My Love Story

Disclameir : Kalau Naruto milik saya udah pasti mas tachi-kun ga bakal di bikin mati #fansmode…

Pairing : SasuNaru, ItaKyuu, ShikaKiba, dll.

Warning : BL, ga jelas, kalau ada typo mohon di maklum jari authornya emang suka kepleset pas ngetiknya xD, ff ngawur bikinan orang amatir yang ga pernah lepas dari ke OOC-an chara-nya. Tidak suka jangan di paksakan membaca silahkan klik back aja... warning berlaku jadi No Bash.

Chapter 5

"Jadi, apa yang ingin anda tanyakan pada saya Hatake-san?" tanya Kiba dengan nada ketus, ia masih kesal karena sahabatnya yang sejak tadi ingin dimarahinya tak kunjung juga datang.

''Sebaiknya jangan disini. Mari ikut saya tuan….''

''Panggil saja saya Kiba.'' Sahut Kiba cepat saat tahu maksud dari pria bermasker di depannya.

''Ah baiklah Kiba-kun, ayo.'' Kiba dengan terpaksa mengikuti langkah Kakashi yang sepertinya akan membawanya keluar dari area perusahaan Sharingan untuk itulah ia pun dengan segera mengirim pesan pada suaminya agar tak mencarinya sementara waktu.

.

.

"Begini tuan Kiba, nyonya saya tempo hari hampir saja di celakai orang-orang jahat saat itu ada seorang pemuda yang menolongnya dan dia bernama Itachi, apa anda mengenalnya?" tanya Kakashi.

''Jika yang Hatake-san maksud adalah Uzumaki Itachi adik dari sahabatku aku memang mengenalnya.'' Jawab Kiba.

"Uzumaki?"

''Ya, dia bermarga Uzumaki. Dia adalah anak kedua dari Uzumaki Kushina, ibu dari sahabatku.'' Ujar Kiba, Kakashi mengangguk-anggukan kepalanya dengan jari telunjuk yang di taruh di bawah dagunya, mencerna setiap kalimat yang terlontar dari mulut Kiba.

''Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang keluarga Uzumaki ini?"

Kiba terlihat ragu ia menghela nafas sejenak lalu mengangguk, tapi tentu saja ia tak akan sembarangan memberi informasi tentang keluarga sahabatnya itu ia hanya akan memberitahu sedikit tentang latarnya.

''Baiklah…''

.

.

Naruto berlari di sepanjang korodir rumah sakit begitu ia mendengar kabar tentang sang ibu yang tiba-tiba pingsan saat pulang kerumah mereka, Naruto begitu di kabari oleh Iruka-tetangga sebelah rumahnya- ia langsung meminta ijin pada Sasuke untuk melihat keadaan sang ibu, Sasuke memang memberinya ijin namun dengan syarat dia harus ikut yang mau tak mau harus di setujui oleh si pirang.

''Dokter." Panggil Naruto saat melihat seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar pasien yang di yakini adalah kamar tempat ibu Naruto di rawat, dokter wanita itu menoleh kearah Naruto ia yang semula akan kembali keruangannya pun harus berhenti.

''Anda putra dari nyonya Uzumaki Kushina?" tanya dokter wanita berambut pirang yang memiliki ukuran dada lumayan besar.

''Ya saya putra dari pasien bernama Uzumaki Kushina." Jawab Naruto.

''Kalau begitu mari ikut saya keruangan saya." Ajaknya, Naruto menurut lalu iapun mengikuti langkah kaki sang dokter begitu pula dengan Sasuke yang sepertinya agak 'kepo' dengan kehidupan Naruto dan sepertinya akan ada hal yang membuatnya bisa mendekatkan dirinya dengan sipirang.

.

Lama Naruto berada diruang sang dokter yang menjelaskan seputar penyakit sang ibu dan Naruto pun harus terkejut dengan kondisi sang ibu, Uzumaki Kushina di vonis menderita tumor di kepalanya dan itu membutuhkan biaya operasi yang sangat besar untuk mengangkat penyakit itu dan Naruto sangat kebingungan untuk mencari biaya yang pastinya sangat besar itu.

Naruto termenung di depan pintu kamar rawat sang ibu, pikirannya campur aduk tentang apa yang harus dilakukannya untuk bisa mendapatkan uang banyak lalu mengoperasi sang ibu, sungguh ia sangat menyayangi sang ibu dan tak ingin kehilangan wanita itu apapun yang terjadi.

''Kenapa hanya melamun apa kau tak ingin masuk kedalam lalu melihat kondisi ibumu?" Sasuke bertanya di tengah lamunan sang Uzumaki sulung.

''Ah kau benar, ayo masuk.''

Sasuke mengkuti langkah kaki Naruto, dapat dilihatnya sosok wanita yang berambut merah kini sedang terbaring di sebuah ranjang, wanita itu menoleh kearah Naruto seraya menampilkan senyuman khasnya yang membuat dada Sasuke terasa hangat, ah andai ibunya juga bisa bersikap seperti itu padanya mungkin ia akan sangat bahagia, ya karena semenjak adiknya menghilang sikap hangat sang ibu pun seolah ikut menghilang.

''Naru-chan, kau tidak bekerja?" tanya Kushina.

''Aku sudah mendapat ijin dari bosku Kaa-san, dan ini adalah bosku namanya Uchiha Sasuke.'' Naruto pun memperkenalkan Sasuke pada sang ibu.

''Salam kenal nyonya, saya Sasuke dan saya merupakan atasan Naruto di tempatnya bekerja.'' Ucap Sasuke sopan saat memperkenalkan dirinya.

''Saya Uzumaki Kushina ibu dari Naru-chan."

''Saya baru menyadari satu hal dari anda nyonya, ternyata kecantikan Naruto itu menurun dari anda.'' Sasuke mulai mengeluarkan kalimat-kalimat sanjungan yang biasa ia gunakan untuk menjerat pesona para gadis diluaran sana.

''Hei jangan bergurau, aku ini laki-laki tulen ttebayo.'' Geram Naruto tak terima sedangkan sang ibu hanya tersipu di puji seperti itu.

''Tapi kau memang sangat cantik dobe, aku bahkan mengira jika kau adalah seorang gadis saat pertemuan pertama kita tempo hari yang lalu.'' Ucap Sasuke dengan seringai mengejeknya.

Naruto membuang wajahnya kesamping dengan kedua pipinya yang di kembungkan, 'ck dasar teme sialan' umpatnya dalam hati.

'' Kaa-san sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kaasan bisa seperti ini?" tanya Naruto yang sepertinya sengaja mengalihkan pembicaraan, dan lagi ia memang sedikit penasaran.

Kushina tersentak, ia ingat kejadian sebelum ia pingsan beberapa jam yang lalu tepatnya saat ia masih berada di perjalanan pulang

Flashback

Kushina sedang berjalan menuju halte bus yang akan langsung menuju rumahnya, saat hendak menyebrang sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi dan hampir saja menabraknya jika mobil itu tak segera menghentikan lajunya.

Setelah mobil benar-benar berhenti dari dalam mobil munculah sosok berambut jingga yang Kushina yakin seusia putra sulungnya lalu di susul sosok berambut pirang bermata biru yang Kushina tentulah masih ingat akan sosok yang pernah mengisi kehidupannya

Baik Kushina maupun sosok yang ternyata adalah Minato itu tak ada yang bergerak, keduanya terlalu terkejut dengan pertemuan tak terduga ini.

''Kushina.'' Gumam Minato yang langsung membuat Kyuubi berjengit dan langsung menatap sosok Kushina dengan tatapan sulit diartikan.

''Minato, ti-tidak mungkin.'' Lirihnya, ia kembali merasakan perasaan sesak didadanya dan juga kepalanya mendadak menjadi pusing.

'Aku tak percaya dia adalah anakku, kau sendiri yang mengatakannya di telephone waktu itu jika kau melahirkan anak perempuan dan bukan laki-laki, jadi katakan padaku anak siapa dia?'

Sekelebat ingatan dimasalalu menyelinap masuk dalam memori otaknya, ia ingat jika saat itu adalah saat ia dan suaminya bertengkar hebat untuk mempertahankan Itachi.

'Lagipula di keluarga Namikaze tidak ada keturunan yang memiliki rambut dan mata berwarna hitam, begitu juga di keluargamu bukan, kecuali jika kau sebenarnya telah berselingkuh dengan seseorang.'

Kushina membekap kedua mulutnya, ia sudah lama mengubur ingatan masalalunya itu, namun tampaknya kali ini ia harus kembali mengingat lembaran kelam itu setelah bertemu dengan mantan suaminya dan juga sosok pemuda yang ia yakin adalah putranya Kyuubi saudara kembar Naruto.

'Minato kumohon jangan pergi, jangan pisahkan aku dengan mereka.'

'Aku akan tetap pergi jika anak itu masih ada dirumah ini, dan aku akan membawa anak-anakku pergi dari hidupmu selamanya Kushina'

'Kau boleh membawa Kurama pergi tapi jangan berharap kau bisa membawa Naruto keluar dari rumah ini walau hanya satu langkahpun, aku pun berhak atas anakku walau kita sudah berpisah karena bagaimanapun juga aku yang melahirkan mereka, kau harus ingat itu.'

'Baiklah jika itu memang permintaanmu.'

Kushina tak kuasa menahan airmata yang sedari tadi sudah tak terbendung ia lalu berbalik pergi tanpa mengucapkan apapun pada dua orang yang amat sangat dirindukannya.

'Kurama maafkan kaa-san.' Batinnya lirih sambil terus berlari walau sebuah rasa sakit yang menusuk di kepalanya mulai makin terasa.

Flashback off

"Kaa-san kenapa malah melamun saja?" tanya Naruto, Kushina tersentak kaget lalu mengulurkan tangannya yang tak di infus, di belainya surai pirang sang anak dengan lembut seraya tersenyum hangat.

''Kaa-san hanya teringat ketika kau masih kecil, Naru-chan.'' Jawab Kushina yang sebenarnya bukan jawaban yang diinginkan oleh sang anak.

"Kaa-san selalu saja mengelak," ketusnya dengan nada merajuk, Kushian dibuat gemas oleh tingkah sang anak.

''Gomenne Naru-chan, ah apa kau sudah menghubungi Ita-chan?" Kushina mengalihkan perhatian Naruto.

''Kaa-san benar, untung aku segera diingatkan.'' Katanya seraya menepuk keningnya dengan sebelah tangan, buru-buru ia merogoh saku seragamnya lalu mulai mencari kontak dengan nama Itachi di daftar kontaknya lalu menekan tombol 'call', tak lama sang adik menjawab sambungannya.

Lama Naruto bercakap di telphone dengan sang adik hingga berselang beberapa menit Naruto menutup sambungannya dengan sang adik.

''Tachi bilang ia akan segera kemari sebentar lagi, dan ia terdengar sangat panik sekali.'' Ujar Naruto pada Kushina.

Kushina tersenyum sendu walau pada kenyataannya Itachi bukanlah putra kandungnya tapi ia begitu menyayangi pemuda itu, ia tak pernah menyesal pernah mempertahankan bayi yang di angkat anak olehnya itu toh Naruto juga tidak tahu hal yang sebenarnya tentang sang adik atau lebih tepatnya adik angkatnya karena Kushina tak penah mau menganggap jika Itachi adalah anak pungut.

Sepuluh menit kemudian Itachi datang dengan wajah panik luar biasa ia pun tanpa basa-basi langsung membrondong sang Ibu dengan berbagai pertanyaan begitu pula dengan Naruto yang tak luput dari pertanyaan menggebu-gebu sang adik.

''Apa ada cara supaya Kaasan bisa sembuh?" tanya Itachi setelah keadaannya sedikit tenang.

''Ya, Kaasan harus segera di operasi, dan itu membutuhkan biaya yang sangat besar.'' Jawab Naruto dengan wajah suram mengingat nominal yang harus di bayarnya untuk operasi sang Ibu.

''Lalu kita harus bagaimana? Uang sebanyak itu kita tidak punya.'' Itachi mengeluh, andai ia sudah lulus kuliah pasti ia akan dengan senang hati bekerja keras lalu mengumpulkan uang yang banyak untuk operasi sang Ibu walau mustahil akan di dapatnya dalam waktu singkat.

''Kau jangan khawatir, nii-san akan mengusahakannya secepat mungkin.'' Ucap Naruto namun terdengar ragu.

''Tapi…''

''Percaya pada anikimu ini.'' Itachi mau tak mau mengangguk ia hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk keluarganya dan semoga saja Naruto bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Ibu mereka walau sepertinya akan sangat sulit tapi apa salahnya jika mencoba kan?.

Sasuke diam-diam memperhatikan pemuda yang sedari tadi berbicara dengan Naruto, kedua alisnya mengerut tanda jika ia berusaha mengingat sesuatu tentang sosok pemuda itu, ia merasa seperti pernah melihatnya dan saat ia sepertinya sudah menemukan jawabannya ia pun menghela nafas.

'Oh jadi orang yang pernah membuatku cemburu itu adalah adiknya.' Batin Sasuke lega karena merasa jika ia sudah tak memiliki saingan sekarang.

Itachi menghampiri sang Ibu lalu meraih sebelah tangannya, ''Kaasan, semoga cepat sembuh, do'akan semoga Naru-nii bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Kaasan.'' Ucapnya seraya mengecup punggung tangan Kushina.

Kushina tersenyum penuh haru ia mengusap surai raven Itachi, ''Tentu saja anakku.''

Airmata wanita itu kembali mengalir kala menatap wajah Itachi, ia pun jadi teringat kembali hari dimana ia menemukan Itachi yang sebenarnya saat itu masih bersama Ibu kandungnya yang entah masih hidup atau tidak.

Flashback

Seorang wanita bersurai merah berjalan sendirian melewati jalan di dekat hutan yang cukup gelap, berbekalkan sebuah senter dan payung setidaknya sudah cukup baginya untuk melewati area sekitar hutan.

Wantia itu baru saja berkunjung kemakam putrinya yang meninggal saat di lahirkan olehnya, setiap satu bulan sekali ia memang rajin berkunjung hanya untuk melepas rasa rindunya, ia terlalu menyayangkan kepergian sang anak terlebih ia adalah putri satu-satunya karena sebelumnya ia melahirkan bayi kembar dan keduanya berjenis kelamin laki-laki.

Uzumaki Kushina –nama wanita itu- menghentikan langkahnya saat mendengar sebuah suara tangisan bayi di dalam hutan dan juga rintihan kesakitan seorang wanita, ia awalnya merasa takut namun rasa penasaran mengalahkan semuanya, dengan langkah mantap ia mengikuti asal suara tangisan itu.

"To…long…" Kushina terkejut begitu melihat sosok wanita seusia dengannya melangkah terseok sambil menggendong bayi di tangannya, hampir sekujur tubuhnya berlumuran darah atau mungkin tanah lumpur karena cuaca hujan yang menjadi penyebabnya.

''Nyonya apa yang terjadi pada anda?" tanya Kushina pada wanita itu.

''Itachi…to…long..selamat…kan..Itachi.'' ucap wanita yang ternyata adalah Mikoto itu seraya menyerahkan bayinya tak lama tubuh lemah itu ambruk ketanah.

Kushina panik ia pun bergegas keluar hutan untuk meminta pertolongan, ketika ia sudah berada di luar hutan ia melihat segerombolan orang-orang berbaju hitam, dengan mantap ia melajukan langkahnya untuk menghampiri mereka lalu meminta tolong pada mereka.

''Kita harus segera menemukannya, misi kita tidak boleh gagal untuk melenyapkan keluarga itu.'' Ucap salah satu dari pria itu.

Langkah Kushina berhenti, ia memilih bersembunyi di balik pohon untuk mendengarkan percakapan orang-orang itu.

"Ck, padahal kita sudah membuat mobilnya masuk jurang tapi tetap saja mereka bisa selamat, cepat kau temukan wanita itu dengan bayinya dan aku akan mencari suami dan anak pertamanya.'' Titah pria berwajah sangar itu memberi perintah, para anak buahnya mengangguk patuh mereka pun membagi dua kelompok.

Kushina terhenyak lalu bernafas lega, beruntung ia tak jadi meminta tolong pada orang-orang itu karena ia yakin wanita dan bayi yang di maksud mereka adalah wanita yang terluka itu dan juga bayi yang di gendongnya.

''Sepertinya aku harus segera menolong nyonya itu sebelum mereka menemukannya.'' Gumamnya, ia pun bergegas ketempat dimana ia bertemu dengan Mikoto.

Tiba di tempat yang ia tuju, Kushina kembali di buat terkejut karena begitu sampai ia tak menemukan keberadaan Mikoto dimana pun, ia terus mengedarkan pandangannya kesekelilingnya dengan mengunakan senter kecil di tangannya namun sosok Mikoto tak di temukan dimanapun.

Kushina terus mencari namun tetap nihil hingga akhirnya ia menyerah dan bergegas pulang kerumahnya karena bagaimanapun ia juga memiliki anak-anak yang sedang menunggu kepulangannya.

Sesampainya di rumah dirinya disambut kedua putranya, Naruto dan juga Kurama, ya, hanya kedua putra kembarnya saja karena sang suami sedang tidak ada dirumah karena urusan bisnis yang sedang di jalaninya.

''Kaacan, ciapa adik bayi itu?" tanya Naruto antusias.

''Dia uhm dia, aaa. adik. kalian yah, dia adalah adik kalian apa kalian lupa?"

Naruto memiringkan kepalanya, ''Apa dia Naluko-chan?"

''Bukan Naru-chan, namanya Itachi.''

''Tapi …''

Belum sempat Naruto berbicara lebih banyak, bayi digendongan sang Ibu menangis keras.

''Lihat Naru-chan membuat Ita-chan menangis, cup cup cup.'' Kushina mencoba menenangkan Itachi yang tak mau berhenti menangis.

Naruto terlihat merasa bersalah ia pun menundukan kepalanya lalu meminta maaf pada adiknya, ''Gomene.'' Naruto berujar pelan namun bisa di dengar oleh Kushina, wanita itupun merendahkan tubuhnya lalu menyodorkan tubuh mungil Itachi.

''Ayo Naru-chan usap kepalanya lalu minta maaf.''

''Gomene Tachi-chan, Nalu-nii janji akan cayang pada Tachi-chan.'' Ucapnya sambil mengsap surai raven Itachi dan ajaibnya sang bayi langsung tenang saat mendapat usapan sayang di kepalanya.

''Nah, Kurama-chan juga apa tidak mau mengusap Ita-chan?" tanya Kushina pada sosok mungil berwajah mirip Naruto bedanya ia bersurai jingga dan tidak memiliki 3 garis halus di kedua pipinya.

''Uhmm.'' Gumamnya lalu mengikuti apa yang di lakukan oleh kembarannya.

'Mulai saat ini kau adalah bagian dari keluarga kami, Itachi.' Batin wanita bersurai merah itu.

Flashback off

Terkadang Kushina selalu berpikir apakah keluarga Itachi masih hidup atau tidak, apakah selama ini mereka selalu berusaha mencarinya atau tidak, karena ia pun selalu mendapatkan firasat jika ia suatu saat nanti akan kehilangan sang anak angkat, ia tidak rela jika sampai itu terjadi, dan ketakutan akan kehilangan Itachi mulai kembali ia rasakan saat ia melihat wajah Sasuke yang notabene adalah boss anak sulungnya.

''Berjanjilah Ita-chan, jangan pernah meninggalkan Kaasan.'' Gumam Kushina yang tak begitu di dengar oleh Itachi.

''Kaasan bicara apa?" tanya si raven bingung.

''Ah tidak, oh ya dimana anikimu?" Kushina balik bertanya, Itachi melihat sekitarnya dan benar saja sepertinya Naruto yang seharusnya keberadaan sang kakak tak jauh darinya.

''Mungkin Naru-nii sedang pergi kekantin.''

''Pasti dia sudah lapar sekali.'' Timpal sang Ibu.

.

.

Naruto duduk termenung dikantin rumah sakit, ia terus memikirkan cara untuk memperoleh uang yang banyak agar secepatnya sang Ibu bisa di operasi.

''Apa aku pinjam uang saja pada Kiba, tapi…'' Naruto benar-benar kebingungan sekarang dan satu-satunya orang yang memang bisa membantunya hanya orang yang saat ini tengah menikmati secangkir kopi hitam di sebrang sana.

Ya siapa lagi jika bukan bossnya, mereka memang tak duduk berdekatan karena Sasuke lebih memilih duduk dekat dengan taman rumah sakit sedangkan Naruto dekat dengan kedai ramen yang memang kebetulan ada di sana.

''Apa aku bisa meminjam uang padanya, tapi ini terlalu besar dan pasti akan membutuhkan waktu sangat lama untuk melunasinya.'' Gumamnya, dengan gusar Naruto mengacak-acak surai pirangnya kasar dengan kedua tangannya.

''Jangan bertingkah seperti orang bodoh, dobe.'' Naruto mendelik tajam pada sosok yang baru saja mengatainya 'dobe'.

''Apa kau bilang bos teme sialan.'' Sergah Naruto dengan aura mematikan disekitarnya yang sayangnya tak akan berpengaruh pada sosok yang kini sudah duduk anteng di sampingnya.

''Kau tampak kacau, dan bukankah seharusnya kau mencari biaya untuk Ibumu." Ucapnya dengan seringai aneh yang menghiasi bibirnya.

Naruto tertohok mendengarnya, "Ya aku sedang memikirkannya sekarang.'' Ketusnya.

''Dan biar kutebak kau pasti tak memiliki pilihan lain selain meminta bantuan padaku kan?'' tebaknya seolah ia bisa membaca pikiran sipirang walau memang ada benarnya.

''Jika memang iya.'' Nada bicara Naruto sedikit meninggi dan juga menantang, Sasuke semakin melebarkan seringainya yang kini terkesan licik.

''Mudah saja, aku bukan hanya meminjamkannya dobe, tapi aku akan memberikannya secara Cuma-cuma.'' Naruto mengerutkan keningnya ia merasakan sebuah firasat tak baik dari ucapan Sasuke.

''Apa maksudmu?"

''Ya, kau hanya perlu…." Sasuke mendekatkan bibirnya ketelinga Naruto membuat iris biru milik Naruto membola.

.

.

Mikoto berjalan gelisah di dekat ranjang tidurnya, ia sedang menunggu kabar dari asisten pribadinya Kakashi Hatake yang sampai saat ini belum memberikan kabar sama sekali padanya.

Tok tok tok

Mikoto agak terkejut saat mendengar ketukan dipintu kamarnya, ''Siapa?"

''Ini saya Mikoto-sama, Kakashi Hatake.''

''Silahkan masuk, bagaimana apa kau sudah mendapatkan informasinya?" tanya Mikoto langsung begitu melihat sang asisten masuk kedalam kamarnya.

''Sesuai permintaan anda Mikoto-sama, ini data pemuda yang anda maksud semoga anda puas.'' Ucapnya.

''Arigatou Kakashi.'' Ucap Mikoto yang di balas anggukan oleh Kakashi.

Wanita berambut raven itu dengan semangat membuka map coklat yang berada ditangannya, ia pun mulai membaca biodata pemuda yang ternyata adalah Itachi.

"Usianya 22 tahun, persis seperti usia anaknya.'' gumam Mikoto lalu matanya beralih pada beberapa lembar poto yang sudah di pegangnya juga, wanita itu langsung tersenyum lalu mengusap wajah Itachi di selembar poto yang merupakan potret pemuda tersebut yang entah bagaimana sang asisten bisa mendapatkannya.

''Bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini Kakashi?"

''Saya mendapatkannya dari sumber yang bisa di percaya, dan kebetulan ia adalah orang terdekat kakak dari pemuda itu Mikoto-sama, dan poto yang anda pegang itu adalah beberapa poto yang kebetulan ia simpan di ponselnya, saya sengaja memintanya agar tidak salah orang Mikoto-sama.'' jawabnya seraya menggaruk tengkuknya yang di yakini sebenarnya tidak gatal.

Mikoto melihat-lihat tiap lembar poto yang berisi potret Itachi yang sedang merangkul pemuda berambut pirang dan juga coklat lalu disisi Itachi ada sosok wanita bersurai merah yang ikut tersenyum seraya menggandeng lengan pemuda berambut pirang, onix Mikoto membola ia tentu saja sedikit banyaknya mengingat sosok bersurai merah itu.

Kakashi tersentak melihat perubahan raut wajah sang majikan, ''Ada apa Mikoto-sama, apa saya melakukan kesalahan?" tanya sang asisten takut-takut.

''Wa..wanita ini…"

Tbc

Akhirnya keupdate juga nih ff, mohon maaf jika lambat pake banget dan juga kurang memuaskan, kimi sadar kok ff ini masih banyak kekurangan..

makasih buat yang udah review namun jarang kebales hehehe ucapan semangat kalian buat kimi mampu melanjutkan ff ini *walau ngaret*, sampai jumpa part depan.. byeeee

Btw kalo ini di bikin mpreg, ada yang setuju kah? Silahkan balas di kotak review…