My Love Story
Disclameir : Kalau Naruto milik saya udah pasti mas tachi-kun ga bakal di bikin mati #fansmode…
Pairing : SasuNaru, ItaKyuu, ShikaKiba, dll.
Warning : BL, ga jelas, ff ngawur bikinan orang amatir yang ga pernah lepas dari ke OOC-an chara-nya, buat yang anti homo atau cerita buatan saya mohon jangan di baca saya sudah kasih warning ya.
a/n : ff ini sebenarnya request-an salah satu reader kimi di fandom anu tapi berhubung kimi lagi ngebet ngeramein fandom ini maka kimi jadiin versi SN dulu dengan beberapa perubahan, moga para reader berkenan membacanya sekaligus menilai ff aneh buatan kimi ^^…
Tidak suka jangan di paksakan membaca silahkan klik back aja... warning berlaku jadi No Bash.
Chapter 1
Di suatu pagi yang cerah seorang pemuda manis berperawakan mungil sedang berjalan di sisi jalan sambil memegang sebuah map berisi surat melamar pekerjaan, Uzumaki Naruto itulah namanya seorang pemuda berambut pirang jabrik bermata sebiru langit musim panas dengan tiga garis halus di kedua pipinya, usianya baru memasuki tahun ke 24 namun ia belum mendapat pekerjaan sejak lulus dari kuliahnya, dan kini ia sedang mencari peruntungan di sebuah perusahaan bernama Sharingan corp yang menurut sahabatnya Inuzuka Kiba, disana sedang ada lowongan pekerjaan sebagai OB atau kepanjangannya Office Boy, Naruto yang memang sangat membutuhkan pekerjaan tentulah merasa senang tak peduli apapun propesinya asal ia bisa di terima itu sudah lebih dari cukup.
Tinnn
Ckit
"Hei!" pekikan keras terdengar dari bibir tipis Naruto, pemuda pirang itu jatuh tersungkur saat sebuah mobil ferrari berwarna biru tua tak sengaja menyerempetnya atau mungkin pemiliknya yang berpura-pura tidak tahu, Naruto bangkit berdiri dengan wajah merah menahan amarah, beruntung sang pemilik mobil tidak melarikan diri dan mobil itu berhenti tepat setelah menyerempet si pirang.
"Hei, kau cepat turun dari mobilmu!" perintah Naruto dengan raut wajah murka dengan telunjuk yang mengarah pada mobil tersebut.
Sang pemilik membuka pintu mobil lalu munculah sosok tampan nan rupawan bertubuh kekar dan tegap dari dalam mobil, sosok tampan berambut raven mencuat mirip pantat ayam itu lalu menghampiri Naruto.
"Ada masalah?" tanya si raven datar, Naruto mendengus sebal.
"Kau, tidak melihat kakiku lecet karena ulah mobilmu?" Naruto balik bertanya dengan inotasi yang sedikit di naikan.
Si raven memandang Naruto dari ujung rambut hingga ujung kaki, "Hanya lecetkan tidak terluka parah." Ujarnya tak berperasaan.
Naruto menatap tak percaya pada pria dingin tak berperasaan di depannya, hanya lecet katanya? Apa dia tidak tahu jika saat ini si pirang sedang berusaha menahan rasa sakit di pergelangan kakinya.
"Setidaknya kau minta maaf padaku!" teriaknya yang agaknya mengundang perhatian orang-orang yang melewatinya.
Terdengar helaan nafas dari pria raven itu, "Baiklah aku minta maaf. Kau puas, urusan kita selesai aku pergi, bye."
Naruto ternganga, ucapan maaf macam apa itu? Pikirnya, dengan segenap kekesalan Naruto menginjak kaki si raven sebelum ia pergi lalu berjalan melewatinya dengan tampang kesal.
"Hei! Mau kemana kau, cepat minta maaf!" serunya sambil memegangi kakinya yang sakit, Naruto menoleh lalu sesaat kemudian ia memeletkan lidahnya.
"Rasakan, huh." Naruto membuang muka lalu melanjutkan langkahnya kembali.
"Gadis kurang ajar, awas kau jika bertemu kembali." Umpatnya, apa dia tidak sadar jika Naruto adalah seorang laki-laki sama seperti dirinya.
.
.
Pria berambut raven itu berjalan memasuki gedung perusahaan miliknya dengan wajah kesal, mulutnya terus berkomat-kamit mengumpat 'gadis' yang menurutnya kurang ajar padanya, beberapa pegawai kantor yang merupakan bawahannya menatap aneh pada atasannya itu.
"Pagi Sasuke-sama." Sapa salah seorang pegawai di sana, Sasuke Uchiha -nama lengkap pria raven itu- tidak menghiraukan sapaan pegawainya ia terus berjalan sambil mengumpat tak jelas menuju lift yang akan membawanya keruangan miliknya.
Sementara itu dibagian lain perusahaan Sharingan Corp, Naruto dengan senyum cerahnya keluar dari ruang interview. Wajahnya memancarkan rasa puas dan bahagia mengingat di terimanya ia bekerja sebagai OB dan mulai besok ia sudah bisa langsung bekerja.
''Yatta, aku di terima.'' Pekiknya penuh semangat dengan tangan yang meninju keatas.
.
"Aku pulang, Kaa-san, Itachi." Naruto masuk kedalam rumahnya dengan perasaan gembira seraya mencari ibu dan adik laki-lakinya.
"Wah sepertinya anak kaa-san senang sekali." Ucap kaa-sannya yang kini sedang sibuk dengan membuat kue kering di dapur sedangkan adiknya Itachi yang ikut membantu sang ibu hanya tersenyum hangat.
Naruto hanya tinggal bertiga dengan ibu-nya yang bernama Uzumaki Kushina dan adik laki-lakinya Uzumaki Itachi di sebuah apartement sederhana di pinggir kota, Naruto tidak memiliki ayah karena menurut cerita ibu dan ayahnya bercerai saat usia Naruto 3 tahun dan Itachi berusia 1 tahun sehingga keduanya tidak tahu seperi apa rupa ayah mereka.
Sang adik sendiri Itachi meskipun beda usia 2 tahun lebih muda dari Naruto namun memiliki tubuh tinggi dan berisi beda dengan Naruto yang lebih pendek 10 cm dengan tubuh yang ramping dan mungil sehingga sering di kira adiknya Itachi oleh orang-orang baru mengenal mereka.
"Kaa-san, mulai besok aku akan bekerja sebagai OB di sebuah perusahaan besar." Kata Naruto dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, Kushina yang mendengarnya langsung tersenyum bahagia.
"Benarkah? Wah selamat ya, kaa-san harap kamu betah bekerja disana, semangat." Ucap Kushina seraya memberi semangat pada Naruto.
"Memangnya Naru-nii bekerja di perusahaan apa?" tanya Itachi yang berada di samping ibunya.
"Nama perusahaannya Sharingan corp, kalau tidak salah pemiliknya bernama Uchiha Sasuke." Terang Naruto.
"Bukankah itu perusahaan yang sangat terkenal itu, wah Naru-nii kau sangat beruntung bisa bekerja di sana." Kata sang adik, Naruto tersenyum semakin lebar memang benar apa yang di ucapkan Itachi karena menurut cerita Kiba perusahaan itu menggaji para karyawannya dengan gaji yang lumayan besar.
"Kau tahu Tachi, Kiba juga bekerja di sana, dan dia juga yang memberitahuku kalau ada lowongan pekerjaan di sana, pasti menyenangkan sekali." Naruto terus bercerita tentang sosok sahabat yang begitu dekat dengannya sejak SMA hingga keduanya duduk di bangku kuliah.
"Nanti kalau aku sudah lulus kuliah, aku juga ingin bekerja di sana bersama Naru-nii." Ucapnya yang langsung di jawab dengan anggukan oleh kakaknya.
"Tentu saja Tachi, nii-san sangat senang bisa satu tempat kerja denganmu, ah iya aku mau pergi ke toko buku dulu, Tachi kau mau ikut?" ajak Naruto yang tentu saja tak akan di tolak olehnya. Mana mungkin Itachi membiarkan Naruto pergi sendirian ia selalu menjaga sang kakak dari tatapan lapar pria hidung belang di luar sana yang selalu mencoba menggodanya.
"Ya, tunggu sebentar aku mau bersiap-siap dulu." Katanya sambil bergegas kekamarnya dan Naruto –mereka satu kamar- untuk berganti pakaian.
.
.
"Naru-nii, kau mau membeli buku apa?" tanya Itachi setelah sampai di toko buku yang cukup besar dan luas, di telusurinya satu persatu rak buku yang berjejer dengan rapi di sekitarnya.
"Buku resep masakan, aku kan suka sekali memasak." Jawab Naruto.
"Aihh, maa maa~, aku baru ingat jika nii-san cantikku ini sangat pandai memasak." Goda Itachi sambil mencubit pipi Naruto yang agak cubby.
"Hei! Hei! Aku ini tampan dan keren tau, huh." Protesnya sambil mengembungkan pipi bergaris kumis kucingnya lalu membuang muka.
"Kkk, baiklah baiklah, Naru-nii memang tampan tapi masih di bawah ku." Ledeknya sambil berlari menghindari amukan nii-san tersayangnya.
"Yak!, dasar adik kurang ajar, sini kau, aishh." Kejar Naruto yang tangannya juga sudah gatal sekali ingin melempar buku di tangannya pada sang adik.
.
.
Setelah pertengkaran (?) kecil mereka berakhir karena keduanya mendapat pelototan gratis dari sang pemilik toko buku yang ternyata pemiliknya masih teman dekat Naruto yaitu Pain, kedua kakak-adik itu akhirnya diam dan mulai memilih buku untuk di beli.
"Tachi, kau sudah dapat bukunya?" Tanya Naruto yang sepertinya sudah mendapatkan buku yang di carinya.
"Ya, aku sudah menemukan buku yang bagus, ayo kita kekasir lalu pulang." Itachi menarik tangan Naruto lalu menyeretnya menuju kasir untuk membayar buku yang mereka beli.
"Memangnya buku apa yang kau beli? tapi itu seperti novel." Kata Naruto sambil melihat buku bersampul coklat dengan gambar dua orang pemuda di sana.
"Ini memang novel, aku sangat tertarik membaca ulasannya." Ucapnya sambil keluar dari toko buku setelah selesai membayar.
"Memangnya ceritanya tentang apa?" tanya Naruto dengan wajah penasaran.
"Tentang seorang adik yang sangat protective pada anikinya, di lihat dari judulnya saja sudah jelaskan." Jelas Itachi sambil memperlihatkan novel berjudul 'My Lil'bro is My bodyguard' yang mengisahkan seorang adik yang saking sayangnya pada sang kakak sehingga tidak rela jika kakak tercintanya jatuh cinta pada orang yang salah sehingga kemanapun kakaknya pergi sang adik akan dengan setia menjaga dan melindunginya dari orang-orang yang berusaha merebut hati kakaknya.
"Kenapa kau tertarik dengan buku seperti itu? Apa kau berniat melakukan hal yang sama?" Naruto memcingkan matanya.
"Tentu saja, aku juga pasti akan berpikiran hal yang sama jika memiliki aniki cantik sepertimu. Aishhhh, kalau di kantor tempatmu bekerja ada yang berani kurang ajar padamu, aku tidak akan tinggal diam." Ucapnya dengan semangat menggebu-gebu, Naruto yang melihat tingkah adiknya yang kelewat batas *menurutnya* hanya bisa menepuk jidatnya sambil tertunduk menahan malu.
"Ya ampun~." Lirihnya lebay.
Itachi mengacak surai matahari Naruto seklias lalu mengusapnya penuh sayang, "Ayo kita pulang." Ajaknya, tangan putihnya menggandeng tangan berbalut kulit tan milik Naruto, jika di perhatikan dua kulit itu sangat kontras karena berbeda warna pantaslah jika orang lain akan salah mengira status hubungan keduanya.
Tap tap
Bruk
"Ittai." Naruto meringis karena tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang dan membuatnya jatuh tersungkur, Naruto mendongak lalu mendapati sosok pemuda manis yang kira-kira seusia dengannya tengah menatap tajam dirinya.
"Naru-nii, apa kau baik-baik saja?" Itachi membantu Naruto berdiri lalu balik menatap tajam pemuda manis berambut jingga kemerahan di depannya.
"Kyuubi, apa yang kau lakukan?"
"Jadi karena dia? Jadi karena dia kau memutuskanku? Jawab?" teriaknya kencang, orang-orang di sekitarnya menoleh kearah ketiganya.
"Tachi siapa dia?" tanya Naruto pada adiknya, Itachi tak menjawab pemuda jangkung itu malah makin menajamkan tatapannya pada pemuda yang di panggil Kyuubi itu.
"Kau juga siapa, berani sekali kau merebut kekasihku." Makinya pada Naruto, dalam hati Naruto meringis karena lagi-lagi ada yang salah paham pada hubungannya dengan Itachi yang jelas-jelas adalah kakak-adik walau mereka terlihat berbeda satu sama lain.
"Berani sekali kau membentak anikiku. Lagipula kita putus itu juga karena kesalahanmu, kau berselingkuh dengan pengusaha sialan itu." Itachi balik membentak Kyuubi.
Iris sewarna batu ruby itu terkejut mendengar pernyataan Itachi tentang sosok pirang yang ia kira kekasih baru mantan kekasihnya ternyata adalah anikinya.
"Maafkan aku Itachi, tapi sungguh aku tidak berselingkuh dengannya, yang kau lihat semua itu bohong." Sangkalnya dengan wajah penuh permohonan. Itachi mendengus ia tak percaya begitu saja.
"Sudah terlambat, aku sudah tak mempercayaimu lagi. Naru-nii ayo kita pulang." Itachi menarik tangan Naruto sedikit kasar lalu berjalan meninggalkan Kyuubi seorang diri.
"Itachi, jangan pergi dengarkan dulu penjelasanku." Panggilnya pada mantan kekasih yang sangat di cintainya dan berniat mengejarnya, namun gagal karena keduanya sudah naik kedalam bis yang sudah melaju dengan cepat.
SasuNaru
Di dalam bis Itachi terlihat melamun sambil menatap sisi jendela iris mata sekelam malamnya terlihat begitu kosong, Naruto yang melihat sikap aneh adiknya itu mencoba untuk bertanya padanya.
"Tachi, kenapa? Siapa pemuda tadi?" tanya Naruto sepelan mungkin.
"Bukankah sudah jelas dia mantan kekasihku." Jawabnya dengan nada bosan dan masih tetap pada posisinya.
"Nii-san tidak tahu jika kau sudah punya kekasih, ya ampun kenapa tidak bilang dari dulu, ttebayo~." Goda Naruto sambil tersenyum jahil guna membuat Itachi kembali bersikap seperti biasa.
"Kami berpacaran satu tahun yang lalu, tapi dia selingkuh dengan pria sialan itu makanya aku langsung memutuskannya." Itachi mulai bercerita, nada bicaranya terdengar seperti menahan amarah di telinga Naruto.
"Apa kau sudah memastikan dia berselingkuh dengan pria yang kau maksud?"
"Aku tidak mungkin memutuskannya begitu saja jika tidak melihat mereka berciuman di depan mataku sendiri, Naru-nii." Itachi memberanikan diri menoleh kearah Naruto, sirat luka dan kekecewaan terlihat jelas di kedua mata onyxnya.
"Apa kau masih mencintainya?"
"Sangat Naru-nii, hanya saja hatiku sudah terlanjur sakit." Lirihnya dengan senyum getir yang menghiasi bibirnya, Naruto baru kali ini melihat sosok Itachi yang kuat dan bersemangat kini terlihat rapuh.
Naruto menarik kepala bersurai raven milik Itachi untuk di sandarkan di bahunya lalu mengusap punggungnya pelan cara yang selalu di lakukannya untuk menenangkan adiknya ketika sedang bersedih.
"Cobalah untuk menerimanya kembali, kurasa dia juga sangat tulus mencintaimu." Ucap Naruto menyarankan.
"Aku tidak tahu Naru-nii, ah sudahlah jangan bahas itu dulu, aku ingin tidur sebentar dan bangunkan aku jika sudah sampai di depan rumah." Naruto mengangguk sambil terus mengusap punggung adiknya, Itachi tertidur cukup pulas di dalam bis hingga akhirnya ia pun di bangunkan oleh Naruto karena bis yang di tumpangi mereka telah sampai tujuan yaitu rumahnya.
.
.
Esok hari yang cerah, Naruto bangun pagi-pagi sekali dan membantu Kushina memasak di dapur sebentar kemudian mandi lalu berpakaian rapi.
"Kaa-san aku berangkat dulu." Pamitnya pada sang ibu, Kushina menghampiri putra sulungnya lalu menyerahkan sebuah kotak bento berisi bekal untuknya.
"Hati-hati di jalan Naru, dan jangan lupa bekal makan siangnya di habiskan." Kata sang ibu dengan wajah sedikit di buat menyeramkan yang membuat bulu di tengkuk Naruto berdiri, Naruti memang selalu punya kebiasaan jarang menghabiskan baik itu bekal atau pun makan di rumah yang membuat Kushina selalu khawatir akan kesehatan sang anak, yang mau tak mau membuat wanita paruh baya itu mengeluarkan aura angker jika sang anak tak mau menghabiskan makanannya.
"H-hai, k-kaa-san." Sahut Naruto agak bergetar lalu buru-buru keluar dari rumahnya.
.
.
.
Tiba di kantor Sahringan corp, Naruto langsung di hadiahi teriakan yang nyaring milik sahabatnya Inuzuka Kiba, juga pelukan erat yang katanya pelukan persahabatan yang cukup membuat Naruto terpaksa menghirup udara banyak-banyak setelah lepas dari pelukan maut sang sahabat.
"Naru, aku senang sekali akhirnya kau di terima bekerja disini." Ucapnya penuh semangat, tak lupa kedua tangannya juga yang menguncang-guncang tubuh Naruto, membuat sang empunya tubuh pusing mendadak.
"Ya, ya, aku mengerti, jadi lepaskan aku sekarang Kiba, bukankah kita harus bekerja, kita bisa mengobrol lagi saat jam istirahat." Ucap Naruto menghentikan aksi sahabatnya, Kiba manyun sesaat lalu nyengir lebar.
"Ah benar juga, ayo kita mulai bekerja, aku akan membersih kaca di lantai 5 dan kau mengepel koridor lantai 7 ne." Kata Kiba membagi tugasnya, Naruto mengangguk lalu mulai bergegas mengambil peralatan kerjanya.
.
Naruto dengan semangat mengepel lantai sambil mendengarkan lagu Swing –by suju m- lewat headsetnya, sesekali pemuda pirang itu melakukan gerakan dance atau kadang memutar-mutar gagang pel itu dengan sebelah tangannya lalu mengepel lantai itu kembali.
Tak jauh dari tempat Naruto mengepel, seorang pria berambut raven yang mirip pantat ayam itu kebetulan melewati tempat dimana Naruto sedang melaksanakan pekerjaannya tampak terkejut.
Iris onyxnya menilik sosok Naruto dari atas hingga bawah, ''Bukankah dia..'' sosok yang selalu berwajah datar itu kini menyeringai.
''Hmm sepertinya aku langsung tertarik padanya.'' Gumamnya dengan kedua tangan yang melipat didada, ia tak menyangka jika pemuda yang kemarin ribut dengannya pagi-pagi itu kini bekerja di perusahaannya sebagai OB.
''Sasuke-sama, mau sampai kapan anda disitu, bukankah kita akan mengadakan meeting sebentar lagi.'' Tegur Shikamaru selaku asisten pribadinya.
Sasuke yang mendapat teguran itu langsung memasang wajah masam, acara mengamati OB baru di perusahaannya terganggu oleh asisten pribadinya berambut mirip nanas itu.
''Ck, mengganggu saja.'' Umpatnya yang kembali memasang wajah datarnya, lalu pergi begitu saja.
''Mendokusei, jika bukan karena kau adalah sahabatku, sudah kutinggalkan kau sejak dulu.'' Gerutu Shikamaru pada sosok raven yang sepertinya tak acuh pada ucapannya.
''Hn.'' Sahutnya tak peduli karena yang ada dipikirannya saat ini adalah cara untuk mendekati si pirang manis yang sudah mencuri hatinya saat ini.
Tbc..
Bila terdapat banyak kesalahan tolong di maafkan karena author bukan orang pintar dan mahir dalam membuat cerita.. terima kasih.