#Author's Note#
Awalnya saya lagi buka buka File Maneger. Lalu nemu File File berisikan Fict ini. Akhirnya dari pada di anggurin saya publish deh.
Tadinya ini Fict ancur abis, tapi udah sedikit saya edit sana sini.
Oke deh langsung aja.
The Eye
WARNING * Fict ini mengandung banyak Typo, alur pasaran dan banyak sekali kekurangan didalamnya.
GENRE - Adventure - Fantasy.
DISCLAIMER = MASASHI KISHIMOTO dan sedikit bumbu dari The Lord Of The Ring.
PAIRING - Naruto x Hinata (Pair pasaran).
CHAPTER 1
Pagi yang indah. Matahari mulai menampakan kembali sinarnya seiring dengan Rotasi bumi.
masyarakat kota Konoha mulai kembali disibukan dengan aktivitasnya setelah semalaman beristirahat. Ya, meski tidak semuanya. Karena ada saja yang beranggapan malam bukanlah waktunya istirahat. Seperti muda mudi yang menghabiskan malamnya di club club, para pengangguran yang merasa tidak ada kegiatan apapun disiang hari, dan orang orang yang merasa hidup dimalam hari.
Namun ada juga beberapa yang tidak tidur malam karena tuntutan, seperti orang orang yang melakukan ronda malam, dan orang orang yang memang bekerja dimalam hari.
Pagi itu disebuah rumah yang tidak terlalu besar, seorang pemuda tengah berdiri didepan cermin setelah melakukan beberapa ritual dikamar mandi. Pemuda itu mempunyai bentuk tubuh yang ideal, dada kekar,
permukaan perutnya yang berbentuk kotak kotak, tinggi yang sempurna untuk pemuda seumurannya diusianya 19 tahun, dan rambut blonde yang tidak terlalu panjang.
Wajahnya memang tidak terlalu tampan, tapi dia memiliki struktur wajah yang manis, dan terlihat seperti bekas sayatan di pipi kanannya.
lalu matanya, dia memiliki mata secerah biru langit, tapi sorot matanya terlihat seperti memancarkan kebencian, kebencian yang selama ini dia pendam.
cukup lama dia memandang dirinya sendiri didepan cermin, hingga akhirnya dia disadarkan oleh ketukan pintu.
tidak, lebih tepatnya menggedor pintu.
"Woy Naruto, sampai kapan kau akan membuatku menunggu? hah!" teriak suara diluar sana.
"Hhaah." dengus pemuda yang dipanggil Naruto itu. Teriakan itu tentu sudah sangat familiar ditelinganya.
Tetangga rumah yang satu pekerjaan dengannya. Dan satu satunya orang yang bisa disebut teman, Sora.
"Ya, aku datang." jawab Naruto dan mulai melangkah sambil meraih baju kerjanya di kastok yang tertempel di dinding rumahnya.
"Hey, tak bisakah kau tidak menggedor pintu rumahku?" gerutu Naruto pada Sora,
"lama lama pintu rumahku bisa hancur"
tambahnya.
"Itu salahmu sendiri" kilah Sora,
"apa kau tak bisa tidak telat satu hari saja?."
tambah Sora dengan wajah yang masih terlihat kesal.
"Ah, lupakan saja." jawab Naruto cuek.
Mereka mulai berangkat menyusuri jalan beraspal menuju tempat mereka bekerja. Mereka terbiasa berjalan kaki karena Jarak rumahnya dan tempat mereka bekerja memang tidak terlalu jauh.
... -Skip time-
Naruto dan Sora kini tengah berjalan pulang setelah seharian bekerja, dan jam ditangan mereka kini sudah menunjukan pukul 4 sore,
mereka berjalan beriringan sambil membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan.
Dan seperti hari hari sebelumnya, didepan mereka seorang gadis cantik berpakaian sekolah Elite tengah menunggu. Melihat orang yang dari tadi ditunggunya, gadis tersebut segera berjalan menghampiri Naruto dan Sora. tidak, lebih tepatnya menghampiri Naruto.
Ini sudah kelima kalinya gadis itu melakukan hal yang sama. menunggu Naruto pulang kerja setelah sekolah.
Awalnya Naruto tak ambil peduli dengan apa yang dilakukan gadis itu. Tapi kini dia mulai merasa agak... aneh.
"Hey..." sapa gadis cantik itu dengan senyum diwajahnya, senyum itu bisa membuat hati seluruh pri meleleh, seluruh pria mungkin,
kecuali Naruto.
"Kau lagi." balas Naruto cuek.
"Eh, aku duluan ya, mau ke warnet dulu" ucap Sora tiba tiba dan langsung melesat meninggalkan Naruto dan gadis itu.
'Huh, jadi kambing conge kalau aku tetap bersama mereka' batin Sora.
"Huh, dasar" gerutu Naruto sambil memasukan tangannya ke saku celana.
Dan tiba tiba saja tangan gadis itu merangkul lengan Naruto tanpa berkata apa apa.
"Hey, lepaskan tanganku" protes Naruto sambil mencoba menarik lengannya, Tapi gadis itu tak membiarkannya.
"Tidak mauu" jawab gadis itu dengan manja,
dia semakin mempererat rangkulan tangannya.
"Merepotkan." gumam Naruto.
Mereka mulai berjalan beriringan menuju rumah Naruto, gadis itu mencoba membuka obrolan agar suasananya tidak terasa canggung, dia menanyakan apa pun yang sekiranya bisa menjadi pertanyaan, tapi Naruto menanggapi sekenanya, kebanyakan yang keluar dari mulut pemuda itu hanya kata "Hn" atau "Hmm." atau kata yang seperti itu.
-Dan kini mereka sudah berada didepan rumah Naruto. Pemuda itu langsung melepaskan tangannya dari rangkulan gadis cantik itu,
dan mulai memasuki rumahnya lalu menutup pintu rumahnya tanpa membiarkan gadis itu masuk,
Gadis itu seperti biasanya, hanya bisa menunjukan wajah cemberutnya, kemudian dia mengetuk pintu rumah Naruto.
"Hey, setidaknya beritahu siapa namamu."
ucap gadis itu agak memohon.
"Apa itu penting?" tanya pemuda itu didalam sana.
"Itu sangat penting..." jawab gadis itu dengan nada penuh harap.
"Naruto, namaku Naruto." jawab pemuda itu memperkenalkan dirinya.
Terlihat raut bahagia diwajah gadis cantik tersebut.
"namaku Hinata." balasnya dengan semangat.
"Hmm, sekarang pulang lah." balas pemuda itu.
Hinata mulai berbalik menuju speda motor yang sebelumnya dia parkirkan di tempat dia menunggu Naruto.
"Yah, paling tidak sekarang aku sudah tahu namanya" gumam Hinata, lalu tersungging senyum dibibirnya.
Ditengah jalan menuju rumahnya chacha melihat seorang yang dikenalnya, orang itu baru keluar dari sebuah warnet.
"Tunggu!" teriak Hinata.
Orang itu berhenti, lalu berbalik.
"Oh, kau yang tadi kan?" tanya orang itu, dia adalah Sora.
Hinata langsung menghampiri Sora.
"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Hinata tak mempedulikan pertanyaan Sora sebelumnya.
"Boleh saja" jawab Sora dengan tampang heran.
Dua manusia berbeda gender tengah menikmati makanan yang berada di meja sebuah kaffe yang cukup mewah.
Tapi mereka tidak sedang berkencan.
"Mentraktirku di kaffe semewah ini, kau pasti anak orang kaya ya?" tanya Sora setelah memakan makanannya.
"Begitulah, kenapa memangnya?" tanya Hinata balik.
"Tidak, hanya bertanya saja." balas Sora,
"jadi apa yang ingin kau bicarakan?" lanjutnya langsung pada intiny. Sepertinya dia tak mau terlalu lama basa basi.
"Lebih tepatnya yang ingin kutanyakan" sahut Hinata memperinci maksudnya.
"Apapun itu"
"Kau teman dekatnya Naruto kan?" tanya Hinata.
"Ya, dan satu satunya." jawab Sora mantap.
"Maksudmu? dia tak memiliki teman selain kamu?" tanya Hinata lagi dengan raut wajah heran.
"Tidak, maksudku dia memiliki banyak teman ditempat kami kerja, tapi satu satunya orang yang disebutnya teman sesungguhnya dan sangat dipercayainya, itu hanya aku." jelas Sora.
Hinata tak berniat membuka suara, karena apa yang dijelaskan Sora sepertinya masih berlanjut.
"Dia memiliki masa lalu yang buruk, aku tak bisa menceritakan masa lalu Naruto padamu,
tapi apa yang telah dialaminya membuatnya tak bisa mempercayai orang lain dengan mudah" sambung Sora.
"Bagaimana caranya..? apakah dia memang setertutup itu?" tanya Hinata penasaran.
"Kau pikir semudah apa mendapatkan kepercayaan orang lain?" tanya Sora membuat Hinata kebingungan.
"Naruto, orangnya sangat tertutup, dia tak akan mengawali sebuah pembicaraan, jika ditanya hanya akan menjawab seperlunya. Awalnya dia juga bersikap seperti itu padaku " Sora tersenyum mengingat kembali saat dia pertama kali bertemu Naruto. Orang yang sangat menyebalkan. begitulah kesan pertamanya.
"tapi aku selalu mencoba, selalu berusaha,
untuk berbicara padanya, karena aku... ingin berteman dengannya" sambung Sora, lalu tersenyum.
"jika kau serius, kau tak boleh menyerah,
sampai dia menyerah mengacuhkanmu, kau tahu? ia sebenarnya sangat kesepian.."
"Seperti itu ya.." gumam Hinata pelan, untuk beberapa saat dia memejamkan matanya.
"baiklah, aku akan tetap berusaha sampai dia menyerah mengacuhkanku" ujar Hinata semangat.
"Oh iya, namaku Sora, siapa namamu?" tanya Sora sambil menyeruput minumannya.
"Namaku Hinata."
"Pergi kau bocah Iblis!" teriak seseorang Diantara kerumunan matan yang menunjukan sorot kebencian.
"Bunuh saja dia!" teriak yang lainnya.
"Kembalikan Anakku..." teriak yang lainnya dengan nada pilu, terasa sangat menyayat hati.
"Tidak.. Aku bukan iblis.." lirih Naruto sambil memegang kepalanya.
"Yah, Kau iblis!" teriak mereka saling bersahutan, membuat Naruto semakin erat memegang kepalanya.
Lalu perlahan disekeliling tempatnya berdiri menjadi gelap, disertai warna langit yang berubah menjadi merah darah.
"Kau bocah yang terpilih.." terdengar suara yang bergema dengan nada berat.
"Tak kan lama lagi akan tiba waktunya, takdirmu untuk menghancurkan dunia. Dan kau akan menjadi iblis yang sesungguhnya" Lanjut suara itu.
"Tidak, Tidak, Tidak." Naruto menggeleng gelengkan kepalanya sambil tetap memegangi kepalanya.
"GHAHAHAHA, Kau tak akan bisa menolaknya bocah!" ejek suara itu disertai tawa yang keras.
"PERGIIII!" teriak Naruto membangunkan sebagian tubuhnya dari kasur tempatnya tidur. Keringatnya bercucuran diwajah dan seluruh tubuhnya. Wajahnya menunjukan ketakutan yang amat sangat, kenangan masa lalunya berputar putar dalam benaknya, masa lalunya yang sangat buruk..
Naruto menarik nafas, lalu menghembuskannya.
"Hanya mimpi.. Ya, hanya mimpi." gumamnya pelan, lalu kembali melanjutkan tidurnya.
Bersambung-