BRAAKK!

'KYAAAA!'

.

.

.

Jimin terbangun dari tidurnya, terkaget mendengar suara benda yang terbanting cukup keras. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang kamarnya.

"eomma?" Jimin memanggil eommanya dan ia tidak mendengar sahutan dari eommanya.

"appa?!" berharap ada sahutan dari appanya. Namun, nihil. Tidak ada sahutan

Perasaan Jimin mulai tidak enak, ia memberanikan diri untuk turun ke lantai 1 rumahnya dan saat ia sudah menapakkan kakinya di anak tangga terakhir, Jimin menahan nafasnya. Tidak- ia tidak menahannya. Tapi ia lupa bagaimana cara bernafas, saat didepan matanya ia melihat mayat kedua orang tuanya yang berlumuran darah.

"Andwae... ini tidak mungkin." Jimin mendekati mayat kedua orangtuanya.

"ini mimpi, ini tidak mungkin terjadi." Jimin terjatuh melihat kedua orangtuanya dalam keadaan yang mengenaskan. Air mata sudah tidak dapat ia bendung, ia menangis bersimpuh di depan mayat kedua orangtuanya.

"EOMMA!? APPA?! Bangun! Bangun! APPA! Hiks hiks- bangun. Eomma hiks- bangun eomma. Jebal hiks ba-bangunlah" suara Jimin semakin kecil sementara kenyataan semakin besar melingkupinya seakan memberikan realita yang pahit untuknya.

Jimin mencium bau asap dari luar rumahnya dan saat ia melihat ke atas, ia tersadar bahwa rumahnya terbakar. Api mulai menyebar, memakan seluruh benda yang ada didekatnya. Jimin diam dan membiarkan dirinya terbakar oleh api.

"appa~ eomma~ jimin mencintai kalian. Tunggulah... Jimin akan segera bertemu dengan kalian.." Jimin tersenyum lirih, ia sudah mati lebih dulu sebelum api melahap dirinya. Ia kehilangan jiwanya... kedua orangtuanya. Ia tidak merasakan sakit, meskipun panas api telah menelan tubuhnya membuatnya terbakar.

-YO JMIN-

.

Jimin terbangun dari tidurnya di pagi hari. Ia mengedarkan tatapannya keseluruh penjuru ruangan yang terasa asing baginya. Ia merasa ada yang aneh, dan-

'tunggu! Kenapa aku masih hidup? Bukankah seharusnya aku sudah mati?' jimin bangkit dari posisi tidurnya, melihat secara keseluruhan tubuhnya. Apakah ada luka bakar atau apapun itu... nihil. Tidak ada luka apapun pada dirinya. Tubuhnya masih bersih.

'apakah itu semua hanya mimpi? Eomma dan appa? Seharusnya mereka masih hidup!' jimin keluar dari ruangan tersebut dengan berlari dan betapa kagetnya ia. Bukan kedua orangtuanya yang ia temukan tapi justru 6 pria yang ia tidak ketahui siapa mereka.

"Oh.. hai. Kau sudah bangun?" tanya seseorang dengan rambut kecoklatan yang duduk menghadap TV LED didepannya sambil tersenyum. Jimin mengangguk.

"kalian semua... kalian semua siapa?" jimin bertanya dan keenam pria yang ada disana tersenyum.

"kemarilah, lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu." Sahut seseorang dengan bentuk wajah oval

Jimin menghampiri mereka lalu duduk di tengah-tengah mereka.

"baik, dimulai dari aku. Sesuai dengan umurku yang lebih tua dari kalian. Namaku Seokjin, tapi kau bisa panggil aku Jin." Jin tersenyum dengan ramah kepada Jimin. Lalu, Jimin menjatuhkan tatapannya ke salah satu dari mereka yang wajahnya oval

"aku hoseok, tapi aku lebih suka dipanggil J-Hope atau hobbi atau apalah terserah dirimu. Hehehehe" ceria. Kata itulah yang pertama kali menggambarkan seorang J-Hope. Jimin ikut tersenyum melihatnya.

"aku Yoongi, panggil saja Suga." Suga menyahut dengan datar dan Jiminpun hanya mengangguk mendengarnya.

"aku Namjoon selaku yang bertanggung jawab disini." Jimin segera melihat kearah Namjoon yang memamerkan senyum berdimple miliknya.

"aku Taehyung.. ehm, panggil aku V saja lebih mudah." Seseorang dengan senyum kotaknya bernama V memperkenalknan dirinya dengan lucu. Jimin yang melihatnya jadi gemas.

"dan aku Jungkook. Aku yang termuda disini walaupun muka Suga hyung lebih muda dibanding aku." Jimin menjatuhkan tatapannya kepada Jungkook yang memperkenalkan diri dan Jimin hanya melihatnya sambil menganggukan kepala.

"jadi, siapa namamu?" Jin bertanya kepada Jimin

"jimin- Park Jimin." Jimin menjawab dengan sedikit canggung.

"bisakah kalian jelaskan padaku apa yang terjadi? Dimana orangtuaku?" jimin bertanya kepada mereka. Mereka menatap jimin dengan pandangan yang sulit diartikan lalu tersenyum.

"Park Jimin, kedua orangtuamu sudah meninggal." Jawab Namjoon

Jimin tidak percaya akan hal ini, "Ba-" ucapan Suga memotong ucapan Jimin, "jika kau bertanya bagaimana caramu untuk tetap hidup saat kau membiarkan api membakar tubuhmu. Itu karena, pada saat itu belum waktunya untukmu untuk mati. Begitu juga yang terjadi pada kami."

Jimin tidak mengerti maksud mereka.

"apa maksud kalian?"

"orangtuamu memang sudah harus meninggal pada waktu itu Jimin. Itu sudah jalan untuk mereka meninggal dengan cara seperti itu. Sedangkan dirimu, belum waktunya untuk mati pada saat itu." Jelas J-Hope

"dan jika kamu berada disini, maka Tuhan telah memberikanmu kesempatan kedua untuk hidup dan menyelesaikan masalahmu." Lanjut J-Hope

"itupun juga berlaku untuk kami. Hanya saja, kami belum bisa menyelesaikan masalah kami disini. Karena, untuk menyelesaikan masalah kami. Kami membutuhkan 1 orang terakhir yaitu kamu" Namjoon melanjutkan.

"aku?" jimin semakin bingung dengan kenyataan yang ia hadapi.

"bagaimana bisa kalian membutuhkanku untuk menyelesaikan masalah kalian? Sedangkan aku sendiri tidak mengenal kalian." Jimin menjawab

"percaya atau tidak Jimin. Kami semua berasal pada di dunia paralel yang berbeda. Kau pernah mendengar dunia paralel kan? Sebuah dunia diamana kamu hidup sebagai orang lain di setiap dunianya." Jawab V

"lalu? Itu masih tidak bisa menjelaskan kenapa aku bisa disini." Jimin sungguh bingung dengan semua ini sampai-sampai ia melupakan kasus mengenai kedua orangtuanya

"kau ada disetiap kasus yang menimpa kami Jimin dan pada setiap kasus, namamu bukan Jimin. Kami mengetahui hal ini, karena kami sudah lebih lama disini dibandingkan dirimu. Kau berperan penting dalam setiap kasus yang ada Jimin. Kau adalah saksi dari semua kasus yang membawa kami kesini." Jungkook menjelaskan semuanya.

Apa yang sudah dijelaskan oleh mereka perlahan-lahan membuat Jimin paham, "jadi aku adalah orang yang kalian kenal saat kalian berada di dunia kalian? Begitukah?"

Mereka semua mengangguk sebagai jawaban. "apa peranku dalam kehidupan kalian? Sepenting itukah sampai-sampai menungguku untuk menyelesaikan masalah kalian?"

Mereka melihat Jimin dengan tatapan yang sulit diartikan. V berjalan mendekati Jimin lalu mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Jimin.

"penting, sangat penting. Sehingga aku mau menukarkan nyawaku hanya untukmu, jimin."

Jimin tertegun dan ia tidak tau peran apa yang ia mainkan dalam kehidupan V sehingga membuat sentuhan yang V berikan pada Jimin membuatnya begitu nyaman.

"ehem." Jimin tersadar saat mendengar suara deheman dari sampingnya, ia melihat Jin menatap V dengan kilatan sinis yang terlihat di matanya. Jimin segera mendorong V agar menjauh dari dirinya.

"Jimin, kau memiliki peran yang sama dalam kehidupan kami... kau adalah-" namjoon menjawab pertanyaan Jimin dengan menggantung selagi ia menarik nafas untuk menyiapkan diri melihat reaksi yang akan diberikan oleh Jimin.

"istri kami." Namjoon melanjutkan jawabannya.

"HAH!?" Jimin terkaget dengan jawaban Namjoon

'what the hell? Apa yang terjadi di sini? Bagaimana bisa aku menjadi istri mereka kalau aku sendiri adalah pria dan mereka pria?'

Jimin bersiap untuk mengucapkan sesuatu, dia menarik nafas lalu menghembuskannya

"bagaimana bisa aku menjadi istri kalian? Bagaimana bisa?! Aku pria, kalian juga pria! Apa kalian kira aku akan percaya begitu saja? Aku masih normal, aku masih menyukai wanita." Jimin menjawab dengan sedikit bentakkan

"kau boleh tidak percaya sekarang Jimin. Tapi kami memiliki bukti bahwa kami adalah suamimu." Jungkook menjawab dengan ringan

Jimin tidak percaya ini akan terjadi. Apakah Tuhan tidak puas dengan apa yang terjadi terhadap orangtuanya. Kenapa Ia harus memberikan jalan seperti ini. 'Ini sungguh tidak masuk akal' batin Jimin.

Kepala Jimin semakin pusing dan tubuhnya entah mengapa makin melemas. Hingga akhirnya ia terjatuh dan ditangkap dengan cepat oleh Suga.

"bawalah dia ke kamarnya. Ia masih belum bisa beradaptasi disini, dan ia masih terlalu shock akan kenyataan yang ia alami." Kata Jin

"ya, ia masih belum siap dengan kenyataan bahwa kita adalah suaminya." Sahut Jungkook

Terpancar kesedihan disetiap mata orang yang ada disana, terkecuali Jimin yang pingsan dan Suga yang membawa Jimin ke kamarnya. Tak berapa lama, Suga telah kembali dari kamar Jimin

"sudahlah. Biarkan dia beristirahat dulu. Kita jelaskan semuanya besok." Kata suga setelah ia membawa Jimin kekamar Jimin

Mereka mengangguk dan mulai membereskan ruang tengah yang mereka pakai tadi lalu kembali ke kamar mereka masing-masing.

.

.

.

.

TBC/END?

Berhubung aku masih baru disini, dan ini pertama kalinya aku menulis fanfict dan mempublishnya. Saya minta saran dan kritik yang membangun ya. Terserah mau tentang apapun. Boleh tentang storynya, tata bahasanya dkk.

Biar sopan saya perkenalkan diri dulu ya,

Namaku Rin (bukan nama asli) lahir di Mojokerto, 26 Oktober 1998

Sekolah di Surabaya dan sekarang masih SMA

Aku adalah pencinta uke!Jimin sejati

Dan suka pasangin Jimin sama siapapun di BTS bahkan aku pernah ngepasangin Jimin sama manajernya. Hehehehe

Jadi sekian... mohon sarannya 3