Jadi, sudah berapa lama ini terbengkalai? Setahun? Oke-oke saya lanjutin Fictnya. Haha, maaf. Kesibukan dunia nyata dan lain sebagainya. Oke, ini bakal lanjut kok.

"Bijuu"

"Jutsu"

'Batin'

"Bicara"


"Kirigakure no Jutsu!" Zabuza langsung menggunakan kabut yang menjadi ciri khas dsri dirinya. "Nah, seberapa lama kau bisa bertahan dari kabut ini bocah." Zabuza kemudian menciptakan beberapa Bunshin dari air, mereka semua berpencar untuk menyerang Naruto dari berbagai arah.

Namun, pemuda dengan insting yang sangat tajam itu menghindari serangan dari berbagai arah dengan berpindah ke tempat lain. Dia berpindah di dekat Fuu, Sakura dan Tazuna yang masih bertahan.

"Syukur kalian tidak ada yang terluka." Naruto tersenyum karena kedua murid serta Kliennya tidak terluka sama sekali. "Fuuton: Daitoppa!" Naruto langsung memghembuskan nafas anginya untuk menghilangkan kabut Chakra yang dibuat Zabuza. "Oh, sial."

Tanpa disangka, Zabuza melayangkan sebuah serangan tepat dari depan Naruto. Namun pemuda itu langsung menendang perut Zabuza, sehingga dia dapat menghindari serangan langsung dari Zabuza.

"Memang benar-benar licik." Gumam Naruto yang saat ini sudah bersiap melempar Kunai cabang tiga miliknya. "Kalian berdua, menyingkir!" Naruto berteriak, kemudian melempar Kunai-kunai yang di pegangnya sembari melakukan segel tangan. "...Kunai Kagebunshin no Jutsu!" Kunai-kunai itu memancarkan Chakra berwarna hijau muda. Mereka langsung menggandakan diri disaat kedua murid Naruto menghindar.

Zabuza sendiri menancapkan Zanbatou miliknya untuk menjadikannya tameng pertahanan. "...Tunggu sebentar—oh sial! Dia punya Hiraishin milik Yondaime Hokage."

"Tebakanmu benar, Zabuza..."

Pria itu langsung membulatkan matanya, dia sangat terkejut dengan kedatangan Naruto yang berada di ujung Kubikiribochou miliknya. "Strategi yang bagus bocah." Naruto membulatkan matanya ketika dia melihat sosok Zabuza yang berada di atas Sungai. "...Seorang Shinobi harus licik. Suiton: Suiryuudan no Jutsu!"

Dengan cepat Naruto merapal sebuah segel tangan. "Suiton: Suiryuudan no Jutsu!" ia mengeluarkan Jutsu yang sama seperti Zabuza, dari belakang tubuhnya keluar seekor naga air yang sama besarnya dengan milik Zabuza.

Kedua naga air itu melesat cepat, dan saling bertabrakan satu sama lain. "Sesuai dengan buku bingo. Kau memang punya elemen air dan angin."

Naruto menatap datar Zabuza, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke belakang. "Fuu serang dia dengan Jutsu milikmu."

"Baik!" Gadis itu langsung melaju ke samping Naruto, ia kemudian membuat segel tangan. "Rinpugakure no Jutsu!" Fuu kemudian menyemburkan serbuk serangga miliknya ke arah Zabuza.

Setelah Fuu menyemburkan serbuk serangganya, Naruto langsung memberikan aba-aba terhadap Kakashi dan Sasuke. "Kalian berdua, bersiap untuk menyerang Zabuza dari tiga arah!" keduanya mengangguk, lalu berlari berlawanan arah, mereka sudah siap dengan berbekal tanto serta sebuah kunai yang dibawa oleh Sasuke. Sementara Naruto sudah melompat tinggi untuk menyerang Zabuza dari atas. "Sekarang!"

*Sring

*Crash

Suara cipratan air menggema disekitar tempat itu, Naruto menatap datar genangan air yang sekarang dia injak. Tebakannya memang tepat, Zabuza menggunakan Mizu Bunshin miliknya untuk mengalihkan perhatian Naruto dan kelompoknya.

"Kalian berdua bersiaga! Fuu, kembali ke Tazuna dan lindungi mereka!"Fuu mengangguk, kemudian berlari kembali ke tempat Sakura dan Tazuna berada. Sementara itu Naruto bersiap dengan sensor miliknya. Dia mendeteksi setiap sudut tempat yang sekarang ini dipijaki olehnya. 'Misi ini sudah berubah menjadi Rank – B karena dilihat dari Ninja yang mengincar Tazuna. Berarti, Tazuna tidak bisa menyewa Ninja dengan pangkat Jounin atau setara dengan itu karena desanya tempat dia tinggal telah di kuasai oleh seorang Mafia.'

"Bisa jadi, tapi kita lihat dulu seberapa parah Nami no Kuni sehingga Tazuna meminta bantuan terhadap Konoha."

'Oh, saat pertama kali Tazuna masuk. Orang tua itu menganggap semua muridku lemah, dan memandang remeh Sasuke dan Kakashi.'

"Jadi, kau mau bilang kalau orang tua itu ingin sekali menyewa ninja sekaliber Asuma, dan angkatanmu itu?"

'Ya, dan aka nada sesuatu di Nami no Kuni saat kita sampai di sana.'

Kurama diam tidak membalas perkataan Naruto, ia sudah tahu kalau desa tempat tinggal orang tua itu sedang dilanda masalah yang mungkin bisa dikatakan besar. Karena itu Tazuna ingin menyewa seorang Ninja sekaliber dirinya serta angkatannya.

"Baiklah Zabuza, selesaikan permainannya sekarang juga." Suara langkah kaki mulai terasa di indra pendengaran Naruto. Ia menatap lurus ke depan, namun kabut yang diciptakan oleh Zabuza ini sungguh menyulitkan indra penglihatannya.

Suara tawa pun menggema disekitar tempat Naruto berdiri. Zabuza keluar dari balik pohon besar yang tidak jauh dari tempat Naruto berdiri. "Nah, sekarang apa selanjutnya?"

"Kematianmu…"

Zabuza memandang Naruto dengan pandangan meremehkan, dia bersiap dengan Zanbatou miliknya. "Majulah!"


Jounin

Naruto : Masashi Kishimoto

Warning: OOC, Semi-canon, Typo, Little bit Lime, and many more.

Pairing: Naruto x Fuu.


Chapter 4

Di Konoha. Sandaime sedang berdiri di dekat jendela, dia memandangi Desa Konoha. Wajah tuanya terus menatap lurus ke arah gerbang besar Konoha. Dia sebenarnya ingin pensiun setelah pengangkatan Yondaime.

Namun takdir berkata lain, serangan Kyuubi membuat Yondaime serta Istrinya meregang nyawa, sementara itu Kyuubi berada di dalam tubuh anak mereka. Naruto Uzumaki.

Bibir tuanya mulai melengkung ke atas, ia masih ingat betapa nakalnya Naruto dulu. Namun sekarang dia sudah dewasa, dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang benar. Naruto juga bisa berteman baik dengan Bijuu yang berada di dalam tubuhnya.

"Hari-hariku di isi oleh kertas menjengkelkan ini." Gumam Hiruzen yang kesal terhadap kertas yang ada dimejanya.

"Hokage-sama…"

"Oh, Tenzo. Ada apa?"

"Naruto-senpai mengirimkan surat melalui kataknya. Tolong dibaca!" Tenzo memberikan surat tersebut kepada Hiruzen.

Hiruzen menaikkan alisnya, kemudian tersenyum penuh arti. "Tenzo, kau kuberi misi untuk mengawasi murid Naruto!"

"Baik, Hokage-sama!" Tenzo pun menghilang pergi menuju tempat yang di tujunya.

"Kau tidak akan terus bersembunyi seperti itu kan, Danzo?"

Suara decihan keluar dari mulut Danzo Shimura. Orang tua yang memimpin sebuah organisasi Ilegal di bawah tanah desa Konoha. "Kau menyembunyikan sesuatu, Hiruzen."

"Aku hanya memasukkan seorang gadis kecil ke dalam Team 7."

"Dan gadis itu siapa? Kau menemukannya darimana?"

"Kau tidak perlu tahu akan hal itu. Bisa saja kalau kau tahu lebih dalam tentang gadis itu, maka kau akan mati terlebih dahulu di tangan cucuku."

Decihan kembali keluar dari mulut tua Danzo, ia tidak suka dengan aura yang dikeluarkan sang Profesor itu. "Kau akan tahu akibatnya, Hiruzen." Danzo pun menghilang dari hadapan Hiruzen.

"Kau dengan ambisimu itu, Danzo…." Hiruzen menghisap tembakau miliknya. Ia kembali menerawang ke desa Konoha. "Sekarang, aku harus memanggil Jiraiya dan Tsunade untuk menggantikanku, tapi apa Naruto juga akan menerimanya?"

Tiga kandidat Hokage baru akan di umumkan.

"Naruto terlalu muda, Tsunade suka minum sake, dan Jiraiya suka sekali dengan hal berbau mesum."


.

('-')/\('-')

.


Dentingan besi terus menggema di sekitaran hutan tempat Team 7 melakukan perjalanan. Naruto terus saja menyerang Zabuza menggunakan kunai cabang tiga miliknya. Gerakan pemuda itu sangat cepat, membuat Zabuza kuwalahan untuk bertahan dari serangan brutal Naruto.

*Bugh!

*Duagh!

"Gah!" Zabuza terpental hingga punggungnya terbentur oleh pohon besar dibelakangnya setelah Naruto menendangnya. "Sial…"

*Jleb! Jleb! Jleb!

Tiga buah senbon menancap di leher Zabuza, membuat Kakashi dan Sasuke terkejut dengan hal itu. Mereka berdua berlari mendekati Zabuza yang sudah tidak bernyawa (Sementara)

"Jangan mendekatinya, Sasuke, Kakashi! Biar dia dibawa oleh Hunter nin." Naruto memincingkan matanya menatap Zabuza yang sudah tergeletak. Ia juga merasakan seseorang yang mendekati Zabuza. "Jadi kau Hunter nin tersebut?"

"Ya, terimakasih sudah mengalahkannya. Dia akan kubawa untuk dimusnahkan." Hunter nin tersebut langsung pergi meninggalkan Naruto yang menatap curiga.

Dia kemudian menutup sebentar matanya, kemudian berbalik dan berjalan menuju Sakura dan Fuu. "Kalian berdua ayo kembali! Kita akan melanjutkan perjalanan."

Kedua muridnya mengangguk, kemudian mengikuti Naruto dari belakang. Kedua muridnya itu menatap sang guru dengan tatapan heran, karena selama ini mereka melihat gurunya itu selalu ceria dan jahil. Tapi wajahnya sekarang menyiratkan sebuah keseriusan.

"Tazuna-san, ini masalah serius. Sepertinya mereka mengincarmu karena anda telah menyewa kami sebagai ninja bayaran." Tazuna menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sedih karena desa tempatnya tinggal dikuasai oleh seorang Mafia. "Dan kami akan melindungi dirimu sampai ke tempat tujuan."

"Terima kasih, Naruto-san… aku berhutang banyak terhadapmu."

"Tidak usah seperti itu. Lebih baik kita melanjutkan perjalanannya."

Mereka semua melanjutkan perjalanan dengan Tazuna yang menceritakan asal-muasal dirinya sampai di Konoha. Tazuna mengatakan kalau dirinya membuat sebuah jembatan besar untuk melancarkan jalur perdagangan antara Nami no Kuni ke desa besar lainnya. Namun, setelah ada Gatou, pembuatan jembatan itu terhenti, karena Gatou mengancam para tukang pembuat jembatan tersebut.

"Jadi, karena ancaman tersebut, kau menghentikan pembuatan jembatannya?"

"Ya, dan itu sudah memakan korban. Menantuku, dia tewas karena siksaan Gatou."

Anggota team Naruto terkejut dengan apa yang dikatakan oleh kakek tua tersebut, kecuali Naruto—pemuda ini sudah merasakan pahit manisnya dunia ninja. Ia pun menghela nafas lelah. "Aku akan memasukkan agenda ini kedalam misi kita, dan kita akan menolong Tazuna-san untuk menyelesaikan jembatan tersebut."

Sementara itu, dari kejauhan. Tenzo sedang mengawasi team 7, ia berlari menyebrangi lautan untuk sampai di Nami no Kuni. Dia merutuk dirinya sendiri karena tidak menyiapkan sebuah perahu untuk menyebrangi lautan.

Tenzo pun langsung mengesampingkan egonya, dan tetap konsentrasi terhadap misinya. Ia tidak tahu kenapa Sandaime menyuruhnya untuk mengawasi Naruto yang merupakan senior di satuan ANBU.

"Pasti dia mengetahui diriku."

Perlu diketahui, Naruto bisa merasakan seseorang yang mengikutinya dari kejauhan. Daya sensor miliknya sama seperti Uzumaki kebanyakan. "Tenzo, mengikutiku. Ada apa dia mengikutiku?" Naruto bergumam sendiri.

"Nah, kita sudah sampai." Mereka semua mulai turun satu persatu dari perahu tersebut. "Kalian semua berhati-hatilah, termasuk kau Tazuna. Selamat tinggal."

Tazuna mengangguk, kemudian membalikkan badannya dan berjalan menuju rumahnya. "Kita akan berjalan beberapa kilo lagi."


.

('-')/\('-')

.


Beberapa saat setelah berjalan, Naruto dan Teamnya sampai di kediaman Tazuna. Kakek tua itu mengetuk pintu rumahnya dengan keras, agar anak semata wayangnya itu membuka pintu tersebut.

"Tsunami! Ini aku, buka pintunya!"

Suara derapan kaki terdengar dari dalam rumah tersebut. Pintu rumah itu terbuka dan menampilkan seorang wanita berusia 29 tahun dengan rambut berwarna biru panjang.

"Ayah, kau akhirnya datang juga."

"Maaf membuatmu menunggu Tsunami."

Naruto tersenyum membiarkan kedua orang itu saling bercengkrama satu sama lain. Yah, sebuah keluarga memang harus lengkap bukan? 'Ayah, Ibu… sepertinya aku merindukan kalian berdua.'

"Kau masih memiliki keluarga, Naruto. Jangan khawatir."

'Kau benar Kurama, dan kau salah satunya.'

Kurama terlihat menyeringai di dalam tubuh Naruto, ia sepertinya senang jika di anggap keluarga oleh pemuda pirang tersebut. "Permisi, kami adalah ninja Konoha yang disewa oleh Tazuna-san. Namaku Naruto Uzumaki, kalian berempat perkenalkan diri masing-masing!"

"Uchiha Sasuke."

"Hn, Hatake Kakashi."

"Nama saya Haruno Sakura, salam kenal Tsunami-san."

"Namaku Fuu, salam kenal—ssu."

Naruto langsung menatap Fuu dengan tatapan penasaran. –ssu? Dia perempuan kan? Err, mungkin dia tomboy atau apalah.

"Kalian silahkan masuk, maaf rumahnya terlalu kecil untuk kalian."

Naruto tertawa kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ti-tidak masalah, kami takut kalau merepotkan kalian." Mereka semua pun masuk ke dalam rumah tersebut. Naruto terlihat diam sembari dirinya melihat-lihat sekitarnya, 'Rumah yang sederhana…' batin Naruto di dalam hati.

Mereka semua mulai duduk di kursi makan, sementara itu Tsunami menyiapkan makanannya. Sementara itu, Naruto terlihat duduk di balkon sebuah kamar. Ia memikirkan cara mengalahkan Zabuza.

Pemikirannya mulai berjalan, ia menduga kalau Zabuza sedang dirawat sekarang. Entah itu dimana, tapi yang pasti dia dirawat disebuah tempat yang tidak jauh dari tempat ini.

"Sensei, kenapa merenung disitu?" Fuu berdiri, kemudian mendekati Naruto. "Apa kau berpikir kalau musuh kita tadi akan kembali?"

Naruto mengangguk kecil. "Kamu pasti mempunyai pemikiran yang sama. Zabuza hanya mati suri, jadi seminggu atau dua minggu lagi dia akan kembali untuk membunuh kita."

Fuu terdiam sejenak untuk mencerna perkataan Naruto. Gadis itu kemudian menatap rekannya yang sekarang ini sedang duduk tidak jauh darinya. "Apa itu benar?"

"Ini dugaanku saja, dan kalau itu terjadi, aku akan menaikkan porsi latihannya." Ujar Naruto sambil menatap wajah tan milik Fuu, kemudian dia menyeringai saat melihat wajah Fuu yang samar-samar mulai memerah. "Kemarilah, duduk disampingku!" Fuu dengan polosnya mengikuti permintaan Naruto, gadis itu duduk disamping sang 'Kakak'. "Besok siang kita latihan di dalam Mindscape." Fuu mengangguk mengerti, ia juga harus bisa mengendalikan Bijuu yang ada di dalam tubuhnya.

Naruto sendiri mengusap kepala hijau milik Fuu, membuat gadis itu merona sembari dirinya memenjamkan matanya untuk menikmati usapan yang dilakukan oleh Naruto. Pemuda itu tersenyum melihat reaksi dari 'adiknya' itu.

"Baik, kalian bertiga! Latihan besok siang akan bersama salah satu bunshinku. Untuk aku yang asli akan melatih Fuu secara khusus, karena aku disini juga Jounin khusus."

"Baik/Hn."

Naruto mengangguk, kemudian menatap Fuu yang berada disampingnya. "Nah, kamu makanlah bersama mereka. Biar kakak kembali memikirkan rencana besok!"

"Ya, kakak!" dengan pelan Fuu berdiri dari tempatnya duduk, ia mendekat ke wajah Naruto dan mencium tepat di pipinya. "Semoga dapat pencerahan kakak!"

Naruto mengusap pipinya yang dicium oleh Fuu, ia sedikit terkejut dengan tingkah adik kecilnya itu. Tapi dia memakluminya, karena Fuu tidak pernah memiliki seorang teman saat di desa Taki. Kemudian Naruto tersenyum menatap Fuu yang sedang bercengkrama dengan yang lainnya.

Tak lama kemudian, Naruto duduk bersila sambil memenjamkan matanya, ia berkonsentrasi untuk masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Yah, dia ingin bertemu dengan Kurama—bijuu ekor Sembilan.

Di dalam Mindscape Naruto, terlihat sebuah tempat yang sangat luas dengan genangan air dimana-mana. "Apa bisa aku mengubah tempat ini?" gumam Naruto entah kepada siapa.

"Kenapa kau tidak mengubahnya menggunakan pikiranmu saja?" Kurama Sweatdrop dengan apa yang di ucapkan Naruto. "Nah, sekarang ada apa kau kemari?"

"Ah, Kau pernah di ajak Mito-sama ke kuil Uzumaki?"

"Pernah sekali. Di sekita—tunggu! Kau mau mengambil topeng yang ada didalam kuil tersebut!?"

"Tepat!"

"Kau mau…"

"Kau akan tahu nantinya. Jadi diamlah sebentar, aku akan memikirkan rencana besok."

"Baiklah… selamat berpikir! Dan, Dasar Pedophil!"

"Aku bukan Pedophil Rubah sialan!"


.

('-')/\('-')

.


Di sebuah hutan, Naruto bunshin sedang melatih ketiga muridnya untuk berjalan di atas pohon. Ah, mungkin cuman dua muridnya saja yang belum bisa, karena Naruto tahu kalau Sakura berbakat dalam mengendalikan Chakra miliknya.

"Ayo! Kalian berdua berjuanglah!"

Decihan keluar dari kedua mulut Kakashi dan Sasuke. Mereka kesal karena tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Sakura. Walaupun Prodigy, tapi mereka masih belum bisa memanjat pohon menggunakan kaki mereka.

Sementara itu dengan Naruto yang asli, pemuda itu bersama dengan Fuu sekarang. Di tempat lain, jauh dari ketiga muridnya. Naruto harus menyembunyikan identitas Fuu sebagai seorang Jinchuriki.

Gadis berambut hijau mint itu duduk bersila sambil berkonsentrasi, salah satu tangannya beradu tinju dengan tangan Naruto. Keduanya terus berkonsentrasi untuk bisa masuk ke dalam Mindscape Fuu.

Setelah masuk ke dalam alam bawah sadar Fuu. Naruto langsung membuka matanya, iris samudra miliknya langsung menatap tajam Fuu serta monster serangga di depannya.

"Jadi Kurama… ini yang namanya Choumei itu?"

"Zzzzz…."

"BANGUNLAH RUBAH SIALAN!?"

"Oh, eh, maaf. Aku tertidur. Ah, Choumei, lama tidak berjumpa. Kau semakin tampan saja ya?"

"Oi, rubah, kau homo ya?"

"SINI, AKU BOM BIJUU MUKAMU!?"

"AYO! SIAPA TAKUT!?"

Fuu dan serangga yang ada di belakangnya hanya bisa menatap sweatdrop perdebatan antara kedua makhluk tersebut. "Ka-kalian berdua…"

Naruto dan Kurama langsung menoleh ke arah Fuu. Pemuda pirang itu tertawa kikuk dengan tingkahnya yang konyol tersebut, dia kemudian berjalan mendekati gadis berambut hijau tersebut.

"Nah, sepertinya aku harus membuka Fuin yang mengekang Bijuu milikmu." Naruto kemudian membuat sebuah segel tangan, bersamaan dengan Kurama yang membuat segel tangan. "Segel empat mata angin! Seiryuu, Byakko, Genbu, Suzaku! Terbukalah segel pengikat Bijuu!"

Asal kalian tahu, Naruto menciptakan sebuah Fuin yang mungkin pertama di dunia Shinobi. Ya, segel pembuka Bijuu. Sebuah Fuin tingkat tinggi yang bisa membuka segel yang mengikat para Bijuu. Sementara itu, Kurama hanya sebagai perantara dari Fuin tersebut. Karena kalau tidak ada Kurama, Naruto akan cepat kehabisan Chakra.

"Oke, sudah selesai. Choumei, kau bisa mengendalikan tubuh Fuu sekarang." Naruto tersenyum ramah seraya menatap si Bijuu ekor tujuh. "Tapi jangan pernah berbuat hal yang tidak aku inginkan, karena kau akan kusegel kembali." Senyuman itu hilang digantikan dengan tatapan tajam bak elang yang ingin menerkam mangsanya. Biru samudra itu mulai meredup gelap seperti dasar Samudra. Fuu terlihat ketakutan karena Naruto menunjukkan wajah yang mengerikan.

"Kau terlihat seperti Pedophil yang sedang mengincar seorang gadis kecil."

Fuu langsung sweatdrop mendengar ejekan Kurama, ia juga bisa melihat kalau Naruto sudah protes tidak jelas kepada Kurama. Fuu pun berbalik menatap monster serangga dengan 6 sayap serta satu ekor. "Namaku Fuu, salam kenal-ssu!"

Choumei terlihat menatap Fuu sekilas, sepertinya dia suka kepribadian Fuu yang ceria, dan tomboy. "Hm, kau bisa memanggilku Choumei, aku akan memberikan kekuatanku jika kau membutuhkan."

Fuu mengangguk paham, kemudian dia berbalik lagi menatap Naruto dan Kurama yang sudah mulai memudar. "Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Tanya Fuu dengan nada khawatir.

"Kami akan kembali ke dunia nyata, kau hanya perlu berkonsentrasi dan penjamkan mata seperti saat kau tidur. Lalu kau akan sampai di dunia nyata." Naruto dan Kurama pun menghilang dengan sekejap.

Di dunia nyata, Naruto memeluk tubuh mungil Fuu sambil bersandar di sebuah pohon besar. Sedikit-demi sedikit, Fuu mulai membuka matanya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ugh, kenapa dengan tubuhku?" Fuu meronta untuk melepaskan diri dari belenggu seseorang. "A-a-ahh… Kakak…"

Naruto terus mengendus bagian leher milik Fuu, pemuda itu menyesap aroma citrus yang menguar dari tubuh gadis tersebut. Sesekali Naruto menjilati leher berwarna tan tersebut.

"Lepaskahn…"

"Tidak, sebelum kita menyelesaikan ini." Fuu terdiam sejenak, ia kembali mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Naruto—kakaknya, telah membuatnya 'kelelahan'. Salah satu tangan Naruto menarik wajah Fuu untuk mendekat ke wajahnya. "Kamu manis…"

"Kakak…"

Bibir mereka mulai menyatu Saling melumat satu sama lain. Naruto memeluk erat tubuh mungil gadis berambut hijau itu seakan tidak mau kehilangan Fuu untuk selamanya.

"Ahem!" Keduanya langsung melepas ciuman masing-masing, Naruto menatap orang yang berdehem dengan tatapan tajam. Sementara Fuu menunduk dengan wajah yang sangat merah. Ia malu karena ketahuan sedang bermesraan bersama sang kakak.

"Kau… siapa?" Tanya Naruto dengan nada yang dingin. Matanya menajam menatap wanita yang sedang berjalan ke arahnya.

"Namaku Haku, aku sedang mencari obat-obatan untuk temanku yang sedang terluka. Apa yang kalian lakukan disini?"

Naruto kemudian beranjak dengan menggendong Fuu ala pengantin, dia terus menatap Haku yang tersenyum ramah kepadanya. "Haku... Yuki, kau adalah pengguna elemen es dari klan Yuki, apa yang kau lakukan disini?"

Haku sedikit terkejut dengan penuturan Naruto. Bagaimana dia bisa mengetahui perubahan chakra miliknya? Dan apa-apaan itu tatapan tajamnya? "Ah, Aku memang dari clan Yuki, tapi clan tersebut sudah tidak ada lagi karena perang saudara."

'Perang Saudara? Zabuza yang bekerja untuk Gatou? Serta, clan Yuki yang sudah musnah. Ini semakin jelas.'

"Begitu kah? Baiklah, aku persilahkan kau untuk mencari tanaman obat. Aku permisi terlebih dahulu… tuan Haku…" Naruto menghilang menggunakan Hiraishin miliknya.

Sementara itu, Haku masih terdiam tidak bergerak karena perkataan Naruto barusan. Detik kemudian, dia mendecih kesal karena baru menyadari kalau dirinya ketahuan karena menjadi rekan Zabuza.

Dari kejauhan, Naruto menatap Haku sambil tetap menggendong Fuu. "Bagaimana selanjutnya Kakak?"

"Kita tunggu seminggu dulu, serta membuat strategi untuk kita bertarung melawan dia dan Zabuza."

Fuu mengangguk, kemudian mengeratkan pelukannya terhadap Naruto. Pemuda tersebut kemudian menghilang kembali.


.

('-')/\('-')

.


Di depan rumah Tazuna. Naruto sedang menatap ceria keempat muridnya, dia juga bisa melihat ekspresi dari para muridnya. Ada yang senang, lelah, kesal, dan malu—hanya Fuu yang sangat malu sekarang.

"Kerja bagus untuk kalian, terutama Sasuke dan Kakashi—kalian berdua sangat gigih untuk bisa memanjat pohon menggunakan kaki kalian. Walaupun sampai sore begini sih." Naruto menghela nafas sebentar, kemudian menatap Sakura. "Untukmu Sakura, kau memang berbakat dalam mengendalikan Chakra, aku harap kau bisa mengimbangi pengendalian Chakra Nidaime Hokage." Sakura mengangguk mantap. "Dan Fuu…" Naruto langsung menyeringai mesum. "Kau hebat sekali menerima semua porsi 'latihan' yang kuberikan! Selamat!"

"Terima kasih Sensei!"

"Nah untuk besok, kita latihan kerja sama, jadi persiapkan diri kali—"

"Kalian akan mati seperti dia! Dia tidak lebih dari sampah yang mati dengan sia-sia!"

Naruto menatap nanar seorang anak kecil yang memakai topi pancingnya. Ia Inari, cucu dar Tazuna serta anak dar Tsunami, dia seorang anak yang sangat mengagumi ayahnya, Kaiza. "Hey, apa kau pernah mendengar pahlawan yang melindungi desanya dari serangan seekor monster raksasa yang jahat?"

"Aku bukan anak kecil. Dongeng seperti itu hanya khayalan saja!"

Naruto menghela nafas, ia harus bersabar karena anak kecil seperti Inari ini sangat keras kepala, dia begitu polos untuk dirasuki info yang negative. "Tapi cerita itu benar-benar ada. Dan pahlawan tersebut adalah Yondaime Hokage beserta Istrinya." Sedikit demi sedikit, bocah kecil itu mulai tenang, dan menikmat cerita yang di karang oleh Naruto—tapi sebagiannya adalah kebenaran. Pemuda itu memberi isyarat kepada para muridnya untuk masuk ke dalam rumah—kecuali Fuu yang sangat penasaran dengan cerita tersebut.

"Zzzz…"

Naruto tertawa kecil mendengar dengkuran kecil dari Inari, dia juga bisa melihat kalau Fuu juga terkantuk-kantuk sekarang. "Sebaiknya kamu tidur bersamaku, Fuu-chan. Dan biarkan Sakura tidur bersama Inari dan Tsunami-san." Fuu mengangguk mengerti, kemudian berjalan sempoyongan untuk masuk ke dalam rumah, di belakangnya Fuu, Naruto berjalan sambil menggendong Inari.

"Naruto-san, maaf merepotkan anda… Inari memang mengagumi ayahnya sejak dulu. Jadi wajar saja." Ujar Tsunami yang berjalan mendekati Naruto. Pemuda itu memberikan Inari kepada sang Ibu. "Katanya anda akan tidur dengan salah satu muri—"

"Dia adikku Tsunami-san. Jadi kami berdua sudah terbiasa tidur bersama."

Tsunami mengangguk mengerti, ia pun segera mengambil dua buah Futon untuk Naruto dan Fuu. "Ini, untukmu dan Fuu-chan. Kalian bisa memakai kamar yang di pojok sana." Ujar Tsunami sambil menunjuk ke pojokan ruangan. "Selamat tidur."

"Terma kasih, selamat tidur!" Naruto melihat kesamping, ia bisa melihat kalau Fuu sudah meletakkan kepalanya di atas meja makan rumah Tazuna. "Fuu-chan, Fuu-chan… bangun, kita ke kamar segera!" Naruto mulai melihat sekitarnya, dengan perlahan wajah Naruto mendekat ke wajah manis Fuu. Dia tersenyum sejenak, kemudian mencium pipi tembem gadis itu. "Hey, ayo bangun. Kita pindah ke kamar." Bisik Naruto dengan lembut, membuat gadis itu membuka matanya.

"Kakak…?"

"Ayo ke kamar bersamaku!" Fuu mengangguk, kemudian berjalan beriringan bersama Naruto yang saat ini membawa dua buah futon.

TBC

A/N: Setahun? Iye setahun sudah terbengkalai. Haha, maaf, karena banyak kerja, dan… Fict baru. '-'

Oke, maaf kalau ada kesalahan. '-')b

Lemon/Lime NaruFuu? Entahlah… dilihat saja.

Shinn Out! Adios!