Veei

### 15###

Disclaimer :

Naruto © Masashi K.

Harry Potter © J.K. Rowling

a. YU-GI-OH! © Kazuki Takahashi

b. La Clef du Royaume © Kyoko Shitou

rating : T

π SasuNaru π

ππDraRryππ

Warning!'

1• Fic ini mengandung Shounen-ai, Yaoi, Dengan segala hormat, yang tidak suka bisa menepi atau meninggalkan fic ini... #berasa turun pangkat.

2• Gagal EYD masih ada...

3• M-preg mengikuti...

4• Typo masih berseliweran... walaupun Est udah berusaha menguranginya...

['`:_:'`]

{•_•}

V

Perang, hal yang selalu ditakuti oleh orang-orang yang telah merasakan rasa sakit akan kehilangan yang disebabkan oleh sebuah peperangan. Serta menjadi yang paling ditunggu oleh berbagai jenis hewan predator terutama Hering, atau burung Nazar. Burung pemakan bangkai yang sering bahkan selalu datang ketempat-tempat yang akan menjadi arena peperangan. Dari angkasa terlihat tiga ekor naga yang tengah terbang rendah dan mendarat di halaman Hogwarts, tepatnya pada lapangan Quidditch yang kini tengah kosong.

Turun dari punggung ketiga ekor naga tersebut, terlihat tiga orang yang memiliki paras diatas rata-rata, yang kita ketahui bernama Winslot, Badrias Yulius serta Asthalion yang kini tengah berjalan tegap menuju kesalah satu pintu di kastil Hogwarts. Melewati lorong-lorong dengan dinding batu, Badrias lalu membuka pintu ganda besar yang berasal dari kayu oak pelan.

KRIEEET

Karena suara deritan pintu besar tersebut, seluruh pasang mata yang ada didalam Aula Besar mengalihkan perhatiannya dari santapan makan siang mereka kearah pintu ganda tersebut. Melihat tiga orang pria atau mungkin wanita dengan paras diatas rata-rata memasuki Aula Besar dengan langkah tegap dan menawan, membuat hampir seluruh siswa serta guru dan staf yang lain memandang mereka dengan pandangan kagum dan terpana.

Tanpa menperdulikan tatapan kagum dari orang-orang yang melihat mereka, ketiga pria tersebut berdenti dihadapan Severus dan menganggukan kepala sekali sebagai salam, sedangkan para guru dan stafnya membaas dengan anggukan yang sama.

"Siapa kalian?"

"Suku Naga, kami ingin menemui Uchiha Sasuke dan Namikaze Naruto."

"Suku Naga?"

"Minerva, kau awasi mereka, jangan sampai ada yang kabur lagi! Kalian ikuti aku!" Perintah Severus pada Professor McGonagall yang duduk disampingnya, mendapati anggukan dari McGonagall. Severus lalu melangkah keluar melalui pintu para staff Hogwarts dan diikuti oleh ketiga pria yang diketahui sebagai suku Naga tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

(Mansion Namikaze)

Dari arah perapian, terdengar suara 'wuushhh(?)' dan keluarlah tiga orang yang berpenampilan mencolok dan satu berpenampilan suram. Mendapati ruang perapian yang sepi, Severus lalu mengajak mereka menuju ruang tamu depan dan mendapati Suigetsu yang tengah tiduran disofa. Menguncang pelan bahunya, dan hanya disahuti dengan erangan Suigetsu pelan.

"Dimana Naruto dan Sasuke?"

"Mereka keluar membeli keperluan Menma, Louwis kerja, Lisyla sekolah sedangkan Tsunade dan Orochimaru mereka ditempat biasanya." Jawab Suigetsu rinci dan kembali tidur dan menutup wajahnya dengan bantal sofa.

"Bangun ikan!" Dengan keras Asthalion menarik bantal sofa yang menutupi wajah Suigetsu hingga terjatuh.

"Ittai, kau lagi! Mau apa kau kesini pendek?"

"Pen-dek?

"Asha!"

"Hem..."

.

.

.

"Kalian?"

.

.

.

.

.

"Ini?"

"Ya, data pergerakan gelombang energi yang mengelilingi tempat bangkitnya Gandora. Selain itu, dengan jumplah naga kami dengan naga liar lebih sediki akan membuat kalian kerepotan dengan serangan dari naga penganggu yang memihak Gandora."

"Lalu apa solusimu?"

"Kami telah memproduksi 9 pedang pembunuh naga yang telah bersatu dengan darah kami untuk menembus sisik naga,"

"Aku kurang setuju, dengan ide membunuh naga, kita bisa mengungsikan naga-naga itu kesuatu temapat. Atau kit-"

"Naruto, aku tahu apa yang kau fikirkan. Tapi ketahuilah, sejak jaman dahulu ketika naga pertama lahir, suku kitalah yang ditugaskan untuk mengatur keberadaan naga-naga itu." Sela Winslot menghentikan argumen Naruto.

"Terserah kalian" merasa percuma, Naruto lalu memalingkan wajahnya.

"Jadi siapa saja yang akan membawa pedang itu?" Tanya Orochimaru yang sejak tadi terdiam.

"Sama seperti tongkat sihir, Dragon swords akan memilih pemiliknya masing-masing"

"Bagaimana dengan kalian?" Tanya Badrias setelah sejak tadi terdiam,

"Kami sudah mempersiapkan semuanya. Kami tadi sudah menaruh keempat segel penguat dipenjuru hutan barat Hogwarts, dan tinggal memperluars areanya," terang Sasuke dengan mata yang masih fokus pada data yang dibawa oleh ketiga orang suku Naga tersebut.

"Kami percayakan masa depan kami pada punggung kalian, dan sebelumya maaf telah membuat masa depan terancam seperti sekarang..." 'aku berjanji ini yang pertama dan terakhir'

...

...

...

...…

Seharusnya siang hari dimusim panas saat ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi tidak kali ini, terlihat matahari yang engan menampakkan dirinya beserta sinarnya. Tapi kini dilangit hanya terlihat gumpalan awan kelabu yang menutupi sebagian besar wilayah atmosfer. Serta kabut yang menghalangi pandangan mata hampir tersebar diselurun penjuru Hogwarts.

Beralih pada bagian dalam hutan terlarang, terlihat segerombolan orang dengan mengenakan pakaian serba hitam telah menatap awas seorang remaja berambut hitam berantakan, tak lupa kacamata bulat bertenger apik dihidungnya. Sedang tangan kanannya memegang erat tongkat holly miliknya.

"Aku sudah datang memenuhi permintaanmu Voldemort, Jadi hentikan pembangkitan Gandora!"

"Khuhuhuhuhu... menarik, the boy who lived, memilih menerima tawaranku untuk menyelamatkan darah lumpur"

"Jangan lupakan kau juga memiliki darah lumpur ditubuhmu. Ah, tidak... yang benar darah campuran."

"Crucio!"

Ctarr

"Mantra yang sama lagi? Apa koleksi mantramu hanya itu Dark Lord?" Ejek Harry, setelah berhasil memblock serangan dari Voldemort. Semenjak menjadi murid Uchiha Sasuke, ia semakin mudah memancing emosi seseorang dengan kata-katanya, atau mempermainkan kata seperti Naruto.

"Kau..." desis Voldemort marah. Sesuai perkiraan Harry.

Wuush

Ctarr

Ktakkk

"Reducto!" mendengar lesatan mantra dari arah belakang dengan sigap Harry beralih kesamping demi menghindari lesatan mantra yang berasal dari tongkat valnut milik Bellatrix.

"Duro! Depluso!"

Wuush

Jleb, mantra pendorong yang mengenai Bellatrix dengn telak membuat tubuh wanita tetsebut terdorong hingga menabrak batang pohon. Melihat satu tumbang dengan relek yang telah terlatih Harry menfokuskan serangan pada Voldemort.

"Avada Kedavra!"

"Expelliarmus!" Dengan nafas terengah Harry mempertahankan mantranya untuk menghalau mantra milik Voldemort. Merah dan hijau yang saling bertabrakan, warna hijau dari mantra Avda Kedavra yang dikeluarkan oleh tongkat elder, melawan warna merah mantra Expelliarmus yang berasal dari tongkal holly milik Harry. Merasa aneh dengan tongkatnya yang seakan menolaknya, ah... atau mungkin tongkat lawannya, karena setahunya tongkatnya dan milik Voldemort itu bersaudara, berasal dari inti yang sama.

Karena penolakan dari tongkat sihirnya, dengan gesit Harry menggelak lesatan cahaya hijau dengan berguling kesamping. Tanpa tahu Voldemort merapalkan mantra yang sama lagi kearahnya. Entah apa yang dia rasakan saat ia berhasil berdiri tegap kembali, ia merasakan seluruh tubuhnya menjadi ringan dan rasa dingin yang menembus dadanya, hingga ia mulai menutup matanya setelah sebuah kilatan cahaya berwarna hijau mengenai dadanya. Diambang kesadarannya ia masih merasa sesuatu menancap tepat ditengkuknya.

Jleb

Bruk

"Pastikan dia sudah mati!" Perintahnya pada salau satu bawahannya. Dan dari samping kanannya maju seorang wanita paruhbaya menuju kearah Harry dan mengecek(?) Nadi dan nafasnya.

"Sudah mati my Lord"

"Khuhuhuhu... sekarang saatnya kebangkitan-nya. Bangkitlah GANDORA! GYAHAHAHAHAHA... bawa dia kita jadikan dia kado untuk para penentangku" titahnya pada satu-satunya Troll yang berada disana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu, beberapa jam sebelumnya saat Harry memilih keluar dari Hogwarts seorang diri, dan diikuti oleh bunshin Sasuke secara diam-diam. Terlihat Dihadapan mereka semua muncul empat peti kayu dari dalam tanah setelah Orochimaru selesai melakukan serangkaian segel tangan.

Kriieet...

Buumm...

Terlihat empat orang dengan wajah dan tubuh yang penuh dengan garis seperti retakan.

"Heemmm... Hogwartskah?" Gumam pria berambut pirang yang memiliki kesamaan wajah dengan Louwis.

"Geerrr... baka Otouto... jurus ciptaanmu lagi-lagi merepotkanku" omel pria berambut coklat panjang pada seorang berambut putih.

"Hn" mendapat balasan yang sangat singkat, padat dan terlalu tidak jelas membuatnya mundur teratur dan berjongkok sambil mencoret-coret lantai batu. Jangan lupakan aura ungu suram yang muncul dibelakangnya.

'Hai, pria tampan~ aku Myrtle, mau menemaniku menghuni toilet anak perempuan? Aeeerrr' goda Myrtle dengan gaya khasnya (saat mengoda Harry di kamar mandi perfec) tak lupa tiupan nakal yang diarahkan pada Hashirama yang masih duduk.

"Han tu... kyaaaaa Oh My God... Kami-Sama... huss huss... pergi sana! Hieee... jangan mengikutiku! Oh No... Tobi-chan tolong aku! Aaaarrghhhh... kenapa disini banyak hantu? OROCHIMARU SIALANNNN..." teriak Hashirama sambil berlari menghindari kejaran Myrtle yang melayang mengejarnya. Sesekali dia melemparkan kayu-kayunya kearah hantu perempuan tersebut. Yang pasti menembus tubuh transparan hingga hampir mengenei beberapa orang yang ada diruangan itu.

"Myrtle!" Panggil Severus pada hantu perempuan tersebut. Sedangkan Hashirama langsung berlindung dibalik punggung Severus.

"Wahh... terimakasih rambut klimis-san kau sangat baik" pekik Hashirama dengan aura blink blink pada Severus.

"Peeeft... BWAHAHAHAHAHAHAHA... Hashirama-sama ternyata takut hantu?" Tawa Minato membahana sambil memegangi perutnya.

"Sen sei..."

"Baka aniki,"

"Ngomong-ngomong kali ini kita dimana?" Tanya Sandaime Hokage yang mengidarkan pandangannya keseluruh arah. "Naruto"

"Hokage jii-san, Tou-san..."

"Minato, kalian benar-benar bisa menghidupkan kembali orang yang telah mati," ucap Lucius menatap Minato lekat-lekat.

"Tentu, lalu untuk apa kau menghidupkan kami lagi Orochimaru-san?" Tanya Minato yang dalam mode serius.

"Tanyakan pada anak dan menantumu!"

"Menantu?" Tanya keempat Hokage kompak.

"um... ano, Tou-san... etto, um... sebenarnya... aku um... sebenarnya-"

"Aku kekasih Naruto, apa itu salah?" Sahut Sasuke dengan evil smile. Taklupa tangan kanannya merangkul pinggang Naruto mesra.

"Kenapa menantuku jadi bocah Uchiha?"

"Sudah kuduga," sahut Sandaime Hokage sambil memainkan jangutnya.

"Duga?" Dengan Keponya Hashirama menyahut pernyataan muridnya.

"Dulu ciuman pertama mereka masih di Akademi"

"Hemm... SasuNaru, Indara dan Ashura. Jangan-jangan ada MadaHashi?"

"Mungkin saja, dulu Aniki juga sangat dekat dengan Uchiha Madara,"

Duak

"Jangan bicara yang aneh-aneh baka Otouto, aku tidak ada hubungan apapun dengan Uchiha Teme itu!"

"Panggilan sayangnya sama, Teme Dobe?"

"Hn..."

"KALIAN BERISIK! AKU SEDANG MENDISKUSIKAN RENCANA SAMA TOU-SAN" teriak Naruto jengkel.

'Mood ibu hamilnya masih nempel' keluh beberapa orang yang dulu menjdi korban kehamilan Naruto.

"Haik..." koor ketiga Kage kompak.

"Pasukan kami sudah berada diposisi,"

"Terimakasih Pangeran, berapa jumplah pasukan anda?"

"Kami hanya memiliki 64 pasukan dengan senjata lengkap"

"Perang lagi?" Tanya Hashiraa mulai serius.

"Huum, itu sebabnya Sasuke-kun meminta Orochimaru-sama dan Tsunade-sama datang. Yahh... untuk Orochimaru-sama bertugas mengunakan Edo Tensei kembali pada kalian, sedangkan Tsunade-sama bertugas membantu persalinan Naru-chan," terang Karin panjang lebar.

"Melahirkan? Bukannya Naruto itu laki-laki? Apa gara-gara efek samping dari jurus pengodanya?"

"Sepertinya tidak,"

"Kenapa kau seyakin itu Aniki?"

"Insting"

"Ehem... bisa kembali kepokok permasalahan?" Tanya Naruto yang lama-lama risih dengan tema pembicaraan mereka tentang dirinya.

Merasakan aura yang tidak mengenakan disekitar Naruto, membuat ketiga Hokage Edo Tensei tersisa diam, walaupun satu pria albino harus menurut dengan terpaksa.

"Baiklah, bagaimana keadaan Harry?"

"Voldemort berhasil membunuhnya"

"What?"

"Kenapa kalian membiarkan dia mati?" Tanya Neville antara khawatir dan ingin marah

"Tenang, Harry hanya mati suri"

"Mati suri?"

"Iya"

"Mereka mulai kemari. Pangeran, kerahkan pasukanmu untuk berpencar. Alihkan para naga agar tidak menyerang penyihir!"

"Kita mendapatkan 26 siswa yang memiliki tanda kegelapan. Dan sudah kita amankan di gudang belakang Mansion Namikaze," ucap James yang baru datang bersama Sirius.

"Mansion Namikaze? Bukankah untuk masuk kita harus berhadapan dulu dengan monster kura-kura?"

"Memang, lagipula itu hanya ilusi yang diciptakan Sasuke dan diperkuat oleh chakra Isobu~" dengan riang kembali Naruto menjelaskan masalah kemunculan Sanbi pada auror muda yang berada dihadapannya.

"Lalu kami harus melawan siapa?"

"Tidak, kalian hanya bertugas mengunakan Ninpou: Shisekiyoujin. Untuk membatasi ruang gerak serangan Gandora" terang Sasuke datar

"Tidak, kami akan ikut bermain didalam" tolak Tobirama

"Heem... seperti saat melawan Juubi, ngomong-ngomong Gandora itu apa?"

"Hanya seekor Naga yang berasal dari mitos lama yang dulu hampir menghancurkan dataran Eropa." Hampir semua yang mengetahui apa itu Gandora Sweatdrop saat mendengar penjelasan singkat dari Namikaze Minato.

"Tou-san~"

"Kenapa? Aku bicara seperti apa yang dikatakan oleh lukisan Arata Ojii-san,"

"Memang sih~—_—¡"

.

.

.

.

.

.

Sore hari, disaat matahari semakin dekat dengan kegelapan, sudah beberapa kali tempat yang mereka pijak mengalami getaran yang kini semakin kuat hingga menjadi gempa bersekala menengah yang membuat beberapa bagian dinding kastil retak. Beruntung seluruh kastil dilindungi oleh manta perlindungan yang dibuat oleh para pendahulu Hogwarts demi menghindari serangan dari beberapa makhluk sihir yang ingin menyerang.

Dari arah barat sesekali terdengar raungan Naga yang tidak terlihat wujudnya. Sedangkan dari sisi yang lain, tepatnya di danau Hitam sebagian pasukan yang dipimpin oleh Remus Dan beberapa anggota Orde beserta Suigetsu telah bersiaga dengan senjata masing-masing. Taklupa team Neville yang berisi sebagian besar club duel beserta auror juga mengcungkn tongkat masing-masing kearah langit.

Bersama-sama mereka semua merapalkan mantra Protego Maxima serta fianto duri dan repello inimicum, kearah langit untuk memperkuat pertahanan mereka. Dengan jantung yang semakin terpacu dengan cepat, hanya tinggal menunggu genderang perang benar-benar dibunyikan dengan bangkitnya Sang Naga Penghancur. Tongkat, pedang, busur mereka pegang dengan erat. Haya satu harapan, mereka dapat bertahan dari hari kelabu ini. Siap atau tidak siap mereka yang memilih bertahan dan melawan, harus menerima semua kosenkuensi(?) Yang mereka pilih. Untuk keluarga, teman, saudara bahkan masa depan mereka pertaruhkan dihari ini. Harapan, Do'a dan usaha mereka satukan menjadi kegigihan dan kekuatan.

Tidak, mereka tidak ingin kalah, menjadi pecundang bahkan menjadi budak kegelapan. Tunduk kepada Dark Lord itu hanya akan menjadi mimpi, hanya sebatas mimpi, karena mereka akan bangkit dan menghancurkan bunga tidur kelam ini.

"Menyerahlah kalian semua, The Boy Who Lived kalian telah mati, tunduklah padaku! maka, akan ku bebaskan kalian dari kematian hari ini!" Dengan mengenakan mantra Sonorus, Voldemort mengeluarkan ultimatum hingga mengema keseluruh penjuru Hogwarts.

"Wahhh... kau hebat Voldie, bisa mengalahkan muridnya Sasuke. Lagian apa benar-benar mati?" Lagi-lagi mood ibu hamil Naruto kamuh kembali

"Troll lempar mayat The Boy Who Lived mereka!"

Bruk

Ngeri, tentu saja. Dengan entengnya Troll tersebut melempar tubuh Harry dari ketinggian hingga terdengar suara debuman yang cukup keras.

"Harry!" Panggil Draco pelan sabil berlari kearah tubuh Harry.

"Sepertinya kalian harus kuamankan," dari belakang Draco muncul kilatan kuning yang tak lain adalah Naruto. Yang langsung memegang pundak kanan pemuda berambut pirang platina tersebut yang tengah membopong tubuh Harry, sehingga mereka bertiga menghilang dari hadapan kedua belah pihak.

"Sialan kau Namikaze!" Raung Voldemort marah melihat ketiga orang yang sebelumnya berada dihadapannya menghilang.

"Ah, kau tidak berubah Voldemort-san. Bukankah kau yang melebeli nama Namikaze kami dengan kata Sialanmu itu?" Balas Minato dengan entengnya, tak lupa senyum politiknya.

"Namikaze Minato," desis Voldemort menatap Minato bengis serta penuh akan dendam.

KAABUUMM

ditengah mereka meluncur jatuh seekor naga yang tertancap panah emas milik salah satu pasukan Winslot.

Kratak

Kraaak

Whuush...

"Ah sudah dimulai,"

mengalihkan perhatiannya dari Voldemort, Minato menengok kearah hutan yang berada disebelah barat kastil Hogwarts dan terliha ditengah-tengahnya seluruh pohon mulai runtuh dan muncul cekungan berdiameter sekitar 10 meter, tak lupa pohon-pohon disekitarnya mulai mengering dan berubah menjadi arang. Kurang dari satu menit kemudian muncul urat-urat yang menonjol ditanah yang berada dalam cekungan.

'Sesuai cerita asli, Gandora akan benar-benar bangkit setelah keempat kunci disatukan. Api adalah nafasnya, lava adalah air matanya, tanah adalah leburan kulit dan dagingnya. Dia akan sangat kesakitan saat awal pembangkitannya. Dan disaat itulah dia berada dititik terlemah. Saat keempat kunci perlahan menyatu menjadi bagian dalam tubuhnya. Saat itulah kesempatan kita menghancurkannya'

'Baik, akan kami ingat,'

'Tidak akan semudah yang kalian fikir, karena dari permata merah yang berada diseluruh tubuhnya akan melindunginya dengan menembakan energi penghancur kesegala arah'

'Jadi akan menyusahkan jika menyerangnya dengan serangan jarak dekat'

'Ya, jarak lesatan energinya mencapai 3 km. dari sumber, dengan interfal 0,5 detik.'

'Jadi untuk type jutsu jarak dekat hanya bisa mengunakan hiraishin untuk mencapinya,'

"Akan kubalas kau Namikaze!" Murka Voldemort pada Minato karena kekalahannya dulu, serta campur tangan Minato terhadap kebebasan Lucius Malfoy.

"..."

"Abaikan dia Yondaime! Kita harus cepat! Kita gunakan Kage Bunshin kembali" Perintah Tobirama

"Haik"

"Kage Bunshin no Jutsu"

Poof

Poof

Poof

Poof

Setelah keempat Hokage mengucapkan jutsunya, keempat bunshin Hokage tersebut langsung menghilang, mengabaikan kemurkaan Voldemort yang semakin geram karena diacuhkan.

.

.

.

"Apa kau masih menginginkan ini Voldemort?" tanya Sasuke dambil mengeluarkan lima benda yang kita ketahui sebagai Horcrux milik Voldemort.

"Kurang ajar! kembalikan!"

"Akan kukembalikan setelah memjadi abu!"

"Amaterasu!"

Whuushh...

Deg

Penuh, itulah yang dirasakan oleh Voldemort setelah kelima Horcrux miliknya yang tersisa dihbakar oleh api hitam milik Sasuke.

Melihat raut wajah Voldemort, Sasuke menyusul keempat Kage dan Naruto yang sebelumnya telah berada diposisi masing-masing.

Melihat lawannya menghilng dengan acak Voldemort menyerang beberapa anggota Orde dan diikuti oleh para Death Eather.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku lawanmu Voldemort" ucap Harry yang tiba-tiba datang dan berhasil mengarahkan satu serangan dibahu Voldemort.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pecah, perang kini telah berada dipuncaknya. Dengan datangnya sang naga penghancur Gandora, serta turut sertanya beberapa pihak yang sebelumnya menghilang kini menjadi bukti seberapa besar perang kali ini.

GOOOARRR...

KRAKKKKK

KRAKKKKK

WHUUUSSSH

Udara disekitar mulai panas, serta urat-urat tanah yang memonjol keluar semakin membuat perang antar monster semakin memanas.

Sedangkan yang dibagian penyihir sudah mulai mereda. Serta beberapa naga liar yang mulai bergelempangan hampir disetiap tempat, bahkan ada beberapa yang tersangkut di atap kastil Hogwarts.

Trang

Jleb

Bruuuk

"Masih ada sebelas ekor lagi Jendral Yulius, dan kita harus cepat, mereka sudah mulai kelelahan!" Ucap salah seorang suku naga yang baru saja menebas seekor naga Romanian Longhorn. Naga asli Rumania. Yang memiliki habitat di pegunungan. The Longhorn Rumania, naga yang memiliki sisik berwarna hijau tua, dan dua pasang tanduk yang biasa ia jadikan senjata penyerang itu telah tergeletak karena sabetan pedang yang dibuat dengan darah suku naga.

"Aku tahu"

.

.

.

.

.

.

"Imprescuro!"

"Imrecionima!"

"Imitario hominum!"

"Impetio mortis!"

Wuuushhh

Ting

Slaab

Buum

Entah itu serangan dari lawan ataupun kawan, semua rapalan mantra terdengar bersahutan dan diiringi suara lesatan dari mantra yang menabrak target ataupun meleset jauh dan meledak diudara hampa.

.

.

.

.

HANCUR, itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan Hogwarts saat ini. Begitu banyak dinding dan bangunan yang rubuh, serta tubuh-tubuh bergelimpangan dengan kulit pucat, membiru, terbakar bahkan terpotong hingga hancur. Jangan lupakan beberapa ongkok tubuh naga yang tercecer,

Bahkan banyak manusia serigala yang juga menjadi seongkok mayat yang ikut mewarnai tanah Hogearts.

Diseluruh pandangan yang sebelumnya sangat indah dengan pohon pohon yang hijau, rumput-rumput yang menutupi tanah kecoklatan kini hanya tersisa satu dua helai daunnya yang masih mampu bertahan dari injakan kaki kaki berlarian.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu,

Ditengah lapangan yang cukup luas muncul kabut hitam pekat serta abu-abu yang yang saling bertubrukan, seakan saling menyerang dan mendominasi satu sama lain. Hanya kurung waktu beberapa detik, kedua kabut tersebut menghilang lalu muncul lagi di pinggir lapangan, hilang lagi, dan muncul lagi ditengah lapangan, tapi kini bukan hanya kabut hitam dan abu-abu. Tapi dua orang, satu berjubah hitam dengan wajah rata, dan seorang lagi remaja berumur sekitar enam belas tahunnan saling beradu pedang dan mantra. Hingga remaja tersebut terdesak dan terbaring dihadapan pria dengan wajah mirip ular yang kini mulai memudar dan terlihatlah seorang pria berambut gelap dengan wajah yang cukup tampan berjogkok dan mencekram dagu remaja tersebut dengan tangan kirinya.

Meringis pelan dengan nafas terengah, serta keingat yang membasahi wajah punggung dan rambutnya hingga lepek. Tak lupa beberapa luka gores serta ruam merah menghisi tubuh dan wajahnya.

"Kuakui kau semakin menarik Potter, lebih menarik dari ayahmu— desis Voldemort sambil menyingkirkan poni rambut Harry yang menutupi bekas luka yang membentuk sambaran petir didahi kirinya— bagaimana? Apa kau mau tunduk padaku?"

"Dalam mimpimu Voldemort!"

"Aaarghhh"

"Tidak akan ada kemenangan untukmu Potter, bahkan dengan kau menukar tongkat sihirmu dengan milik Malfoy muda itu" ucapnya meremehkan dengan mengoreskan ujung tongkat Alder pada pipi putih Harry hingga mengalir darah segar dibekas goresan itu.

"Ascendio!" Dengan pelan Harry merapalkan mantra kearah Voldemort, dan membuat tubuh Harry melesat keatas hingga cengkraman Voldemort pada Harry terlepas.

"Hasil akhir masih belum terlihat Voldemort"

Wussh

Daar

Trang

Trang

Chiiit

Kembali suara dua mantra saling beradu, jangan lupakan suara dua pedang yang saling bergesekan mengiringi setiap langkah dan kemunculan kabut yang berasal dari dua orang itu.

.

.

.

.

.

.

Sedangkan didalam kekkai merah terlihat keempat Hokage Edo Tensei dan dua orang yang tak lain adalah Sasuke dan Naruto.

Dengan posisi mengepung seekor naga yang masih belum lengkap tubuhnya. Karena dibelakan tubuh besarnya sepasang sayap naga tersebut masih dalam bentuk kerangka yang terlihat sangat keras menyerupai besi bahkan mungkin lebih keras. Disetiap tulang itu dindungi oleh bola-bola menyerupai kristal berwarna merah yang mampu menmancarkan energi kemerahan seperti laser.

HAAARRRR

GOOAAARRRR

Raung naga tersebut keras hingga menggetarkan dinding kekkai.

.

.

.

.

Seakan kesakitan, Naga tersebut mengeluarkan cairan menyerupai lava, mungkin memang benar lava dari kedua matanya.

"Mokuton: Mokuryuu No Jutsu" dari dalam tanah muncul lima naga kayu yang melilit pergerakan naga yang hampir mendekati sempurna tersebut.

"Naruto! Sasuke!"

"Haik/hn"

"Shakuton: Korin Shippu Shikkoku no Ya ZeroShiki" dengan perantara kunai Hiraishin yang telah dilempar oleh Minato sebelumnya, Naruto dan Sasuke muncul dihadapan Gandora. Dan melemparkan jurus kolaborasi mereka tepat didada Gandora yang didapati kristal merah besar.

Merasa terancam, dengan sigap Gandora memotong naga-naga kayu milik Hashirama dengan kedua tangannya yang memiliki kuku-kuku tajam. Sedangkan mulutnya mengigit salah satu naga kayu hingga remuk.

AAARRR

Wiiingg

Wuuuush

DUUAAAAARRRR

Terjadi ledakan antara jutsu kolabirasi Sasuke dan Naruto menghadapi energi merah yang dapat menghancurkan sebagian dataran yang mereka pijak saat ini.

KRAAK

PYARRR

terdengar suara retakan dan disusul suara benda pecah.

"Aku dan Tobirama-sama berhasil menghancurkan sebagian besar permata merahnya"

"Terimakasih Tou-san, saatnya kita beraksi Kurama, Sasuke!"

"Hn, Susano'o"

"Kuchiyose no Jutsu: Enma"

Telihat Susano'o sempurna milik Ssuke mendekati Kurama dan kembali bersatu sehingga kini Naruto dan Sasuke berdiri dikepala Kurama yang dilindungi oleh semacam helm transparan. Sedangkan dari arah Sandime Hokage seekor kera muncul dan berubah menjadi sebuah tongkat

"Kurama, pakai ini!" Ucap Hiruzen sambil melemparkan tongkat Enma yang membesar hingga pas ditangan kurama.

Dengan kecepatannya Kurama menghilang dan muncul kembali didekat gandora. Memukulkan tongkat Enma dengan keras, kurama lagi-lagi muncul disamping Gandora yang oleng dan kini tersungkur setelah mendapatkan pukulan kembali dikepalanya. Mengabaikan lesatan energi merah yang keluar dari sisa permata yang masih tertempael ditubuh Gandora hingga mengenainya. Ah, yang benar mengenai armor Susano'o diseluruh tubuhnya.

"Khehehehe... Enma, memanjang!" Perintah Kurama dengan girangnya karena bisa kembali meregangkan otot-otot kakunya.

Wuishh..

Braaak

Dengan keras Gandora menabrak dinding kekkai

GOOOAAARR

"Kekkai semakin melemah, dinisi kami serahkan pada kalian Naruto, Uchiha! Kami akan memperkuat Kekkai" ucap Tobirama yang muncul diatas kepala Kurama, dan lagsung ditanggapi oleh acungan jempol dari Naruto dan anggukan dari Sasuke.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ting

Tringg

Tangg

Jleeb

Uhuk.

"Maaf, aku memang benar-benar harus membunuhmu Voldemort, untuk kusanyangi"

Cuogh

Uhuk

"Jangan meremehkan ku Potter! Aku tidak akan bisa mati dengan luka kecil ini"

"Terserah apa katamu orang tua" balas Harry langsung berbalik pergi mengabaikan ucapan Voldemort.

Ohok

"Khe setidaknya kau harus ikut mati bersamaku Potter! Avada Kedavra!" Rapal Voldemort mengacungkan tongkat Eldernya kearah punggung Harry.

"Expelliarmus!" Dengan reflek yang cepat Harry berhasil mengeblock serangan mantra dari Voldemort.

Lagi-lagi, kedua cahaya yang berwarna hijau dan merah saling bertabrakan dan saling mendominasi. Karena kondisijya yang semakin lemah, mantra Voldemort akhirnnya berhasi dikalahkan dan berbalik arah mengenai dirinya sendiri.

.

.

.

"Kfufufufu~ hari ini kau makan banyak Manda. Oh no no no~ jangan yang itu! Bocah manis itu berada dikubuku!" Denga tawa khasnya Orochimaru memberi makan Manda, ular kesayangannya dengan mayat-mayat para Death Eaters (sekalian membersihkan Hogwarts dari para bangkai)

.

.

"Professor, aku membawa korban lagi!" Teriakan dari pintu ganda aula Hogwarts membuat Poppy Pomfrey mengalihkan perhatinnya dari korban yag sedang ia tanganni.

"Astaga Remus! Taruh disana Alice! Kau juga sembuhkan dulu lukamu!"

"Biar aku yang menanganinya" ucap Tsunade dari arah pintu ganda. Ya, saat ini aula Hogwarts memang dialihfungsikan menjadi tempat team medis, karena jika menuju Houspital wings akan sangat jauh dari lantai satu.

"Baik nona Tsunade!"

.

.

.

"Suiton: Goshokuzame" muncul lima ekor hiu air dari arah danau Hitam yang mengarah kearah para Death Eaters yang tersisa.

"Yo Juugo! Disini aku sudah selesai" sapa Suigetsu saat mendapati Juugo menuju kearahnya.

"Hem, banyak mayat. Orochimaru-sama akan dengan leluasa memberi makan Manda dan anak-anaknya"

"Eohh~ setidaknya Manda dan Aoda bisa membersihkannya"

"Mereka bisa mengalami obesitas kalau hanya memakan anjig kampung kering seperti mereka"

.

.

.

"Bijuu Damma"

WUUSH

GOOAARRR

BLAAARRRR

Kembali, terdengar ledakan dasyat dari arah Kekkai. Bahkan getarannya sampai mencapai kastil Hogwarts.

"Sudah bukan lagi pertarungan antar manusia, tapi pertarungan antar monster" decak Ron kagum

"Me menakutkan" sahut Neville.

"Itu keren menurutku, tapi sayang dengan teropongpun masih belum bisa melihat dengan jelas karena terhalang kekkai merah milik keempat Hokage" timpa Harry mengalihkan pandangannya dari teropong yang dibawanya kearah Neville.

"Mau mendekat kearahnya?" Tawar Draco

"Boleh?"

"Kalian bisa kesana. Tapi, jangan terlalu dekat dengan kekkai merah itu!"

"Ok, terimakasih pangeran"

Dengan semangat Haya dan anggota LD memanggil sapu terbang masing-masing dan terbang meninggalkan menara astronomi.

"Gandora semakin kesakitan"

"Aku tahu Bad, mereka benar-benar akan menepati janjinya"

"Setidaknya mereka tidak memiiki omongan setipis kertas"

"Ahahahaha... itu sudah beribu tahun lalu Asha, jangan kau mengingatnya!"

"Hen"

"Sudahlah Asha," ucap Winslot pelan sambil manarik Asaha dalam dekapnnya guna melerai adu deathglare antara sang adik dengan jendralnya.

.

.

.

"Kita serang beruntun Kurama, Sasuke! Jangan biarkan dia mengumpulkan energi kembali dan menembakknnya!"

"Bijuu Damma!"

"Kagebunshi no Jutsu"

Poof

Poof

"Katon: Goryuuka" terlihat semburan api besar menuju kearah langit. Hingga membuat awan yang dikenainya mengeluarkan percikan petir.

"Kirin"

"Senpo : Yoton Rasen Shuriken"

"Senpo : Jiton Rasengan"

"Fuuton Rasenshuriken"

BLAAAARRRRR

DUAAAARRRR

KRAAAK

KRATAK

PYARRR

"Bijuu Damma"

BLAAARRRR

WUUUUUSSSSHHHH

PPPYAAAAAARR

" Mokuton: mokujoheki" dengan sigap Hashirama memunculkan perisai kayu berbentuk 1/4 lingkaran yang muncul dari tanah untuk menghalau ledakan duna melindungi penyihir muda yang berada dibelakangnya.

"Haah hah ha haah... " dengan nafas terengah dia menghilangkan kembali jutsunya setelah ledakan selesai.

"Kalian tidak papa?" Tanya Minato yang baru datang dan disusul oleh Tobirama dan Hiruzen cemas.

"Kami baik paman Minato" jawab Harry mewakili teman-temannya.

"Syukurlah"

.

.

.

.

Setelah debu dan asap menghilang, kini dihadapan mereka tergeletak seekor naga yang tak lain adalah Gandora. Bagai tempurung tanah yang telah retak terkikis oleh angin, kini seperti itulah kedaan Gandora. Kulit dan dagingnya kembali menjadi leburan tanah. Dan disusul oleh tulangnya yang keropos menjadi serbuk besi, sedangkan pecahan kristal merahnya menjadi serpihan cahaya berwarna merah yang terbang tertiup angin.

Sedangkan Kurama yang sudah berumah dalam mode manusinanya dengan gaya angkuhnya dia mengikuti Naruto dan Sasuke menuju kekumpulan para penyihir serta keempat Hokage Edo Tensei.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah kemarin berjuang melawan kegelapan hingga menahan mereka dari rasa ngantuk dan lelah kini terlihat mereka mulai mengangkat bibir mereka dengan senyum kebahagiaan. Semua kerja keras mereka akhirnya terbayar sudah dengan kemenangan telak.

Terlihat matahari tanpa malu dan ragu lagi menyingsing diufuk timur, kembali memberi sinar kehidupan bagi setiap makhluk yang mendamba kehangatan. Berbagai jenis binatang juga mulai bermunculan, menghiasi hutan gersang bekas pertempuran. Dari ranting kecil yang kering terlihat sebuah kepompong yang mulai mengelupas hingga keluarlah sebuh kupu-kupu yang cantik memulai kehidupannya dengan terbang bebas. Membelah langit biru, menembus awan bagi busa ingga tak terlihat.

Nyanyian alampun tak luput ketinggalan, gemericik riak air yang berasal dali lonpatan ikan dan duyung, kicauan burung dan jangkrik mengiringi alunan indah para dutung yang muncul.

Ah, sebaiknya kita beralih ke aula besar yang kini sudah kembali menjadi tempat berkumpul juga tempat tidur sementara. Bahkan keempat asrama serta auror dan suku naga bersatu dan tidur memenuhi aula yang diperluas dengan mantra perluasan.

"Naruto bangun" dengan sabar Minato membangunkan Naruto dengan menggelus rambut putranya pelan.

"Huum... Naru masih ngantuk" lirih Naruto yang semakin mengeratkan pelukannya pada Sasuke.

"Masih belum bangun mereka?"

"Belum Tsunade-sama"

"Kfufufu... serahkan padaku Yondaime,"

"Tolong ya Orochimaru-san"

"Ehem~ Naru-chan Menma menangis dikamarnya bersama Aoda"

"Aoda, APAAA... TEME KAU APAKAN ANAKKU"

Duak

Brukk

"Ittai.."

"Adududuh..."

"Eh, Tou-san? OROCHIMRU SIALAAANNNN!" teriak Naruto menggelegar dipagi ini.

.

.

.

.

.

.

.

"Waaahhh~ Menma-chan sangat manis" dengan mata berbinar Minato mengangkat bayi yang baru berumur tiga bulan tersebut tinggi-tinggi.

"Waaahhh, benar-benar manis Minato. Selamat kau akhirnya punya cucu!"

"Terimakasih Hashirama-sama, aku bisa mengendong cucu ku, uuhhh... ingin teriak kyaaaa"

"Uh uh... sama, iihhh gemesin... perpaduan Uchiha Namikaze Uzumaki"

"Benar juga!"

"Huum, lihat saja Tobirama! Bentuk wajahnya mirip Sasuke, bibir dan hidungnya mirip Mito-chan lalu matanya coppy paste dari Minato, sedangkan tiga garisnya dari Naruto"

"Hahaha... cucuku pasti tampan seperti kakeknya" ucap Minato Narsis.

Ya, setelah insiden teriakan Naruto, Menma yang saat itu diajak oleh Winslot langsung diserahkan pada Naruto. Tapi karena Naruto Mandi, Menma lalu dimonopoli oleh keempat Hokage Edo Tensei. Hingga membuat para biasanya bersama Menma hanya bisa gigit jari.

"Sev, Lucy, James sini!" Panggil Minato pada ketiga teman lamanya yang kebetulan lewat.

"Louwis diman? Tanya James yang sejak tadi mencarinya"

"Mengantar Lisyla kesekolahnya tadi. Kalian perkenalkan mereka Hokage pendahuluku"

"Kami tahu" jawab Lucius singkat dan diangguki oleh Severus dan James.

"Kalian tidak membantu reparasi Hogwarts?"

"Sudah hampir selesai, lagian Aku berniat meliburkan mereka sementara waktu"

"Waaahhh kau baik sekalih Sev"

"Tidak seharusnya menjadikan alasan perang untuk meliburkan sekolah" sahut Tobirama yang kurang setuju dengan rencana Severus.

"Maa~ Tobirama-sensei, mereka sudah sepatutnya mendapat libur setelah apa yang mereka lalui kemarin"

"Setuju dengan Hiruzen, ini dunia sihir Tobi. Jadi tidak ada salahnya kita bersenang-senag dulu sebelum kembali"

"Kalian membahas apa sih Tou-san?" Tanya Naruto yang baru saja datang.

"Hanya membahas liburan kq Naru-chan"

"Ohhh... Jii-san mau?" Sambil menaruh bungkus coklat kodok dihadapan semua.

"Apa ini?" Sambil mengambil satu butir Coklat berbentuk katak dengan ibu jari dan hari telunjuknya. Mendapati coklatnya bergerak-gerak Hashirama langsung melepaskan jepitannya hingga membuat coklat tersebut langsung melompat "coklatnya bisa gerak"

"Heem, enak... bis langsung meleleh dimulut" komentar Hiruzen sambil menutup matanya.

"Benarkah?"

"Iya Sensei, cobalah!"

"Menma-chan susu saja yah..." ucap Naruto menyerahkan botol susu pada Minato.

"Huum... ayo diminum susunya Menma-chan, uwiiinggg pesawatnya mau melandas~ buka mulutnya Menma-chan"

.

.

.

.

"Naruto-nii,"

"Ada apa Harry?"

"Mereka, maksudku orang-orang suku naga sudah mau kembali"

"Kenapa terburu-buru?"

"Iya"

"Kami harus kembali Naru"

"Um... baiklah aku akan mengantarmu" dengan wajah berseri Naruto memeluk tangan Winslot Mesra.

"Pest... Sev, Naru dan si Pangeran itu sangat serasi ya?" Ungkap James yag melihat keberadaan Sasuke

"Hem"

"Hem mu itu berarti iya"

Sedangkan tak jauh dari mereka berdiri Sasuke yang menebarkan aura Suram dan mencekram, James sediri langsung pergi karena tidak kuat merasakan aura intimidasi dibelakàngnya.

"Tenanglah Sasuke, aku yakin kalau Naruto tidak akan meninggalkan mu"

"Hn"

"Haaah, mereka ini?"

.

.

.

.

.

"Harry, akhirnya aku mendapatkan waktu berdua denganmu kembali" bisik Draco ditelinga kiri Harry,

"Dray, kenapa kau membawaku kemari?"

"Tentusaja menghabiskan waktu denganmu, my love"

"Heemm... bibir ini, pria tua itu telah menyentuhnya, dan kerasakannya"

"Ma—"

"Jangan meminta maaf! Karena kutahu kau tidak menginginkannya" negecup tengkuk Harry lembut, Draco dengan berani merapatkan pelukannya.

"Engh, te terlalu dekat Dray, ki kita juga masih dibawah umur"

"Maukah kau mengandung anak-anakku nanti Harry?" Tanya Draco seduktif, jangan lupakan tanganya kini tengah masuk didalam baju Harry, dan mengusap perut Harry pelan dan ringan.

"Uuh, aku laki-laki Dray, maaf... aku tidak bisa" tolak Harry menjauhkan dirinya dari Draco.

Greb

"Aku bertanya kau mau Harry, bukan bisa" tarik Draco memeluk Harry erat

"Aku mau, tapi aku tidak bisa"

"Kau bisa! Aku, Sasuke-san memberiku ramuan yang bisa membuat laki-laki hamil"

"Jagan bercanda! Aku tidak mau terlalu berharao lagi Draco, aku tidak ingin"

Cup

"Aku serius, dan aku sudah memikirkannya jauh-jauh hari, kalau kita akan memenikah setelah kita lulus Hogwarts!"

"Aku mau, aku pasti mau!"

.

.

.

.

.

.

.

.

Dilapangan Quindick, terlihat Naruto dan yang lainya melambaikan tangan kearah sekumpulan naga yang tengah terbang menjauh, tepatnya pada para penunggannya. Disana Winslot membalas lambaian Naruto dengan senyum malaikatnya.

"Ah, mereka sekumpulan orang-orang tampan yang sangat menarik, kyaaa andai saja diantaranya mau denganku" teriak Pansy sambil menutup kedua pipinya yang blusshing dengan kedua telapak tangannya.

"Dasar"

"Ngomong-ngomong Tou-san, kalian akan tetap disini atau pulang?"

"Walaupun disini sangat menyenangkan tapi tempatku bukan disini Naru,"

"Lagipula aku sudah rindu dengan Mito-chan"

"Hn"

"Sasuke, tolong jaga Naruto untukku! Apapun penolakan orang, aku selalu merestuimu" petuah Minato sambil memeluk menantunya,

"Terimakasih Mi—"

"Tou-san! Kau juga putraku, jadi panggil aku Tou-san"

"Terimakasih Tou-san, terimakasih!"

"Louwis, Sev, James, Lucius, Sirius selamat tinggal" perlahan tubuh Minato mulai melebur, seperti menjadi robekan-robekan kertas yang mengelupas. Menyusul ketiga Hokage yang sudah menghilang terlebih dahulu.

END

(Omake)

Tiga tahun telah berlalu, dengan segenap perjuangan dan kerja keras, Akhirnya Draco berhasil meyakinkan kedua belah pihak keluarga mengenai hubungannya dengan Harry.

.

.

.

"Mau kemana Sasuke-kun?" Tanya Naruto yang tengah memangku Menma di ruang keluarga Malfoy.

"Toilet"

Setelah seharian membantu acara resepsi pernikahan antara Draco dan Harry. Naruto memutuskan menginap sehari di kediaman Malfoy.

Sebenarnya bukan hanya pasanggn SasuNaru saja, tapi Para orang tua juga ikut menginap. Terlihat James, Sirius, Ron dan Lucius tengah berdiri saling tindih didepan pintu pasangan pengantin baru tersebut.

Samar-samar mereka mendengar suara rintihan Draco dari dalam kamar.

"Uuhh... hati-hati! Argh, kau menusuknya terlalu dalam Harry"

"Diamlah Dray, kau terlalu berisik!"

"Myakk, jangan mendudukiku!"

"Nyie uurg jangan keras-keras!"

Plak

"Jangan menaparku, sakit tahu!"

"Rasakan!"

"Gyaa Harry, kau mengenainya"

"Mau lagi"

"Uuh, rasanya nikmat"

"Tentu saja, jangan meremehkan kemampuan Harry James Potter"

"Malfoy, Harry Malfoy"

"Cerewet"

Krutuk

"Aaagh jangan yang atas Harry, bawah saja!"

.

.

.

.

"Oh My Merlin... putraku berada dibawah"

"Yang sabar Lu!"

.

.

.

.

"Ne~ Menma-chan, mau Kaa-san ajari mantra baru"

"Uum` mau Kaa-chan"

"Bagus! Katakan 'Alohomora' sambil arahkan tongkat Kaa-san kearah pintu kamar Uncle Darco!" Dengan evil smirk Naruto menyerahkan tongkat Adam miliknya kepada Menma.

Dengan binar polos dimatanya Menma mengarahkan tongkat Naruto tepat kearah pintu mahoni bercat coklat kayu tersebut.

"Alomomola!" Seberkas cahaya keperakan meluncur lurus kearah pintu kamar Draco dan,

Wuush

Ctik

BRUUG

Dengan cepat pintu tersebut menghilang, sehingga membuat keempat pria yang mengintip tersebut terjatung dengan posisi saling tindih.

"YAKKK! KALIAN SEDANG APA DIDEPAN KAMARKU?" teriak Harry dengan wajah memerah.

"Aa, aku sedang mencari Mione. Daah"

"Ka kau sendiri sedang a apa?" Tanya Sirius dengan kata patah-patah

"Tentu saja sedang memijit Draco, memang kenapa? Dia kan sedang kelelahan"

"Kelelahan?"

"Huum, tadi dia bilang dia dikejar anjing gila saat mencari mangga untukku"

"Mangga? Untuk apa?" Tanya polos James

"Bukannya wajar Suami menuruti keinginnan istrinya yang sedang nyidam?"

"EEHHH NYIDAM?"

"Lily, hiks... anakku sudah tidak polos lagi"

xxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxx

tiada pesan dan kesan

yang selalu kutunggu

selain beberapa ungkapan

dikotak Review ^_^

.

.

.

.

Mohon kritik dan sarannya...

agar est bisa menulis kata yang lebih baik

Ummm...

Hai, maaf est lama dan tidak bisa membalas review satu-persatu, tidak est sangka sudah 5k+ dan setelah est copy dan paste diWPS selalu ada tulisan tutp paksa, jadi sekali lagi rst minta maaf.

tak lupa est juga ucapkan terimakasih sebesar-besarnya pada minna-san karena menyempatkan review, fav bahkan follow cerita est yang masih mempunyai banyak kekurangan ini...

sampai jumpa di fic est yang lain...

Glondonggede, tby- Tuban : 2016-07-24

Salam sayang dari

Ai no Est