Pagi yang cerah melingkupi seluruh wilayah Sanctuary. Awan pun menggantung rendah dibalik langit, menyambut datangnya sang Apollo. Bunga-bunga juga tampak bermekaran dan burung-burung terbang kesana kemari dengan riangnya. Keramahan pagi tampaknya sukses menyapa setiap makhluk dipermukaan bumi, termasuk para penghuni kuil-kuil suci Sanctuary. Di salah satu kuil - tepatnya kuil Gemini - tampak seorang lelaki berambut biru gelap yang kelihatannya sedang marah.

"Kanon! Bangun! Ini sudah siang bodoh! Aku meninggalkanmu sehari semalam dan kau sudah merajai kuil ini hah! Apa yang kau lakukan sampai ruang tengah menjadi berantakan begitu?!" teriak seorang lelaki yang diketahui bernama Saga itu sambil menggedor-gedor pintu kamar adiknya yang sepertinya sedang terlelap.

Jika kalian bertanya kemana Saga pergi semalam, ia mendapat tugas dari Athena untuk membantu penduduk suatu desa di tepi pantai dari serangan perompak. Tampaknya misi itu sukses Saga lalui tanpa beban sedikitpun, dan pagi ini ia baru pulang dari misinya.

"KANON!" Serunya tak tanggung-tanggung. Dengan penuh emosi Saga mendobrak pintu berwarna coklat gelap itu.

Saga pun masuk ke dalam kamar adiknya dengan segera. Namun,yang ia lihat hanyalah sebuah kamar tidur yang berantakan. Disebelahnya, daun jendela kamar juga terbuka lebar, dan terdapat secarik kertas putih yang terlipat diatas tumpukan bantal. Seketika, rasa penasaran menggantikan amarah yang meluap didalam dirinya. Saga memiringkan kepalanya dan membuka kertas itu perlahan lalu membacanya. Ekspresi penasaran yang ditunjukkannya pun segera berubah begitu ia mengetahui isi surat itu. Kedua alisnya bertemu sementara jantungnya berdebar. Keringat membasahi dahinya dan tubuhnya mendadak kaku.

"Gemini Saga. Aku menculik adikmu, Kanon. Jika kau ingin dia selamat, datanglah ke Pulau Kail di sebelah utara Sanctuary. Dan satu lagi, kau harus datang kesini sendirian. Jika aku melihat orang lain selain dirimu, akan kubunuh adikmu!"

"SIAL! APA-APAAN INI?!"Saga meremas kertas itu hingga tak berbentuk. Terlihat urat-urat bermunculan didahinya. Tak tunggu lama, ia langsung berlari menuju Pope's Chamber untuk menemui Sang Dewi junjungannya.

.

.

Disclaimer: Saint Seiya - Masami Kurumada

Warning: My first fanfic, Typo(s), EYD berantakan, dll.

Saya Author baru, dan baru pertama kali bikin fanfic ^_^

.

My Brother, My Savior

Chapter 1: Threat

.

.

Saga tiba di teras Pope's Chamber dengan nafas yang tersengal. Ia pun dengan segera mengetuk pintu keemasan itu dan mendorongnya lemah agar tak mengejutkan siapa pun yang berada didalam. Saga mendapati Athena tengah sedang memeriksa berkas-berkas laporan dari para Gold Saint. Di samping Athena, juga terlihat Sagittarius Aiolos yang tengah menyerahkan selembar berkas kepada Athena. Dari sambutan cosmonya, Saga tau bahwa Athena menyadari keberadaannya.

Tidak melupakan sopan santun, Saga pun langsung berlutut hormat dihadapan Sang Dewi Perang. "Saga? Bagaimana misimu?" Tanya Athena tanpa menoleh. "Misi telah saya selesaikan, Athena-sama. Tetapi, ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda." Kata Saga dengan suara pelan.

Athena mendongakkan wajahnya dan memandang sang Gemini sendu. "Saga, ada apa? Wajahmu terlihat cemas. Apa ada sesuatu yang meresahkanmu?"

Saga memandang Athena sejenak dalam diam. Ia tak yakin ingin mengatakan hal ini setelah memandang raut wajah sang Dewi yang menyatakan kekhawatiran.

"Maaf, Athena-sama. Kanon... diculik" ucap Saga dengan setengah menunduk.

Sejenak, suasana ruangan itu berubah. Keheningan dan ketegangan pun tercipta cukup lama sebelum Aiolos berseru kaget.

"Apa kau bilang Saga? Kanon, diculik?!"

"Tapi.. Bagaimana mungkin?!" Seru Athena melanjutkan perkataan sang Sagittarius.

"Itu benar. Tadi pagi, saat saya baru pulang dari misi, saya menemukan secarik kertas yang bertuliskan bahwa Kanon telah diculik. Dan penculiknya meminta saya datang ke Pulau Kail untuk menyelamatkan Kanon." Jawab Saga.

Aiolos langsung mengambil busur emas kebanggaannya yang diletakkannya di lantai. "Baiklah, aku akan membantumu menyelamatkannya. Aku akan..."

"Tidak, Aiolos." Kata Saga tiba-tiba memotong pembicaraan Aiolos.

"Ada apa, Saga?" tanya Athena heran. Dua pasang mata pun dengan segera terarah pada sang Gemini yang kini tampak ragu.

"Penculiknya mengatakan kalau aku harus kesana sendirian. Jika dia melihat ada orang lain, dia langsung membunuh Kanon." Kata Saga menjelaskan.

"Sial!" Aiolos menghentakkan ujung busurnya ke lantai. Terlihat raut marah diwajahnya.

Athena melihat ekpresi sedih dan khawatir yang terukir di wajah Saga. Ia menutup mata dan menghela napas sejenak, lalu mengambil sebuah pisau dan maju ke hadapan Saga.

"Athena-sama!" Seru Aiolos terkejut begitu melihat Dewi-nya membawa sebuah pisau.

"A-Athena-sama? Untuk apa pisau itu?" Tanya Saga kebingungan. Ia sama sekali tak melepaskan pandangannya dari Athena.

Tanpa berbicara lagi, Athena menyayat pergelangan tangannya dengan pisau itu. Cairan merah kental pun dengan segera mengalir dari tangannya.

Athena-sama! Apa yang anda lakukan?!" ucap Saga dengan nada khawatir, ia pun langsung berdiri dari posisinya.

Athena memegang Gold Cloth Saga dan mengalirkan darahnya. Darah itu membasahi armor emas milik sang Gemini yang kini menatap Athena heran. Seketika itu juga Gold Clothnya bersinar keemasan.

"Ahh...ini kan.." Ucap Saga terkejut melihat Gold Cloth nya yang bersinar.

"Itu.." Aiolos tidak dapat menyambung kalimatnya lagi setelah melihat Gold Cloth Gemini yang menyilaukan mata.

Saga dan Aiolos pun merasakan cosmo Athena yang beresonansi dengan Gold Cloth Gemini walau hanya sebentar.

"Kau akan membutuhkan ini. Sekarang pergilah ke pulau Kail, dan selamatkan adikmu" Kata Athena sambil tersenyum.

"Terima kasih, Athena-sama. Saya bersumpah akan membawa kanon kembali." Kata Saga. Saga pun menunduk dihadapan Dewi Junjungannya sementara Aiolos pun maju ke hadapan Saga dan memegang pundaknya.

"Bawa Kanon pulang, Saga." Ucapnya lembut. Saga pun mengangguk sebagai respon dari perkataan sahabatnya itu. Dengan segera Saga pergi keluar meninggalkan Pope's Chamber dengan sangat tergesa-gesa.

"Tunggu aku Kanon, aku akan menyelamatkanmu." Katanya dalam hati.

Sang penjaga kuil Kembar itupun mulai menuruni tangga-tangga di Sanctuary sementara matahari mulai meninggi.

.

.

.

Saga berjalan cepat melewati Kuil Scorpio. Kebetulan, penjaga kuil yang bernama Milo itu sedang berada di teras kuil sambil melihat Saga berjalan dengan terburu-buru. Saint berambut ungu itu pun dengan sigap langsung mendekati Saga.

"Yo, Saga. Ada apa? Kelihatannya ada yang tidak beres?" kata Milo dengan santainya.

"Bukan urusanmu, Milo." Jawab Saga dingin tanpa melihat Milo.

Milo yang haus akan rasa penasaran pun segera menarik paksa tangan Saga. "Hei, Saga! Kalau kau seperti itu, aku jadi khawatir tau!"

Saga langsung menepis tangan Milo tanpa berbicara.

Rasa penasaran Milo pun menjadi-jadi. Merasa diabaikan, ia pun dengan segera melompat dihadapan Saga lalu menahan dada Saga dengan tangannya.

"Saga! Kau ini kenapa?! Apa yang salah denganmu?!" Tanyanya dengan nada tinggi.

"Diam!" Saga yang sudah jengkel dengan kelakuan Milo pun mencengkeram tangan Milo yang menahannya dan membuangnya. Tangan satunya pun dengan segera mencekik leher Milo, lalu menahannya pada salah satu pilar kuil Scorpio.

"Aghh.. Apa yang.." Kedua tangan Milo memegang tangan Saga yang mencekiknya sementara ia berusaha mengatur nafasnya.

"Sudah kubilang ini bukan urusanmu, jadi kau diam saja!" Saga menatap tajam mata Milo, sementara tangannya masih menahan leher Milo.

"Ba-baiklah... tapi... le-lepaskan aku.." Pinta Milo dengan napas tercekat.

Wajah Saga terlihat sudah tenang, namun masih penuh dengan kekhawatiran.

"Maaf, Milo." Katanya sebelum melepaskan tangannya dari leher Milo. Tanpa berkata-kata lagi, ia pun langsung meninggalkan Kuil Scorpio sambil mengabaikan tatapan heran sang pemilik kuil.

"akh...dia itu kenapa sih?" kata Milo sambil mengusap lehernya yang masih terasa sakit.

Ketika Saga memasuki kuil Virgo, ia berpapasan dengan sang penjaga kuil yang sedang bermeditasi. Saint berambut pirang lurus itu sempat membuka matanya dan melirik Saga yang lewat didepannya. Saga pun menoleh sejenak sebelum Shaka menutup matanya kembali. "Selamatkan dia, Saga" ucap Shaka tiba-tiba. Saga sedikit terkejut ketika mendengar ucapan Shaka bahwa sang Virgo mengetahui masalah yang sedang dihadapi dirinya. Tapi tak lama kemudian Saga segera tenang begitu menyadari kalau manusia yang dikatakan mendekati dewa itu memiliki indra yang luar biasa. Wajar saja kalau Shaka tahu apa yang sedang terjadi padanya.

Semua Kuil yang Saga lewati, rata-rata para penjaganya hanya melihatnya dengan tatapan penasaran. Bahkan saat Saga melewati Kuil Leo, Aiolia yang melihat Saga pun ingin bertanya. Tapi saat dia baru ingin melontarkan pertanyaan, Saga langsung menatap matanya dengan tajam, membuat Adik dari penjaga kuil Sagittarius itupun langsung keringat dingin dan segera membatalkan niatnya.

Pengecualian terjadi di Kuil Cancer. Penjaganya yang memiliki hobi mengumpulkan topeng dari mayat manusia itu tidak terlalu peduli dengan sikap Saga. Bahkan ia cuek saja saat berpapasan dengan Saga di kuil Keempat itu. Deathmask memang terlalu sibuk dengan urusan pribadinya.

Ketika Saga memasuki Kuilnya ia langsung menuju ke kamar adiknya. Ia menghela nafas sambil memandang seluruh isi kamar Kanon yang berantakan. Tiba-tiba, matanya tertuju ke lantai didepan jendela yang terbuka. Ia melihat ada percikan darah disitu. "Ada darah? Mengapa aku tidak melihatnya tadi?" Saga berjalan mendatangi lantai tersebut, lalu berlutut memandang darah itu. Saga memegang darah tersebut lalu mengepalkan tangannya erat-erat. "Aku bersumpah akan membunuhmu." Sumpahnya tertuju untuk penculik Kanon, tentu saja. Saga pun menutup matanya.

"Mungkin aku memang sangat panik tadi pagi sampai tidak menyadari ada percikan darah disini." Sesalnya. Saga pun berjalan menuju pintu keluar. Sejenak sang Gemini menoleh memandang kebelakang - tempat tidur Kanon -, sebelum ia melanjutkan perjalanannya.

Saat Saga melewati Kuil Aries, ia bertemu seseorang berambut lavender yang ia kenal dengan Aries Mu. Mu yang saat itu sedang memperbaiki Bronze Cloth pun terkejut melihat sikap Saga yang tak biasa. Mu pun langsung menghentikan pekerjaannya dan berlari ke arah Saga.

"Saga? Ada apa? Mengapa kau tergesa-gesa?" tanya Mu khawatir.

"Tidak ada apa-apa, Mu" ucap Saga bohong. Tetapi Mu yang memiliki psychokinesis terkuat diantara para Gold Saint itu tahu kalau Saga sedang berbohong.

"Aku tahu kau berbohong, Saga. Aku bisa membaca pikiran orang dengan melihat raut wajahnya. Kau terlihat cemas, katakan saja padaku apa yang terjadi." Kata murid dari Pope Shion itu.

Saga pun menghentikan langkah kakinya. Angin semilir yang lembut terasa bertiup disela-sela keheningan yang terjadi. Akhirnya, Saga pun berbalik menghadap Mu dan menutup matanya sambil berpikir.

"Sepertinya lebih baik aku menceritakannya. Kurasa Mu lebih dapat diandalkan, tidak seperti kalajengking bodoh itu" katanya dalam hati.

"Kanon... diculik" ucap Saga pelan.

Sontak Mu pun terkejut. "Eh? Kanon, diculik?"

"Iya. Dia diculik dan sepertinya berada di Pulau Kail. Penculiknya mengatakan bahwa dia menginginkanku."

"S-Saga! Aku akan ikut denganmu!" pinta Mu secara tiba-tiba.

"Tidak Mu, penculiknya mengatakan bahwa aku harus kesana sendiri. Jika dia melihat orang lain bersamaku, dia akan membunuh Kanon!" Ucap Saga dengan suara tinggi.

Mu sedikit terkejut karena suara Saga meninggi. Saga yang menyadari akan hal itupun langsung menunduk.

"Maaf, Mu. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku saat ini." Katanya lirih.

Mu yang mengerti perasaan Saga langsung memegang pundaknya. "Baiklah, jika itu maumu." katanya dengan suara yang lembut.

Saga sedikit tersenyum, ia pun memeluk Mu singkat. Mu sedikit terkejut, namun tetap membalas pelukan Saga.

"Selamatkan Kanon, Saga. Aku serahkan dia padamu" Kata Mu sambil mengelus punggung Saga.

Saga melepaskan pelukannya dari Mu. "Terima kasih." Katanya tulus.

Dan ia pun berjalan meninggalkan Sanctuary menuju Pulau Kail.

...OOO...

TO BE CONTINUED

Ini pertama kalinya saya buat fanfic :'v

awalnya males *pake banget*. Tapi temen saya *author juga* tetep nyuruh & memberikan dukungan sehingga saya bisa bikin fanfic yang apa adanya ini \ :v /

Kritik & sarannya ditunggu ya :3

Thanks for reading! ^_^