"Dia bilang tidak selingkuh."
Mata emasnya menatap Deidara dengan tajam. Kyuubi tidak mampu berkata apapun ketika mendapati kakak tirinya mendatanginya di saat di luar sana sedang turun salju. Kyuubi hanya diam ketika melihat kakak tirinya berdiri di depan pintu apartemnnya dengan baju yang basah akibat salju. Dan Kyuubi masih tidak percaya Deidara mendatanginya setelah bertahun-tahun enggan menyapanya.
"Tapi tes DNA bahkan sudah membuktikan jika bocah itu anak Itachi."
Kyuubi ingin merengkuh tubuh bergetar itu, namun ia ragu. Ia pikir semua pasti halusinasinya belaka. Deidara terlalu membencinya, jadi mustahil jika pria itu mau menemuinya.
"Aku harus bagaimana? Katakan aku harus bagaimana?"
Kyuubi terbelalak kaget ketika Deidara merengkuh kaos depannya. Meresmasnya dengan kuat. Sementara mata kehijauan itu menatapnya dengan sedih. Dan Kyuubi baru tersadar jika pria di depannya memang Deidara. Pria yang hampir menangis itu adalah kakak tirinya.
"Dia pembohong." Deidara mulai terisak, "dia membohongiku."
Kyuubi menutup mata mendengar setiap isi hati Deidara yang mulai keluar. Bagaimana kesetiaan Itachi mulai goyah karena Deidara tidak mungkin bisa memberikan apa yang Itachi butuhkan. Bagaimana Itachi memutuskan mengurus anak itu karena merasa bersalah.
"Aku harus bagaimana?"
Dengan ragu Kyuubi merengkuh tubuh Deidara. Ia membiarkan tangis Deidara pecah begitu saja dalam pelukannya.
"Tinggalkan saja dia."
.
.
.
Naruto fanfiction
Present:
Naruto © Masashi Kishimoto
In Our Time © Ran Hime
ItaDei
Drama, Romance, Family
M rated
Sequel of Tears
AU, OOC, OC, Yaoi, Typo.
.
.
.
Chapter 6 - End
.
Itachi melangkah dengan tergesa menuju ruangan Kyuubi. Ia tidak peduli dengan apa yang sekretaris pria itu katakan. Ia bahkan mengabaikan protesan dari sekretaris Kyuubi yang tengah mengejarnya memasuki ruangan Presiden Direktur itu. Ia tidak peduli.
"Kemana kau membawa Deidara pergi?"
Kyuubi menghentikan kegiatan memeriksa berkas-berkas kontrak kerja di depannya. Ia melirik tangan besar yang berada di atas meja kerjanya.
"Maaf, Uzumaki-sama. Saya sudah berusaha memberi pengertian jika anda sedang sibuk."
Kyuubi melirik sekretarisnya yang tengah membungkuk tidak jauh dari Itachi. "Kau boleh pergi," ujar Kyuubi kepada sekretarisnya itu
"Kemana kau membawa Deidara pergi?"
"Kenapa kau bertanya kepadaku? Bukankah kau suaminya?" ejek Kyuubi yang membuat Itachi semakin emosi.
"Jangan basa-basi! Aku melihat sendiri kau membawa Deidara."
Kyuubi tertawa, "Dan kau pikir dia bersamaku? Ayolah tuan Itachi yang terhormat. Bagaimana bisa kau berpikir jika dia bersamaku?"
"Karena hanya kau yang bisa menyembunyikan keberadaan Deidara tanpa bisa aku ketahui dimana dia."
Kyuubi bangkit dari kursinya. Dengan tajam ia menatap Itachi, "Berhenti menyakiti Deidara dan jalani saja hidupmu dengan wanita itu."
"Apa?"
"Jangan pura-pura bodoh! Kau juga tahu jika wanita itu dikirim untuk menggantikan kakaknya yang sudah mati itu."
"JAGA BICARAMU!"
"Dan kau hanya pura-pura dan seolah tidak tahu apa-apa."
"Kubilang jangan mengalihkan pembicaraan."
"Kau memasukkan wanita itu ke tempat Deidara dan sekarang kau menanyakan keberadaan Deidara? Apa kau tida bisa berpikir jernih lagi? Apa kau pikir Deidara akan mengerti lagi? Dia cukup bersabar selama ini."
"Kubilang jangan mengalihkan pembicaraan!" dengan kasar Itachi meraih kerah kemeja Kyuubi dan menariknya.
Sementara Kyuubi semakin mengejek Itachi, "kau pikir berapa lama lagi ia akan bisa bertahan."
Itachi mengernyit, tidak dapat menangkap maksud dari kalimat yang Kyuubi ucapkan.
"Deidara bertahan hidup dan kau terus saja menyakiti hatinya. Kau pikir dia tidak punya batasan. Dia hampir saja mati karena hatinya yang semakin hancur."
Tanpa sadar Itachi melepas kedua tangannya dari kemeja Kyuubi. Ia tahu ia salah, namun untuk sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu. Deidara tidak ada dimanapun. Pria itu bahkan membawa semua barang-barangnya pergi.
"Seharusnya aku tidak memberitahukan keberadaannya padamu," Kyuubi merapikan kerah kemejanya yang sedikit berantakan akibat ulah Itachi, "tapi aku juga tidak akan bisa melihat dia terus saja menderita. Sedikit demi sedikit kehilangan kesadarannya."
"Apa maksudmu?" Rasanya, perasaan Itachi semakin tidak enak.
"Ia tidak akan mampu bertahan lama jika terus keras kepala seperti itu."
"Katakan dengan jelas!"
"Sirosis! Bagaimana bisa kau tidak tahu dengan itu, hah! Kau benar-benar semakin mengabaikan dia."
"Apa?"
Kyuubi menutup mata sejenak, "Hatinya tidak lagi berfungsi dengan baik. Dan itu hasil dari perbuatanmu."
Itachi terkejut ketika mendengar kondisi Deidara. Bahkan tanpa sadar ia mundur selangkah. Ia tidak percaya jika semua yang Deidara perlihatkan selama ini hanya kebohongan. Ia tidak percaya pada semua ucapan Kyuubi. Deidara baik-baik saja.
"Pergi dan tinggalkan Deidara, jika kau masih peduli."
Itachi mendongak dan menemukan punggung tegap Kyuubi tengah membelakangi dirinya.
.
.
In Our Time
.
.
"Dei ..."
Deidara menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar itu. Di sana Itachi menatapnya dengan cemas dan itu membuatnya benci. Ia tidak habis pikir kenapa Kyuubi membawa pria itu di saat dia ingin menikmati hari-hari terakhirnya. Ia setuju untuk melakukan pencangkokan hati, namun bukan bearti hati itu milik Itachi. Deidara tersenyum kecil lalu berusaha untuk bangun.
"Tetaplah berbaring, Dei."
Deidara hanya menggeleng dan berusaha untuk bangun. Membuat Itachi mau tak mau membantu Deidara untuk duduk.
"Kenapa kau hanya diam selama ini?" Itachi mengambil kursi yang terletak dua langkah dari tempatnya berdiri lalu mendudukkan dirinya.
"Lalu aku harus bilang apa?" Deidara melirik wajah yang nampak cemas itu. "Kau bilang, 'jangan tinggalkan aku', jadi aku tidak berharap jika kau tahu aku bisa pergi kapan saja."
"Dei ..." Itachi meraih tangan Deidara, merasakan betapa jemari pria itu semakin kirus. Membuatnya semakin merasa bersalah karena selama ini tidak tahu apa yang Deidara rasakan, "kau akan baik-baik saja."
Deidara tersenyum tipis, mata sayunya menatap wajah Itachi yang seolah memperlihatkan betapa pria itu sungguh tidak ingin kehilangan Deidara.
"Kau akan baik-baik saja." Untuk kedua kalinya Itachi berucap mencoba menyakinkan Deidara, "lalu kita akan bisa tetap bersama seperti dulu."
Deidara melepaskan genggaman tangan Itachi, memalingkan wajahnya dan menghindari wajah pria yang menemani dirinya hampir sepuluh tahun itu, "Tidak akan ada yang seperti dulu. Semua telah jauh berubah. Tidakkan kau merasakan itu?"
Itachi menyernyit, "Dei, apa-"
"Lupakan." potong Deidara. Ia kembali menatap wajah pucat Itachi sembari tersenyum, "Kita bukan lagi yang dulu. Kita tidak akan bisa seperti dulu."
Deidara menghela nafas dan berusaha untuk tetap tersenyum, "Kau butuh seseorang yang bisa membuat anakmu nyaman dan kupikir itu bukan aku."
"Bagaimana bisa kau mempunyai pikiran seperti itu?" Itachi mencoba menahan emosinya.
"Dia butuh seorang ibu, bukan dua ayah. Aku bisa menerima dia sebagai anakmu, tapi ... dia tidak akan bisa menerima dua ayah dalam hidupnya."
"Jika Yuki bisa, kenapa dia tidak?"
Deidara menggeleng pelan, "dia bukan Yuki dan aku juga bukan Naruto."
Itachi menutup mata sejenak. Bagaimana bisa Deidara mempunyai pikiran seperti itu? Tidakkan itu terlalu kejam untukknya? Begitu lama waktu yang ia jalani bersama Deidara, namun tidak begitu banyak hal yang ia tahu tentang perasaan Deidara.
Itachi bangkit dari kursi. Tanpa sepatah katapun ia berbalik lalu berjalan keluar dari ruang inap Deidara. Ia telah kehilangan kata-kata. Ia bahkan tidak mampu lagi berpikir jernih menanggapi apa yang Deidara inginkan.
.
.
.
"Benar-benar berakhir."
Deidara berbaring, menatap langit-langit kamar inapnya. Tidak peduli jika ia terlihat begitu rapuh bahkan mungkin menyedihkah. Ia sudah menyerah akan hubungan yang kian menjauh itu. Dan mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk membalas dendam kepada Itachi yang lebih peduli pada anaknya. Itu adalah balasan untuk Itachi yang sudah menyakiti kepercayaan dalam rumah tangganya. Dan itu adalah yang terbaik untuk keduanya.
.
.
In Our Time
.
.
"Apa yang terjadi?"
Shizune menatap Kyuubi dengan cemas. Ia begitu sulit menjelaskan tentang kondisi Deidara, "apa anda sudah menemukan pendonor untuk Namikaze-san? Kita tidak bisa menunggu terlalu lama lagi?"
"Apa maksudmu?"
"Kondisi Namikaze-san kembali memburuk. Bahkan perut kanannya mulai membengkak."
Kyuubi tidak bisa percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Ia melihat dengan baik jika beberapa hari yang lalu Deidara berbicara dengan Itachi dengan kondisi yang baik. Lalu kenapa sekarang bisa jadi seperti ini?
"Tolong segera hubungi saya jika anda sudah mendapatkan pendonor," ujar Shizune lalu berjalan meninggalkan Kyuubi yang terdiam di depan pintu kamar inap Deidara.
Kyuubi mendekat ke arah pintu. Memperhatikan Deidara dari kaca bening di pintu itu. Kondisi Deidara telah jauh memburuk. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar bisa meyakinkam Deidara untuk menerima hati Itachi. Hanya Itachi satu-satunya yang bisa ia harapkan untuk saat ini.
Kyuubi merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya. Dengan tangan bergetar ia mencari nomor Itachi dan berusaha menghubungi pria itu.
"Katakan jika kau sudah siap memberikan hatimu," ucap Kyuubi ketika telponnya tersambung, "Apapun pilihanmu, pada akhirnya kau harus meninggalkan Deidara," lanjutnya tanpa basa-basi, "setidaknya Deidara akan bertahan lebih lama jika kau mau memberikan hatimu."
Kyuubi menutup telponnya tanpa mendengarkan suara Itachi. Ia tidak butuh apapun yang akan Itachi katakan. Ia hanya butuh keputusan Itachi untuk melakukan operasi.
.
.
In Our Time
.
.
"Jika harus memilih, kau akan memilih siapa?"
"Kita tidak akan bisa bersama seperti dulu."
"Semua telah jauh berubah. Tidakkah kau merasakan itu?"
"Aku akan selalu mencintaimu, tapi waktu kita sudah habis."
"Kau tidak kejam, Itachi."
"Pada akhirnya kalian tidak mungkin bisa tetap bersama."
"Setidaknya kau masih bisa melihat Deidara."
Perlahan Itachi membuka mata. Pada akhirnya ia memilih untuk bisa melihat Deidara bertahan hidup walau itu bukan untuknya. Setalah melakukan berbagai macam tes untuk prosedur pendonoran hati, ia bisa bernafas lega ketika shizune berkata bahwa hati Itachi cocok untuk Deidara walau kemungkinan tubuh Deidara bisa saja menolak hati itu. Namun, setidaknya ia berharap hatinya tidak menolak tubuh Deidara.
Dan beberapa hari kemudian ia pun menjalani operasi pengambilan hatinya.
"Bagaimana keadaanmu, kak?"
"Sasuke .."
"Dokter bilang kau masih harus istiarahat."
"Bagaimana dengan Deidara?" Rasanya Itachi tidak sabar ingin melihat Deidara, namun tubuhnya masih belum cukup kuat untuk sekedar berdiri. Ia ingin tahu Deidara. Ia ingin berada di sisi Deidara, ketika orang yang disayanginya itu sadar.
"Dia masih belum siuman." Sasuke tersenyum, berusaha meyakinkan Itachi jika semua akan baik-baik saja, "dokter masih memantau kesehatannya agar organ yang lain tidak ikut bermasalah. Setidaknya biarkan dia sendiri untuk beberapa hari sampai ia mampu bertahan tanpa alat bantu."
"Apa aku terlihat kejam?"
"Kakak .."
"Aku bahakn tidak pernah curiga sedikitpun ketika kondisi Deidara begitu buruk." Itachi memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Sasuke.
"Deidara hanya terlalu pintar menyembunyikan semuanya." Sasuke menghela nafas, "bahkan di depan Naruto dia bersikap seolah semua baik-baik saja.
Itachi terdiam sejenak, "Kau sudah memberitahu Naruto?"
"Mungkin Nanti. Minggu depan dia ada ujian dan aku tidak berharap dia akan menghabiskan waktunya di sini dan mengabaikan kuliahnya." Memang terdengar egois, namun Sasuke lebih tahu apa yang akan terjadi jika Naruto lebih memilih menjaga kakaknya ketimbang menyelesaikan kuliahnya, "Deidara akan marah jika Naruto terlalu sering membolos apapun alasannya.
Ruang Inap Itachi kembali sepi ketika mereka tidak lagi membuka obrolan. Itachi lebih memilih diam dan berusaha menerima apapun yang akan terjadi nanti. Walau dalam lubuk hatinya ia masih sangat berharap Deidara mau mengubah keputusannya. Ia masih sangat mencintai Deidara. Dan sampai kapanpun pria itu tidak akan pernah terganti. Ia sadar, ia tidak mau memilih hinggga akhirnya Deidara lebih memilih pergi.
.
.
In Ou Time - End
.
.
.
"Uchiha Itachi terlihat sedang menghabiskan makan malam bersama wanita cantik dan anaknya."
"Mungkinkah Uchiha Itachi kembali terlibat hubungan terlarang?"
Kyuubi menghela nafas ketika melihat beberapa surat kabar yang berserakan di atas meja. Ia tidak habis pikir kenapa Deidara kembali menumpuk surat kabar yang memuat berita tentang Itachi dengan wanita itu. Tidak jauh berbeda ketika berita tentang Sawagi mencuat ke publik. Deidara bahkan mengumpulkan semua surat kabar itu lalu menyimpannya rapi. Seolah itu adalah sesuatu yang berharga dan tidak ingin hilang begitu saja.
"Belum ada kejelasan perihal kabar tersebut. Bahkan Namikaze Naruto yang merupakan adik dari Namikaze Deidara hanya diam. Tidak berniat menjelaskan apa yang terjadi terhadap hubungan kakaknya dengan kakak Suaminya.
"Pihak Uchiha juga sama-sama diam dan enggan memberikan komentar."
"Ini adalah kali kedua Uchiha Itachi terlibat skandal dengan seorang wanita."
"Dikabarkan bahwa Namikaze Deidara menghilang begitu saja setelah suaminya terlihat bersama wanita yang belum diketahui identitasnya tersebut."
"Akankah pernikahan mereka berakhir setelah belasan tahun terjalin?"
Kyuubi mematikan televisi. Dengan kesal ia membanting remot itu ke meja. Sudah berulang kali ia menyuruh Deidara agar menghindari apapun yang membahas soal Itachi, namun pria itu haya mengabaikan hal tersebut. Deidara tidak menanggapi protesan Kyuubi sembari menjawab, "Lalu bagaimana aku bisa tetap ingat wajahnya?" dan Kyuubi hanya bisa mendengus. Tidak ada masalah dengan ingatan Deidara, namun kakak tirinya itu bertingkah seolah ia bisa melupakan sesuatu kapan saja.
Kyuubi mengambil selimut yang dibawanya tadi setelah merapikan meja. Tidak lupa ia juga membawa secangkir teh lalu berjalan menaiki tangga, menuju loteng.
Sesampainya di sana, ia mendapati Deidara tengah tertidur di salah satu kursi panjang. Tanpa sadar Kyuubi mendesah. Betapa sulitnya meminta Deidara agar sedikit saja menuruti apa yang ia katakan. Deidara selalu saja melakukan apa yang ingin pria itu lakukan walau itu harus mengabaikan kesehatannya.
Kyuubi duduk di samping Deidara. Dengan tajam ia menatap pria yang sedang tertidur miring itu. Keadaan Deidara telah jauh membaik setelah tubuhnya berhenti menolak hati baru yang didapat dari Itachi. Setelah berbulan-bulan keluar masuk rumah sakit akibat penolakan itu, kini Deidara tidak pernah lagi terlihat terlalu kelelahan. Bahkan kesehatan Deidara semakin membaik. Dan hati itu benar-benar telah tumbuh baik di tubuh Deidara.
Kyuubi menyelimuti Deidara. Dengan pelan membangunkan kakak tirinya itu.
"Sudah hampir gelap. Dan udara akan semakin dingin. Sebaiknya kau masuk."
Namun Deidara hanya diam. Sesekali ia mengerjap. Dan tidak lama setelahnya ia mencoba untuk bangun lalu duduk.
Kyuubi mengambil teh yang ia bawa tadi dan memberikan kepada Deidara, " Harus habis," ujarnya melihat Deidara mulai menyeruput teh hijau itu. Kyuubi tersenyum puas.
"Aku ketiduran lagi."
"Jika kau mengantuk, seharusnya kau pergi ke kamar," Kyuubi bangkit dari kursi itu, "Udara dingin tidak bagus untukmu."
"Seperti biasa kau selalu cerewet seperti ibu." Deidara mendengus. Ia bangkit dan meraih selimut yang tergeletak di kursi. Membawanya berjalan ke tangga, Aku akan mandi dulu. Kudengar mereka akan kesini." lanjutnya lalu meninggalkan Kyuubi.
Kyuubi hanya bisa mendengus sebal. Jika tahu begini akhirnya, mungkin ia tidak akan repot-repot membawakan selimut untuk Deidara.
.
.
.
Deidara tersenyum ketika melihat adiknya berlari ke arahnya. Ia menyambut pelukan Naruto dan mendekapnya lebih lama. Begitu banyak waktu yang ia biarkan saja berlalu dan mengabaikan Naruto. Ia berpikir jika adiknya itu hidup lebih baik, jadi ia sedikit menjauh agar tidak mengganggu adiknya.
"Bagaimana kabarmu, kak?" Naruto melepas pelukannya dan menatap Deidara dengan ragu. Bagaimana pun masa-masa sulit dalam hidup Deidara tidak kunjung selesai. Setelah selesai dengan pengobatannya, kakak iparnya malah berniat akan menikah lagi.
"Tentu saja aku semakin membaik." Deidara tersenyum lalu duduk di sebuah kursi panjang di sampingnya. "Mana keponakanku? Kau tidak mengajaknya?"
"Yuki sedang keluar kota untuk beberapa hari. Ada kegiatan di sekolahnya."
Deidara mengangguk, "Kau sendiri?"
"Aku datang bersama Sasuke. Dia masih di bawah dengan Kyuu-nii." Naruto menatap kakaknya, "Kakak kapan kembali ke Konoha?"
"Kenapa tidak tanya Kyuubi saja?" Deidara tertawa, "dia selalu saja mengurungku di rumah."
Naruto menyernyit, "Kyuu-nii? Mengurung kakak?"
"Hei, jangan mengatakan seolah aku adalah orang yang kejam." Kyuubi yang baru saja datang bersama Sasuke langsung saja menyahut ketika Deidara mencoba menjelekkan dirinya.
"Tapi memang benar, kan? Mana pernah kau mengajakku jalan-jalan."
"Kyuu-nii?" Naruto berusaha protes ketika mendengar kakak sulungnya benar-benar terisolasi di Uzushio.
Kyuubi mendesah, "jangan percaya pria itu. Lebih baik bantu aku menyiapkan makan malam daripada kau mendengarkan ocehan kakakmu.
"Kyuu-nii juga kakakku!"
"Deidara maksudku, Naruto." Kyuubi mendelik sebal melihat Deidara berusaja menahan tawa, "sudahlah, cepat bantu aku menyiapkan makan malam."
"Kyuu-nii memasak?" dengan heran Naruto mengikuti Kyuubi kembali ke dalam dan meninggalkan Deidara dengan Sasuke, "Apa dapurnya akan baik-baik saja?" pekik Naruto dan mendapatkan tatapan tajam dari Kyuubi.
"Diam dan ikut saja."
.
"Bagaimana keadaanmu?" Sasuke mendudukkan dirinya di samping kakak iparnya itu.
"Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaanku," Deidara menghela nafas, menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, "dokter bilang aku sudah berhasil melewati masa-masa sulit setelah operasi, tapi kupikir hatiku yang lain terkadang masih terasa sakit."
"Kembalilah ke Konoha." Sasuke tidak berani menatap wajah Deidara. Ia takut jika wajah itu terlihat murung kembali, namun ia tidak punya pilihan selain membicarakan masalah Itachi, "Kakak membutuhkanmu."
"Tidak." Deidara tersenyum kecil, "Itachi akan baik-baik saja tanpa aku. Dua tahun aku menghindar dan dia tetap bisa pergi ke kantor. Satu tahun aku berada di sini dan dia semakin membaik."
Deidara menghela napas, "Aku bukan orang egois."
"Dan seharusnya kakak bisa sedikit egois."
"Kau lebih tahu daripada aku, Sasuke." Deidara menoleh dan tatapan matanya tepat bertemu dengan mata onik Sasuke, membuatnya teringat akan Itachi kembali, "Kakakmu bukan orang yang kejam. Ia tidak akan bisa meninggalkan anaknya demi orang lain."
"Kau bukan orang lain."
"Ah, kau benar!" Deidara kembali menatap ke depan, "aku kakak iparmu. Dan aku percaya kau akan bisa tetap membuat Naruto hidup bahagia."
"Jika saja kau kembali, pernikahan itu pasti bisa dicegah."
"Hei, jangan kejam Sasuke." Deidara tertawa hambar, "keponakanmu butuh seorang ibu."
Sasuke terdiam. Ia menghela napas. Baik kakaknya ataupun kakak iparnya, mereka sama-sama keras kepala. Bagaimana bisa kakaknya menerima rencana pernikahan itu begitu saja? Bagaimana bisa Deidara tetap diam setelah semua rasa sakit yang tetap ada menyakiti perasaannya? Hatinya mungkin sudah sembuh, tapi ... Apakah hatinya yang lain akan bisa sembuh juga?
"Aku akan melihat mereka."
"Iya."
Sasuke bangkit dari kursi dan berjalan ke dalam untuk menyusul Naruto dan Kyuubi. Ia tidak akan bisa terlalu lama berdua dengan Deidara. Itu hanya akan mengingatkan akan kesalahan demi kesalahan yang Itachi buat.
.
Deidara bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pagar pembatas. Ia menatap langit malam yang terlihat agak gelap. Ternyata waktu begitu lama telah berlalu. Dulu di tempat ini ia bisa melihat begitu banyak bintang, namun kini ia bahkan bisa menghitung bintang-bintang di langit malam.
Dulu ia mencintai Itachi meski pria itu telah menyakiti perasaanya. Bahkan sampai saat ini, perasaanya tidak pernah berubah. Dulu ia tidak mampu membenci Itachi, meski pria itu telah membuat begitu banyak kesalahan yang membuat hidupnya berantakan. Dan sekarang pun tetap sama. Ia tidak mampu membenci Itachi, walau ia tidak mungkin kembali lagi.
Dan dulu, ia pernah menghabiskan waktunya di tempat ini. Dan sekarang pun ia akan menghabiskan sisa hidupnya di tempat ini. Walau ia tidak tahu berapa lama lagi ia akan bertahan. Entah setahun, lima tahun atau mungkin sepuluh tahun lagi. Ia tidak akan kembali ke kota itu. Baginya, menghabiskan waktu hampir dua puluh tahun bersama Itachi sudah cukup untuknya. Ia tidak akan berharap lebih. Ia hanya akan berdo'a semoga Itachi akan selalu bahagia.
.
.
.
End
.
.
Akhirnya FF ini selesai juga. Saya sangat berterima kasih atas dukungan kalian yang masih bersedia mengikuti FF ini sampai akhir. Saya minta maaf karena terlalu lama menggantung FF ini hingga tidak selesai seperti yang saya rencanakan.
Saya juga minta maaf karena tidak selalu bisa membalas Review kalian.
Sedikit penjelasan, Donor hati akan lebih baik jika di dapat dari orang yang masih hidup. Dan beberapa resiko setelah operasi, biasanya tubuh pasien bisa menolak hati itu maka dari itu pasien masih membutuhkan perawatan agar organ yang lain tidak ikut terganggu, terutama paru-paru dan ginjal. Jika ada penjelasan saya yang masih kurang atau ada kesalah, saya minta maaf yang sebesar-besarnya.
Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih karena telah mengikuti FF ini.
.
Balasan Review:
ryuuu: Iya, Fict ItaDei memang tidak mudah ditemukan, saya juga kesulitan mencari asupan mereka, hehe
Bukannya g kuat, Itachi hanya tidak mempunyai pilihan lain buat keluarga besarnya. Jadi bisa meninggalkan anaknya ^^
Jika boleh jujur, selama saya menonton Naruto, saya lihat Kyuubi itu sosok yang kuat. Dan saya mencoba menggambil sifatnya yang itu
Guest: Saya tidak bisa menjelaskan, karena Anda tidak menuliskan bagaian mana yang tidak anda pahami. Jadi saya hanya bisa minta maaf. ^^
dinda94: Sepertinya agak susah. Deidara terlanjur cinta. Dia bisa memaafkan, tapi untuk tetap bersama rasanya sulit.
Kyu: Kyuubi sama Deidara saudara, jadi agak tidak mungkin kalau bersama. Apalagi ada Naruto yang pasti tidak setuju.
liaajahfujo: Saya juga tidak rela. Tapi lebih tidak rela lagi kalau dia mesti diduakan, hehe
.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua. Sampai jumpa lagi di FF saya yang lain.