SIDE STORY I

DISAS(SUMMER)TER FESTIVAL


Two months later

Baekhyun sibuk seharian karena ia harus mengerjakan banyak hal, termasuk mengejar beberapa nilai dan tugas yang tidak dapat ia kerjakan ketika dirinya masih berada di rumah sakit. Maka dari itu, ketika seluruh murid SoPA sibuk mengurus stan dan acara untuk malam puncak festival musim panas tahunan, Baekhyun masih mengenakan seragamnya dan mondar-mandir di perpustakaan, lalu ke ruangan guru untuk mengumpulkan tugasnya.

Setelah ia mulai bersekolah, ia berhenti bekerja paruh waktu untuk menyelesaikan semua tugas dan latihannya. Minseok benar-benar merasa terpukul dan marah besar kala itu, tapi Baekhyun membujuknya dan akhirnya membuat hyung-nya itu setuju. Minseok berkata jangan lupa untuk terus mengunjunginya di Rainbow Cream, dan Baekhyun menyetujuinya.

Ia tidak bertemu Chanyeol seharian ini. Bahkan ia berangkat lebih dulu pagi ini, hanya meninggalkan roti panggang selai stoberi dan segelas susu di meja makan untuk Baekhyun. Ia sempat bertemu Sehun di lorong, dan ketika Baekhyun bertanya dimana Chanyeol, bocah itu terkikik geli dan berkata, "Daebak, hyung!" lalu dengan cepat berlari meninggalkan Baekhyun yang sedang kebingungan.

Kris dan Luhan mengambil ujian masuk perguruan tingginya mereka yang pertama hari ini, jadi Baekhyun agak merasa sedikit kesepian. Tidak ada Chanyeol, Sehun, Kris maupun Luhan.

Lagi pula, dari pertama kali ia menginjakkan kaki ke sekolah ini setelah hampir seminggu tidak masuk, tempat paling banyak yang ia kunjungi adalah perpustakaan, ruang latihan vokal, dan ruang guru. Ia hanya bolak-balik ke tiga tempat itu. Perpustakaan tempat ia mengerjakan tugas, ruang latihan vokal tempat dia berlatih bernyanyi sekaligus mengambil nilai praktikum vokalnya, dan ruang guru tempat dimana ia mengantarkan semua tugas-tugasnya.

Ketika mereka mulai kembali bersekolah, Chanyeol sendiri terlihat sibuk bukan main. Ia sering berangkat lebih awal dan kembali lebih sore dari biasanya, agak sedikit mengabaikan Baekhyun yang membuat si mungil itu merasa kesal. Jawaban Chanyeol ketika Baekhyun bertanya apa yang akan ia lakukan, atau akan kemana ia pergi, ia hanya akan menjawab "latihan" dengan muka datar.

Latihan apakah itu, hanya Park Chanyeol dan Tuhan yang tahu.

Baekhyun kadang merasa bahwa dirinya baru saja mati dan dibangkitkan setelah kejadian beberapa bulan lalu, lalu dibunuh lagi dengan semua tugas-tugasnya.

Baekhyun tidak punya pilihan, memang. Ia tertinggal cukup jauh, ternyata. Lagi pula, ia diterima di kelas paling elit di sekolah ini, jadi ia akan mengerahkan semuanya untuk tetap meraih nilai yang bagus.

"Baiklah," Baekhyun membuang napasnya. "Ini tugas terakhirku." Katanya, menatapi kertas berlembar-lembar yang ia tulis dengan tangan berisi rangkuman tentang sejarah musik klasik yang membuat kepalanya pening. Ia memijat pergelangan tangannya sebentar, lalu bergumam "ayo pergi dari sini." Ia berdiri dan membungkuk sedikit ketika melewati penjaga perpustakaan.

Ketika ia keluar dari perpustakaan, hari sudah mulai menjelang sore. Ia memeluk kertas tugasnya dan meraih ponsel, melihat layarnya kesal. Tidak ada satu panggilan atau satu pesan pun dari Chanyeol. Dimana sebenarnya pria itu?

Kakinya berjalan pelan menuju ruang guru. Ketika sampai, ia mengetuk pintunya perlahan.

"Permisi," kaya Baekhyun pelan.

"Oh, Baekhyun? Silahkan masuk." Miss Jane sedang duduk di meja kerjanya, begitu banyak kertas essay tersebar disana-sini. "Maafkan ruanganku berantakan."

Baekhyun tersenyum. "Tidak masalah, Miss. Ini tugas essay yang Anda berikan, dan saya yakin ini tugas terakhir yang perlu saya kumpulkan." Baekhyun menyerahkan kertasnya.

Miss Jane mengambil kertas itu dan membolak-baliknya, lalu menatap Baekhyun. "Kerja bagus, Baekhyun. Kau menyelesaikan semuanya lebih cepat dari yang kuperkiran. Bahkan Coach Jang Daesung terus memuji kemampuan vokalmu saat kami rapat."

Baekhyun tersipu. "Coach Jang banyak memberiku tips saat latihan. Semuanya tentu saja terima kasih kepada beliau."

"Meski begitu," Miss Jane menurunkan kacamatanya, "banyak poin yang harus kami kurangi darimu, Baekhyun. SoPA sangat menghargai absensi siswa. Bisa kubilang agak ketat masalah kehadiran siswa yang menurutku agak lucu. Kau tidak banyak menghadiri kelas sehingga kami perlu memotong poinmu."

Baekhyun terkekeh sembari memainkan ujung seragamnya tak nyaman. "Tidak apa-apa, Miss. Aku hanya berharap bahwa aku lulus di semua mata pelajaran."

Miss Jane tertawa. Ia kemudian mengedipkan matanya kepada Baekhyun. "Tidak perlu khawatir tentang itu. Kami sudah mulai menghitung nilai akhir, kau termasuk saingan berat untuk teman kelasmu, kau tahu. Kim Jongdae dan Do Kyungsoo sepertinya akan lengser."

Baekhyun mendongak dan matanya membulat. Ia pernah mendengar ini dari Chanyeol, dulu sekali. Kim Jongdae, Xi Luhan dan Do Kyungsoo adalah holy trinity-nya SoPA. Banyak siswa yang mengatakan demikian, lantaran ketiganya memiliki suara dan teknik vokal sangat baik. Bahkan kabarnya, bukan sekali dua kali agensi besar datang ke SoPA untuk merekrut mereka bertiga. Sekarang, karena Luhan sudah berada tingkat akhir dan hampir lulus, murid-murid di SoPA mulai menebak-nebak siapa yang akan menggantikan posisi Luhan nantinya.

"Eiyy, jangan membuatku berharap seperti itu, Miss."

Miss Jane mengedikkan bahunya. "Aku hanya berbicara fakta." Katanya, "Tapi, kalau kau tidak percaya padaku, sebaiknya nanti kita lihat saja di akhir semester."

Baekhyun tertawa. "Wah, Anda benar-benar bisa membuat orang mati karena penasaran, Miss." Ia kemudian berdiri dan membungkuk hormat. "Kalau begitu, terima kasih atas bantuannya selama ini Miss. Saya mengharapkan untuk bertemu Anda di semester depan."

"Oh, kau sungguh konyol." Miss Jane mengibas-ngibaskan tangannya. "Kau tetap akan berjumpa dengan Bibi tua ini bahkan di semester depan, Mr. Byun."

Baekhyun membalasnya dengan tawa. "Kalau begitu, aku akan pamit. Selamat sore, Miss Jane."

Ketika Baekhyun hendak menutup pintu ruangannya, Miss Jane memanggil namanya. "Baekhyun?"

Baekhyun berbalik dan menatap wanita itu. "Ya, Miss?"

Miss Jane tengah menatapnya sambil tersenyum. "Bersenang-senanglah, sekarang. Ini festival musim panas tahunan kita. Tahun ini kami mengundang seluruh sekolah termasuk Hanlim. Jadi, jangan terlalu terbebani dan bersenang-senanglah."

Baekhyun terkekeh. "Tentu saja, Miss. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku."

Miss Jane mengangguk. "Aku benar-benar merasa tidak enak masalah Ayahmu, tapi aku senang kalau semuanya sudah selesai sekarang."

Baekhyun sejujurnya tidak pernah tahu ia harus merespon seperti apa ketika orang-orang mulai membicarakan Ayahnya, tapi karena Miss Jane nampak tulus, Baekhyun mengucapkan terima kasih sekali lagi dan membungkuk, lalu menutup pintu ruangannya.

Ia menghembuskan napas lega setelahnya.

Miss Jane benar. Semua tugas dan praktikum vokal yang tertinggal sudah selesai, jadi sekarang saatnya bermain-main!

Baekhyun berjalan pelan melintasi lorong dengan senandung ceria dari bibirnya. Meski sudah hampir sore, sekolahan tampak lebih ramai karena malam puncak akan digelar malam ini. Akan ada banyak stan makanan, game, pakaian, hiburan dan lain-lain, serta akan ada panggung di tengah lapangan dimana murid SoPA diperbolehkan untuk menampilkan berbagai aksi panggung; mulai dari dance, bernyanyi, sulap, dan lain-lain.

Baekhyun berhenti sebentar dan melihat lapangan sekolahan mereka.

Ia tidak menyadarinya, namun panggungnya sudah selesai dan siap digunakan. Bahkan segala pernak-pernik dan hiasannya sudah selesai di pasang. Banyak murid-murid berlalu lalang di lapangan dan lorong, namun tidak ada satupun dari mereka yang Baekhyun kenali. Ia mendesah sedih, ingin bertemu Chanyeol.

Meski begitu, matanya menatap murid lain yang tampak sibuk di tengah lapangan. Mereka tidak lagi mengenakan seragam SoPA, namun hanya baju kasual berupa jins dan kemeja atu kaus. Sebagian bahkan mengenakan training dan kaus biasa. Hanya Baekhyun saja yang masih mengenakan seragam lengkap—yah, karena ia memiliki tugas yang banyak yang mengharuskan ia mengunjungi ruangan guru. Tidak etis kalau ia hanya menggunakan jins dan kemeja.

Ia juga melihat beberapa seragam lain. Baekhyun tidak begitu kenal dengan seragam lainnya, tapi ia mengenali seragam navy gelap milik Hanlim Multi Art School.

Sehun atau mungkin Kris (atau bahkan Chanyeol?) pernah menceritakan masalah ini kepada Baekhyun. SoPA dan Hanlim tidak pernah punya hubungan baik. Kedua sekolah seni ini sering bersaing karena sama-sama menghasilkan lulusan yang berkualitas (meski dari pendapat Kris, SoPA tetap nomor 1). Kebanyakan idol yang sekarang sangat terkenal di Korea juga merupakan murid lulusan SoPA atau Hanlim.

Festival musim panas tahunan ini biasanya hanya diselenggarakan khusus untuk murid-murid SoPA, terkecuali tahun ini. Mereka memutuskan untuk membuat festival musim panas tahun ini menjadi lebih meriah dengan mengundang murid-murid sekolah lainnya, termasuk Hanlim.

Baekhyun tersenyum. Awal yang sangat baik untuk menjalin hubungan, pikirnya. Ia ingat Chanyeol juga mungkin pernah berkata bahwa salah satu kenalan Sehun yang juga merupakan seorang hacker handal bersekolah di Hanlim.

Dalam lamunannya, Baekhyun kemudian mendengar ponselnya berdering. Ia terlonjak dan segera meraih ponselnya, lalu melihat nama Luhan tertera di layarnya. Ia merasa lega bukan main.

"Hyung!" Seru Baekhyun.

"Ya, Baekhyun-ah. Dimana kau? Aku dan Kris sudah selesai, kami sedang berada di lapangan sekarang. Ouh, astaga kenapa banyak sekali orang disini? Ya, ya, Kris! Apa yang anak-anak Hanlim lakukan disini?!"

"Lapangan?" Baekhyun dengan cepat memutar kepalanya kesana dan kesini, berusaha mencari sosok Kris dan Luhan di tengah lapangan. "Ohh, aku melihatmu hyung. Aku disini! Aku disini!" Baekhyun meloncat-loncat sembari melambaikan tangannya. Kris dan Luhan berdiri diantara kerumunan dengan wajah bingung.

"Oh ya, aku melihatmu." Luhan mematikan teleponnya. Mereka berdua berjalan dengan kesusahan melewati kerumunan, namun akhirnya sampai di lorong dan menghampiri Baekhyun.

Luhan memakai kaus dan celana jins yang dipadukan dengan jaket kulit hitam, ia memakai sepatu boot dan ada ransel tersampir di bahunya. Rambutnya tertata rapi dan ia nampak cerah. Sementara Kris memakai sweater Supreme putih yang ia padukan dengan jins biru, beanie hitam di kepalanya dan kacamata bulat, sneakers putih tersemat di kakinya, dan ransel hitam besar di bahunya.

"Kalian kembali! Bagaimana tesnya?" kata Baekhyun ceria.

"Aku ingin mati." Sahut Kris, dan Luhan tertawa.

"Ujianku baik-baik saja. Tapi aku tidak yakin dengan ahjussi di sampingku ini." Luhan melirik Kris dan wajah pria tinggi itu masam.

Bahu Kris terturun lesu. "Kalau aku tidak lolos, sepertinya aku akan ikut audisi untuk masuk agensi saja."

Luhan kemudian menepuk pundaknya. "Kau sudah berusaha, temanku. Jadi ayo bersenang-senang saja hari ini, oke?"

Baekhyun mengangguk senang.

"Omong-omong, Byun," panggil Kris, "kenapa kau memakai seragam lengkap?"

Baekhyun terkekeh. "Ah, ini." Katanya, menatapi seragamnya sendiri, "aku baru saja selesai mengejar semua ketinggalan tugas dan praktikumku."

"Oh, ya, benar." Angguk Luhan. "Apa kau sudah menyelesaikan semuanya?"

"Sudah, hyung."

"Kerja bagus, bocah." Kris menepuk kepalanya. "Kau pasti sangat kesusahan."

Baekhyun tertawa. "Tidak juga, sejujurnya aku sedikit menikmatinya. Hanya merasa agak sepi karena kalian berdua tidak disini. Aku juga tidak tahu kemana Sehun dan Chanyeol menghilang."

Luhan tertawa kecil. "Ouhhh, sepi ya. Kasihan sekali. Tidak perlu merasa sedih karena kami sudah kembali.

Tapi kemudian kening Kris mengerut dalam. "Tunggu dulu. Kau bilang kau tidak tahu dimana Chanyeol dan Sehun?"

Si mungil itu mengangguk. "Aku bertemu dengan Sehun di lorong lantai dua tadi, tapi ia berbicara aneh dan ia tampak bersemangat, padahal aku bertanya apakah dia melihat Chanyeol. Tapi setelah berbicara omong kosong dia langsung lari. Sementara Chanyeol," Baekhyun menghela napas berat, "aku sudah tidak melihat Chanyeol seharian ini."

Kris memainkan janggut imajinernya. "Something's fishy here…."

Luhan kemudian memaki pelan, lalu meraih ponselnya dan men-dial nomor Sehun. Bahkan setelah meneleponnya berkali-kali, Sehun juga tidak mengangkat teleponnya. "Dimana anak ini?" gumam Luhan kesal.

"Chanyeol juga begitu, Luhan hyung." Timpal Baekhyun. "Aku meneleponnya beberapa kali pagi ini dan masih tersambung, namun ia tidak mengangkat teleponnya. Terakhir kali aku meneleponnya, nomornya tidak aktif."

Kris memainkan kepalan tangannya. "Wah, brengsek sekali bocah berdua itu. Tunggu saja sampai kita bertemu dengan mereka, aku akan menghajar wajahnya."

"Ide bagus." Luhan meniup telapak tangannya jengkel. "Aku juga punya dorongan kuat untuk memukul kepala bodoh Oh Sehun. Berani-beraninya mereka meninggalkanmu seperti ini?"

Baekhyun tertawa kecil. "Aku tidak apa-apa, hyung. Mungkin Sehun dan Chanyeol ikut sibuk mempersiapkan festival."

Alis Luhan berkerut. "Aku tidak pernah dengar kalau Sehun mau menyiapkan stan atau tampil untuk malam puncak. Kau, Kris?"

Kris menggeleng. "Bocah itu tidak berkata apa-apa kepadaku. Apa kau dengar sesuatu dari Chanyeol?" Kris kemudian menoleh dan memandang Baekhyun.

"Uh… tidak juga, hyung."

"Wah," kata Luhan, memutar bola matanya tak percaya. "Apa mereka berdua berusaha untuk menyisihkan kita sekarang? Wah, tunggu saja kau Oh Seh—"

"Ekhm."

Baekhyun, Kris dan Luhan menoleh kepada sesorang yang baru saja berdeham dari belakang Baekhyun. Belum sempat Baekhyun menoleh kepada seseorang yang berdiri di belakangnya, Kris telah lebih dulu menarik lengan Baekhyun kuat-kuat hingga si mungil itu berada di balik tubuhnya yang menjulang. Ia juga memberi kode kepada Luhan untuk mundur sedikit. Luhan mengikuti instruksinya dengan patuh.

"Perlu apa kau, Johnny?" kata Kris dingin.

Baekhyun terkesiap, memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat dari balik tubuh Kris yang tinggi—berdirilah Johnny Seo, kepalanya tertunduk dengan tangan menggengam minuman kaleng, sementara kakinya nampak gelisah. Baekhyun refleks mundur sedikit, sementara salah satu tangannya tanpa sadar memegang ujung sweater Kris.

"Uh… aku ingin berbicara dengan Baekhyun." Katanya, suaranya terdengar halus, hampir-hampir seperti seseorang yang ketakutan.

Kris melipat tangan di depan dada. "Bicara disini." Katanya, menatap Johnny tak senang.

Sejenak, Johnny nampak ragu. Ia berulang kali mengetuk-ngetukkan kakinya tak sabar, sementara matanya bergulir dari Kris kemudian kepada Baekhyun yang sedang mengintip dari balik tubuh Kris.

"Ha-halo? Baekhyun." Johnny memulai, lalu menggeleng kuat-kuat, bergumam bodoh berkali-kali kepada dirinya sendiri. Pelipisnya berkeringat dan ia nampak luar biasa gugup. "Ma-maksudku..., uh, apa kau baik-baik saja? A-aku mendengar kau masuk rumah sakit karena… uh, di-diculik."

Kris melirik Luhan yang mulutnya sedang terperangah. Sebelah alis pria tinggi itu naik ke atas, tidak mengerti logika pria sinting yang pernah melakukan hal bejat kepada Luhan dan berusaha untuk menyakiti Baekhyun ini.

Baekhyun memegang ujung sweater Kris makin kuat.

"Apa yang berusaha kau sampaikan?" kata Kris akhirnya. "Cepatlah berbicara sebelum aku menonjok wajahmu."

Pria itu tampak sangat jauh berbeda dari yang terakhir kali Baekhyun ingat. Dia tampak seperti pria culun yang tidak punya kepercayaan diri sekarang, sementara terakhir kali Baekhyun bertemu dengannya, ia tampak seperti psikopat sinting.

"A-aku mau minta maaf." Pria itu menggerakkan kakinya gelisah. "Kepada Baekhyun."

"Permintaan maaf tidak diterima." Kata Kris dengan wajah tidak peduli.

Johnny Seo akhirnya mendongak cepat dan memperlihatkan wajah penuh rasa bersalah.

Baekhyun harus menarik sweater Kris kuat-kuat untuk mendapatkan perhatiannya. Ketika Kris menoleh ke belakang, ia melihat Baekhyun menggeleng. Apa? Kata Kris tanpa suara kepada Baekhyun.

Baekhyun ragu, tapi ia akhirnya maju selangkah. Kris menahan lengannya dan membuat ekspresi tak senang yang kira-kira jika diterjemahkan akan berbunyi seperti astaga, apa kau serius?!

Tapi Baekhyun berusaha maju sedikit agar Johnny dapat melihat wajahnya dengan jelas. "Tidak apa-apa. Aku sudah memaafkanmu. Dan kurasa kau berhutang satu maaf lagi." Kata Baekhyun sambil menoleh dan menatap Luhan.

Wajah Johnny mendadak cerah. "Sungguh? Kau mau memaafkanku?" tatapannya kemudian beralih kepada Luhan. "Ah, aku juga minta maaf kepadamu masalah—"

"Jangan dibicarakan!" potong Luhan cepat, ia merapakan jaketnya, entah mengapa dapat merasakan hawa dingin yang membuatnya merinding. "Jangan membahasnya lagi. Karena kau sudah minta maaf, maka tidak perlu dipermasalahkan lagi."

Kris menatap Luhan dan Baekhyun bergantian dengan ekspresi tak percaya. Ia jelas-jelas akan sangat senang sekali jika ia bisa menonjok wajah tolol Johnny, tapi tentu saja kedua temannya ini tidak akan membiarkannya.

Akhirnya, pria paling tinggi itu hanya memutar bola matanya jengah. "Nah, sudah, kan? Sana. Pergi." Kris mengibas-ngibaskan tangannya kepada Johnny, lalu kembali menarik Baekhyun untuk mundur sedikit.

Baekhyun tersenyum—yang omong-omong sedikit ia paksakan—kepada Johnny. Mereka kemudian berniat untuk berbalik, pergi kemana saja, yang jauh, asal jangan ada Johnny disana, tapi pria itu kemudian memanggil Baekhyun.

"Baekhyun, tunggu!"

Baekhyun berbalik, dan melihat pria itu menyodorkan minuman kaleng yang dari tadi ia pegang dengan gusar. "Untukmu." Katanya, tersenyum malu-malu.

Baekhyun bersumpah bahwa dirinya baru saja bergidik ngeri. Bagaimana pria yang tampak seperti pecundang ini adalah pria yang waktu itu mengatainya sebagai anak pembunuh dengan ekspresi meremehkan? Baekhyun mulai berpikir bahwa Johnny Seo mungkin sakit jiwa—ia barangkali memiliki kepribadian ganda atau semacamnya.

Baekhyun tersenyum tak nyaman, melihat minuman kaleng yang tengah disodorkan kepadanya ragu. Ia melirik Kris dan Luhan yang sama-sama menggeleng kecil—jelas-jelas memberikan kode bahwa Baekhyun tidak perlu mengambil minuman itu. Baekhyun menggigit bibirnya dan dengan cepat merampas minuman kaleng itu. Ia berjengit ngeri ketika ujung jarinya sedikit bersentuhan dengan tangan Johnny. Baekhyun mungkin tidak mau mengakuinya, tapi ia selalu beranggapan bahwa Johnny Seo mengerikan. Lebih mengerikan lagi ketika pria sinting ini tiba-tiba saja bersikap baik seperti ini.

"Ba-baiklah," kata Baekhyun, suaranya terdengar takut-takut, "terima kasih."

Kris harus maju kedepan lagi untuk membatasi Johnny agar ia tidak terlalu dekat dengan Baekhyun, lalu pria tinggi itu menggerakkan dagunya ke depan dan menatap Johnny sengit. Tatapannya jelas-jelas mengatakan get lost you freaking loser.

Johnny tampaknya mengerti dan mulai berjalan mundur. Ia sama sekali tidak membalikkan tubuhnya dan terus menatap Baekhyun sambil tersenyum. Ketika ia cukup jauh, ia berteriak, "terima kasih, Baekhyun!" barulah ia berbalik setelah.

Di belakang Baekhyun, Luhan menghembuskan napas lega. Ia merasa bahwa dirinya baru saja tercekik. "Gila. Apa-apaan itu tadi?" katanya tak percaya.

"Dia bertingkah aneh." Kris menyetujui. "Syukurlah aku datang lebih dulu sebelum dia menghampirimu, Baekhyun. Aku tidak tahu apa yang sedang berusaha ia lakukan kepadamu. Brengsek sekali Chanyeol dan Sehun. Mereka tidak seharusnya meninggalkanmu seperti ini."

Baekhyun tersenyum, sedikit merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, hyung. Terima kasih, kau juga Luhan hyung."

"Wah, dasar sinting." Kris memijit pelipisnya. "Harusnya kutonjok saja tadi mukanya yang tolol itu."

Baekhyun tertawa. "Sudah tidak apa-apa sekarang hyung. Ayolah, pergi dari sini."

Kris dan Luhan mengangguk menyetujui, tapi mereka tidak bisa pergi jauh setelahnya. Matahari hampir terbenam dan keadaan sekolah terlihat sangat hidup. Stan-stan mulai berjejer, lampu-lampu mulai dihidupkan. Mereka bertiga berakhir dengan duduk di tepi lapangan, dengan Luhan yang masih sibuk mencoba untuk menelepon Sehun.

Kris memperhatikan Baekhyun untuk waktu yang cukup lama. "Tidak mau membuangnya?" tanya Kris.

Baekhyun terlonjak sedikit, karena tadinya ia sedang melamun melihat murid-murid yang berlalu-lalang di depan mereka. Awalnya, Baekhyun nampak bingung dengan pertanyaan Kris. "Apany—oh, ini?" katanya kemudian, mengangkat minuman kaleng itu di depan Kris. Ia sendiri tidak sadar kalau ia memengangnya dari tadi.

Kris menatap Baekhyun kesal sekali, lalu tiba-tiba saja merampas minuman kaleng itu dan menelitinya baik-baik. Ini minuman kaleng, rasa vanila latte, tampak baik dan tidak penyok, tidak ada bolong, Kris berpikir.

Ia kemudian membukanya dan meneguknya cepat.

Baekhyun yang merasa bingung hanya menatap Kris dengan tatapan lucu.

Kris bersendawa keras setelahnya. "Tidak beracun." Ujar Kris dengan wajah kelewat bangga, dan ia terkekeh. "Ini." Ia menyerahkan sisanya kepada Baekhyun.

Di samping Kris, Luhan mendecih. "Kau kira bocah itu mau minum bekas mulutmu, bodoh?"

Mata Kris kemudian melebar kaget. Ia beralih menatap Baekhyun dan Luhan bergantian. "Astaga, maafkan aku, Baekhyun. Aku hanya berpikir bahwa aku perlu memeriksanya. Kau tahu, kan. Si sinting itu bisa saja menyuntikkan arsen ke dalam kaleng ini—aahhh! Kau kenapa sih, Luhan?"

Baekhyun sadar bahwa Luhan baru saja memukul belakang kepala Kris. Pria itu kemudian tersenyum kepada Baekhyun. "Jangan dengarkan kata si bodoh ini." Kata Luhan, dan Baekhyun tertawa.

"Tidak apa-apa." Baekhyun menyerahkan minuman kaleng tadi. "Kau boleh minum semuanya, hyung."

Kris cengengsan menatap Baekhyun lalu meraih minuman kaleng itu dan meminumnya dan sekali teguk. Ia kemudian tiba-tiba berkata, "matahari hampir terbenam tapi Chanyeol dan Sehun belum menunjukkan batang hidungnya."

Luhan memutar matanya jengkel. "Dimana mereka sebenarnya?"

Kris meremukkan minuman kaleng itu dalam sekali genggam. "Wah, aku sungguh merasa jengkel aku mungkin bisa menendang bokong Sehun dan Chanyeol bersamaan kalau mereka tiba-tiba muncul disini."

Baekhyun hanya diam, tersenyum karena sesungguhnya ia senang karena kehadiran Kris dan Luhan, namun tetap saja, diam-diam dia juga merasa sama kesalnya seperti mereka. Jika Chanyeol tidak muncul setelah ini juga, ia akan memulai perang dingin dengan pria itu. Ia tidak perduli jika Chanyeol memohon kepadanya nanti, yang pasti ia tidak akan mau berbicara dengannya setelah ini.

Chanyeol jahat sekali, tahu.

Sekarang setelah dipikir-pikir, Baekhyun bisa saja berada dalam bahaya kalau Johnny Seo mendatanginya sebelum Kris dan Luhan sampai di sekolah. Pemikiran itu membuatnya bergidik ngeri. Ia sungguh tidak tahu apa yang akan ia lakukan kalau Johnny Seo tiba-tiba muncul dihadapannya saat ia sedang sendirian.

Syukurlah ada Kris dan Luhan, setidaknya ia tidak menjadi terlalu takut karenanya.

Mikirkan ini hanya membuat Baekhyun makin jengkel. Saking kesalnya, ia sudah tidak berpikir untuk menelepon Chanyeol lagi. Jika Chanyeol memang mencoba untuk mengabaikannya, maka ia juga bisa melakukannya!

Baekhyun sadar bahwa bibirnya maju beberapa senti ketika ia memikirkan betapa kesalnya ia terhadap Chanyeol, sementara Kris dan Luhan berbicara mengenai soal-soal yang mereka kerjakan saat ujian masuk perguruan tinggi tadi.

Mata Baekhyun kemudian menangkap seseorang yang perlaham berjalan menuju arah mereka. Baekhyun berusaha mengalihkan tatapan, tapi ia yakin sekali pria itu sedang tersenyum lebar dan matanya sedang menatapnya.

Ah, tidak mungkin. Pikir Baekhyun.

Ia mengalihkan pandangannya. Namun karena penasaran, Baekhyun kembali memandangi pria tadi. Pria itu jelas-jelas sedang berjalan menuju ke arah mereka, senyumnya makin lebar dan—asataga? Apa dia baru saja melambai kepada Baekhyun?

Baekhyun menoleh ke kanan dan kiri dengan bingung, mencoba untuk melihat siapa saja yang sedang duduk di tepi lapangan—sudah jelas banyak, tapi tidak satupun sepertinya sedang memperhatikan pria itu. Hanya Baekhyun.

Baekhyun makin bingung ketika pria itu mendekat—dia tinggi, rambutnya cokelat cerah, dan yang lebih aneh, ia memakai kaus putih yang dibalut dengan blazer navy Hanlim. Baekhyun melongo. Dia tidak pernah kenal satu pun murid dari Hanlim.

Baekhyun duduk tegak dengan gusar ketika akhirnya pria itu berdiri di hadapannya.

"Byun Baekhyun?" tanyanya sambil tersenyum, "benar kan?"

Kris langsung berhenti berbicara dengan Luhan, segera saja berdiri. Oh, Kris masih lebih tinggi dari murid Hanlim ini, tapi tetap saja, dua-duanya tampak seperti tiang. "Perlu sesuatu?" tanya Kris, menaikkan alisnya.

Pria Hanlim itu memiringkan kepalanya sedikit, menatapi Kris dari ujung kepala hingga kaki. "Oh, tinggi dan blonde." Gumamnya, lalu menoleh kepada Luhan, "kecil, berwajah manis. Got it."

Baekhyun mengerutkan alisnya tak paham.

"Apa-apaan kau?" suara Kris mulai meninggi.

Pria itu hanya tersenyum, dan Baekhyun berpikir bahwa senyumnya tampak ramah. Ia menunjuk Baekhyun. "Byun Baekhyun," katanya, lalu beralih menunjuk Kris, "Kris Wu," dan terakhir menunjuk Luhan, "Xi Luhan." Ia mendongak dan tersenyum sumringah. "Benar, kan?"

"Apa kau sedang bercanda?" Kris maju selangkah, membuat murid Hanlim itu mundur, masih sambil tersenyum. "Kami tidak punya urusan denganmu, jadi, get lost."

Pria itu memegang dadanya dan mencebik. "Astaga, jahat sekali." Ia mengusap dadanya beberapa kali sebelum akhirnya berkata. "Yah, setidaknya ijinkan aku memperkenalkan diri dulu."

Luhan segera saja menggamit Baekhyun dan berbisik, "apa kau mengenalnya?" yang kemudian dibalas dengan gelengan oleh Baekhyun. Ia sama bingungnya.

"Halo, namaku Kang Daniel." Pria itu memperkenalkan diri. "Park Chanyeol dan Oh Sehun menyuruhku untuk mendatangi kalian untuk menikmati festival musim panas bersama di sekolah kalian ini." Pria itu bersiul. "SoPA cukup luas dari yang kuperkirakan. Hanlim tidak sebegitu luas kurasa."

Mulut Kris baru saja menganga. "APA?!"


A week before…

Chanyeol baru saja menginjakkan kakinya di sekolah ketika ponselnya berdering. Ia melihat nomor yang tertera di layar; unknown caller.

"Halo?" sahut Chanyeol.

"Halo sunbae! Masih ingat aku?"

Chanyeol berhenti berjalan di tengah-tengah lorong. Bulu kuduknya tiba-tiba saja merinding. "Darimana kau dapat nomorku?!" Sergah Chanyeol.

"Sebelum kau menuduh Oh Sehun, tidak. Aku tidak mendapatkannya dari Sehun. I have my way." Pria itu terkekeh.

Chanyeol hampir lupa kalau pria ini hacker. Ia juga tahu hari ini akan datang, meski sebenarnya Chanyeol agak sedikit melupakannya. Agh, ia rasanya ingin memukul kepalanya sendiri sekarang. Membuang napas berat, Chanyeol berkata, "baiklah. Kirimi nomor rekeningmu. Aku akan mengirim uang yang kau minta."

"Astaga, sunbae." Kang Daniel mendesah sedih. "Apa aku tampak seperti seorang pemeras bagimu?"

Chanyeol menaikkan alisnya. "Ya." Jawabnya tanpa ragu.

Pria di seberang telepon itu mendecih jengkel. "Sudah kubilang uangku banyak."

"Lalu apa maumu?" Chanyeol berteriak jengkel. "Cepat katakan sebelum aku mematikan teleponnya."

"Nope. Jangan coba-coba."

Chanyeol menarik rambutnya frustasi, sementara Daniel sepertinya menikmati rasa kesal dan frustasi Chanyeol karena ia terkekeh pelan.

Daniel kemudian berkata, "sekolahku menerima surat udangan untuk menghadari festival musim panas kalian. Bukankah itu keren sekali? Hanlim dan SoPA akhirnya menjalin hubungan. Wah, bermimpi pun aku tidak pernah. Aku hanya berharap kalau murid SoPA tidak akan menghajarku begitu aku menginjakkan kakiku ke sana."

"Aku malah berharap mereka benar-benar menghajarmu." Sahut Chanyeol kesal.

Pria di seberang telepon itu tertawa. "Omong-omong, aku dengar kalau festival musim panas kalian kali ini cukup meriah. Kalian menyiapkan banyak stan makanan dan hiburan, kan? Aku juga mendengar akan ada panggung untuk malam puncak?"

Chanyeol mengangguk. "Lalu?"

"Hmmmm…" Daniel terdiam sebentar. "Bagaimana kalau kau dan Sehun tampil saat malam puncak?"

Chanyeol baru saja mengeluarkan decihan sarkastik dan memutar bola matanya tak percaya. "HAHAHA KAU BERENGSEK. ITU PERMINTAANMU?!" Chanyeol merasa bangga untuk sesaat. "Ha! Baiklah. Kau mau aku menampilkan apa? Bernyanyi? Rapp? Piano, gitar, atau drum? Sebut saja semua."

Daniel tertawa keras sekali hingga Chanyeol harus menjauhkan ponselnya dari telinga. Ketika ia berhenti tertawa, ia berkata, "ingat, kau sudah menyetujuinya. Kau tidak boleh menarik kalimatmu kali ini."

"Tentu, brengsek." Kata Chanyeol, entah mengapa ia tersenyum begitu bangga sekarang. "Kau mau aku menampilkan apa?"

Kang Daniel terdiam sebentar. "Cover dance. Girl group. Kau bisa pilih antara Red Velvet atau Twice. Bagaimana?"

BOOM.

Chanyeol yakin bom atom baru saja meledak di dalam kepalanya.

"APAAAAA?!"

Daniel tertawa keras sekali. "Sudah kubilang kau tidak bisa menarik kalimatmu lagi, sunbae. Pastikan kalian tampil malam pucak, kau harus menyeret Oh Sehun bersamamu, apapun yang terjadi. Ini adalah bayaran kalian karena meminta bantuanku. Sampai berjumpa malam puncak nanti, sunbae! Fighting!"

Telepon kemudian dimatikan, dan Chanyeol tiba-tiba saja panik. Ia kembali menelepon nomor yang sama, namun server mengatakan bahwa nomor tersebut tidak terdaftar. Chanyeol memaki keras sekali sehingga beberapa murid yang lalu lalang di lorong menatapnya dengan tatapan aneh.

Ia segera menelepon Sehun, tangannya menekan layar ponsel dengan panik. Ketika Sehun mengangkat telepon Chanyeol, pria itu berteriak.

"OH SEHUN, KITA TAMAT!"


Kris menyipitkan matanya, menatap wajah Kang Daniel yang tersenyum cerah sekali. "Kau bilang darimana kau mengenal Chanyeol dan Sehun, tadi?"

Mereka berjalan beriringan melintasi stan-stan makanan, dan pria yang sedang memakai blazer Hanlin itu sedang memakan hotdog-nya dengan kelewat antusias. "Tidak kenal Chanyeol sunbae sebelumnya," jawab Daniel dengan mulut penuh, "tapi Oh Sehun. Tidak sengaja lewat internet."

"Sunbae?" tanya Luhan.

"Ya. Aku dan Sehun berada di tahun yang sama." Ia mengunyah hotdog-nya dan menelannya rakus. "Aku kenal Chanyeol sunbae lewat Sehun."

Luhan ikut-ikutan menyipitkan matanya. "Karena?"

Daniel terkekeh. "Maafkan aku, sunbae-nim. Itu rahasia." Ia kemudian mengedipkan matanya kepada Luhan yang membuat Luhan menaikkan alisnya.

Baekhyun akhirnya bersuara sejak dari tadi diam. "Lalu, kenapa Chanyeol dan Sehun menyuruhmu mencari kami?"

Daniel mengangkat bahunya. "Tidak tahu. Dia hanay menyuruhku mencari tiga pria sesuai ciri-ciri yang ia deskripsikan."

"Apakah Chanyeol yang menghubungimu sendiri?" Tanya Baekhyun lagi.

Daniel mengangguk.

"Kapan?"

Daniel berhenti mengunyah dan mengedarkan matanya menatap ketiga pria di hadapannya. "Wah, kalian benar-benar banyak tanya. Aku hampir-hampir merasa seperti tersangka pembunuhan disini." Tapi kemudian matanya berhenti menatap Baekhyun. Ia berdecak kagum. "Chanyeol sunbae benar-benar mendiskripsikanmu dengan detail, Baekhyun sunbae-nim. Ia bilang rambutmu berwarna cokelat keunguan dengan mata sipit, lalu ada tahi lalat kecil di atas bibirmu. Secara keseluruhan dia bilang kau seperti mochi yang lucu. Kurasa ia benar. Wajahmu benar-benar manis."

Mata Baekhyun membulat akibat pujian yang entah mengapa dimuntahkan tiba-tiba itu. Ia merasa pipinya sedikit panas.

"Jangan coba-coba, nak. Kau tidak punya kesempatan." Sahut Kris.

Daniel mendecih. "Siapa yang bilang aku naksir? Aku sudah tahu kalau dia pacar Chanyeol sunbae. Aku hanya bilang kalau wajahya manis, bukan berarti dia tipeku." Daniel kemudian menggeleng sementara Luhan memelototinya jengkel.

Baekhyun menghembuskan napas letih. "Kalau begitu, kapan Chanyeol terakhir menghubungimu?" tanya Baekhyun.

"Kemarin sore." Jawab Daniel.

Baekhyun melipat bibirnya kesal. Si tiang bodoh itu punya waktu untuk menghubugi anak aneh dari Hanlim ini tapi tidak sempat bertatap muka dengan Baekhyun yang notabenya tinggal serumah dengannya? Wah, Baekhyun tidak habis pikir. Dia benar-benar ingin memukul Chanyeol sekarang.

Luhan kemudian bertanya. "Kalau begitu, apa kau tahu mereka dimana sekarang?"

Daniel menggleng. "Tidak. Aku juga tidak menghubungi mereka setelah kemarin sore."

Bahu ketiga pria itu tertunduk lesu.

Tapi Daniel kemudian menepuk bahu Kris, yang kemudian dihadiahi Kris dengan tatapan berapi, ia benci sikap bocah yang senang sok akrab seperti Daniel ini. "Tenanglah, teman-teman." Katanya. "Memangnya mereka bisa hilang kemana? Tunggu saja hingga pertunjukkan puncak nanti."

Baekhyun yakin ia baru saja melihat senyum licik dari bibir Daniel, tapi pria itu langsung cengengesan begitu Baekhyun memergokinya.


Festival musim panasnya yang pertama di SoPA mungkin menjadi festival paling membosankan yang pernah Baekhyun alami.

Kris, Luhan maupun Baekhyun sama kesalnya karena harus meladeni bocah aneh yang senang sekali berbicara bernama Kang Daniel ini. Selain itu, Sehun dan Chanyeol masih sama sekali tidak bisa dihubungi.

Dan meski samar, Baekhyun dapat meraskan bahwa Daniel beberapa kali memperhatikannya dan melempar senyum manis kepadanya, sesekali bahkan mengedipkan sebelah matanya kepada Baekhyun. Ia juga bertanya tentang makanan kesukaan Baekhyun, dan pertanyaan-pertanyaan bodoh lainnya yang hanya akan ditanyakan oleh orang yang sedang berusaha mendekatimu.

Mereka berjalan pelan menelusuri bermacam-macam stan yang jelas akan menyenangkan jika ia menyinggahinya bersama Chanyeol.

Daniel kemudian menunjuk stan game papan dart balon yang berhadiah plushies. "Sunbae-nim! Kau suka boneka?"

Baekhyun tersenyum tak nyaman. "Tidak juga." Jawabnya.

Meski begitu, senyum Daniel begitu lebar sehingga Baekhyun baru saja membayangkan anak anjing dari wajahnya. "Aku akan mencobanya untukmu. Kalau aku berhasil, bonekanya boleh untukmu."

"Bocah sinting." Cemooh Kris. "Dia jelas-jelas bilang tidak suka, kenapa kau masih berusaha?"

Luhan tertawa mendengar ejekan itu. Dari gelagatnya, Baekhyun yakin Luhan sedang berusaha untuk tidak melayangkan telapak tangannya ke kepala Daniel.

Daniel mengangkat bahunya, lalu mengedipkan sebelah matanya kepada Baekhyun. "Tidak ada salahnya berusaha."

Kris menggelengkan kepalanya tak percaya. "Wah, kau akan mati kalau Chanyeol mendengarmu, kau tahu kan?"

Daniel tertawa. "Tentu saja aku tahu."

Mereka bertiga berakhir dengan melihat Daniel bermain dart yang ternyata skill-nya cukup mengejutkan. Ia berhasil menembak 8 target dari 10 balon yang ada. Ia berhasil mendapatkan satu plushy, memilih boneka Kirby berwarna pink.

Ia menyerahkannya kepada Baekhyun sebelum Baekhyun sempat menoleh. "Lihatlah Kirby ini, Sunbae-nim. Mirip sekali denganmu!"

"Anak ini benar-benar sudang miring." Gumam Luhan. "Hey, Baekhyun. Buang saja nanti kalau dia sudah pulang."

"Ya ampun, aku bisa mendengarnya, tahu." Sahut Daniel memasang wajah terluka.

"Daniel-ssi," panggil Baekhyun tak nyaman, "aku tidak perlu bonekanya. Ambil saja kembali—"

Daniel memasang wajah yang benar-benar sedih kali ini. "Ah, kau baru saja mematahkan hatiku, sunbae. Buang saja kalau kau memang tidak mau."

"Sudahlah, Baekhyun." Kata Kris, "pegang saja dulu Kirby jelek itu."

Baekhyun mengangguk, merasa jengkel bukan main. Ia merasa bahwa Daniel sengaja membuat mereka seperti pelayannya untuk hari ini. Mereka bisa saja meninggakannya—dan mereka sudah melakukannya, tapi Daniel melekat seperti permen karet yang menyebalkan, dan mereka bertiga akhirnya menyerah.

Mereka akhirnya berhenti menelusuri stan untuk berkumpul di lapangan tengah karena acara puncak sudah dimulai.

Daniel mengajak mereka untuk berdiri paling depan, dan Baekhyun mengeluh tentang betapa pegal kakinya.

"Mau kugendong, sunbae-nim?" goda Daniel.

"Ha. Lucu sekali," balas Baekhyun sarkastik, "tidak terima kasih."

Mereka benar-benar berdiri paling depan setelah itu. Panggung dibatasi oleh pagar besi, dan mereka berdiri bersandar di sana secara bersisian. Daniel, kemudian Baekhyun, lalu Luhan dan Kris.

Tak lama setelah acara dimuali dengan MC yang mulai berceloteh di atas panggung, Baekhyun mendengar Luhan terkesiap. "Oh, Kim Junmyeon! Mati aku! Cepat sembunyikan aku Kris!"

Kris dengan cepat melindungi Luhan dengan tinggi tubuhnya, menghalangi Kim Junmyeon yang Baekhyun kenali sebagai Ketua OSIS mereka untuk dapat melihat Luhan.

"Ada apa, hyung?" tanya Baekhyun, ikut panik.

Luhan terkekeh. "Tidak apa-apa. Aku tidak sengaja berjanji kepadanya untuk memerankan Juliet saat pementasan drama kemarin, tapi aku tidak pernah muncul."

Baekhyun tertawa. Ia tahu kalau Junmyeon yang merupakan Ketua OSIS juga adalah Ketua klub teater sekolah mereka. "Juliet? Apa kau serius, hyung?"

Luhan mengangguk dan menunjukkan cengiran lebar. "Ceritanya panjang, tapi dia cukup marah padaku. Aku harus minta maaf padanya, kapan-kapan."

Baekhyun menggeleng tak habis pikir.

Mereka menikmati pertunjukan dengan cukup baik, sebenarnya. Baekhyun sedikit bersyukur dia memeluk boneka Kirby itu, karena kerumunan main ramai dan orang-orang dibalakangnya saling dorong, sehingga boneka empuk itu menahan dadanya agar tidak berbenturan dengan pagar besi.

Acara dibuka oleh penampilan akustik—Baekhyun mengenali Zhang Yixing disana, dan beberapa anak dari kelas II C yang tidak Baekhyun kenali. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan solo dari anak kelas Baekhyun sendiri—Wendy Shon.

Selanjutnya, beberapa anak dari kelas I C juga menunjukkan trik sulap yang membuat Baekhyun tertawa terbahak-bahak karena salah satu merpatinya lepas dan membuang kotorannya di atas kepala sang pesulap itu sendiri.

Baekhyun tanpa sadar terlihat hanyut dalam pertunjukkan, bahkan tidak sadar kalau Daniel ternyata berdiri agak terlalu dekat dengan tubuhnya.

Sisa pertunjukkan berisi beberapa cover dance, baik boy group maupun girl group. Mereka menari dengan baik, pikir Baekhyun. Ia lupa akan masalah Chanyeol sesaat, sebelum akhirnya MC mengumumkan bahwa mereka telah berada di acara puncak.

"Kami sangat terkejut ketika duo ini mendaftarkan diri pada detik-detik terakhir." Kata sang MC bersemangat, "dan kami segera menyetujuinya. Save the best for the last! Sambutlah dengan meriah, DUO SWEETIE DARI KELAS II D DAN I C!"

Baekhyun yakin tidak ada yang salah karena ia melompat dan bertepuk tangan dengan ceria, tidak sadar kalau Daniel di sampingnya sudah terpingkal-pingkal sambil memegang kameranya—hey, dari mana dia dapat kamera itu?

Bekhyun baru sadar ketika Kris berteriak dengan syok. "PARK CHANYEOL? OH SEHUNNN?"

Baekhyun terlonjak dan mendongak, menyipitkan mata untuk melihat dua orang yang baru saja memasuki panggung.

Mulut Baekhyun menganga lebar begitu ia matanya melihat sosok yang ia kenal.

Berdiri di atas panggung, adalah Park Chanyeol dan Oh Sehun yang seharian ini tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali.

Baekhyun harus mengucek-ngucek matanya berkali-kali untuk melihat bahwa sosok tinggi yang tengah memakai rok mini di atas panggung itu adalah Chanyeol.

Luhan berteriak penuh amarah di samping Baekhyun. "YAAAAA MATI KAU OH SEHUUUUNNN!"

Baekhyun benar-benar tidak bisa berkata-kata. Kerumunan di tengah lapangan riuh, sebagaian bersiul menyahuti Chanyeol dan Sehun, sebagian lagi tertawa keras.

Chanyeol memakai legging hitam yang dipadukan dengan rok mini norak bling-bling berwarna pink, ia mengenakan tank top hijau lemon pada atasannya, dan rambutnya di kuncir kecil-kecil dan diberi banyak pita. Wajahnya bahkan lebih horor dari pakaiannya—seseorang merias wajahnya begitu tebal, pipinya menyala merah sementara eyeshadow kuning menghiasi matanya, ia juga memakai bulu mata palsu. Oh Sehun sendiri sama buruknya—ia memakai dress ketat berwarna hitam penuh dengan manik-manik, rambutnya diikat satu jambul di atas dan diberi pita, dan wajahnya sama mengerikannya dengan Chanyeol.

Mereka mengambil posisi di tengah panggung, dan speaker mulai memainkan lagu Twice, TT.

Baekhyun yakin matanya perlu dibasuh dengan air suci setelah ini, tapi ia tidak mampu menahan tawa dan akhirnya ikut tertawa.

"SIAL AKU PERLU MEREKAM KEJADIAN LANGKA INI!" Kris berseru, dan ia mengeluarkan ponselnya lalu mulai merekam.

Baekhyun bersumpah bahwa isi perutnya hampir saja terkeluar karena ia tertawa terlalu banyak. Ia tidak akan pernah menyangka Chanyeol akan meliuk-liuk aneh seperti itu, tangan dan kakinya sama sekali tidak sinkron, yang makin membuat tawa membahana di penjuru lapangan.

Sehun tampak seperti robot yang diberi oli dengan baik, sementara Chanyeol tampak seperti robot karatan gerakannya begitu menyakitkan untuk dilihat.

Chanyeol melakukan kesalahan gerakan, dan Sehun meneriakinya dari atas pangggung. "HYUNG! KAU SALAH!"

"DIAMLAH OH SEHUN AKU SEDANG BERUSAHA FOKUS!"

Baekhyun hanya bisa tertawa setelahnya, karena teriakan mereka bahkan lebih keras dari speaker yang mengeluarkan lagu, sehingga satu kerumunan di lapangan itu bisa mendengar pertengkaran mereka.

Mereka menyelesaikan tarian dengan memberi pose akhir; Sehun yang melakukan split di lantai panggung dan Chanyeol yang berdiri kaku di tengah-tengahnya, hampir lupa karena lagu sudah berakhir dan ia akhirnya memasang pose dengan membungkuk dan meletakkan telapak tangannya di bawah dagunya, membuat pose human flower yang mengerikan.

Kerumunan menjadi begitu riuh dan bersorak nyaring sekali.

Chanyeol membantu Sehun berdiri, dan mereka membungkuk setelahnya. Mata Chanyeol dan Baekhyun sempat bertemu setelahnya, tapi Chanyeol mengalihkan tatapan dengan cepat dan mereka berlari menuju belakang panggung.

"Encore! Encore! Encore!"

Baekhyun mendengar kerumunan menggila dan meminta encore. Bahkan Kris, Luhan dan Daniel meneriakkan hal yang sama, sementara Baekhyun hanya bisa tertawa karena ia sudah tidak mampu untuk berkata-kata.

Sebelum MC mengambil alih acara, Kepala Sekolah mereka, Im Chang Wook, bahkan bertepuk tangan dan mengambil mike untuk berbicara. "Selama aku menjabat menjadi kepala sekolah, aku belum pernah menyaksikan hal unik yang baru saja terjadi barusan. Sungguh membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Silahkan tepuk tangan sekali lagi untuk teman-teman kalian yang sudah berani tampil malam ini!"

Tepukan membahana, dan Baekhyun tidak bisa berhenti tergelak. Baekhyun melihat bahwa Daniel baru saja menyimpan kameranya dan menatapnya bingung, tapi pria itu hanya membalasnya dengan cengiran.

Dengan selesainya penampilan Chanyeol dan Sehun malam itu, selesailah pula juga acara puncak malam festival musim panas SoPA.

Kris menyentuk lengan Baekhyun setelah itu, berkata, "ayo cari mereka!"

Baekhyun berlari mengikuti Kris melewati kerumunan yang mulai membubarkan diri, sementara Daniel mengikutinya dari belakang. Mereka berempat menemukan Sehun dan Chanyeol yang sedang terkapar di ruangan teater, masih sambil mengenakan kostum norak mereka dan riasan tebal di wajah.

"OH SEHUUUUUUUNNN!" panggil Luhan lantang, dan Sehun terlonjak kaget. Baekhyun tidak terlalu memperhatikan sekitarnya ketika matanya sedang melihat Chanyeol. Ketika Luhan berteriak tadi, Chanyeol juga ikut bangun, dan dia menampilkan cengiran lebar di hadapan Baekhyun.

Baekhyun benar-benar ingin memukul kepala bodohnya itu, tapi ia tidak mampu dan hanya tersenyum.

"Babe, I miss you," rengek Chanyeol, dan dia memeluk Baekhyun.

"Eewwww, jauh-jauh," tolak Baekhyun cepat, "kau penuh keringat!"

"Tidakkah kau merindukanku?" kata Chanyeol, wajahnya sedih.

Sulit untuk menganggap Chanyeol serius akibat riasan tebal itu, dan Baekhyun hanya berakhir dengan tertawa.

Baekhyun melihat tissue basah di atas salah satu meja dan merampasnya segera, lalu menyuruh Chanyeol untuk duduk. Ia membersihkan wajah Chanyeol dari riasan tebalnya perlahan, sementara Chanyeol tidak berhenti tersenyum. Ketika wajahnya sudah bersih, Baekhyun berkata, "nah, sudah jauh lebih baik." ia menujuk tumpukan tissue basah yang ia gunakan untuk membersihkan wajah Chanyeol. "Hiiik, kau lihat itu? Seberapa tebal sebenarnya kau memakai make-up?"

Chanyeol tertawa. Wajahnya terlihat tampan dan cerah, Baekhyun menyukainya. "Bukan aku, tapi anak-anak teater yang membantu kami berdandan. Aku dan Sehun juga tidak tahu kalau jadinya akan semengerikan itu. Lihatlah bajuku, dan rambutku!"

Baekhyun mendengus. "Anak-anak klub teater sepertinya benar-benar bersenang-senang menyentuhmu di sana-sini, ya?"

Chanyeol terkekeh dan maju sedikit, mengecup sudut bibir Baekhyun. "Apa kau marah?" tanyanya.

Baekhyun memutar bola matanya. "Mengabaikanku selama seminggu penuh, tidak menjawab teleponku seharian, menyuruhku bergaul dengan anak aneh itu—" Baekhyun menunjuk seseorang yang sedang berdiri di depan pintu klub teater, yang kemudian melambai santai kepada Chanyeol, "ya, Park Chanyeol, aku sangat marah."

Chanyeol bergidik ketika ia melihat Daniel. "Maafkan aku, Baekhyun." Katanya, menepuk kepala Baekhyun pelan. "Aku sedikit berhutang dengan pria itu dan yah, aku membayarnya hari ini."

Baekhyun menaikkan alisnya. "Apa maksudmu?"

Chanyeol tersenyum getir, "aku akan menceritakannya kepadamu lain kali, oke? Sekarang beritahu aku apa yang harus kulakukan untuk membuatmu tidak marah lagi—tunggu. Dari mana kau dapat boneka ini?"

"Daniel memberikannya kepadaku saat ia bermain papan dart—"

Mata Chanyeol berkilat jengkel dan ia meraih Kirby pink itu dengan brutal lalu melemparnya kepada sosok yang hanya cengar-cengir di depan pintu klub teater. Boneka itu tepat menghantam kepalanya. "PULANG SANA KAU SIALAN!" maki Chanyeol keras sekali. Chanyeol kemudian memegang kedua pundak Baekhyun dan menatapnya serius. "Baekhyun, kau tidak boleh dekat-dekat dengan pria itu. Dia berbahaya dan sinting. Kau mengerti?"

Sesungguhnya, Baekhyun juga merasakan hal yang saja, jadi ia mengangguk mantap bahkan tanpa bertanya.

"Good baby." Kata Chanyeol, menunduk untuk mengecup pipinya lagi. "Karena aku sudah menjadi cukup brengsek minggu ini dan memperlakukanmu dengan buruk, aku akan menuruti semua keinginanmu. Bagaimana?"

"Call." Baekhyun mengangguk dan tertawa. "Mereka bilang akan memperpanjang stan dan menutupnya besok sore. Aku ingin berjalan melihat stan-stan bersama Chanyeol."

Chanyeol yakin jantungnya baru saja berdegup begitu kencang ketika ia melihat mata Baekhyun berbinar-binar. Jangankan hanya sekedar berjalan melihat stan, Chanyeol yakin dia rela melakukan semuanya kalau Baekhyun memintanya. "Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo!" Chanyeol kemudian berdiri dan segera mengulurkan tangannya.

"Eh..." kata Baekhyun ragu, "tapi sebelum itu, aku ingin kau melepas semua pita di rambutmu dan mengganti bajumu dengan baju yang, uh… normal?"

Chanyeol baru sadar kalau rambutnya masih dikuncir dan dipita, lalu ia melihat bajunya dan ia tertawa keras sekali. "Maafkan aku. Aku terlalu bersemangat sehingga aku lupa tampangku seperti orang sinting. Tunggu sebentar disini, aku akan mengganti bajuku."

Selagi Chanyeol mengganti bajunya, Baekhyun melihat bahwa Daniel sudah menghilang. Ia membawa pergi boneka Kirby bersamanya, yang entah mengapa membuat Baekhyun merasa lega.

Ia kemudian sadar bahwa Oh Sehun sedang dibuat babak belur oleh Luhan. Ketika ia menoleh, Sehun sedang bersujud dan menurutkan kalimat maaf beribu kali, sementara Luhan memukul kepalanya geram. Tapi kemudian ia memeluknya dan menepuk-nepuk kepala Sehun setelah itu.

Kris, seperti biasa, merupakan suporter nomor satu kalau urusan seperti ini—ia senang bukan main melihat Sehun dipukulu seperti itu, ia bahkan tidak melewatkannya dengan merekam Sehun dan Luhan dengan ponselnya lalu tertawa terbahak-bahak.

"Babe," panggil Chanyeol, dan Baekhyun menoleh. Chanyeol tampak super tampan. Ia mengenakan jins hitam yang sobek di bagian lutut, kaus putih dan jaket jins berwarna hijau army. "Ayo," katanya.

"Tunggu sebentar," kata Baekhyun, memberi kode kepada Chanyeol untuk menunduk sedikit. Chanyeol mematuhinya dan menunduk, membuat jarak wajah mereka hanya beberapa senti. Baekhyun kemudian menelusuri rambut Chanyeol dengan jari-jari tangannya, berusaha untuk merapikannya sedikit. "Perfect." Katanya akhirnya, tapi Chanyeol tidak segera berdiri tegak setelahnya.

Chanyeol menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Baekhyun dan mengecup bibirnya ringan.

"Heh?" kata Baekhyun mendelik kepada Chanyeol.

Chanyeol tertawa dan menunduk untuk mengecupnya lagi. Setiap kali Baekhyun bersuara, Chanyeol akan menunduk dan mengecup bibirnya.

Chanyeol terkekeh pelan. "Aku senang melihatmu tertawa lepas di kerumunan tadi. Kau tampak lucu." Katanya, telapak tangannya menekan kedua pipi Baekhyun hingga bibir Baekhyun maju beberapa senti seperti seekor bebek. Chanyeol menunduk dan mengecupnya sekali lagi. "Ayo." Ajaknya, ia menggengam tangan Baekhyun. "Oy, Kris hyung, Luhan hyung, Sehunnie, ayo meluncur menuju stan makanan. Aku kelaparan setengah mati!"

"Count me in!" teriak Kris, mulai mengekori Baekhyun dan Chanyeol.

"Kalian duluan saja, aku masih perlu mengurus si bodoh ini!" teriak Luhan, melambaikan tangannya sementara Sehun menatap ketiga temannya yang lain dengan cengiran lebar. Luhan baru saja menyebutnya bodoh dan ia sesenang itu.

"Cepatlah menyusul, hyung!" Baekhyun balas berteriak.

Luhan dan Sehun hanya mengibaskan tangannya menyuruh mereka untuk segera pergi.

Baekhyun berjalan sambil melompat-lompat sedikit, sementara ia mengaitkan kedua tangannya pada lengan Chanyeol. Chanyeol sesekali akan menepuk kepalanya sayang.

Mereka berhenti di stan kue beras pedas setelahnya. Chanyeol meniupi beberapa kue beras dan menyuapinya kepada Baekhyun. "Enak?"

Baekhyun mengangguk. "Sangat. Lagi. Aaah—" Chanyeol kembali menyuapkannya ke mulut Baekhyun.

Kris juga makan seperti orang kesetanan, ia terus berkata kepada murid kelas I A yang sedang menjaga stan itu untuk terus menambahkan sausnya.

"Omong-omong, Park." Kata Kris sambil mengunyah dengan mulut penuh. "Bocah sinting itu naksir Baekhyun."

Chanyeol berhenti mengunyah. "Siapa, hyung?"

"Si Daniel itu." Jawab Kris, menghirup kuah kue berasnya penuh semangat, "dia terus-terusan menggoda Baekhyun selama kau tidak ada, kau tahu. Aku sudah memperingatinya, tapi kupikir dia tidak takut mati."

Chanyeol dengan cepat menoleh kepada Baekhyun. "Apa yang sudah ia lakukan padamu?"

Baekhyun mengunyah pelan sambil meringis, lalu menggeleng. Kadang-kadang mulut Kris tidak bisa di rem juga.

"Dia bilang Baekhyun-mu manis. Seperti mochi. Dia juga memenangkan boneka Kirby untuk Baekhyun dan—" Kris berhenti dan menyuapkan sesendok penuh kue beras dalam mulutnya.

Baekhyun bersumpah ia bisa melihat kilatan api neraka dari mata Chanyeol. Pria tinggi itu meletakkan mangkuk kue berasnya di atas meja stan dan mengangkat lengan jaket jinsnya tinggi-tinggi.

"Kris hyung." Panggil Chanyeol, suaranya terdengar rendah dan berbahaya. Baekhyun memperhatikan keduanya dengan mata yang berkedip cepat. "Tidakkah kau berpikir malam ini merupakan malam yang bagus untuk menghajar seseorang?"

Kris ikut-ikutan meletakkan mangkuknya setelah ia menghabiskan isinya. "Setuju. Ayo."

Lalu mereka mulai berjalan begitu saja, meninggalkan Baekhyun. Baekhyun menatap kanan dan kiri bingung. "Ya, Park Chanyeol! Kris Wu! Astaga bisa gila aku!" Baekhyun mulai menyusul mereka, namun murid penjaga stan kue beras itu menahan lengan Baekhyun dan berkata, "maaf, sunbae. Tapi anda belum bayar."

Baekhyun mengedip-ngedipkan matanya tak percaya. Ia kembali menoleh pada kerumunan, Kris dan Chanyeol berjalan makin jauh. "YAAAAA PARK CHANYEOL! KRIS HYUNG! JANGAN KABURRRR!"


A/N: Personally, I have tons of fun when I write this one. Isinya rada absurd, dan entah kenapa bisa membentuk karakter Daniel yang cuma numapng lewat sebegitu anehnya.

Meski begitu, aku beneran ketawa dan senyum-senyum sendiri waktu nulis ini, saking nyatanya bayangan adegan-adegan yang muncul di kepalaku. Aku harap aku bisa menyalurkannya dengan baik melalui tulisan, dan semoga kalian bisa ketawa karena ini.

Berhubung ini side story yang pertama, aku mungkin akan ngepost side story selanjutnya, cuma nggak dalam waktu dekat karena aku punya ide baru (pls anticpate it hehe)

THANK YOU SOOO MUCH FOR YOUR LOVE AND SUPPORT FOR ACCIDENTALLY YOU! SEE YOU SOON! xoxo