From Tennis With Love

Disclaimer :

Naruto, Masashi Kishimoto

Story :

Punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK

Genre : Friendship, Romance, Drama & Humor.

Rating : T, K+

Pairing : SasuNaru (Sasuke X Naruto)

Warning : AU, Multi chapters, Typos, OOC, Mild Language, Boys Love Sasuke X Naruto, Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already.

Summary : Kehabisan uang bulanan, Naruto ditawari Kiba untuk menjadi petugas pengambil bola di lapangan tenis. Kesalahan saat mengambil bola membuat Naruto harus bertemu lagi dengan salah satu pemain tenis tampan yang sudah terlebih dahulu mempesona dirinya, Uchiha Sasuke. Warning: Shounen Ai, Boys Love, SasuNaru, Mild Language, Feel free to leave this page!

.

.

.

ENJOY

.

.

.


~ナルトはサスケへ~

Naruto menidurkan kepala dengan lemas di atas meja tempat duduknya. Hari ini lagi-lagi ia harus memilih untuk berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya hampir satu kilo meter dari kost-kostannya. Salahkan guru fisikanya yang tiba-tiba saja memberi ultimatum wajib bagi semua murid untuk membeli dua modul sekaligus dan berakhirlah ia harus merelakan uang bulanan yang akhirnya habis sebelum gaji dari tempat kerja sampingan diterima lagi.

"Oi... Naruto! Sampai kapan kau mau lemas seperti itu?" Kiba, sahabat Naruto menatap jengah ke arah Naruto yang masih setia tertidur lemas seperti belum makan tiga hari tiga malam.

Naruto mendengus, "Uang bulananku habis lagi. Ini semua gara-gara Kabuto-sensei dan modul sialan itu." Kepala pirang itu berbalik, menghadap Kiba. "Dan hari ini aku harus berjalan kaki dan pulang pun begitu. Kau pikir aku tak kehabisan tenaga, huh?"

Kiba memutar bola matanya, "Bukankah Gaara selalu menawarkan jasa antar jemput dengan motornya? Kenapa kau malah menolak?" Pemuda bertato segitiga terbalik di pipinya itu tidak habis pikir juga, kenapa si bocah pirang ini selalu menolak bantuan dari Gaara?

"Cih, bicaramu gampang sekali Kiba. Arah rumah Gaara dan kost-kostanku berlawanan. Biarpun dia sahabat baikku tapi, tetap saja aku tak tega kalau tiap hari harus diantar jemput." Bibir plum milik Naruto mencibir, "Lagian dibanding Gaara, apa gunanya kau Kiba? Sahabat tak berguna dan tega melihat sahabat sendiri menderita. Padahal kita searah."

Kekehan pelan terdengar dari Kiba, "Jangan salahkan aku Naru-chan, rumahku kan hanya berapa meter dari sekolah. Buat apa membawa kendaraan?" Ia lalu menepuk-nepuk pelan tengkuk Naruto.

Naruto semakin memajukan bibir bawahnya, "Kiba kau sialan ttebayo! Setidaknya sesekali kau membawa motor untuk menolong sahabat terbaik mu yang sangat... sangat menderita ini." Ia mendesah berat lalu menatap Kiba dengan tatapan memelas super.

"Tsk! Oke...Oke... Aku bantu dan jangan pasang muka memelasmu itu!" Dengusan kesal terdengar, "Kau tahu pertandingan tenis wembolden* se-Konoha yang akan diadakan dua hari lagi?"

Naruto mengangguk malas. Tidak begitu antusias. Yang dibutuhkan dirinya kan pekerjaan, untuk apa membahas pertandingan tenis segala?

"Nah, Hana-nee salah satu staff disana. Mereka masih membutuhkan beberapa ball person lagi. Kau berminat?" Jelas Kiba hati-hati, berusaha agar Naruto bisa mengerti. Maklum, sahabatnya ini terkenal lambat berpikir.

"...Huh?! Ball apa tadi? Ball peron?"

Nah benarkan? Naruto memang lamban? Kesal, Kiba menjitak kepala Naruto gemas.

"Ball person bodoh... Ball person! Itu loh petugas yang memungut bola. Mengerti tidak?!"

Naruto mengangguk mengerti, jitakan Kiba cukup keras untuk membuatnya mengerti dan ia tidak mau dijitak lagi.

"Jasa kita disewa perjam dengan bayaran lumayan besar. Aku juga ikut, hitung-hitung tambahan uang jajan, sekalian tambahan untuk orang malang sepertimu." Lanjut Kiba, iris cokelat miliknya menatap penuh sindiran ke arah Naruto.

Naruto mendengus mendengar kata orang malang tapi, sedetik kemudian tersenyum cerah, "Aku mau Kiba, bilang pada Hana-nee ya." Ia langsung berdiri dan memeluk Kiba erat, "Kau memang sahabatku yang terbaik, ttebayo!"

"Lalu aku sahabat terburukmu, Naruto?"

Suara penuh intimidasi membuat Naruto melepaskan pelukannya dari Kiba dan menatap horor pemilik suara, Gaara, yang tengah berdiri di depan mereka berdua dengan tangan bersedekap dada, mengeluarkan aura kelam yang kuat.

Tawa gugup Naruto terdengar, "...Bu-bukan seperti itu Gaara. Kau ju-"

"Kau juga sahabat terbaik Naruto jika, kau mengantar dia pulang hari ini." Kiba memotong cepat ucapan Naruto.

"Kiba!" Naruto mengertak keras, "Aku tidak bilang seperti itu ttebayo!" Ia segera berbalik menghadap Gaara, "Gaara jangan perca-"

"Loh Naruto? Bukankah tadi kau mengeluh kehabisan tenaga karena hari ini harus datang dan pulang dengan berjalan kaki lagi?" Kiba langsung memasang wajah penuh rasa iba ketika wajahnya menghadap kearah Gaara. " Kasihan dia Gaara, dia sudah seperti ini dari seminggu lalu."

Naruto mengumpat kesal. Kiba sengaja! Benar-benar sengaja, ia kan baru seperti ini dari dua hari lalu?

"Naruto..." Nada berat penuh bahaya terdengar dari suara Gaara, Naruto memandang patah-patah ke arah Gaara. "Aku akan mengantarmu pulang hari ini."

Melihat itu Kiba tertawa keras, apalagi Naruto kehilangan kata-kata karena aura intimidasi Gaara.

"Kiba sialan! Kau bukan sahabat baikku lagi, ttebayo!"

~ナルトはサスケへ~

Kening Naruto berkerut kesal, sambil menunggu Gaara di depan kos-kosannya. Salahkan mulut ember Kiba dan protektifnya Gaara terhadap dirinya. Dia harus menunggu Gaara sore ini untuk mengantar ke lapangan tenis Konohagakure, jangan lupa kalau Gaara juga memaksa mengantar pulang. Entah Naruto harus bersyukur karena mempunyai sahabat seperti Gaara atau tidak. Hanya karena dulu, ia satu-satunya murid yang berani mendekati Gaara dan mengajak berbicara, Gaara langsung menganggap Naruto sebagai sahabat, kakak, adik, paman, bibi, ibu, bapak, pokoknya Gaara merangkap semua. Protektif berlebihan! Begini tidak boleh, begitu tidak boleh! Yeah, Gaara bisa lebih cerewet dari nenek-nenek yang suka bergosip. Naruto jadi berpikir, apa Gaara bakal serempong ini bila punya kekasih nanti?

"Naruto..." Seperti biasa suara bass Gaara mengagetkan Naruto. "Kau menunggu lama?" Dengan gerak cepat Gaara sudah berdiri tepat di depan Naruto.

"Tidak juga... Kita sebaiknya pergi sekarang, rapat antar staff dimulai dua puluh menit lagi, Gaara."

Mengangguk mengerti, Gaara lalu bergegas memakaikan helm di kepala Naruto lalu mengaitkan tali helm tersebut sampai berbunyi klik.

"Gaara, aku bisa pakai sendiri, ttebayo!" Naruto mengerucutkan bibirnya.

"Yeah dan membiarkan kau tidak mengaitkan talinya, terakhir dilepas dan kau membuang helm itu." Gaara mengetuk pelan helm yang sudah terpasang di kepala Naruto, "Keselamatanmu lebih penting, Naruto."

Naruto memutar bola mata jengah, lihat? Masalah sepele saja sudah dibesar-besarkan. Jangankan pakai helm, kadang Gaara malah datang ke kost-kostannya pagi-pagi hanya untuk menyetrika dan mengancingi baju yang telah dipakai Naruto dengan alasan Naruto selalu ke sekolah dengan tampilan lebih buruk dari preman.

"Kenapa malah bengong Naruto? Bukannya dua puluh menit lagi kita terlambat?"

Tersadar, Naruto mengangguk cepat segera menaikan diri ke motor milik Gaara.

Butuh tujuh belas menit bagi Gaara dan Naruto untuk sampai di lapangan Konohagakure. Begitu sampai pandangan Naruto langsung tertuju pada Kiba dan kakaknya -Hana- yang terlihat gusar berdiri di pintu masuk stadion tenis.

"...Kiba... Nee chan... Gomen ne aku terlambat." Naruto memamerkan cengiran lebar, segera berlari menghampiri Kiba dan Hana, akibatnya Gaara pun jadi ikutan berlari kecil mengikuti Naruto.

"Naruto..." Nafas Gaara sedikit tersenggal-senggal, "...Kau lupa membuka helm."

Naruto memegang kepala kemudian terkekeh pelan. Gaara hanya mendengus lalu membukakan helm tersebut.

"Kenapa kau selalu lupa hal sepele, sih?"

Hanya tawa kecil yang diberikan Naruto pada Gaara sebagai jawaban, ia membiarkan Gaara membukakan helm tersebut. Begitu selesai dibuka, Naruto merasakan nyeri di kepalanya, satu jitakan mendarat dengan mulus.

Ulah Hana.

"...Sakit Nee chan..." Naruto meringgis sambil mengelus bekas jitakan tersebut yang sedikit lagi mungkin akan muncul benjolan. "Kenapa Gaara tidak dijitak juga?" Naruto mencicit perlahan sambil memajukan bibir.

"Jangan bawa-bawa Gaara-kun! Itu hanya berlaku untuk keterlambatan mu, bodoh." Suara Hana terdengar kesal, "Sekarang bergegas keruangan ganti." Satu tarikan kasar Hana mengejutkan Naruto.

Mereka bertiga ditambahkan Gaara berlari-lari kecil menuju ruang staff. Gaara? Jangan bertanya lagi, tentu saja Gaara ikut masuk menjadi ball person dengan alasan ingin mengawasi Naruto dan Kiba. Naruto dan Kiba meringgis, mereka kan bukan bayi lagi yang harus selalu diawasi. Tapi, hitung-hitung Gaara bisa berguna sebagai penengah disaat Hana memarahi mereka.

~ナルトはサスケへ~

Naruto mempercepat langkah kaki, mengikuti Kiba dan Gaara yang telah lebih dahulu masuk ke lapangan. Rapat tadi berlangsung tiga puluh menit lebih, kurang lebih menjelaskan tugas-tugas ball person. Naruto yakin semenjak otak Gaara itu jenius, sekali dijelaskan pasti langsung mengerti. Beda dengan dirinya dan Kiba, walau Hana -nee sudah menjelaskan sampai berbusapun mereka tak mengerti. Yang Naruto pahami ya, tugas ball person itu cuma memungut bola, memberikan bola untuk di servis pemain dan menyerahkan handuk bagi pemain ketika mereka membutuhkan atau beristirahat sebentar. Lebih baik tahu sedikit kan, dari pada tidak sama sekali?

Yosh! Naruto berjanji akan bekerja sebaik-baiknya demi uang tambahan dan demi lima mangkuk ramen!

Langkah kaki Naruto terhenti ketika mendengar bunyi bola yang terpantul dilantai. Pandangan matanya menangkap seorang pemain muda sedang men-dribble bola tenis tersebut dengan reket melekat ditangan. Pemuda tinggi semampai, mungkin seumuran dengan dirinya, berbadan atletis, berkulit putih pucat dengan rambut hitam yang terlihat indah dan terawat. Naruto seolah terhipnotis, ia terus memandangi pemuda tersebut sampai pemuda itu menoleh dan pandangan mereka bertemu.

'Shit! Dia tampan ttebayo!' Naruto mengerutu dalam hati.

"NARUTO!" Kiba setengah berteriak sambil berlari kearah Naruto, "Kau bodoh! Ball person sudah harus masuk lapangan." Kiba menjewer telinga kanan Naruto,"Kenapa malah kau masih mematung disini, huh?!"

Naruto tertawa kecil sambil mengosok tengkuknya, kehilangan kata-kata untuk membalas. Kiba sendiri bersusah payah menyeret Naruto masuk ke lapangan, sedangkan mata biru itu tak lepas dari petenis muda dengan mata hitam pekat yang juga tetap menatap Naruto dengan wajah datar.

~ナルトはサスケへ~

Uchiha Sasuke.

Nama petenis muda yang saat ini tengah bertanding dan orang yang sama yang tadi dijumpai Naruto. Petenis yang telah masuk dalam peringkat lima besar se-dunia dalam kurun waktu dua tahun. Salah satu petenis unggulan Konoha saat ini. Kira-kira itulah yang dia dengar, sebelum Uchiha Sasuke masuk ke lapangan.

Naruto memilih untuk lebih memfokuskan diri ke lapangan, daripada mengamati pemuda tampan yang sedang sibuk mengembalikan bola lawan itu.

Ya, saat ini masih berlangsung pertandingan. Sasuke telah meraih set pertama dengan skor 6-2, sekarang berlangsung set kedua, Sasuke sudah meraih poin 5-1 dan servis sedang dilakukan oleh lawan. Naruto menjadi ball person di pinggir lapangan.

Naruto sangat bersyukur ia bukan pemungut bola yang duduk di samping net. Kalau tidak konsentrasinya bakal seratus persen terganggu. Bagaimana tidak? Lihat sekarang saja, walaupun Sasuke sedang membelakangi, aura ketampanan Sasuke masih menyeruak. Parahnya lagi saat ini peluh sudah membasahi tubuh Sasuke dan lihat, otot-otot bisep terlatih tercetak dimana-mana, seolah-olah memanggil-manggil minta disentuh oleh otot-otot itu.

Double shit buat Uchiha Sasuke hari ini!

Naruto yakin dia bukan lagi bi saat ini, tapi gay! Hanya karena otot-otot Uchiha Sasuke saat berkeringat? Damn! Waktu ia mengaku bi saja sudah diceramahi berjam-jam oleh Gaara, apalagi gay? Gaara pasti berceramah sampai berminggu-minggu. Bukan Gaara tidak suka hubungan seperti itu, hanya saja Gaara terlalu takut Naruto dikucilkan atau di bully oleh mereka yang masih berpikiran kalau hubungan seperti itu masih aneh atau bahkan menjijikan.

Suara gemuruh pertanda kekecewaan penonton mengagetkan Naruto dari khayalan tentang otot-otot Sasuke dan kemungkinan ceramahan panjang apa yang akan diberikan Gaara nanti.

Pengembalian bola Uchiha Sasuke gagal melewati net, hal yang menyebabkan suara riuh penonton tadi. Padahal tinggal satu poin dan Sasuke memenangkan pertandingan.

Tersadar kalau bola yang gagal tadi, dipukul cukup keras sehingga terpantul dan bergulir kearah belakang, Naruto segera berlari ingin memungut bola yang kebetulan menuju ke arahnya.

Naruto kembali gagal fokus.

Sasuke juga berjalan mendekat kearahnya, mungkin mau meminta handuk pada ball person lain yang juga berdiri di belakang.

Tak mau melewatkan kesempatan, Naruto memilih mencuri-curi pandang, melihat wajah Sasuke yang tengah meneteskan keringat.

Bahkan keringat Sasuke seperti terlihat sparkling.

Kamisama! Dia terlalu tampan ttebayo! Sadar dengan pikiran sendiri, Naruto menggeleng kepala keras berusaha untuk tetap fokus, lalu membungkuk untuk memungut bola.

Tapi sayang, Naruto salah memprediksi langkah kaki, karena fokus yang belum sepenuhnya kembali dan kaki kirinya malah berhasil menendang bola itu semakin menjauh.

Triple shit! Kali ini untuk kaki bodoh yang tidak bisa diajak kerja sama.

Naruto segera berlari mengejar bola yang sekarang malah bergulir menjauh.

BRUUKK...

Merasa menabrak tembok besar dan kehilangan keseimbangan, Naruto menutup mata erat-erat membiarkan tubuhnya terjatuh.

"Eh?" Iris biru milik Naruto mengerjap bingung, heran tidak merasa sakit. Perlahan-lahan membuka iris biru milik lebih lebar.

Oh wow! Jantungnya sedang menabuh drum.

Demi Kami-sama! Ia dan Sasuke terjatuh dengan posisi sangat ambigu. Bagaimana tidak? Ia jatuh menimpa Sasuke. Wajah mereka sangat dekat, Naruto bersumpah hembusan nafas hangat Sasuke bisa dirasakan wajahnya! Dan lihat ada tato berbentuk tiga tomoe di leher jenjang itu.

Segera tersadar, Naruto beranjak bangun tapi, gagal paham dengan tubuh sendiri, kenapa disaat seperti ini ia tidak bisa bergerak sama sekali? Salahkan mata hitam Sasuke yang begitu mempesona, seolah menahan untuk tidak bergerak.

Suara bisik-bisik penonton membuat Naruto merasa ada sedikit kekuatan, ia segera menarik badan menjauh.

"...Eh?" Sekali lagi Naruto mengerjap bingung dilatar belakangi wajah bodohnya. Demi apa, ia merasa seperti ditarik kembali seolah-olah ingin tetap diposisi itu? Naruto mengedarkan pandangan kearah tangannya.

Tangan tan itu ditarik dan diremas kuat oleh Sasuke.

"...A...ano... Ma-Maaf Uchiha-san? Bisa tolong le-lepaskan ta-tanganmu?" Naruto mengigit lidah. Tadi kaki bodohnya yang tidak bisa bekerja sama, sekarang malah ia benar-benar merasa semakin terlihat bodoh dengan gaya bicara yang gagap.

"Uchiha-san? Pertandingan harus segera dimulai." Ia mencoba berbicara seramah mungkin saat Sasuke masih menarik pergelangan tangannya.

"...Kau..." Suara Sasuke terdengar.

Ah Suaranya saja bahkan sangat indah! Naruto yakin itu suara terindah yang pernah didengar! Menggelengkan kepala keras berusaha menghilangkan pikiran yang sudah kemana-mana, Naruto kini menelan ludah keras dan berusaha menenangkan debaran jantung. Ia yakin Sasuke bahkan bisa mendengar tegukan dan debaran jantungnya saat ini.

Seolah tersadar, Sasuke melepaskan genggaman tangan itu. Membiarkan Naruto berdiri. Beberapa ball person bahkan berlari kearah mereka untuk membantu termasuk Gaara. Iris hijau itu menatap Naruto penuh kecemasan layaknya ibu-ibu yang mendapati anaknya baru saja di culik. Naruto hanya tertawa hambar dan membiarkan Gaara membersihkan debu dipakaiannya, lalu mengedarkan pandangan kearah Kiba yang kini menatap dengan tatapan tajam menusuk dan mulut berkomat-kamit, Naruto yakin, Kiba saat ini sedang menyebut segala jenis nama makhluk di kebun binatang dengan pita spesial sebagai hadiah untuk dirinya.

"Setelah ini temui aku di ruanganku!"

Naruto merasa kiamat saja begitu mendengar kata-kata Sasuke barusan.

~ナルトはサスケへ~

Naruto berdiri di depan ruang ganti pemain, lebih tepatnya ruang ganti Uchiha Sasuke. Giginya tak berhenti mengigiti kuku-kukunya, semakin memikirkan kemungkinan yang dilakukan Sasuke begitu melihat dirinya, ia malah gugup menjadi-jadi.

Awalnya dia ingin sekali mengajak Kiba tapi Hana-nee menahan dengan alasan ia harus bertanggung jawab untuk kesalahan sendiri. Dan Kiba, malah sempat-sempat menakut-nakuti.

Gaara? Oh tidak! Gaara sudah lebih dahulu dicoret oleh Naruto. Yang ada Gaara yang bakalan ditenangkan. Untung saja dengan bujukan kalau ia akan pulang tanpa lecet apapun barulah Gaara membiarkan Naruto pergi.

Yeah, dengar-dengar dari Hana-nee sih, Sasuke itu bermulut tajam dan kalau lawan bicaranya tidak tahan, bisa-bisa arena tinju dadakan dibangun.

Mencoba menenangkan diri, Naruto menarik nafas dalam-dalam, mengepalkan tangan erat lalu mengetuk perlahan pintu di depannya.

"Uzumaki-san?" Suara pria berambut perak dengan masker menyambut begitu pintu terbuka. "Sasuke sudah menunggumu. Masuklah."

Naruto mengangguk perlahan, "...Naruto saja..Terima Kasih... Um..."

"Kakashi... Hatake Kakashi..."

"..Ya... Terima kasih Kakashi-san."

Pria itu tersenyum, kemudian menoleh ke belakang, "Sasuke? Naruto-san sudah disini." Kakashi kembali menatap Naruto.

"Aku pergi dulu Naruto-san. Rukun-rukunlah dengan Sasuke."

Belum sempat Naruto menahan Kakashi, pria berambut perak itu sudah menutup pintu dan meninggalkan Naruto yang berdiri kaku.

Oh! Kali ini ia pasti dipecat dan tidak mendapat bayaran. Selamat tinggal bayaran, selamat datang kembali jalan kaki. Naruto meringgis memikirkan nasip malangnya.

"...Kau..."

Suara bariton yang tadi terdengar indah, sekarang malah terdengar seperti nyanyian maut.

Menghembuskan nafas sekali lagi, Naruto membalikan badan patah-patah ke arah Sasuke.

"...Selamat sore, Uchiha-san..."

Sasuke mendengus, "Katakan apa mau mu?"

"...Huh?!" Seketika gugup Naruto hilang diganti dengan wajah bingung. Bukankah dia yang harus bertanya apa maksud Sasuke memintanya kesini? Walau sudah jelas sih untuk mengomeli dan berakhir dengan dipecat.

Pemuda raven itu berdecak kesal, "Kau salah satu fans fanatikku, kan?"

"...Maaf saya tidak mengerti Uchiha-san." Naruto semakin mengerjap bingung, menggaruk kening kanannya yang mendadak terasa gatal.

Naruto melangkah mundur ketika Sasuke mendekatkan langkah.

Jujur tatapan tajam Sasuke saat ini terasa menakutkan.

"Katakan! Apa kau menyamar menjadi ball person untuk menggodaku?"

"...Huh?!" Naruto sukses melongo, "Maaf Uchiha-san tapi saya memang terdaftar jadi ball person disini, karena ingin mendapat uang tambahan." Berdehem pelan, Naruto berusaha mengembalikan wajah dari melongo ke wajah -sok- tenang. Malu juga kalau petenis muda di depannya ini melihat tampang bodoh miliknya.

Dengan yakin, Naruto menunjukan kartu identitas.

"Jangan berbohong!" Naruto kaget dibentak Sasuke, apa menunjukan kartu identitas adalah kesalahan?

"Sebelum ini, kau menatap aku saat latihan lalu pura-pura menjadi ball person dan menabrak agar bisa menyentuhku, kan?" Lanjut Sasuke. Iris malam itu kembali menatap tajam kearah Naruto.

Kedutan muncul di kening Naruto, mulai terasa kesal. Hana-nee benar! Uchiha Sasuke ternyata sangat pintar membangun 'ring tinju' untuk adu tinju hanya dengan mulut, pikiran picik macam apa itu?

"Maaf mengecewakan anda Uchiha-san." Naruto mengepalkan tangan erat-erat berusaha mengurangi emosi."... Tapi, saya memang ball person asli, apa tanda pengenal milik saya masih belum meyakinkan? Dan maaf atas ketedeloran saya karena menabrak anda." Sekali lagi Naruto menarik nafas, menenangkan saraf-sarafnya. "Kalau tidak percaya, anda tanyakan saja pada panitia. Kejadian itu juga bukan sepenuhnya salah saya, salahkan diri anda dengan ketampanan dan otot bisep yang sangat mempeso-" Crap! Naruto buru-buru menutup mulut.

"...Kau terpesona dengan ketampanan dan otot-ototku?" Sasuke mengernyit.

Naruto menjerit dalam hati sekarang apa yang harus dikatakan lagi? Diri imajinernya sudah menjambak-jambak rambut frustasi.

Dengan tatapan yang semakin tajam, Sasuke semakin mendekat, Naruto semakin melangkah mundur sambil menutupi mulut.

"...Katakan dobe... Katakan kau terpesona dan bukan salah satu fans fanatikku."

Naruto mengerucutkan bibir lalu mendengus, "Saya kan sudah mengatakan sebelumnya Uchiha-san. Saya juga baru mengenal anda siang ta-... APA?! Tadi kau sebut aku apa? Kau sebut dobe, kan?"

Kening Sasuke mengkerut, tapi tetap mengangguk membenarkan, walau sedikit kaget dengan perubahan nada Naruto.

"Temeee! Namaku Uzumaki Naruto bukan dobe, ttebayo!" Naruto menyentakkan kaki dengan keras kelantai.

"Bukan dobe? Oh, jadi namamu usuratonkachi?" Sasuke menyeringai tipis, "Mana yang kau pilih, hn?"

"Arrrgghhhh..." Naruto menjambak rambut kesal, "Cukup sudah! Pecat aku saja! Aku lebih memilih jalan kaki, mendengar ceramahan Gaara atau sekalian saja menjadi aneh dan mengobrol dengan akamaru daripada harus bertemu lagi denganmu, Uchiha Sasuke teme sialan!"

Pintu tertutup dengan bantingan keras tepat di depan wajah Sasuke.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.


Note:

* Wembolden : Pelesetan dari salah satu turnamen tenis.

Idenya muncul dadakan karena nonton siaran ulang pertandingan tenis & entah kenapa tertarik sama ball person. Dan viola, ff ini jadi. Tapi, entah kenapa terasa garing.

Semoga memuaskan.

~9/17/2015~

.

.

.

Best Regards.