"Sweet Enemy"

Remake Story; Originally by Santhy Agatha

Park Chanyeol

Byun Baekhyun (GS)


"Bukankah menyedihkan? Dia ada dalam jangkauan tanganmu, tetapi kau tidak bisa merengkuhnya?"


Berjalan bersama tiga lelaki tampan ternyata sedikit mengintimidasi…

Baekhyun melirik ketiga lelaki yang berjalan beriringan bersamanya, sibuk bercanda. Mereka melewatkan tatapan kagum para perempuan yang berpapasan dengan mereka di taman hiburan itu. Dan beberapa perempuan itu, setelah menatap ketiga laki-laki tampan itu, lalu melemparkan tatapan 'siapa sih perempuan itu?' kepada Baekhyun. Baekhyun memutar bola matanya. Hanya dia satu-satunya yang tampak tidak pas di gerombolan ini.

"Aku mau naik itu." Chanyeol menunjuk ke sebuah wahana permainan yang tampak mengerikan. Sebuah tiang tinggi dengan kursi-kursi di ujung-ujung kicir angin, dimana kursi itu hanya dipakukan di satu titik. Baekhyun langsung merinding. Mereka akan diputar ke segala arah kalau naik wahana itu.

"Aku tidak mau." memikirkannya saja sudah membuat Baekhyun mual karena takut.

Chanyeol tertawa dan melirik Baekhyun dengan tatapan mencemooh, "Pengecut."

"Aku bukan pengecut, aku punya akal sehat." Baekhyun membelalakkan mata, "Silahkan naiki wahana itu dan buat dirimu muntah sesudahnya."

Sehun tertawa mendengar jawaban Baekhyun untuk Chanyeol, membuat Chanyeol langsung memelototinya. Lelaki itu menatap Baekhyun, seolah akan membantah, tetapi kemudian memutuskan menyerah.

"Oke kalau begitu, kita naik wahana yang membosankan saja. Mungkin kau bisa mencoba komedi putar di sana itu, sepertinya cocok dengan penampilanmu yang seperti anak SD."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan mencela, lalu memelengoskan muka dan berjalan menjauhi Chanyeol. Sehun buru-buru mengikuti Baekhyun, mengajaknya bicara tentang sesuatu sementara Chanyeol mengamati mereka, lalu mau tak mau berjalan mengikuti Baekhyun dan Sehun di belakangnya.

Kai mendekat ketika mereka berjalan mengikuti Baekhyun. "Kenapa denganmu sobat?" Kai setengah berbisik. Chanyeol mengernyitkan keningnya, "Kenapa apa? Apa maksudmu?"

"Kau. Sikapmu aneh."

"Aneh? Aku biasa saja." Chanyeol mengedikkan bahunya bingung.

Kai terkekeh, "Sikapmu kepada Baekhyun. Aku belum pernah melihatmu bersikap begitu kepada perempuan lain. Seolah-olah kau sedang…kebingungan."

"Aku? Kebingungan menghadapi Baekhyun? Itu tidak mungkin Kai. Memangnya apa yang dilakukan Baekhyun sampai bisa membuatku bingung?"

"Itu yang harus kau tanyakan pada dirimu sendiri. Ayolah Chanyeol, aku temanmu sejak kecil. Kau seperti buku yang terbuka di depanku. Sikapmu itu sangat kontradiktif, kau seolah-olah ingin menarik Baekhyun mendekat tetapi sekaligus ingin mendorongnya jauh-jauh. Dan hal itu membuatmu tampak defensif di depan Baekhyun. Mungkin kau harus tentukan, sebenarnya apa yang kau rasakan untuk Baekhyun?"

Chanyeol membeku. Menatap bagian belakang tubuh Baekhyun yang sedang berjalan di depannya. Lalu menghela napas. Bahkan dia sendiri bingung dengan perasaannya. Bagaimana mungkin dia bisa menjawab pertanyaan Kai?

.

.

.

"Sepertinya Chanyeol berperan sebagai kakak yang baik untukmu." Sehun tersenyum lembut ketika mereka duduk di café di tengah taman hiburan itu. Mereka sudah naik roller coaster, mencoba wahana kereta gantung, dan juga rumah hantu. Sekarang mereka sedang makan siang. Cafe itu menyediakan makanan-makanan sederhanya untuk pengisi perut.

Baekhyun melirik Chanyeol yang sedang berada di luar café bersama Kai, lelaki itu tadi melihat Baekhyun memandang terpesona kepada pedagang permen kapas berwarna pink yang lewat. Dan meskipun bersungut-sungut serta mengejek Baekhyun yang kekanak-kanakan, Chanyeol akhirnya keluar dan membelikannya untuk Baekhyun.

Baekhyun tersenyum dan menatap Sehun, "Dia berusaha bersikap sangat baik untukku." Baekhyun teringat betapa Chanyeol sudah benar-benar merubah sikapnya kepadanya, dan itu membuat hatinya hangat.

Sehun menatap Baekhyun dengan tatapan menyelidik, "Apakah kau pernah ingin punya kakak lelaki sebelumnya?"

"Tentu saja. Selama ini aku hanya hidup berdua dengan ayahku, kadang aku ingin tinggal di keluarga besar." Baekhyun menatap Sehun, berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk bertanya mengenai lagu itu, "Sehun… Aku ingin bertanya."

"Tentang apa?"

"Tentang lagu yang ada di pemutar musik milikmu yang kau berikan padaku di malam berhujan petir itu…" Baekhyun merasakan jantungnya berdegup, "Aku… Aku pernah merasa mendengarnya dalam mimpiku."

"Mimpi?" Sehun nampak tertarik.

"Ya… Aku sering bermimpi… Mungkin itu ingatan samar…atau entahlah… Aku masih sangat kecil waktu itu dan aku mungkin menyimpan kenangan itu dalam-dalam karena terlalu menakutkan." Baekhyun menatap Sehun dengan bingung,

"Aku bahkan tidak tahu itu mimpi atau kenyataan."

"Mimpi tentang apa?"

"Tentang hujan badai dan petir… Aku menangis ketakutan, lalu ada seorang anak lelaki datang… Dia… Dia menyanyikan lagu yang sama dengan yang ada di pemutar musikmu…" Baekhyun menelan ludah, "Dan baru kusadari kalau mungkin saja mimpi itu adalah kenangan tentang kejadian nyata."

"Lagu di pemutar musikku adalah lagu klasik lama, Baekhyun, aku mencoba memainkannya dengan versi biola… Judulnya Lullaby…"

Baekhyun menatap ragu, "Anak lelaki kecil di mimpiku juga menyanyikan lagu itu…"

"Itu semacam lagu pengantar tidur." tatapan Sehun tampak aneh. "Apakah kau sama sekali tidak ingat tentang anak lelaki kecil itu? Sama sekali?"

"Aku punya ingatan samar." Baekhyun mengangkat bahunya sedih, "Bahkan seperti kubilang tadi… Aku tidak yakin apakah itu benar-benar ingatan samar, atau hanya mimpi…"

Sehun tampak akan mengatakan sesuatu, tetapi kemudian mengurungkan niatnya karena Chanyeol dan Kai datang mendekat.

Chanyeol menyerahkan permen kapas yang sangat besar dan berwarna pink itu kepada Baekhyun, "Aku tahu kau menginginkannya." Chanyeol bergumam kaku.

Baekhyun menerimanya dengan senang, ditatapnya Chanyeol penuh rasa terima kasih, "Terima kasih Chanyeol, aku senang sekali."

Chanyeol hanya menggumam tak jelas, lalu duduk di sebelah Baekhyun.

"Permainan apa lagi yang akan kita mainkan?" Dia melirik jam tangannya. "Kita masih punya banyak waktu." Baekhyun menoleh ke sekeliling, lalu menunjuk permainan berperahu melewati wahana air terjun yang berkelak-kelok, "Sepertinya itu menyenangkan."

"Tapi kita akan basah." kening Chanyeol sedikit berkerut, tetapi kemudian lelaki itu tersenyum, "Tapi sepertinya itu layak dicoba."

.

.

.

"Mereka terus mengiringinya, kita harus menunggu sampai dia terpisah dari ketiga laki-laki itu." Anak buahnya melapor kepadanya. Membuatnya mengkerutkan dahi. "Baekhyun bersama Chanyeol, Sehun dan Kai?"

"Ya."

Dia mengerutkan dahinya. Sehun… Terutama Sehun. Lelaki itu sepertinya punya insting bahwa Baekhyun dalam bahaya. Dia telah sangat mengganggu rencananya dari kemarin, dengan menjemput dan menjaga Baekhyun ketika pulang kampus. Mungkin kalau ingin penculikannya terhadap Baekhyun berhasil, dia harus menyingkirkan Sehun duluan.

"Ikuti terus. Tunggu sampai semua lengah dan Baekhyun terpisah dari mereka."

"Baik," anak buahnya membungkukkan tubuh dan melangkah pergi.

.

.

.

Mereka benar-benar basah akibat permainan itu. Air muncrat dimana-mana membasahi pakaian dan rambut mereka, tetapi permainan itu benar-benar menyenangkan hingga mereka tertawa-tawa ketika turun dari perahu.

"Aku harus ke kamar mandi." Baekhyun menoleh ke arah kamar mandi tak jauh dari situ. Ada area khusus untuk kamar ganti dan kamar mandi perempuan. "Di situ."

Chanyeol masih berusaha mengusap rambutnya yang basah, begitupun Sehun dan Kai yang sibuk menghentak-hentakkan sepatu mereka yang basah.

"Hati-hati Baekhyun, kami menunggu di sini ya," gumamnya sambil lalu. Dan Baekhyun pun berjalan ke arah kamar mandi itu. Kamar mandi itu sepi. Mungkin karena sudah menjelang sore dan orang-orang sibuk bermain. Baekhyun berdiri di depan kaca besar dan mencuci tangannya di atas wastafel.

Seorang perempuan berpakaian rapi ada di sebelahnya. Baekhyun mengernyit, pakaiannya terlalu rapi untuk bermain ke taman hiburan… Tetapi Baekhyun menggelengkan kepalanya dan mengusir pemikirannya. Setiap orang punya selera sendiri-sendiri, mungkin perempuan ini merasa nyaman berpakaian seperti itu.

"Nona?" Sapaan perempuan berpakaian rapi itu membuat Baekhyun mengernyit, dia menolehkan kepalanya.

"Ya?"

Perempuan itu tersenyum, "Maaf ya."

Lalu sebuah jarum suntik di tusukkan di tubuhnya. Baekhyun masih sempat terperangah dan terkejut, sebelum kemudian matanya berkunang-kunang dan kesadarannya hilang.

.

.

.

Perempuan berpakaian rapi itu menarik kursi roda lipat yang sudah disiapkan di kamar mandi. Lalu meletakkan tubuh mungil Baekhyun yang tak sadarkan diri di sana. Dipakaikannya kacamata hitam besar, dan kain untuk menutup kepalanya, serta selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia mendorong kursi roda itu keluar, ke arah keramaian. Tidak ada yang curiga. Dia melirik ke arah tiga lelaki yang bersama Baekhyun tadi. Ketiga lelaki itu sedang bercakap-cakap dan membelakanginya. Dengan cepat dia mendorong kursi roda itu dan membawa Baekhyun menjauh. Begitu berada di tempat aman dan tidak terjangkau, dia mengangkat ponselnya dan menelepon.

"Ya?" suara di seberang sana menyahut cepat.

"Aku sudah mendapatkannya."

"Bagus." ada senyum di suara itu. "Bawa ke tempat yang sudah ditentukan."

.

.

.

Ketika mereka lama menunggu dan Baekhyun tak kunjung keluar, Chanyeol mulai curiga. Dia melirik Sehun dengan gelisah. Melempar tatapannya ke arah kamar mandi perempuan itu. Orang-orang lalu lalang dan keluar masuk, tetapi tidak ada Baekhyun di sana. Sehun sendiri mulai menyadari ada yang tidak beres.

Tatapannya menajam. "Kita sudah menunggu terlalu lama," gumamnya.

"Mungkin Baekhyun sedang sakit perut atau apa?" Kai berusaha menenangkan teman-temannya.

Tapi Chanyeol menghela napas tak sabar, dia mengambil ponsel dan menelepon nomor Baekhyun. Wajahnya memucat.

"Ponselnya tidak aktif."

Dengan gerakan cepat dia melangkah ke arah kamar mandi perempuan itu. Tidak dipedulikannya seruan seruan para perempuan yang sedang ada di sana.

"Maafkan saya." Chanyeol menatap panik ke sekeliling ruangan. "Adakah yang melihat adik saya di sini?"

Tetapi Baekhyun tidak ada. Pintu kamar mandi itu terbuka. Kosong. Dan hanya ada dua orang perempuan tak dikenal di depan wastafel, menatapnya mencela karena berani-beraninya melongok ke kamar mandi khusus perempuan.

Chanyeol bergegas keluar, menghampiri Sehun dan Kai, jantungnya berdebar kencang, "Baekhyun tidak ada di kamar mandi itu. Dia tidak ada di mana-mana!"

.

.

.

Tubuh Baekhyun yang tak sadarkan diri dibaringkan di atas ranjang.

Dia mengamati Baekhyun, lalu menoleh ke arah anak buahnya. "Kapan dia akan sadar?"

"Mungkin sekitar satu atau dua jam lagi."

Dia tersenyum, "Bagus. Kau tunggui dia di sini. Begitu dia sadar, hubungi aku. Aku ingin ada di sini ketika dia membuka matanya."

.

.

.

TBC

RnR?