Disclaimer : Saya tidak pernah mengakui kepemilikan atas Naruto, Fairy Tail ataupun unsur dari Anime/Manga lain yang muncul dalam Fic ini.

Genre : Adventure, Friendship, Family, Romance (Maybe), Etc.

Rate M untuk Bahasa dan Storyline

Warning : Semi-AU, Typo[s], Miss-Typo[s], EYD [Ejaan Yang Disemrawutkan], Bahasa Gado-Gado, Mainstream, OOC [Amat sangat], OC, Etc.

.

.

.

.

.


Wind Dragon Slayer

Arc I - Prolog


.

.

.

.

.

Fiore X775.

Di sebuah pedalaman hutan di wilayah selatan kerajaan Fiore, seorang anak kecil bersurai pirang cerah yang jika diperhatikan lebih dekat kira-kira berumur 12-13 tahun tengah berdiri di tengah area yang cukup luas pada hutan tersebut.

"Cih Kuso!" Entah kenapa tiba-tiba saja anak itu berteriak keras sambil mengepal kedua tangan ke atas dan mengarahkan wajah ke langit biru.

"Sebenarnya apa mau Kadal Sialan itu menyuruhku latihan berat selama 4 jam?!" Anak itu menurunkan kepala lalu menghapus jejak keringat di wajah.

Akhirnya alasan kenapa anak itu berteriak kesal terkuak juga. Ia sudah berlatih selama hampir 4 jam dan latihan itu hanya berlari keliling hutan, Push-Up dan melawan monster yang ukurannya diatas rata-rata. Bukti dari latihan berat anak itu bisa terlihat jelas dari pakaian yang hanya menyisahkan bawahan berupa boxer orange bercorak hembusan angin putih. Sementara pada tubuh bagian atas tidak menyisahkan apapun kecuali kulit putih yang penuh luka-luka kecil bekas latihan.

"Sudah menyerah Naru-chan? Kau seperti bukan dirimu saja Nak."

Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari arah belakang anak bernama Naru atau lebih tepatnya Naruto. Anak bersurai pirang itu segera memutar tubuhnya kebelakang. Dengan wajah kesal, Naruto memandang sebuah gua besar tempat suara tadi berasal.

"Urusai!" Naruto mengepal tangan kiri di depan wajah dan menghentak-hentakkan kaki kirinya. Ia tengah kesal. "Aku tidak akan menyerah! … Dan bisa tidak turunkan porsi latihannya?! Aku masih kecil tau!"

"Baiklah-Baiklah … tapi, sebelum itu cepat kesini!"

Naruto menyungging senyum penuh kemenangan. Namun belum sempat ia mengambil langkah pertama …

"Waktunya untuk belajar membaca dan menulis."

Jlebb!

Sontak perkataan dari Sang Naga membuat Naruto seperti dihujani ribuan sihir pemusnah massal. Membuat Naruto kini berdiri tegak dengan kepala tertunduk lesuh dan semakin diperparah dengan munculnya aura suram di atas surai pirangnya.

"Aku tidak mau belajar membaca dan menulis… itu sangat membosankan Kuso-Ryu!" Aura suram semakin banyak mengelilingi tubuh Naruto.

"Apa kau bilang Kuso-Gaki?"

"Sangat membosankan… lebih baik kau menyuruhku lari berkeliling hutang 100 kali daripada melakukan dua kegiatan itu."

"Apa kau sudah melupakan ucapan.."

"Ya~Ya... Untuk menjadi kuat, bukan hanya fisik dan sihir yang perlu dilatih tapi otak juga perlu dilatih." Dengan wajah acuh tak acuh yang dipalingkan ke arah lain, Naruto memotong ucapan Ibu Angkatnya. Kemudian Naruto menyilangkan lengan di depan dada.

"Aku sudah diberitahu hal itu sebanyak ribuan kali."

"Hihihihi…." Terdengar suara kikikan kecil khas seekor Naga dari dalam gua di depan Naruto. "Kau benar-benar lucu ketika berekspresi seperti itu Naru-chan."

"Urusai... Baka-Seraph!" Dan akhirnya Naruto memanggil sang Naga dengan nama Sang Naga itu, yaitu Seraph yang mempunyai arti Langit atau Surgawi.

"Baiklah-Baiklah... bagaimana kalau belajarnya cukup 1 jam saja dan setelah itu kita menuju tahap latihan selanjutnya."

"Benarkah?" Ekspresi senang seketika terpampang jelas di wajah Naruto. Sesegera mungkin ia melangkahkan kaki kecil miliknya menuju ke mulut gua hingga akhirnya memasuki gua tempat dimana sang Naga bernama Seraph beristirahat.

.

.

.

2 Jam kemudian,

"Sejam Kepalamu Kadal… Kepalaku mau hancur mendengar ceramah panjang lebarmu itu!" Naruto berjalan keluar gua sambil menghentak-hentakkan kaki. Dan tidak lupa kendutan kecil di ujung keningnya.

"Salahkan otakmu yang lambat mengolah informasi!" Sebuah tangan putih berukuran besar putih dan terdapat bercak-bercak hitam di beberapa bagian tiba-tiba keluar dari mulut gua. "Cepat kau lakukan tugasmu dan jika sampai gagal…" Seketika Naruto merasakan firasat buruk ketika Seraph menjeda kalimatnya. Keringat dingin pun bercucuran di wajahnya.

"...Maka bersiaplah untuk merasakan Neraka, Khukukuku!... Sekarang pergilah Anak Nakal!"

Tangan besar itu pun memukul Naruto hingga terpental beberapa meter hingga akhirnya menabrak pohon besar. Kepulan debu disertai serpihan kayu pun beterbangan kemana-mana. Setelah kepulan debu menghilang, terlihat tubuh Naruto menancap pada batang pohon tersebut.

"Akan kubalas kau nanti, Baka-Seraph!" Naruto berteriak kesal dari sisi lain batang pohon tersebut dimana kepalanya mencuat keluar dengan empat benjolan besar yang berasap.

.

.

.

20 menit kemudian,

Kini Naruto sedang berdiri di depan seekor monster mirip Gorilla berukuran 4x lebih besar dari tubuhnya. Sorot wajah anak bersurai pirang itu terlihat sangat serius dan tenang. Otaknya mulai mengingat-ingat ucapan dari Seraph tentang ketenangan jika melawan lawan yang lebih kuat darinya.

"Groooaarrrrr!" Monster itu meraung keras hingga menciptakan hembusan angin menuju ke Naruto.

Hembusan angin dari Monster melewati Naruto begitu saja sehingga membuat surai pirang miliknya melambai-lambai. Naruto memandang Monster itu dengan alis kiri terangkat. "Kau kira aku takut mendengar aumanmu itu, Kuso-Saru?" Naruto menyeringai.

"Groaaaarrrrr!" Monster itu kembali mengaung. Setelah itu, mulai berlari dengan keempat kakinya. Namun, baru beberapa langkah Monster itu terkejut melihat Naruto tiba-tiba berada tepat di depan wajahnya.

"Asal kau tau,… auman yang lebih mengerikan sudah ribuan kali aku dengar!" Naruto mengepal tangan kanan dan langsung melakukan sebuah pukulan lurus ke arah wajah lawannya.

"Makan ini!" Sebuah bogeman mentah dari Naruto mengahantam pipi sebelah kiri Monster itu hingga terseret beberapa senti kebelakang.

'Hanya beberapa senti?' Pandangan Naruto terfokus pada jejak bekas keempat kaki monster itu. Setelah beberapa saat, pandangan Naruto kembali ke depan dan disaat bersamaan sang Monster mengayunkan tangan kanan secara vertical untuk memukul kepala pirang Naruto dari atas.

Ledakan kecil disertai kepulan debu tercipta ketika Naruto terkena pukulan vertical Monster hingga terdorong kebawah dan mengenai permukaan tanah.

Sang Monster bergumam bahasa hewani ketika merasakan sesuatu menahan lengannya. Serangan dari monster itu berhasil ditahan oleh Naruto.

"Lumayan juga muka ancur!" Suara Naruto terdengar dari kepulan debu. Setelah kepulan debu menghilang, terlihat Naruto menahan pukulan monster itu dengan menyilangkan kedua lengan di atas kepala.

"Groooaaarrrrr!" Sang Monster kembali mengaung keras tepat di atas kepala Naruto.

"Berisik oiiii, dasar muka ancur!" Keluh Naruto mendengar auman sang Monster yang dalam keadaan menahan lengan monster itu dan tepat setelahnya, Naruto mendorong lengan Monster itu kemudian melompat dan melakukan manuver salto dengan kaki kanan mengarah ke dagu monster.

Duag!

Tapak kaki Naruto menghantam keras dagu Sang Monster hingga terpental ke udara diikuti Naruto yang dalam posisi terbalik. Setelah posisi Naruto sudah kembali normal di udara, ia menyeringai memandang sang Monster yang berada di atasnya.

"Sluuuuurrppphhhhh... " Naruto menarik nafas panjang sehingga empat aliran angin tiba-tiba muncul dan mengalir masuk ke dalam mulutnya. Setelah selesai, perlahan hembusan angin mulai berputar mengelilingi tubuh Naruto yang sudah memasang kuda-kuda untuk melakukan sebuah serangan. Kedua kaki ditekuk dan kedua lengannya berada di samping pinggulnya.

"[Kazeryu no Hoko]"

Naruto bergumam pelan sambil menyeburkan ledakan angin menyerupai angin topan berintensitas kecil dari mulutnya ke arah atas, atau lebih tepatnya ke arah monster yang tengah melayang bebas di udara.

"Guaaahhhhh!" Sang monster pun terpental terkena serangan Naruto dan mendarat cukup dari Naruto secara bersamaan juga mendarat pada permukaan tanah dengan bekas luka di sekujur tubuh dan kedua bola mata yang berputar-putar.

"Khukukuku…Kau puas muka ancur?" Naruto berjalan mendekati Sang Monster yang tergeletak di permukaan tanah dengan posisi menugging. "Dengan ini Baka-Seraph tidak akan menghukumku, Khukukukuku~!" Naruto memegang kaki kiri monster itu lalu menyeretnya menuju ke gua tempat Ibu Aangkatnya yang merupakan naga bernama Seraph.

.

.

.

Beberapa menit kemudian,

"Bagus! Itu baru anakku." Seraph berucap santai melihat Naruto menyeret seekor monster yang tadi dikalahkan oleh anak bersurai pirang itu. "Tapi…!"

Naruto melempar monster itu ke depan mulut gua dimana Seraph beristirat.

"Tapi apa?" Kerutan kecil muncul di kening Naruto yang tidak tertutupi poni surai pirangnya.

"Aku kan bilang, Monster yang ukurannya 5 kali lebih besar darimu, Naru-chan."

"Haaa?!" Naruto langsung menaikkan alis sebelah kirinya mendengar ucapan Seraph. "Apa kau buta Baka-Ryu? Lihat itu! Muka Ancur itu lebih besar dariku." Naruto menunjuk sang monster dengan wajah kesal ala Anime.

"Besarnya hanya 4 kali tubuhmu!"

"Mana aku tau kalau muka ancur ini 5 kali lebih besar dariku." Sanggah Naruto masih dengan wajah kesal sambil menunjuk kembali monster di depan Seraph. "Mau 5 kali atau 4 kali... Yang jelas dia lebih besar dariku, Baka-Seraph!"

"Tidak!" Seraph membalas tidak kalah sengitnya dari Naruto.

"Perjanjian kita 5 kali lebih besar dari tubuhmu. Jadi,... Bersiaplah menerima hukuman Nar-" Seraph menghentikan ucapannya ketika mendapati Naruto berjalan menjauh dari mulut gua menuju ke sebuah pohon di dekat sana dan tidak lupa memasukkan kedua lengan pada saku celana tanda Naruto menghiraukan ucapan Seraph.

"Kau mau kemana Anak Nakal … Kau harus dihukum!"

"Tidak … aku berhasil mengalahkan monster yang lebih besar dariku... Jadi aku menang!" Sesampainya di bawah pohon itu, Naruto langsung duduk pada tanah kasar hutan dan menyandarkan punggungnya yang sedikit sakit karena menahan pukulan monster tadi. Dan setelah itu, kedua mata Naruto pun tertutup.

Tanda berbentik perempatan kecil muncul di atas kepala Seraph. "Oii Naru kau dengar tidak... Cepat bangun dan kesini! Kalau tidak, akan kulempar kau ke bulan!" Sang Kazeryu mengancam anak asuhnya dengan nada kesal.

"Berisik! Aku mau istirahat Baka-Seraph!"

"Cepat kesini dan lakukan [Kazeryuu no Hokou] yang besar sebagai hukumanmu!"

"Tidak mau! Makan saja Gorilla bermuka ancur itu!"

"Apa katamu?!"

"Kau dengar aku Baka-Seraph! Kalau tidak mau Gorilla itu, makan pohon sana!"

"Dasar anak kurang ajar!"

"Nafas Kadal!"

"Manusia Pirang busuk!"

"Makan siang!"

"Makan Siang?!"

"Akan kupotong tubuhmu kecil-kecil lalu kupanggang untuk makan siang!"

Mendengar ucapan kelewat kurang ajar dari anak asuhnya, Seraph pun kesal bukan main. Dia segera bangkit dan berjalan keluar gua dan menampakkan tubuh naga yang ukurannya sangat besar.

"Memang kau bisa Anak Nakal?!" Seraph menyungging seringai tipis.

"Tentu saja!" Naruto berdiri tegak dan menarik nafas dalam-dalam. "[Aho-Kazeryu no Hokou]"

Naruto menyeburkan ledakan angin menyerupai angin topan berintensitas kecil dari mulutnya menuju ke Seraph yang sudah berada tidak jauh darinya. Seraph membuka mulutnya dan bersiap menghisap semua angin yang disemburkan Naruto. Ia pun menyerap hembusan angin Naruto dengan mudahnya.

"Hahaha... terima kasih makanannya anak nakal!" Seraph menyeringai ke Naruto yang memelolotinya. "Dan ini untuk panggilan 'Aho' darimu!" Seraph hendak memukul Naruto. Namun, ia segera mengurungkan niatnya karena Naruto sudah ambruk dan tertidur pulas.

Seraph seketika sweatdrop di tempat ketika mendengar dengkuran besar yang dikeluarkan Naruto. 'Haaa dia sudah tidur.' Namun sweatdrop Seraph tidak bertahan lama dan tergantikan menjadi menyesal melihat sifat kelewat kurang ajar Naruto kepadanya. 'Haaa tidak apalah … ini semua demi kebaikannya juga.'

"Eng... " Naruto tiba-tiba mengerang membuat Seraph tersenyum melihat wajah damai Naruto yang tertidur pulas. "Latihan selanjutnya apa Baka-Seraph?" Naruto mengingau sambil memperbaiki posisi tidurnya dan hal itu membuat senyum sang naga semakin melebar.

Seraph mengarahkan tangan kanannya dan mengankat tubuh Naruto. Setelah itu, ia berjalan menuju gua bersama Naruto yang tertidur di atas tangan kanannya.

.

.

.

.

.

2 Tahun kemudian, tepatnya 6 Juli X777.

Di depan sebuah gua, seorang anak bersurai pirang tengah berdiri tegak dan sedikit mendongak ke atas. Sebuah bayangan kepala seekor naga samar-samar terlihat di mulut gua dan tak berselang lama dua mata tajam menatap sang anak.

Bingung, itulah yang menimpa Seraph. Ini pertama kalinya Naruto menghampiri dirinya, biasanya anak bersurai pirang itu baru akan menghampirinya ketika dipanggil atau tidak diseret secara paksa.

"Ada apa Naru-chan?"

"Begini Baka-Seraph… aku sedikit penasaran, kenapa kau mengajarkan Sihir Dragon Slayer Angin kepadaku… bukannya Api atau Petir lebih hebat di banding Angin."

"Hmmnn... Begini, asal kau tau Naru-chan… Angin adalah unsur terbaik dari kelima unsur alam utama. Angin berada dimana dan tidak dapat dilihat kecuali dalam penggunaan sihir."

"Aku tau itu."

"Angin juga terkadang selalu dinanti untuk menyejukkan hati yang sedang panas. Seperti dirimu yang mampu membuat hatiku menjadi sejuk semenjak kau menjadi anakku."

"K-Kaa-san…" Naruto berkata sedikit tergagap dan untuk ketiga kalinya ia memanggil Seraph dengan sebutan 'Kaa-san', kali pertama ia memanggilnya seperti itu ketika Seraph sendiri yang ingin menjadi ibu angkat Naruto. Dan yang kedua ketika Naruto ditolong oleh Seraph dari serangan Monster besar.

"Namun... Angin juga terkadang bersifat ganas. Namun, belum saatnya kau mengetahui kenapa Angin bisa bersifat ganas… Dan yang terpenting adalah, siapa yang bisa menghentikan angin? Tidak ada. Hanya Pencipta angin itu sendiri yang bisa… Paham Naru-chan!"

"Dan terakhir adalah... Aku ini Wind Dragon Seraph-sama,… Jadi hanya angin yang bisa kuajarkan padamu!... Paham Anak Nakal?!"

Naruto menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah kesal, setelah itu menguap lebar-lebar. Melihat sang anak sudah mengantuk, Seraph mendongak ke langit malam yang dihiasi jutaan bintang yang bersinar terang.

Seraph kembali menatap Naruto. "Ne... sudah malam Naru-chan, cepat masuk dan akan kuceritakan sebuah kisah sebelum kau tidur."

Sebuah decihan keluar dari mulut anak bersurai pirang itu. "Cerita pengantar tidur hanya untuk anak-anak. Aku tidak butuh itu, Baka-Seraph!" Ya … Sifat Kurang ajar Naruto kembali muncul.

"Kau akan tertarik … karena cerita ini adalah kisah mengenai para Naga!"

"Baiklah-Baiklah … Tapi kalau ceritanya membosankan, aku akan tidur Baka-Seraph!" Naruto segera berjalan memasuki gua dimana tangan Seraph sudah terbuka untuk dijadikan Naruto sebagai tempat untuk berbaring.

Setelah Naruto sudah duduk bersilah di atas telapak tangannya, Seraph menerawang jauh ke langit malam. "Dahulu kala... sekitar 400 tahun yang lalu, kami para Naga adalah mahluk penguasa dunia ini. Kami berkelana, terbang mengarungi langit, melewati daratan dan menyelam di laut. Semua yang ada di dunia ini adalah milik kami."

Naruto mendesah pelan. "Hadeh … membosankan! Lebih baik tidur saja." Naruto hendak berbaring namun, Seraph tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Naruto mengurungkan niatnya.

"Manusia tidak lebih dari mangsa kami."

"Haaaa? Lalu kenapa kau tidak memakanku semenjak pertama kali kita bertemu?!"

Seraph mengabaikan pertanyaan dari Naruto dan lebih memilih melanjutkan ceritanya karena jawaban yang diinginkan sang anak akan segera keluar. "Tapi, kemudian muncul naga bodoh yang ingin mengubah hal itu."

"Naga bodoh? Itu kau 'kan Baka-Seraph?" Naruto menutup mulutnya dengan tangan kiri untuk menahan agar tawanya tidak lepas.

"Tentu saja bukan, Anak Nakal!" Seraph membentak Naruto dengan wajah sedikit kesal. "Dia ingin membangun dunia dimana kami bisa hidup akur bersama manusia. Karena itulah, naga yang setuju dan naga yang menentang saling berperang satu sama lain."

"Lalu kau berada di pihak mana Baka-Seraph?" Tanya bertanya dengan nada sedikit penasaran.

"Apa kau buta? Jelas-jelas kau sudah melihat jawabannya di depan matamu dan berhenti memanggiku seperti itu Pirang Kamvret!"

"Ya-Ya … terserah kau Boke-Ryu!" Naruto membalas acuh tak acuh dan memberi panggilan baru untuk Seraph yang mempunyai arti 'Naga Dongo'.

"Grrrrr … Mungkin ini waktunya aku beralih pihak ke yang menentang!" Seraph menyeringai ke Naruto yang sudah pucat pasih melihat wajah menakutkan darinya yang seolah-olah siap untuk menelan Naruto bulat-bulat.

"Huaaaa … Ampuuuunnnnnn!" Naruto segera melakukan sujud meminta ampun di depan Seraph. Dalam keadaan sujud, Naruto memiringkan kepala. "Lalu apa yang terjadi dengan perang itu?"

"Perang itu semakin memanas, pertaruangan antar naga terus membanjiri daratan." Senyum pahit tiba-tiba terpampang jelas di wajah Seraph dan hal itu membuat Naruto menaikkan alis sebelah kiri. "Setelah itu, naga yang menginginkan perdamaian melakukan strategi bodoh!"

"Strategi bodoh?" Naruto kembali duduk bersilah dan memandang Seraph dengan alis terangkat.

"Melibatkan manusia dalam perang ini dengan memberikan sihir pembasmi naga, yang dapat membasmi para naga... [Metsuryuu no Mahou] Atau Sihir [Dragon Slayer]."

Naruto terdiam sejenak sambil menggertakan giginya. "Jadi itu awal mula kisah Dragon Slayer?" Seraph hanya bergumam pelan menaggapi pertanyaan dari Naruto.

"Dragon Slayer… seperti dirimu… " Seraph menunjuk lurus Naruto yang masih setia duduk bersilah di atas telapak tangannya. "Memiliki kekuatan yang besar. Para naga yang menginginkan perdamaian sudah hampir mencapai kemenangan mereka. Tapi, mereka membuat keputusan yang salah."

Dan untuk kedua kalinya, Naruto kembali dibuat penasaran. "Dragon Slayer, yang sudah memiliki kekuatan yang besar. Membunuh naga yang ingin hidup akur dengan mereka dan ada satu orang dari mereka yang sudah bermandikan darah banyak naga."

"Siapa dia dan apa dia masih hidup? Cepat katakan, akan kutendang Bokongnya karena sudah membunuh Naga yang menginginkan perdamaian sepertimu." Seraph mengukir senyum tipis karena dibalik sikap kurang ajar Naruto, ternyata tersimpan sisi baik karena sudah memperdulikan Seraph dan Naga yang menginginkan perdamaian dengan manusia.

"Aku tidak mau menyebut namanya. Bukan tidak mau … Tapi takut!"

"Aree... aku tak menyangka kau juga mempunyai rasa takut Baka-Seraph!"

"Dia terus menghancurkan semua naga hingga bermandikan darah mereka. Semakin lama, kulitnya mulai berubah menjadi sisik, giginya berubah menjadi taring. Dia berubah menjadi naga itu sendiri."

"NANIIIIII!" Naruto berteriak sekencang-kencangnya mendengar fakta jika menjadi orang Dragon Slayer. "MANUSIA MENJADI NAGA?!"

"Itu adalah tahap akhir dari sihir pembasmi naga." Dan hal itu membuat Naruto berdidik nyeri membayangkan dirinya mencapai tahap akhir itu dan menjadi seekor naga. "Meskipun dia manusia, dia sudah menjadi Raja Naga dan memulai perang baru bernama Festival Raja Naga!"

"Raja Naga? Hmmnnn … " Naruto memasang pose berpikir dengan memegang dagu dengan tangan kirinya. "… Aku semakin mau menendang bokong orang itu, Khukukukuku!" Ucap Naruto diakhiri tawa jahat khas anak-anak seumurannya.

"Dasar anak nakal! Itulah yang kutakutkan kenapa tidak menyebut namanya. Aku menginginkan agar kau tidak melawan dan membunuhnya sehingga kau…"

"Tunggu dulu!" Naruto memotong ucapan Seraph dengan wajah dipenuhi keringat dingin karena baru mengerti satu hal. "Jadi kalau aku terus menggunakan sihir Dragon Slayer, maka aku akan menjadi naga seperti orang itu?"

"Entahlah… bagaimana kalau coba saja."

"Jadi … Kau menjadikanku anak dan mengajarkan sihir Dragon Slayer agar kelak aku menjadi naga sehingga mahluk seperti kalian bertamb- … Itee~ Baka-Seraph!" Naruto meringis kesakitan ketika Seraph tiba-tiba menyentil kepala Naruto menggunakan jari tangan tempat anak bersurai pirang itu duduk.

"Tentu saja bukan Bodoh! Apa kau lupa bukan hanya Sihir Dragon Slayer yang kuajarkan padamu? Kau kuajari juga tentang arti kehidupan ini agar kelak kau bisa menemukan sesuatu yang berharga dalam hidupmu dan sekuat tenaga melindunginya dengan kekuatanmu itu… Paham Anak Nakal?!"

Ceramah panjang lebar dari Seraph seketika membuat Naruto diam seribu bahasa, kini ia tengah menundukan kepala sehingga bayangan poni surai pirangnya menutupi sebagian wajah. Dalam keadaan menunduk Naruto menggigit ujung bibirnya sejenak lalu berkata.

"Aku paham! Tapi…"

"Tapi apa?"

"Aku tidak punya sesuatu yang berharga untuk dilindungi selain kau… malah sebaliknya kaulah yang sering melindungiku."

"Hehe … aku tak menyangka Anak Nakal sepertimu bisa berkata seperti itu,… Bangga rasanya mendengar hal itu darimu Naru-chan."

"Urusai yo Baka-Seraph!"

"Kau harus tau… Dunia ini luas dan suatu hari nanti kau harus menjelajahinya. Mungkin kau akan menemukan sesuatu yang berharga."

"Tentu saja… Jika aku tinggal gua ini bersamamu selamanya, bisa-bisa aku mati mengenaskan mencium bau tubuhmu yang seperti bau keringat 1000 Wyvern."

"Grrrrr… Dasar anak tidak tau diuntung!"

"Kadal bertotol aneh!"

"Otak Burung!"

"Kepala aneh!"

"Rambut tai!"

Saling lempar ejekan pun tidak terelakkan antara keduanya hingga Seraph akhirnya mengalah dan memilih tidur karena besok adalah hari dimana ia harus melakukan sesuatu yang sangat sulit karena dengan sangat terpaksa meninggalkan Naruto demi kebaikan anak bersurai pirang itu sendiri, walaupun sifat kurang ajar Naruto kadang-kadang atau mungkin setiap saat membuat dirinya marah namun ia hanya pasrah karena memang salahnya mendidik Naruto terlalu keras untuk anak seumurannya.

.

.

.

Keesokan harinya.

"Ugh..." Seorang anak bersurai pirang menggeliat di atas permukaan keras sebuah gua di hutan Mangolia. Karena merasa ada yang aneh, anak itu segera membuka secara perlahan kedua kelopak matanya.

Sang anak atau kita kenal Naruto mengucek kasar matanya untuk memperjelas pandangannya. "Baka-Seraph sialan… dia menidurkanku di atas tanah." Sambil mengumpat sang Kazeryu Naruto bangkit dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sang Naga.

"Baka-Seraph?!" Naruto terlonjak kaget tidak mendapati Seraph tidak ada di dalam gua tempatnya sekarang. "Haaaa... palingan ia keluar membersihkan tubuhnya." Naruto melangkahkan kakinya keluar dari gua.

Sesampainya di luar mulut gua, kedua mata Naruto menyipit tidak mendapati tanda-tanda mahluk sekuuran Seraph melintas di tempat dimana ia berdiri. "Apa lagi sekarang Baka-Ryu?! Cepat keluar atau tidak kupotong tubuh baumu itu." Perintah Naruto agak keras namun tidak ada respon sama sekali kecuali suara angin pagi yang berhembus pelan.

Sebagai seorang Dragon Slayer yang memiliki penciuman tajam, Naruto segera mengendus-ngendus udara untuk mencari keberadaan sang Naga yang sudah hafal luar kepala bau tubuh mahluk besar itu. "S-Seraph?!" Suara Naruto mulai tergagap memanggil nama sang Naga. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari mencari ke seluruh area hutan dan hasilnya nihil. Dan saat itulah Naruto menyimpulkan bahwa ...

Seraph menghilang tanpa jejak meninggalkan Naruto di hutan itu.

"K-Kaa-san...!"


TBC

[TrouBlesome Cut]


Sekian dulu Prolog Fic Naruto X Fairy Tail dari Author Newbie satu ini.

Jika ada yang ingin ditanyakan ... Tinggal tulis saja di Kolom Review!

Dan satu lagi...Fic ini tidak sendirian saya kerjakan. Saya dibantu teman Misterius yang asal-usulnya belum saya ketahui...Bisa dibilang dia Mahluk Gaib lah :v :v

.

.

.

RootWood Out!