lain, sepasang manik hitam menatap kedekatan intim Shino dan Kurama dengan pandangan tak suka. Dahinya berkerut dan nafasnya tersenggal menahan sesuatu. Kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Melihat itu, entah mengapa Itachi merasa… marah!

.

.

Breakdown

.

.

Kawasan Namika: Manusia

"Ah! Ah! Ahh!"

Tubuh mungil yang dipenuhi peluh itu tersentak maju mundur. Kulit putihnya telah dihiasi bercak warna merah keunguan; dari leher, tulang selangka, dada—terutama disekitar putting merahnya, perut ratanya, serta paha bagian dalamnya.

"Ahhh~"

Penis besar yang menusuk lubang merah omega itu—tepat di titik nikmatnya, membuat omega itu melenguh panjang.

Omega itu—Sasuke, mencengkeram erat seprei dibawahnya hingga kusut ketika dorongan penis tumpul itu menabrak titik nikmatnya berkali-kali, membuat Sasuke tidak berhenti mendesah erotis.

"Nghh—Ahhh~~ Naruhh~~"

Sang alpha yang tengah menyetubuhi omeganya itu menggeram pelan merasakan penisnya dicengkeram erat oleh lubang berkedut milik omeganya. Lubang itu berkedut ganas seakan ingin menelan penis besar miliknya yang tiada henti menggempur lubang merah itu sejak tiga jam yang lalu.

Naruto membalik tubuh mungil omeganya tanpa melepas tautan tubuh mereka, membuat Sasuke memekik seketika.

"Naruhh!"

"Shhh—Suke.. Shit!"

Naruto mendesis nikmat, merasakan penisnya seakan diperas kuat kala proses singkat itu berlangsung. Alpha itu sedikit mengangkat pinggul omeganya. Ia juga sedikit melebarkan kaki Sasuke agar memudahkannya dalam proses penetrasi.

"Ahh—Naru—Ah! Ah!"

Alpha itu menggempur lubang omeganya dengan ritme pelan namun tajam yang membuat keduanya mendesah nikmat.

Sasuke menenggelamkan wajahnya diatas bantal, merasa malu dengan posisi mereka saat ini. Dengan posisi ini, Sasuke bisa merasakan penis Naruto menusuk lubangnya semakin dalam, jauh lebih dalam ketika mereka melakukannya dengan posisi yang biasa.

"Ssshh… So tight!"

Kepala Sasuke mendongak nikmat ketika lidah panas Naruto menjelajahi tulang belakangnya. Lidah Sasuke terjulur keluar kala merasakan gigitan-gigitan kecil yang Naruto berikan pada punggungnya.

Tangan Naruto bergerak, menyusuri pinggul Sasuke, merambat kebawah menuju paha bagian dalamnya. Dengan gerakan menggoda, telapak tangan itu mengelus perut bawah Sasuke, tepat diatas penisnya yang menegak membutuhkan perhatiannya.

"Naruto! Aku—Ahhhhhhhh~~~~"

Omega itu hendak protes dengan godaan telapak tangan Naruto, menginginkan secara verbal bahwa ia membutuhkan sentuhan dipenisnya yang masih membengkak—mengabaikan fakta bahwa penis milik omega mungil itu telah klimaks berkali-kali tanpa sentuhan dari alphanya. Namun nampaknya Naruto memang berniat menggoda omega manisnya itu. Dengan sengaja ia menggempur cepat dan dalam serta intens selama sekali, membuat omega mungil itu mendesah panjang.

Lagi.

"Na—Ahhhhhhh~~"

Lagi.

"Ah—ahhhhhhh~~"

Genjotan itu berubah semakin intens dan semakin lama semakin cepat, membuat Sasuke sibuk mendesah merasakan kenikmatan di titik nikmatnya dan melupakan keinginannya untuk disentuh dibagian penisnya.

"Ssss—Suke… Fuck!" Naruto menggeram rendah. Suaranya bersatu pada dengan suara becek dialat kelamin mereka, menimbulkan suara-suara erotis yang membangunkan libido Naruto hingga tingkat paling atas.

"Na—Narutohhh—ahhhh~~"

Sasuke mencapai klimaknya yang ketiga, dengan sentuhan telapak tangan Naruto dibagian akhir. Omega itu mendesah panjang. Sasuke terkulai lemas setelahnya.

Naruto pun, merasakan klimaksnya akan segera tiba ketika lubang itu menyempit disaat Sasuke mendapatkan klimasnya. Kedua tangannya menyangga pinggul Sasuke agar tidak ambruk kebawah. Alpha itu tidak berhenti menyodok lubang itu dan semakin memperdalam sodokannya, hingga satu menit berikutnya, klimaksnya datang.

Alpha itu menusukkan penisnya jauh kedalam lubang omeganya, membiarkan jutaan benih hangatnya memenuhi rongga kecil didalam perut omeganya. Cairan putih kental itu keluar sangat banyak dari lubang kecil diujung penisnya, membuat rongga kecil diperut Sasuke yang sebelumnya telah terisi, tidak muat menampungnya dan akhirnya meluber melewati celah sempit diantara dinding lubang Sasuke dan penis Naruto yang masih tertancap disana. Sperma putih kental itu meluber keluar, menetes-netes mengotori seprai kusut dibawah mereka. Bergabung dengan tetesan sperma pada klimaks Naruto yang sebelumnya.

Sang omega yang menerima jutaan benih dalam rongga kecil diperutnya melenguh panjang merasakan kehangatan dari sperma itu. Sasuke merasa penuh menerima klimaks alphanya yang ketiga.

Naruto berguling kesamping, membuat penisnya tercabut dari lubang becek yang telah memanja penisnya selama tiga jam lebih berturut-turut.

"Luar biasa." Gumam Naruto, takjub. Ia menoleh kesamping, menatap omeganya yang nampak kelelahan. "Apakah tubuhmu baik-baik saja, Sasuke?" tanyanya, dengan nada lembut.

Sasuke yang semula tengkurap, kini memiringkan tubuhnya menghadap Naruto—masih dengan nafas tersenggal. Ia mengangguk, lalu tersenyum kecil. "Itu… sangat hebat." Lirihnya.

Naruto terkekeh mendapati ekspresi Sasuke yang menurutnya lucu. Ia menyingkirkan helaian poni yang menutupi keningnya, sebelum menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

"Um.. Naruto, sebenarnya aku masih penasaran dengan bocah yang mirip denganmu tadi." Ujar Sasuke.

"Yang memanggilmu 'mama', hmm?" Naruto kembali terkekeh kecil.

Omega mungil itu merasa wajahnya memanas mendengar kekehan seksi Naruto. Tanpa menjawab pertanyaan itu pun, alphanya itu pasti sudah tahu jawabannya. Memangnya, siapa lagi?

"Dia itu bernama Boruto, Uzumaki Boruto. Dia adalah keponakanku, putra dari saudara ayahku. Boruto sudah yatim piatu sedari kecil dan ia hanya bisa melihat rupa orang tuanya dari foto-foto yang ada. Dia itu begitu terobsesi kepada omega yang memiliki ciri-ciri seperti ibunya; salah satunya adalah dirimu. Jadi tidak akan heran jika omega yang memiliki cirri-ciri seperti itu selalu dipanggil 'mama' oleh bocah nakal itu, yang terkadang, banyak menimbulkan kesalahpahaman." Papar Naruto panjang lebar.

Alpha itu berniat menceritakan lebih jauh mengenai Boruto, namun mendengar desah nafas teratur yang mengenai dada atletisnya membuat Naruto yakin bahwa omeganya itu telah terlelap ke alam mimpi.

"Have a nice dream, Sasuke…" bisik Naruto, mengecup singkat bibir merah Sasuke.

Dengan gerakan pelan Naruto beranjak dari ranjang besarnya dan mengangkat tubuh mungil Sasuke untuk diletakkan diatas sofa panjang. Ia menarik selimut dan menutupi tubuh polos Sasukenya.

Naruto hendak berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri ketika pintu kamarnya diketuk pelan. Alpha itu memakai jubah mandinya lalu berjalan malas menuju pintu.

Ceklek.

"Maaf mengganggu, Yang Mulia. Hari ini, saya mendapat kabar dari kementrian Uzuki bahwa beberapa—umh, banyak beta yang menghilang diperbatasan kota Yori dan Nari—kota yang berada di kawasan Uzuki, menghilang tanpa jejak."

Naruto terdiam sesaat, sebelum mengangguk mengiyakan. "Aku akan ke Uzuki besok."

Asisten Naruto itu—Kabuto, mengangguk. "Saya akan menyiapkan penerbangan untuk Yang Mulia dengan segera." Ujarnya penuh sopan.

"Aku akan mengajak Sasuke ikut serta. Bagaimana menurutmu, Kabuto?" tanya Naruto dengan santai.

Dahi Kabuto berkerut, nampak memikirkan segala macam resiko jika Rajanya itu mengajak calon Ratunya ikut serta. "Kurasa itu ide yang buruk, Yang Mulia." Jawabnya, dengan kepala merunduk.

"Ya, kau benar. Itu ide yang buruk." Balas Naruto, kali ini dengan suara datarnya.

Alpha penguasa itu tidak sempat melihat respon yang diberikan Kabuto, karena satu detik setelah Naruto mengatakan itu, ia menutup pintu itu tak lupa menguncinya.

.

.

Breakdown

.

.

Kawasan Navel: Luna

"Haruskan kita tetap mengurung mereka seperti itu?" seorang pemuda berambut coklat jabrik berkata tak yakin kepada seorang pemuda berambut putih yang mengenakan cadar biru gelap. "Aku khawatir mereka akan mati tak lama lagi jika mereka tetap menolak untuk makan."

"Ya, itu harus. Dan mereka tak boleh mati sebelum mereka memberitahukan dimana keberadaan Sasuke-sama. Ini perindah dari Mikoto-sama dan apapun yang beliau perintahkan harus dilaksanakan untuk menghindari pertumpahan darah."

"Ya. Kau memang benar, Kakashi-san." katanya, menatap alpha berambut putih yang mengenakan cadar itu.

.

.

TBC!

.

.

Hello guys! Adakah yang masih ngikutin fanfic 'Breakdown' ini?

Maaf aku jarang update, karena aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku udah kelas 3 sma dan harus focus dulu untuk yang satu ini #curhat

Ini aja, aku update karena mendapat wangsit setelah nonton secara live adegan cowoXcowo ciuman didepan mataku, dan parahnya, itu temen sekelasku.

Kalian ingat dengan scene NaruXSasu ciuman di anime/manganya MK? Nah, kejadiannya hampir sama. Dua cowo, sebut saja a dan b, itu memperdebatkan sesuatu dengan saling berhadapan. Lalu temen aku yang lainnya(cowo) mendorong si a hingga bibirnya bertabrakan dengan bibirnya si b. Kalo ngak inget kalo itu disekolah, aku mungkin udah teriak-teriak gak jelas #Hehehe

Aduh! Aku kira adegan yang ditulis MK itu Cuma ada di dunia fiksi, eh, ternyata di real-life juga ada #Ngaknyangka!

Uh—abaikan curhatan aku diatas.

Sekali lagi, maaf jika aku update lamaaaaaa sekaliiiiiii. Mohon koreksi kalau ada typo, cuz, ngak aku edit.

REVIEW, please?

.

.

.

SuzyOnix

[Minggu, 6 November 2016]