AN : Poll telah ditutup!

Jawaban Pertanyaan :

Ae Hatake : Naruto beraksi lagi di chapter ini.

Kurogami ni Ichimi : Hahaha... kencannya mungkin di lain hari, Naruto sedang ada masalah lain.

Hany Hyuuga : Sebagian alasan kenapa Naruto memimpikan Hinata terjawab di chapter ini. Kalau masalah ketemu, tidak.

UZUKI2309 [Guest] : Wah, Kencannya lain kali aja ya, Naruto lagi ada masalah.

David997 : Ini udah dilanjutkan.

~ Ah, muncul lagi. Setelah lama kehilangan semangat nulisnya! Udah lama tidak dilanjutkan, jadi maaf kalau chapternya kurang memuaskan. Selamat menikmati!


Saya bukan pemilik Naruto atau Highschool DxD!

Bukan Lagi Uzumaki – Chapter 12

Old Deus!


SMA Kuoh merupakan lembaga pendidikan bertaraf internasional, sehingga sudah sewajarnya jika memiliki bangunan yang megah dengan lahan cukup luas. Namun hal itu sama sekali tidak terbukti untuk saat ini, bangunan yang sebelumnya terlihat megah telah hancur. Kobaran api di sana-sini, puing-puing bangunan berserakan, dan terlihat banyak makhluk supernatural berada SMA itu.

Suatu pertemuan yang awalnya hanya dihadiri oleh tiga fraksi makhluk supernatural untuk mengadakan perjanjian damai, kini justru terlihat sebagai pertemuan ajang pertempuran [Kekuatan].

"Katerea-chan, hentikan! Kenapa kau melakan ini semua?" Tukas seorang gadis berambut hitam yang dikepang kepada salah satu pengacau pertemuan.

"Serafall, kau yang telah merebut posisi Leviathan dariku! Beraninya kau mengatakan hal seperti itu..."

"A-aku..." Serafall tidak bisa menyelesaikan ucapannya, karena merasa perkataan Katerea ada benarnya.

"Tanang saja! Aku akan membunuhmu di tempat ini, lantas menyatakan diri sebagai Maou Leviathan!

Melihat keadaan semakin tegang, Gubernur Malaikat Jatuh memiliki inisiatif maju didepan petinggi fraksi lain. "Huh... jarang-jarang aku bisa bertarung melawan keturunan asli Leviathan, simbol pelopor kehancuran. Jadi, jika kalian mengizinkan biarkanlah aku yang menjamunya. Sirzechs, Michael?"

"Kau tidak ada niatan untuk mundur, Katerea?" Tanya Sirzechs pada wanita keturunan asli Leviathan.

"Tentu saja, Sirzechs. Aku tahu kalau kau seorang Maou, tapi sayangnya kau bukanlah yang terhebat." Balas Katerea dengan angkuh.

"Bagitu, ya? Sayang sekali.

Kedua pemimpin dari fraksi lain itu mengangguk pelan, menyetujui bahwa mereka tidak keberatan dengan permintaan Gubernur Malaikat Jatuh.

"Azazel!" Tukas Katerea dengan geram.

Blash

Azazel segera mengeluarkan keenam pasang sayap hitamnya, dan terbang siap melawan Katerea sambil mengulas seringai. Tapi niatnya dia urungkan karena menyadari keanehan, ada aura sihir milik orang lain mulai bermunculan disekitar Katerea.

Sring

Saat Katerea hendak menyerang Azazel tiba-tiba saja pergerakannya terhenti karena terhalang dengan munculnya banyak objek ungu transparan berbentuk segi delapan. Objek tersebut lantas tertata rapi layaknya sarang lebah mengelilingi Katerea, dan tidak berselang lama muncul puluhan panah astral berwarna kuning dari tengah objek transparan melaju mendekatinya dengan kecepatan tinggi.

Wush

BOMMM

"AHHH..." Katerea hanya bisa mengeluarkan teriakan kesakitan karena serangan tadi terjadi begitu cepat sehingga tidak sempat membuat pertahanan.

Ledakan beruntun terjadi setelah puluhan panah yang melaju dengan kecepatan tinggi mengenai Katerea. Ledakan tadi juga meghasilkan cahaya yang sangat menyilaukan sehingga menarik perhatian semua makhluk di dekat kejadian.

"Wao... Beruntung aku tidak jadi mendekati tempat itu." Gumam Azazel saat melihat ledakan tadi. "Bisa-bisa aku terkurung dengan Katerea dan meledak bersamanya." Dia sebelumnya hendak melawan Katerea, namun mengurungkan niatannya saat melihat puluhan objek transparan bermunculan mengelilingi dan menghentikan mobilitas iblis keturunan Klan Leviathan itu.

"Siapa yang menyerang Katerea?" Tanya Michael yang masih terkejut setelah melihat serangan misterius tadi mengenai Katerea.

"BRANGSEK! SIAPA YANG BERANI MENYERANGKU?" Teriak Kateria setelah hujan panah cahaya tadi berhenti. Tubuh iblis keturunan Leviathan itu kini terlihat penuh luka, dan sebagian besar pakaiannya hancur sehingga mengekspos hampir keseluruhan lekuk tubuhnya. "TUNJUKKAN DIRIMU, BANGSAT!"

"Aku di sini!" Terdengar suara berat menjawab teriakan Katerea. Saat semua orang mengalihkan pandangan ke sumber suara, mereka hanya mendapati sebuah objek transparan berwarna ungu seperti sebelumnya, tapi kini memiliki ukuran lebih besar. "Leviathan" Tidak berselang lama, muncul seorang pemuda berambut pirang yang berdiri melawan gravitasi bumi dari tengah objek tersebut.

Pemuda itu mengulas seringaian buas sehingga menampakkan gigi taringnya yang panjang, tubuhnya terselimuti oleh aura emas kemerahan. Terlihat garis panjang berwarna merah yang mengelilingi permukaan kulitnya seperti tatto, bahkan wajahnya juga ikut terhiasi oleh garis tersebut. Telingan yang menyerupai milik anjing sesekali berkedut, dan matanya beriris hitam horisontal menatap tajam Katerea layaknya predator.

"Naru-tan!" Gumam pelan Serafall.

'Gravity World'

~*Bukan Lagi Uzumaki*~


-Beberapa saat sebelum kedatangan Naruto-

Naruto menggelangkan kepalanya mengingat siksaan berat yang diterima dari Sona beberapa hari lalu. Meskipun dia sempat menahan amukan gadis berkacamata itu untuk beberapa saat dengan mengutarakan sesuatu yang mengejutkan seperti mengajak raja-nya itu kencan, tetap saja hal itu tidak bisa membantunya keluar dari kejaran Sona dalam waktu lama. Pada akhirnya Naruto juga harus menerima hukuman atas perbuatan yang dikatakan oleh gadis penerus Klan Sitri itu sebagai tindakan tidak senonoh.

Eh, meskipun gadis keturunan Sitri itu mengatakannya saat masih dalam keadaan telanjang bulat!

Sekarang, dirinya terancam menerima hukuman kembali. Pasalnya dia terlambat datang dipertemuan yang diwajibkan oleh Sona untuk dihadiri oleh seluruh anggota peerage-nya. Gadis itu sempat memberikan peringatan pada Naruto jika terlambat datang dia akan menerima hukuman berat, sebab hal itu sering dilakukannya dipertemuan yang lain. Entah kenapa seiring berlalunya waktu, pria mantan ninja dari Desa Konoha itu mulai mengikuti kebiasaan gurunya, Hatake Kakashi.

DEG

Naruto menghentikan langkahnya. Mata birunya melebar, darahnya terasa memanas. "Leviathan!" Gumamnya saat dirinya telah yakin dengan pemilik energi sihir yang dirasakan beberapa saat sebelumnya.

Ingatan tentang kematian ayahnya kembali muncul, cucuran darah segar dari tubuh kekar sang ayah yang melindunginya di masa kecil kembali terbayang, dan tawa menjijikkan dari seorang wanita berkacamata mulai terngiang. Seketika kekuatan sihir Naruto meningkat, tubuhnya terselimuti oleh aura emas kemerahan. Terlihat garis panjang berwarna merah yang mengelilingi permukaan kulitnya seperti tatto, bahkan wajahnya juga ikut terhiasi oleh garis tersebut. Telingan yang menyerupai milik anjing, dan matanya beriris hitam horisontal menatap tajam layaknya predator. Naruto mengulas seringaian buas sehingga menampakkan gigi taringnya yang panjang.

Sring

Sring

Muncul puluhan sihir yang membuat objek transparan, lantas semuanya masuk dalam salah satu objek yang lebih besar. Hal itu berlangsung selama beberapa detik, lantas Naruto membuat busur dengan emblemnya yang berwarna emas layaknya cahaya. Saat dia melepaskan terikan tali busur, anak panah yang melayang ke arah objek transparan tadi langsung memecah kemudian membesar lantas masuk dalam objek dan menghilang.

Setelah puas dengan apa yang dilakukannya, Naruto segera menyusul masuk dalam objek ungu transparan tadi. Sketika Naruto bisa melihat hasil kerjanya, sebuah ledakan besar yang bercahaya.

"TUNJUKKAN DIRIMU, BANGSAT!" Naruto bisa mendengar teriakan Leviathan ketika hendak keluar dari objek transparan tadi.

"Aku di sini!" Ucap Naruto sambil berjalan keluar dari sihir ruang dan waktunya. "Laviathan."

"Huh? Kau, seperti aku pernah melihatmu." Ucap Katerea yang sedikit lebih tenag setelah melihat penyerangnya.

"Naru-tan!" Naruto bisa mendengar Serafall memanggil namanya, namun dia abaikan dan lebih berkonsentrasi pada gadis yang ikut andil dalam kasus pembunuhan ayahnya di masa lalu.

'Gravity World'

Katerea belum sempat menggunakan kekuatannya untuk bergerak, tetapi harus jatuh tersungkur mencium tanah karena sebuah segel sihir lagi-lagi muncul dan kali ini tepat di bawahnya.

Blash

Energi sihir luar biasa besar keluar dari tubuh Naruto. Tubuhnya terlapisi bentuk astral berwarna emas menyerupai demon ashura, berkepala tiga dan berlengan enam. Hanya saja bentuk ketiga wajahnya lebih menyerupai anjing.

'Universe Resonance : Meteor'

Tidak lama kemudian, muncul segel sihir berukuran besar tepat diatas Katerea dan saat keturunan terakhir Leviathan itu mengarahkan pandangannya ke arah segel sihir... Matanya langsung melebar, pasalanya segel sihir berukuran besar tadi menciptakan lensa ungu transparan yang mengeluarkan meteor berapi berukuran besar.

'Universe Resonance' merupakan teknik gabungan antara kekuatan Inugami yang dapat terhubung dengan alam dan sihir ruang dan waktu milik Naruto. Teknik ini bisa menghubungkan Naruto dengan seluruh alam semesta [universe], seperti halnya yang saat ini dia lakukan.

Katerea berusaha menghindar dengan menggunakan kekuatan pemberian Ophis, berharap bisa bergerak tapi usahanya tetap sia-sia. Jangankan bergerak, bernapas pun sangat silit. Tubuhnya terkekang oleh sihir gravitasi, sehingga menghentikan mobilitasnya.

"Sial, aku tidak bisa bergerak." Tukas Katerea yang tergeletak dalam kubangan akibat tingginya nilai gravitasi. Wajahnya kini nampak pucat, peluh mulai bercucuran semakin deras karena tubuhnya mulai terasa begitu panas. "AHHH..." Teriaknya begitu meteor berapi bergerak cepat mendekati tempatnya terbaring.

BOOOMMM!

Terjadi ledakan besar akibat benturan meteor dengan permukaan bumi. Debu berhaburan tinggi dan menyebar keseluruh arah, bahkan angin panas berhembus mengitari sekeliling ledakan. Semua orang yang menyaksikan itu hanya bisa berdiam penuh kagum. Mereka bisa bernapas lega saat melihat ledakan itu tidak mempengaruhi lingkungan sekitar, karena penghalang ruang dan waktu yang dibuat Naruto sebelum terjadi benturan antara meteor dan permukaan bumi mampu menahan efeknya.

"Jadi dia, keturunan Inugami yang pernah aku dengar?" Tanya Michael sambil melirik Pemimpin Bangsa Iblis di sampingnya.

"Ya. Tapi aku tidak tau kalau dia bisa melakukan hal seperti itu. Klan Dantalion memang sering memindahkan objek dalam pertarungan, seperti rekan, serangan sihir, bahkan gunung. Tapi Meteor? Baru kali ini aku melihatnya. Jika Naruto bisa melakukan hal itu, bisa saja nantinya saat bertarung dia membuang lawannya keluar angkasa gara-gara malas membuang tenaga." Tutur Sirzechs penuh canda menanggapi pertanyaan Michael.

"Luar biasa!" Gumam Kiba yang sempat menghentikan pertarungan.

"Hebat juga ternyata Naruto-sensei, benarkan Buchou?" Ucap Issei yang tergakum dengan aksi gurunya.

"Aku tidak menyangka kalau Naruto bisa melakukan hal seperti itu." Tutur gadis penerus klan Gremory dengan nada yang berat. Dia bisa membayangkan sulitnya pertempuran jika harus melawan Naruto di 'Rating Game' nantinya saat melawan Sona.

"Ara~ ara~ fufufu~" Gadis berpakaian miko terkikik keras melihat ledakan besar yang dihasilkan oleh serangan Naruto. Dia menangkupkan telapak tangannya di kedua sisi pipinya yang kini terlihat merona.

"Wao... kau tau pria yang melakukan itu, Xenovia?" Tanya Irina pada temannya yang masih tergakum dengan efek serangan Naruto.

"Yah, Pirang Sialan. Pria yang menyelamatkan nyawaku saat bertarung melawan Kokabiel. Dia juga yang mengalahkan Malaikat Jatuh itu." Jawab Xenovia sambil terus memperhatikan ledakan tadi, lantas mengalihkan pandangannya kearah Naruto.

"Huh... dia juga ada di pertarungan saat itu? Kenapa aku tidak melihatnya?" Tanya Irina kembali. Tapi jawaban tidak kunjung datang, dan saat Irina melirik temannya dia justru mendapati perhatian Xenovia bukan lagi untuk dirinya.

"Saat itu kau sudah tidak sadarkan diri, Irina-san." Irina memalingkan pandangannya saat jawaban justru keluar dari arah berlawanan dengan tempat Xenovia.

Irina mencoba mengingat kembali kejadian saat melawan Koabiel. "Oh, iya. Hehehe... aku lupa." Gadis penuh energi itu tertawa nerfes sambil menunjukkan wajahnya yang dihiasi semburat merah. "Hei, Kiba-san. Kenapa Xenovia memandangi Pria 'Pirang Sialan' itu, seperti itu?"

"Hem? Entahlah." Kiba hanya mengangkat pundaknya, lantas melirik Irina. "Asal kau tahu Irina-san, aku juga pirang."

Irina memandang Kiba untuk beberapa saat, dan mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ahahaha... yah." Gadis itu berusaha menghilangkan rasa malunya dengan menggaruk pipi putihnya.

BLAMMM

Perhatian semua orang langsung teralih dari ledakan begitu mendengar ledakan lain dari tempat Azazel. Di sana terlihat kubangan kecil berdebu, dan memperlihatkan Azazel yang merangkak keluar dari kubangan tadi. "Aduh~ Kenapa tiba-tiba aku meras begitu tua." Gumam Gubernur Malaikat Jatuh itu. "Vali?"

"Maaf ya, Azazel. Kubu lain rasanya lebih menarik daripada milikmu." Tukas Vali yang kini berada dalam mode 'Balance Breker'.

"Vali! Jadi kau penghianat, ya?" Teriak bidak prajurit Rias Gremory, Hyoudou Issei.

"Hei, Vali. Ada satu hal yang ingin aku tau." Ucap Azazel dengan malas sambil membersihkan deu di pakaiannya. Dia lantas mengeluarkan kembali keenam pasang sayapnya, dan terbang berlawanan dengan Vali. "Shemhazai, Jendralku menemukan adanya organisasi yang beranggotakan orang-orang berbahaya dari ketiga fraksi. Khaos Brigade, ya?"

"Khaos Brigade?" Gumam pelan Shirzechs yang mendengar pembicaraan antara Azazel dan Vali.

"Mengumpulkan orang-orang berbahaya? Hanya orang yang sangat kuat bisa melakukan hal itu!" Tanggap Maou Laviathan, Serafall.

"Dan orang itu adalah Uroboros Dragon, Ophis!" Lanjut Azazel.

"Ophis, tidak mungkin." Rias terlihat begitu terkejut mendengar berita yang disampaikan Gubernur Malaikat jatuh tadi.

"Dragon?" Sedangkan Issei hanya bisa mendengar dalam kebingungan.

"Naga dengan kekuatan yang tidak terbatas, bahkan kekuatannya ditakuti oleh Tuhan." Jelas singkat Rias.

"Memang benar aku bekerja dengan Ophis, tapi kami tidak tertarik untuk menguasai dunia." Ucap Vali dengan serius.

"Begitu, ya? Aku kira kau bersekongkol dengan Katerea, karena tahta Maou telah direbut daru kalian." Tambah Azazel.

"Tahta Maou?" Ucap beberapa iblis bersamaan.

"Namaku..."

"Hoh... kau sudah menunjukkan warnamu yang sebenarnya ya, Lucifer?" Potong seseorang dari belakang Vali sebelum selesai memperkenalkan namanya yang sebenarnya.

"Huh, Lucifer!" Ucap Serafall.

"Bocah Anjing, kau memotong perkenalan terbaikku." Bentak Vali pada Naruto yang kini tengah asik memanaskan air untuk ramen dengan kompor spritus kecilnya.

"Huh? Aku sudah mengenalmu. Jadi untuk apa aku mendengar perkenalanmu?" Ucap Naruto sambil memakan mie ramen yang masih kering.

"Tapi orang lain..."

"Memangnya ada yang peduli? Kalaupun ada paling kayak si Issei itu. Pemegang Red Dragon Emperor yang mencintai payudara. Sedangkan kau, pemegang White Dragon Emperor yang mencintai... bokong? Pantas saja kau jadi putih, karena selalu menerima kentut sampai sulit bernapas. Terus..."

"Diam kau, Anak Anjing!"

"BHAHAHA... Siapa yang menyangka kalau pertarungan merah dan putih bukan hanya sekedar kekuatan, tapi juga..."

"Kau juga diam, Azazel." Bentak Vali.

"Puffft... lihatlah, Lucifer! Bahkan gurumu saja terkejut, tapi setuju dengan pendapatku. Jadi kenapa kau tidak bertarung menentukan siapa yang lebih dulu menjadi Raja Harem dan mendapatkan payudara maupun bokong ideal? Kalau kalian lebih mendahulukan adu kekuatan, bisa saja salah satu dari kalian mati perjaka." Jelas Naruto panjang lebar.

"Benar. Kau bijaksana sekali, Sensei!" Ucap Issei yang kini mulai menitikan air mata. Yah, Issei rela mati selama mimpinya sudah tercapai. "Akan sangat menyedihkan bagi seorang pemuda pecinta payudara maupun bokong harus mati dalam keadaan perjaka. Kau setujukan, Vali? Mari kita bertarung siapa yang bisa menjadi Raja Harem lebih dulu dan mendapatkan payudara atau bokong terbaik." Tantang Issei berapi-apai.

"Ero-senpai, mati!" Cela gadis loli berambut perak.

"Mou... kenapa Issei-kun yang sekarang jadi mesum?" Ucap Irina.

Sedangkan Vali hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh keturunan Lucifer itu. Saat dia mengangkat kembali kepalanya...

Cling

Penghalang yang melindungi SMA Kuoh hancur saat seorang pria masuk secara paksa. Pria itu memegang sebuah tongkat, dan memakai armor berwarna merah.

"Bikou, kenapa kau ke sini?" Tanya Vali.

"Mereka ingin kau kembali karena kita akan melawan Aesir di utara." juwab Bikou dengan santai.

"Sudah waktunya, ya?"

"Yah, sampai jumpa lagi Red Dragon Emperor!" Bikou lantas menghentakkan tongkatnya ke tanah, lantas tanah itu bergetar dan menelan baik Bikou maupun Vali.

"Lain kali kita bertemu, akan aku pastikan kau mati kehabisan darah. Jadi, bertambah kuatlah!" Ucap Vali sebelum dirinya dan Bikou menghilang dari pandangan semua orang.

"Hei, tunggu!" Teriak Issei melihat kedua orang tadi langsung pergi dari Kuoh. "Siapa sebenarnya dia itu?"

"Pria tadi adalah Bikou, keturunan dari Sun Wukong." Jelas Azazel.

"Huh?" Issei melihat Azazel dengan tatapan bingung.

"Mudahnya, dia adalah Raje Kera yang terkenal, Son Goku." Lanjut Gubernur Malaikat Jatuh itu.

"Son Goku?" Issei terlihat benar-benar terkejut.

"Aku tidak menyangka kalau dia juga bergabung dengan Khaos Brigade. Dunia mau kiamat rasanya." Gerutu Azazel. "Yah, aku rasa Naga Putih dan Son Goku emang pasangan yang serasi."

Setelah terbunuhnya Katerea dan perginya Vali maupun Bikou, ketiga pemimpin fraksi akhirnya memutuskan untuk tetap menjalin kerjasama. Terlihat beberapa anggota Iblis, Malaikat, maupun Malaikat Jatuh saling bahu membahu memperbaiki kerusakan pada SMA Kuoh.

"Iblis, Malaikat, dan Malaikat Jatuh saling bekerja sama." Tukas Rias yang menyaksikan tindakan semua anggota ketiga fraksi yang datang dalam pertemuan sebelumnya.

"Masalah Katerea adalah tanggung jawab kami." Ucap Sirzechs.

"Yah, Vali juga membuat ulah. Salahku karena tidak mencegahnya." Balas Azazel sambil melangkah meninggalkan tempat pertemuan.

"Semua dimulai dari sekarang, ya?" Tutur Michael.

"Em... Michael-san." Gumam Issei yang mendekati tempat perbincangan pemimpin ketiga fraksi dengan ragu-ragu. "Begini... bisakah anda mengabulkan permintaanku?"

"Akan aku lakukan sebisaku." Balas Michael tanpa ragu.

"Bisakah anda mengizinkan Asia dan Xenovia berdoa?" Ucap Issei dengan serius.

"Huh..." Kedua gadis yang namanya disebut oleh Issei tampak begitu terkejut.

Sejenak Michael juga nampak terkejut, lantas mengulas senyum lembut sambil memandang kedua gadis yang sebelumnya di sebut Issei. "Asia, Xenovia"

"Ya?" Jawab kedua gasi bersamaan.

"Sebelumnya ada yang ingin aku tanyakan. Tuhan telah tiada, apa kalian masih ingin berdoa?" Ucap Michael dengan serius.

"Ya. Aku ingin tetap berdoa, walaupun tuhan sudah tidak ada." Tukas Asia tanpa ragu.

"Aku juga. Aku ingin berdoa agar bisa berterimakasih kepada Tuhan dan Michael-sama." Ucap Xenovia penuh semangat.

Melihat ketulusan kedua gadis itu, Irina segera memberanikan diri mendekati keduanya. "Aku mohon kabulkanlah, Michael-sama."

"Irina?" Xenovia terlihat terkejut dengan tindakan teman baiknya, padahal beberapa waktu yang lalu sampat membenci dirinya.

"Aku menuduhmu sebagai penghianat, maafkan aku." Ucap Irina sambil menundukkan kepalanya penuh penyesalan.

"Kau tidak perlu minta maaf." Balas Xenovia.

Naruto yang melihat interaksi Xenovia dan Irina mengulas senyum lembut. Dia senang melihat interaksi kedua gadis itu, mengingatkan dirinya dengan masa-masa saat masih bersama temannya di Desa Konoha.

"Hehehe..." Naruto tertawa pelan melihat reaksi Xenovia dan Asia saat selesai berdoa.

"Hehehe~ pertama aku harus kembali ke surga dan merubah sisitemnya." Tambah Michael setelah melihat reaksi lucu Xenovia dan Asia.

"Sensei, Kaichou." Ucap Issei saat melihat kedatangan Naruto dan Sona. "Kenapa wajahmu tanpak memar, Sensei?"

"Heh? Tadi Rukia marah gara-gara aku ketiduran di ruangan." Balas Naruto dengan santai.

Plak

"Aduh~" Pekik Naruto. "Kenapa kau memukulku, So-chan?"

"Kenapa kau selalu tertidur?"

"Kau memaksaku bekerja dari pagi sampai sore, lalu tengah malam sering mengajakku bermain. Waktu tidurku kan jadi berkurang!"

"Wah... Sensei, aku benar-benar kagum denganmu." Ucap Issei yang sudah menitikan air mata.

"Sona-san!" Gumam Irina.

"Ap-tidak!" Teriak Sona begitu sadar maksud perkataan Issei. Kesalah pahaman ini juga pernah terjadi padanya saat berbicara dengan Rias dan Akeno.

"Huh?" Naruo mengerjapkan matanya berkali-kali, lantas memukul dahinya begitu sdar maksud Issei. "Kau salah paham Issei. So-chan seringa mengajakku bermain catur. Bukan yang dipikirkan otak mesummu."

"Oh..." Gumam Issei sedikit kecewa. "Tapi ada hadiahnya kan bagi pemenang?"

"Tentu saja ada." Naruto memandang Isse sejenak. "Kau jenius Issei."

"Benarkan!" Teriak Issei.

Plak

Lagi-lagi Naruto kena pukulan Sona. "So-chan, kau kejam sekali."

"Diam!" Bentak Sona.

"Naruto, namamu Naruto ya?" Semua perhatian remaja teralih ke Michael yang memanggil nama Naruto.

"Ah, iya." Ucap Naruto sambil mengulas cengiran lebar.

"Jadi benar kau, Inugami yang aku dengar."

"Aku tidak tahu kalau seterkenal itu, sampai-sampai pihak Malaikat mengenaliku."

"Banyak orang mengawasimu Naruto. Terutama setelah mengetahui siapa ibunmu."

"Ah, alasan itu bukan hal baru lagi."

"Ya. Tapi sekarang pihak Iblis maupun Malaikat sudah beraliansi. Jadi, jika kau butuh bantuan... kami dengan senang hati akan membantu sebisanya." Ucap Michael.

Naruto memandang Malaikat di depannya untuk sejenak, kedua mata sesama pria berambut pirang itu bertemu. "Hem~ sepertinya aku tidak membutuhkan bantuan." Tutur Naruto setelah berpikir untuk sejenak. "Tapi jika memang ingin melakukan sesuatu, anda bisa membiarkan Adiknya Kiba dan Gadis Tidak Punya Malu itu untuk berdoa kepada Tuhan? Seperti yang dikatakan Issei. Meskipun telah menjadi iblis serta mengetahui tentang kematian Tuhan, mereka masih memilih untuk percaya dan selalu berdoa meskipun harus menerima sentilan di kepala. Mereka itu orang bodoh, tapi tulus. Setidaknya itu harga pantas untuk keduanya setelah apa yang mereka 'terima dalam hidup' selama mengikuti ajaran yang kau sampaikan, kau juga setuju kan? " Lanjut Naruto.

Bug

"Aduh~" Rintih Naruto saat kepalanya dipukul oleh Sona. "Kenapa kau memukulku, So-chan?"

"Berbicaralah dengan sopan, dan hormatilah Michael-sama. Dia merupakan pemimpin Malaikat." Bentak Sona sambil memandang tajam Naruto.

"Heh... Kenapa aku harus menghormati seseorang yang tidak ada kaitannya denganku? Terlebih lagi dia sama sekali belum melakukan sesuatu yang bisa membuatku menaruh rasa hormat padanya. Rasa hormat dan kepercayaan itu didapatkan setelah melakukan sesuatu, bukan diberikan hanya karena orang lain menghormati atau mempercayainya. Dari semua orang di sini yang mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan penuh dariku hanya kau, Sona Sitri..."

"Ap-huh?" Wajah Sona kini terlihat memerah.

"...bukan Malaikat yang membiarkan pengikut setianya diasingkan padahal pengikutnya mempercaiyai akan kasih sayang, saling mencintai, menolong secara tulus dan melakukan tindakan sesuai dengan bimbingannya." Naruto teringat dengan semua perlakuan penduduk Desa Konoha terhadap dirinya di masa kecil.

"Naruto." Gumam Sona. Dia bisa melihat ekspresi penuh kemarahan bidak bentengnya, dan di sisi lain gadis Sitri itu juga melihat ekprsi Michael yang dipenuhi oleh kesedihan.

"...bukan Maou yang gagal melindungi rakyatnya karena sibuk dengan urusan politik setelah peperangan. Padahal sibuk dengan adiknya, dasar Maou Siscon." Lanjut Naruto, meskipun kalimat terakhir hanya berupa bisikan saat keluar dari mulutnya. Dia mengeratkan kepalan tangannya kerena mengingat kematian ayahnya di tangan Fraksi Maou Lama.

Sona sejenak membelalakkan matanya mendengar perkataan Naruto. Bahkan anggota peeragenya yang lain maupun kelompok Rias juga melakukan hal sama. "NARUTO!" Bentak Sona. Dia tidak ingin pria yang selalu berada di sisinya selama ini berada dalam kesulitan karena tidak bisa menjaga ucapan.

"Ugh... tumben kau berbicara sekeras itu, So-chan." Tutur Naruto yang kini terlihat sudah kembali dengan tingkah cerianya.

"Habisnya..."

"Aku pulang duluan Sona, tubuhku terasa lelah setelah bertarung melawan Leviathan." Naruto langsung melangkah dan menghilang tanpa menunggu respon ari raja-nya.

"Naruto." Gumam Sona dengan ekspresi sedih saat melihat kepergian Naruto.

"So-tan, biarkan Naru-tan menenangkan dirinya." Ucap Serafall sambil mengelus punggung adiknya.

Serafall tahu bagaimana perasaan Naruto ketika mengingat kematian ayahnya di tangan para iblis dari golongan Maou lama. Ayah Naruto, Ren Dantalion merupakan salah satu pejuang yang ikut andil dalam peperangan melawan golongan Maou Lama. Tapi setelah mencapai kemenangan, pria itu harus mati saat bertarunga seorang diri. Tidak ada satu pun dari iblis lain yang membantu pertarungannya. Bahkan para Maou Baru juga absen karena sama sekali tidak tahu akan adanya penyerangan. Mereka disibukkan dengan politik dan kegiatan lainnya, secara sepihak klaim Naruto memang benar.

Para Maou Lama menduga jika kekuatan dari Klan Dantalion bisa digunakan untuk pergi ke masa lalu. Tapi setelah melakukan pencarian lama, hasilnya nihil. Sehingga amarah dan frustasi mereka arahkan pada kedua Dantalion terakhir. Kebenaran mengenai kekuatan Klan Dantalion itu masih simpang siur, karena tidak ada lagi yang bisa membuktikan kecuali Naruto sendiri. Pasalnya seluruh bangunan milik Klan Dantalion telah hancur di malam kejadian.

Sona mengangguk pelan, lantas sedikit membungkuk di depan Michael dan Sirzechs. "Mohon maaf atas ketidaksopanan Naruto. Sirzechs-sama, Michael-sama."

Sedangkan di sisi lain, Gadis Tidak Punya Malu yang disebut Naruto tadi mendekati bidak ratu Sona. "Hei, ada apa dengan Pirang Sialan itu?" Ucapnya penuh rasa penasaran. Meskipun dirinya merasa marah dengan nama baru yang diberikan anak iblis pirang itu. "Aoi-san masih bisa kuterima. Gadis Tidak Punya Malu? Aku justru malu dikatai seperti itu di depan Michael-sama, apa lagi juga ada Lucifer-sama." Batinnya sambil melirik Tsubaki, menunggu jawaban dari gadis bersurai hitam itu.

"Naruto-kun tidak begitu menyukai Lucifer-sama karena masalah masa lalu. Aku tidak bisa menceritakannya padamu, karena itu bukan hak-ku. Kau bisa menanyakan langsung pada Naruto-kun. Kau kan akan bergabung dengan peerage-nya begitu dia mau menerima promosi kenaikan sebagai Iblis Kelas Atas." Jawab Tsubaki.

"Ya." Ucap Xenovia yang sedikit kecewa karena tidak bisa mendapatkan kejelasan mengenai masalah milik raja-nya di masa depan.

Benar juga, Xenovia pada akhirnya bersumpah setia pada Naruto setelah kegagalannya membalas pertolongan pria pirang itu karena kekacauan yang dibawa Sona beberapa hari lalu. Tapi karena Naruto belum berstatus sebagai Iblis Kelas Atas sehingga tidak memiliki peerage sendiri, Xenovia diminta bergabung di peerage milik Rias untuk sementara waktu. Meskipun awalnya Naruto meminta bantuan Sona, tapi raja-nya itu hanya memiliki satu bidak pion yang belum terpakai. Sedangkan jika Xenovia tidak segera direinkarnasikan sebagai iblis, maka keselamatannya tidak bisa dijamin melihat ketegangan antar fraksi saat itu.

Maka sejak beberapa hari yang lalu itu, Xenovia menjadi bagian dari peerage Rias hingga Naruto mau menerima promosinya sebagai Iblis Kelas Atas.

Yah, meskipun belum ada tanda-tanda keinginan Naruto untuk menerimanya.

~*Bukan Lagi Uzumaki*~


Tiga hari telah berlalu semenjak pertemuan Tiga Fraksi yang dikacaukan oleh Katerea Leviathan dan para manusia dari kelompok penyihir, akan tetapi hari-hari sibuk untuk penerus Klan Sitri masih juga belum berakhir. Setelah selesai memperbaiki bangunan sekolah dan mengurus dokumen administrasi yang diperlukan, gadis berkacamata itu diharuskan membuat laporan detail mengenai pertemuan Tiga Fraksi sebagai formalitas kegiatan Kota Kuoh yang berada dalam pengawasannya serta rujukan keluarga untuk di kemudian hari. Belum lagi dia juga harus menyiapkan segala rencana mengenai kedatangan mantan Gubernur Malaikat Jatuh yang ditunjuk sebagai utusan perdamaian fraksi.

Adik Maou Leviathan itu kini terlihat tengah berkutat dengan berbagai lembaran kertas di meja kerjanya. Mata ungu yang sebelumnya bergerak cepat mengamati berbagai dokumen berhenti secara instan saat sebuah cahaya ungu dari lingkaran sihir muncul di tengah ruang OSIS tempatnya bekerja. Menyadari siapa yang berkunjung, dia lantas menghentikan kegiatannya secara keseluruhan.

Cahaya dari lingkaran sihir tadi berlahan meredup, dan menampakkan seorang pria berambut pirang yang mengulas cengiran lebaran. "So-chan, kau merindukanku?" Tutur pria tadi dengan penuh semangat.

Sedang gadis yang tanya hanya menghembuskan napas lelah. "Tidak." Jawab singkat gadis yang menjabat sebagai Ketua OSIS itu.

"Ugh... kau dingin sekali, So-chan!" Keluh pria berambut pirang yang kini telah duduk dikursi tamu.

"Aku sedang sibuk Naruto, jadi bisakah kau mempercepat maksud kedatanganmu?" Tukas Sona dengan nada datar.

"Ugh... kau masih saja bertingkah serius seperti itu setelah lama hidup berdampingan denganku? Sepetinya aku bukan contoh yang baik. Bahkan Sona sama sekali belum ada perubahan, meskipun dia adalah gadis yang mencintaiku." Tukas Naruto yang kini terlihat melemaskan tubuhnya seolah-olah kecewa berat dengan situasinya.

"Tch..." Sona mendecik melihat ekspresi Naruto. "Aku memang tidak tertarik mencontohmu, karena kau memang pria yang tidak patut dicontoh." Dia lantas memperbaiki posisi kacamatanya.

"Ugh..." Naruto kini terbaring lemas kursi tamu.

Sona mengulas senyum tipis saat melihat tingkah Naruto. "Jadi kenapa para Maou memangilmu, Naruto?"

"Hem?" Naruto membuka matanya, lantas kembali mendudukkan tubuhnya. "Mereka hanya berterimakasih padaku, dan menyerahkan hadiah atas jasaku mengalahkan Kokabiel serta Leviathan." Jelasnya dengan ekpresi penuh kemalasan.

"Jadi, apa yang kau terima?" Sona terlihat tertarik mengetahui hadiah yang Naruto terima.

"So-chan..." Wajah Nauto kini terihat serius, matanya menatap tajam iris ungu gadis keturunan Klan Sitri itu.

Hal itu tentu membuat Sona merasa sedikit tidak nyaman, pasalnya dia jarang sekali bahkan nyaris tidak pernah melihat Naruto berbicara dengan ekpresi serius seperti saat ini.

"...aku terkejut! Kau tadi sama sekali tidak menyangkal saat aku mengatakan bahwa kau merupakan gadis yang mencintaiku..."

"Huh?" Sona menatap Naruto dengan pandangan kosong.

"Jadi, sejak kapan kau mulai memiliki persaan seperti itu padaku?" Lanjut Naruto penuh harap. Dia tahu bahwa kedekatannya dengan Sona bukan hanya sekedar antara raja dan pelayannya, tetapi karena sama-sama memiliki perasaan spesial. Hanya saja selama ini belum ada diantara keduanya yang mengungkapkan perasaan secara langsung. Hal itu lah yang membuat Naruto penasaran, sespesial apakah dirinya bagi Sona Sitri?

Benar adanya kalau Sona ingin menikahi orang pertama yang mampu mengalahkan gadis itu dalam permainan catur, dan hal itu telah dilakukan Naruto. Akan tetapi dia tidak ingin jika ikatannya dengan gadis yang dicintai hanya berdasarkan kemenagan atas permaian catur, sekalipun itu merupakan syarat milik Sona. Dia ingin tahu jika perasaan yang dimiliki benar-benar terbalas, dan bukan delusi belaka.

Naruto masih ingat jalinan hubungannya dengan Hyuuga Hinata, karena keraguannya dia harus menerima kayataan bahwa gadis itu telah memilih orang lain. Ingin rasanya saat ini dia menjalin hubungan serius dengan Sona, tapi sebelum itu dia juga mau mendengar perasaan gadis muda di hadapannya. Sedangkan untuk dirinya sendiri, bukannya tidak ingin menyampaikan perasaan lebih dulu melainkan tidak tahu bagaimana caranya. Jika mengingat tindakannya terhadap Haruno Sakura, dia merasa malu jika menggunakan cara seperti itu. Namun di sisi lain, dia tidak pernah menyatakan cinta pada gadis selain Sakura meskipun hampir di setiap waktu mengungkapkannya tidak lah serius, justru gadis 'lah yang menyatakan keinginannya.

TUT

Tanpa sadar, berlahan wajahnya Sona terlihat semakin memerah.

BUST

Terdengar ledakan kecil dari kepala Sona. Lantas asap putih keluar dari telinga dan ubun-ubunnya, sedangkan iris ungu matanya berlahan berputar searah dengan jarum jam.

"So-chan?" Naruto menaikkan alisnya sebelah saat melihat tingkah aneh Gadis Bermata Empat itu.

"Ka-ka-kau bicara a-apa, huh?" Ucap Sona dengan terbata. Dia lantas mengangkat tumpukan kertas yang berada di atas meja, dan melemparkan kearah Naruto.

BLASH

Bukannya mengenai sasaran, tumpukan kertas yang dilemparkan Sona justru berhamburan memenuhi Ruang OSIS. "Ti-tidak menyangkal bukan berarti setuju! La-lagi pula kenapa aku harus memiliki perasaan terhadap pria sepertimu?"

"Oh..." Gumam pelan Naruto. "'Kenapa harus memiliki perasaan?', berarti dia tidak memilikinya. Hem... Pria sepetimu, huh?" Batinnya sambil mengulas senyum kecut, dengan wajah yang terlihat murung. Tapi dalam sekejap semuanya hilang, lantas tergantikan dengan keceriaan yang diiringi cengiran. "Hei... soal hadiah yang kau tanyakan tadi, aku sekarang telah berstatus sebagai Iblis Kelas Atas!" Ucapnya penuh semangat.

Yah... dua hari yang lalu setelah usainya urusan Ketiga Faksi, Naruto dipanggil ke Underworld oleh Maou. Dia dipaksa untuk mengambil promosi, dan dilarang untuk menolak karena mereka tidak ingin kemampuan Naruto yang telah terbukti dengan keberhasilannya mengalah Kokabiel dan keturunan Leviathan terbuang percuma. Mereka memandang bahwa dengan menerima status sebagai Iblis Kelas Atas maka kemampuannya akan lebih berguna bagi Komunita Iblis, Klan Sitri dan juga dirinya.

Sebelumnya, Naruto sudah menolak dua kali rekomendasi promosi karena ingin selalu berada di sisi Sona. Yah, meskipun ada alasan lain. Semakin tinggi statusnya, maka bertambah pula responsbilitasnya. Dia tidak ingin menjadi orang yang serius dan dipenuhi kesibukan seperti Sona, itu bukanlah dirinya. Dantalion atau Uzumaki, dia tidak ingin bernasib sama dengan Tsunade-baachan. Naruto masih ingat bagaimana menderitanya mengurusi berbagai dokumen saat pelatihan sebagai Hokage dibawah bimbingan Kakashi-sensei, meskipun saat itu dia merasakan adanya keanehan. Dia yang dilatih justru lebih sibuk daripada Hokage-nya sendiri.

Mendengar perkataan Naruto, tindakan aneh Sona langsung berhenti. Entah kenapa hatinya terasa begitu perih seiring melebarnya iris ungu mata gadis itu setelah memproses semua informasi yang baru saja diutarakan bidak bentengnya. "Begitu, ya?" Tanpa sadar Sona mengulas senyum hambar.

Hening.

Entah kenapa kedua makhluk berlain jenis kelamin itu kini terdiam, canggung. Sesaat pandangan mata mereka bertemu, lantas keduanya saling memalingkan wajah.

"Aku pulang dulu! Ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan, Sirzech-sama memintaku untuk segera menyelesaikannya dan menyerahkan padanya." Tukas Naruto sambil mengakatifkan sihir perpindahan.

"Naruto, selamat atas promosimu." Ucap Sona sambil mengulas senyum lembut setelah menyadari bahwa Naruto hendak meninggalkan ruangan.

Sona tahu jika Naruto akan semakin sibuk setelah dipromosikan sebagai Iblis Kelas Atas. Hal itu terjadi karena bidak bentengnya tidak seperti dirinya, memiliki keluarga yang bisa mempermudah atau mengurangi beban responsbilitas sebagai Iblis Kelas Atas. Selama ini dia bisa terlepas dari berbagai kesibukan karena keluarganya selalu membantu dan mempermudah semua urusannya, sehingga bisa lebih konsentrasi terhadap Kota Kuoh dan sekolah saja. Lain halnya dengan Naruto, pria itu sendiri sekalipun terlahir dari klan iblis. Sona hanya berharap bidak bentengnya itu mau menerima uluran tangan darinya maupun anggota peeragenya. Karena dia sudah sangat mengenal Naruto, pria itu lebih memilih menyelesaikan semuanya seorang diri.

"Yah. Terimakasih." Gumam pelan Naruto sebelum tubuhnya menghilang dari Ruang OSIS bersama cahaya sihir berwarna ungu.

Senyuman Sona terhapus dari wajahnya. "Naruto." Gumam pelan gadis itu setelah melihat kepergiaan bidak bentengnya. "Kenapa tadi aku menyangkalnya?" Bantin Sona sambil menjatuhkan tubuhnya di kursi kerja. Dia lantas mengingat ekspresi sedih dan kecewa Naruto seusai dirinya menolak mengakui persaannya. Meskipun beberapa saat kemudian wajah bidak bentengnya itu kembali menampakkan keceriaan.

"Aku... aku mencintaimu, tapi tidak sanggup mengutarakannya." Batin Sona. Kini sorot mata gadis keturunan Sitri itu terlihat redup, bahkan wajahnya nampak begitu kusam. "Sekarang Naruto merupakan Iblis Kelas Atas, dia akan semakin jarang berinteraksi lagi denganku, tidak seperti sebelumnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Andai saja... kekuatan apa ini?" Sona menghentikan perang batinnya saat merasakan kekuatan besar tiba-tiba memasuki kawasan Kota Kuoh.

~*Bukan Lagi Uzumaki*~


Naruto merebahkan tubuh di ranjang sebuah ruang kamar yang didominasi dengan warna oranye [jingga/orange]. Wajahnya terlihat kusam, sedangakan iris birunya yang tampak begitu redup mulai terpejam. Harapannya untuk menjalin hubungan serius dengan gadis yang dicintainya terasa pudar, bahkan sebelum menyampaikan perasaannya yang sesungguhnya. Entah kenapa saat itu semangatnya menghilang ketika mendengar celaan gadis itu, meskipun diucapkan dengan kesan penuh canda.

"Tch... lebih baik aku segera menyelesaikan dokumen yang diminta Maou Siscon itu." Tutur Naruto sambil beranjak meninggalkan ranjangnya.

Belum sempat Naruto menggapai lembaran dokumen, tiba-tiba saja tubuhnya mematung, matanya melebar, dan detak jantungnya mulai meningkat. "Sasuke!" Gumamnya sebelum berlari meninggalkan kamar dan mengabaikan dokumen yang menunggu untuk diselesaikan.

"Master?" Seorang gadis berambut biru memandang bingung Naruto yang pergi terburu-buru.

~*Bukan Lagi Uzumaki*~


-Hutan pinggiran Kota Kuoh-

Di sebuah hutan yang terselimuti gelapnya malam muncul tiga cahaya yang membentuk lingkaran sihir berbeda warna, merah, biru, dan ungu. Lantas sesaat sebelum cahaya itu menghilang, masing-masing dari lingkaran sihir tadi menampakkan penggunanya.

"Rias." Tukas gadis yang sebelumnya muncul dari lingkaran sihir berwarna biru.

"Sona." Tanggap gadis yang muncul dari lingkaran sihir berwarna merah.

"Hai... kalian juga datang." Ucap seorang pria berambut pirang yang muncul dari lingkaran sihir berwarna ungu.

"Naruto/Dantalion." Tukas Rias dan Sona bersamaan.

"Senpai/Sensei/Aniki/Nii-san." Sapa semua orang terkecuali Rias, Sona, dan seorang gadis berambut coklat dari kelompok Sona.

"Nii-chan! Kapan kau kembali?" Teriak seorang gadis berambut coklat yang datang dari kelompok Sona. Dalam sekejap gadis tadi sudah memeluk erat tubuh kekar Naruto, lantas menggesekkan wajah cantiknya di dada bidang pria yang baru saja mendapatkan status sebagai Iblis Kelas Atas itu. "Aku merindukanmu, Nii-chan."

"Re-chan!" Tukas Naruto yang terlihat terkejut dengan tindakan gadis di pelukannya. Sadar bahwa gadis berambut coklat itu tidak akan melepaskan pelukan untuk beberapa saat, dia hanya bisa mendesah sambil mengelus lembut kepala gadis yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. "Aku baru datang beberapa menit yang lalu." Sekilas Naruto melirik kearah Sona.

Sedangkan gadis yang dilirik hanya menanggapi dengan pandangan datar. "Reya, kita kesini bukan untuk reuniaan dengan Dantalion." Ucap Sona dengan serius sambil memperbaiki posisi kacamatanya. "Lagian dia hanya pergi selama dua hari saja." Lanjutnya. "Kenapa aku mengatakan hal itu?" Batin Sona sambil mengeratkan kepalan tangan.

"Ah, Sona benar. Kita datang ke sini untuk memeriksa pemilik kekuatan besar yang baru saja kita rasakan. Jika dugaan Sona sebelumnya benar, sumber kekuatan itu muncul di tempat ini." Ucap gadis penerus Klan Gremony. "Untuk efisiensi pencarian lebih kita menyebar..."

"Jangan! Lebih baik tetap berkelompok, karena tidak tahu sekuat apa makhluk yang akan kita hadapi." Potong Sona.

"Hem.. .aku rasa bukan ide yang buruk." Gumam Rias menyetujui usulan Sona, meskipun gadis itu terlihat sedikit kecewa.

Setelah itu, kedua kelompok peerage milik kedua penerus Klan Iblis yang termasuk Pilar di Underworld itu memulai pencarian mereka. Baik Sona maupun Rias tidak bisa membiarkan makhluk tidak teridentifikasi memasuki wilayah mereka, apa lagi jika sampai menyulut pertikaian. Dua kejadian besar yang baru-baru saja terjadi di Kota Kuoh masih belum bisa mereka tangani dengan kemampuan sendiri, sehingga membuat keduanya merasa lebih semangat untuk memastikan bahwa kali ini akan berbeda.

Namun setelah melakukan pencarian yang lama, kedua kelompok masih juga belum menemukan petunjuk. Hal itu tentu saja membuat sebagian besar dari kelompok mereka frustasi, tapi tetap tidak bisa menghentikan pencariaan sebelum memiliki titik terang. Karena jika sampai dibiarkan, kemungkinan besar Kota Kuoh akan terancam seperti sebelumnya. Mereka semua menyetujui hal itu tanpa harus mengutarakannya, sebab hampir semua dari mereka tahu betapa besarnya kekuatan yang dirasakan beberapa waktu lalu.

"Kau yakin di sini sumber kekuatan besar tadi itu, Sona?" Tukas Rias yang merasa sedikit kecewa karena pencarian mereka sedari tadi masih belum membuahkan hasil.

"Chakra."

"Koneko? Apa maksudmu dengan chakra?" Rias menaikkan alisnya sebelah mendengar ucapan Koneko.

"Energi yang kau maksud adalah chakra, Buchou."

"Benarkah?"

"Hem..." Koneko mengangguk pelan. "Aku bisa merasakan bekas adanya chakra di sini."

"Berarti dugaan Sona kalau sumber kekuatan tadi berasal dari tempat ini benar. Jadi kita hanya perlu melakukan pencarian lebih teliti. Kalau menurut Koneko benar mengenai adanya bekas chakra, berarti pemiliknya masih belum pergi jauh dari tempat ini." Tukas Rias penuh semangat.

"Memangnya apa yang kita lakukan dari tadi Rias?" Timpal Naruto.

Wajah Rias sedikit memerah setelah mendengar perkataan Naruto. "Diam kau Naruto! Aku tidak sedang berbicara denganmu."

"Oh..."

Wush

BOMMM

Ledakan besar terjadi setelah Naruto melemparkan tombak berwarna kuning yang dia buat dari emblemnya tepat beberapa meter di belakang Rias.

"NARUTO! APA MAKSUD..."

Tap

Amarah Rias reda seketika saat melihat dua bayangan keluar menghindari serangan Naruto. "Ja-jadi itu yang kau serang?"

"Aku kira kau mengetahuinya Rias, dan pura-pura mengabaikannya." Gumam Naruto sambil mengulas seringaian tipis, tapi matanya tidak pernah meninggalkan dua orang gadis yang sekarang berada tidak jauh di hadapan kelompaknya.

Wajah Rias kembali memerah, bahkan kali ini jauh lebih merah dari sebelumnya. "Tentu saja aku tau, memangnya kau pikir aku ini siapa huh?"

Tidak jauh dari kelompok Sona dan Rias berdiri dua orang gadis. Gadis yang lebih dewasa memiliki rambut coklat panjang tergerai, berkulit putih, dan mata yang tidak asing bagi bidak benteng Sona, Byakugan. Sedangkan gadis lainnya memiliki rambut hitam kelam sebahu, berkulit putih, dengan mata yang juga dikenali oleh bidak benteng Sona meskipun tersembunyi di balik kacamata bening berkerangka merah, Mata Sharingan. Keduanya mengenakan simbol yang sangat Naruto kenali, simbol dari masa lalunya.

"Siapa kalian?" Tanya Rias kepada kedua gadis tadi. Tetapi sama sekali tidak diberi jawaban, sehingga membuat ketegangan diantara kedua belah pihak semakin meninggi. Seluruh anggota peerage milik Rias maupun Sona kini juga ikut berkumpul dan bergerak cepat mengepung kedua gadis asing tadi.

Sedangkan Naruto hanya bisa terdiam, dengan mata yang melebar dan wajah menunjukkan keterkejutan. Dia mengabaikan semua pertikaain mulut yang terjadi, bahkan tidak menganggap suasana yang semakin tegangan.

Sebelum datang di tempatnya sekarang, sebenarnya Naruto sudah mengenali pemilik kekuatan. Dia tidak pernah bisa melupakan karakteristik kekuatan [chakra] milik teman dari masa lalunya, meskipun keduanya sudah terpisah sejak lama. Sebuah kekuatan yang dulunya sering menjadi lawannya, bahkan berdampingan saat situasi mendesak datang.

"Huh?" Naruto tersadar dari lamunan saat merasakan tekanan sihir yang kuat di dekatnya. Dia bisa melihat Rias mulai mengeluarkan sihir penghancur, begitu pula Sona yang siap mengeluarkan sihir airnya. "Tu-tunggu... Rias, Sona!"

"Huh... kenapa?" Tanya kedua gadis iblis itu sambil memandang tajam Naruto.

"Ada yang ingin aku pastikan." Naruto melangkah maju mendekati kedua gadis asing tadi.

"Berhenti di situ!" Bentak gadis pemilik mata Byakugan.

Naruto memenuhi perintah gadis tadi dengan wajah yang mengulas senyum tulus. Dia mulai mengingat siapa gadis pemilik mata Byakugan itu. "Baiklah, tapi izinkan aku bertanya. Apa yang kalian lakukan di sini? Dan bagaimana bisa seorang Hyuuga dan Uchiha berada di sini?"

Kedua gadis yang ditanyai sekilas melebarkan matanya. "Bagaimana kau bisa mengetahui klan kami?" Bentak gadis pemilik mata Sharingan.

"Naruto?" Sona dan Rias juga penasaran dengan jawaban Naruto.

"Ah, dimana sopan santunku. Perkenalkan, namaku Naruto Dantalion. Namun sebelumnya, aku lebih dikenal dengan Uzumaki Naruto." Tutur Naruto.

"Uzumaki?" Batin semua iblis dari kelompok Sona maupun Rias setelah mendengar perkenalan Naruto, terkecuali Sona dan Naruto sendiri.

"Naruto." Gumam pelan Sona dengan nada penuh kekhawatiran.

Hening.

Keadaan sejenak menjadi hening. Kedua gadis asing tadi terlihat kembali melebarkan mata. "Kau..."

"Hai~ Adik Hyuuga Hinata dan Anggota Keluarga Sasuke!" Tutur Naruto sambil mengulas senyum lembut.


Cerita Berakhir


Silahakn tinggalkan reviews!

Frozen Clouds.