Gadis berhelaian merah muda itu sudah dua hari hanya terbaring tidak sadarkan diri tanpa ada tanda-tanda untuk siuman.

"Kalian yakin untuk melakukan ini?" seorang perempuan yang duduk di sisi ranjang -di mana gadis merah muda itu terbaring- bertanya pada dua pemuda yang sedang bersender di balik pintu kamar yang tertutup dan bersender di bingkai jendela yang nampak terang akan sinar bulan yang masuk melalui jendela yang tidak tertutup itu.

"Bagaimana Itachi?" pria yang bersender di balik pintu balik bertanya pada lelaki -Itachi- yang masih bergeming memandang pemandangan malam dari balik jendela.

"Apa menurut kalian ini adalah jalan terbaik?" Itachi juga balik bertanya akan tindakan yang akan mereka lakukan.

"Aku akan melakukannya jika kalian menyetujuinya." ucapan perempuan itu sukses membuat kedua laki-laki itu menoleh padanya.

"Lebih baik menghilangkan ingatannya supaya dia aman bersama kita."

Itachi menatap pria berambut jingga dengan panadangan yang sulit diartikan. Pria itu, Yahiko. Pemimpin dari Akatsuki yang menyetujui untuk menyembuhkan gadis yang di temukan mereka.

Kemudian, Itachi menatap satu orang lagi -Konan- yang kini merapikan helaian merah muda gadis itu."Apa ini akan berakibat buruk, Konan?" tanyanya.

Konan menggeleng. "Itu tergantung seberapa kuat dirinya. Jika ia benar-benar kuat, mungkin hal ini hanya sementara. Tapi..."

"Dia akan lupa selamanya jika ia lemah?" tanya Yahiko dan di jawab anggukan Konan.

"Lakukan, Konan!" perintah Itachi membuat kedua rekannya memandangnya terkejut dan kemudian mengangguk.

"Setidaknya untuk berjaga-jaga jika ia bukan anak didik pasukan Anbu." ucap Konan yang mulai merapalkan mantra dan menyentuh kening gadis itu hingga mengeluarkan cahaya putih.

Yahiko hanya diam mengamati apa yang di lakukan Konan. Sedangkan Itachi sama halnya dengan Yahiko, namun ia berbeda karena suatu hal. Suatu hal yang ia sendiri tidak menginginkan ini.

Akatsuki

Naruto © Masashi Kishimoto

Story by Me

U. Sasuke x H. Sakura x U. Itachi

.

.

.

Don't Like, Do't Read!

.

.

.

5

.

.

.

=Akatsuki=

"Ayo kita pulang!"

Uluran tangan Sasuke tidak di sambut. Gadis itu hanya balik menatapnya datar.

"Siapa Sakura?"

"Kau melupakan ku?"

Tidak kah gadis di depannya hanya berpura-pura? Harap Sasuke dalam hati.

'DUAAR'

Bunyi ledakan membuat Sasuke maupun Cherry -anggota Akatsuki- menoleh pada sumber suara. Terlihat Deidara yang menggunakan lagi alat peledak saat melawan dua gadis anggota Anbu.

"Hinata!" Neji berteriak melihat sepupunya yang kini terlempar karena serangan lelaki pirang itu. Ia berlari menghampirinya namun di hadang oleh Hidan yang mengacungkan pedang sabitnya.

"Dia payah, eh." ejek Hidan melihat reaksi Neji yang ketakutan melihat perempuan berambut indigo itu terlempar jauh dan kini di tolong temannya yang memiliki anjing besar itu.

Neji menatap datar salah satu anggota Akatsuki yang diburu oleh pemerintah ini. Tangannya sudah mengepal dengan sinar biru yang mulai membesar menyelimuti tangannya.

"Kau yang payah brengsek!" teriak Neji yang melayangkan pukulan khas klan Hyuga pada pria perak itu.

Hidan tidak mundur. Seringainya semakin lebar di sela pertarungannya. Ia tidak lupa jika karena lelaki ini, ia sempat tidak berkutik jika Cherry tidak datang.

Sasuke maju mendekati anggota Akatsuki yang ia yakini Sakura. Semua kembali melawan dan kini pergerakan anggota Anbu semakin sulit karena Shikamaru yang terkurung oleh gelembung yang di ciptakan pria aneh -Kisame.

Sakura masih bergeming saat Sasuke semakin mendekatinya. Tangannya terangkat. Bukan menyambut tapi mengeluarkan pedang miliknya dan suskses menghentikan langkah Sasuke.

"Kau bukan lawanku."

Sasuke menggeleng. "Aku tidak ingin melawanmu, Sakura."

"Dan aku pun tidak ingin melawanmu."

'AAARRGGHHH'

Mendengar jeritan teman-temannya, Sasuke langsung menoleh dan membulat saat Kisame mencekik Naruto dan Sai, Kiba sudah sama nasibnya dengan Hinata. Ino yang masih bertahan melawan Deidara sepertinya pun kesulitan.

"Ingat sumpahmu Sasuke!" teriak Sai yang kini mulai bangkit kembali walau tubuhnya penuh dengan luka.

Sumpah?

'Carilah kebenaran untuk perdamaian.'

Sasuke mencengkram pegangan pedangnya. Jika seperti ini, kemungkinan teman-temannya akan mati dan Sakura...

"Kau bukan Sakura?"

... tidak mengakuinya.

Sasuke mengacungkan pedangnya yang kini berkilat dengan cahaya petir menyelubungi pedangnya pada gadis merah muda itu.

"Lawan aku agar aku tidak menyesal." ucapnya pada gadis yang masih bertahan dengan pedang di tangannya.

"Hn."

Sasuke mengayunkan pedangnya dan mengarahkannya pada gelembung yang mengurung Shikamaru.

"Hancurkan!" ucapnya dan sukses menghancurkan gelembung itu. Ia berbalik meninggalkan Sakura dan melawan anggota Akatsuki yang lainnya.

"Heh, kau takut berhadapan dengan Cherry, eh?" ejek Deidara melihat Sasuke yang kini sudah di depannya.

Mata Sasuke sudah berubah berwarna merah dan mengayunkan pedangnya sekali tebas hingga membelah tanah dan langsung mendorong tubuh Deidara hingga terpental jauh.

Kini tatapan membunuhnya ia layangkan pada anggota Akatsuki bertubuh besar -Kisame. Melakukan hal yang sama, menyerang Kisame seperti pada Deidara. Kisame menahan serangan itu dengan perisai airnya. Namun tubuhnya terdorong dan perisainya tidak cukup kuat hingga pecah dan serangan Sasuke langsung mengenainya.

Hidan mendengus kasar saat anggota lainnya kalah hanya dengan satu serangan itu, Sedikit lagi ia akan membunuh Pria cantik yang kini sudah terengah dengan memuntahkan darah dari mulutnya. Melihat itu hatinya berteriak senang.

"Hidan bawa Deidara dan Kisame pergi!"

Perintah dari Cherry membuatnya menoleh pada gadis yang masih berdiri tidak jauh darinya itu. Ia tau jika kondisi saat ini adalah hal yang buruk. Tapi, jika membiarkan Deidara dan Kisame tetap di sini bisa-bisa ia pun akan mati.

Mengangguk, ia melompat mendekat pada Deidara, kemudian Kisame. Ia membentuk segel pada dua anggota Akatsuki itu dan kini mulai menampakan sinar merah menyelimuti mereka.

"Kita harus kembali, Cherry!" ucap Hidan pada Cherry.

Sasuke menatap Cherry dengan pandangan sulit diartikan. Tangannya bergetar dengan hati yang berkecamuk.

"Tangkap dia, Sasuke!"seru Neji dengan nafas terengah.

Sasuke mengeratkan pegangan pada pedangnya dan siap di ayunkan pada sosok itu.

"SAKURA!" teriaknya di barengi tebasannya yang bersinar di barengi kilatan petir di arahkan pada Sakura.

'DUAR'

Serangan Sasuke berbenturan dengan serangan lain. Bukan dari arah gadis itu melainkan...

"Kakashi." desisnya.

... Kakashi. Pembina sekaligus letnan mereka dalam Anbu.

Kakashi berdiri tidak jauh dari tempat mereka bertarung. Pria itu kini mendekat dengan pedang di tangan kanannya.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak membunuhnya, Sasuke."

"Hn."

Kakashi menatap gadis yang memang sangat mirip dengan muridnya itu. Namun wajah yang biasanya ceria kini hanya wajah tanpa ekspresi. Mengingat pembicaraannya tadi dengan Temari membuatnya mengacungkan pedangnya.

"Tunjukan dirimu!" kata Kakashi yang melayangkan kekuatan pedangnya sekali tebas pada gadis yang tidak melakukan perlawanan.

'DUAR'

Kakashi dan Sasuke melompat ke atas bangunan yang ada di samping mereka saat serangan balik -serangan Kakashi yang balik menyerang- mengarah pada mereka.

"D-Dia..." Sasuke cukup terkejut melihat gadis itu yang hanya terdiam dengan pedang yang masih di tangannya.

"Sudah ku duga." ucap Kakashi dan Sasuke menoleh padanya dengan alis bertaut.

"Apa maksudmu?"

"Danzo menginginkannya karena dia kuat." jelas Kakashi yang membuat rahang Sasuke mengeras dengan cengkraman pada pedangnya menguat.

'DUAR'

"Akhh."

Tubuh anggota Akatsuki itu terlempar oleh serangan seseorang. Sasuke dan Kakashi terkejut jika ada yang bisa menyerang gadis itu. Siapa?

Mata mereka membulat saat sosok besar yang sangat mereka kenali itu berdiri dengan pasukan yang lumayan banyak.

"Danzo."

Gadis itu bangkit dan menatap tajam pada sosok yang berdiri tidak jauh darinya. Sosok pemimpin yang balik menatapnya datar.

"Cih!"

"Menyerah atau kau akan merasakan kesakitan lebih dari itu."

"Kau meremehkanku, eh... Kakek tua." desisnya dengan bibir yang menyeringai.

"Kau tidak akan menang karena aku tau cara untuk mematikanmu," Danzo masih berdiri angkuh. Pandangannya masih tertuju pada gadis itu. Gadis yang sangat ia tau dan di cari-carinya sejak dulu. Dan dia adalah... "tuan putri."

Perkataan Danzo membuat gadis bahkan Sasuke, Kakashi pun terkejut.

Tuan Putri?

"Cih!"

"Serang dia!" perintah Danzo pada pasukan yang berjumlah puluhan itu.

Mereka maju dan menyerang gadis itu, namun kembali terpental tanpa menyentuh atau ada perlawanan dari gadis yang hanya mengibaskan tangannya.

"Kita harus mencegahnya Kakashi!" desis Sasuke melihat kelakuan Danzo yang menurutnya kurang ajar karena melawan seorang gadis dengan berpuluhan orang.

Kakashi mengangguk. Ia dan Sasuke bangkit siap membantu namun terhenti karena ribuan gagak tiba-tiba memenuhi langit dan berkumpul menyelimuti gadis itu,

Gagak-gagak yang tadi menyelimuti gadis itu kini menampakan sosok lain yang memeluk gadis itu. Lelaki berambut hitam panjang menatap tajam pada Danzo dengan mata merah yang menyala. Kemudian gagak gagak itu menyelimuti mereka dan sebagian menyerang pasukan yang melindungi Danzo.

"Jangan menyentuhnya, Danzo!" ancam pria itu sebelum menghilang dari pandangan mereka.

Sasuke mematung melihat apa yang terjadi kini. Tidak mungkin! Dia...

"I-Itachi-nii."

Suara tercekat Sasuke membuat Kakashi menoleh. Itachi?

"Dia sepertinya ketua dari Akatsuki."

"Tidak mungkin, tidak." Sasuke menggeleng tidak percaya. Kakaknya masih hidup?

Melihat keadaan Sasuke membuat Kakashi menghela nafas. "Sebaiknya kita menolong yang lainnya." ujarnya kemudian dan di jawab anggukan Sasuke.

.

.

.

Dari atap gedung sekolah yang baru didirikan, sosok perempuan pirang menggunakan teropong untuk menyaksikan kejdian itu. Menekan tombol pada ponsel miliknya untuk menghubungi seseorang, ia menghela nafas saat nada yang menandakan telponnya tersambung.

"Gaara-sama... Dia masih hidup." ucapnya dengan senyuman mengembang.

Ya. Tugasnya di sini bukan lah semata-mata untuk menjadi bawahan Danzo, melainkan untuk menemukan sang putri dan membalas kematian Ibunya oleh pemimpin Konoha. Ibunya yang membawa lari sang putri tewas.

.

.

.

=Akatsuki=

.

.

.

.

Pemimpin Suna itu memejamkan matanya merasakan air hangat yang menyelubungi tubuhnya. Acara berendamnya terusik oleh deringan ponsel miliknya. Tangannya meraih ponsel yang terletak di samping minuman yang di berikan Kankuro -asistennya. Ia mengangkat tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Matanya sangat lelah dan enggan untuk membuka walau untuk sesaat.

"Gaara-sama... Dia masih hidup."

Perkataan yang ia sangat tau dari siapa itu membuat kelopak matanya langsung terbuka.

"Awasi dan lindungi dia Temari. Aku akan secepatnya ke sana." ujarnya dan langsung menutup sambungannya.

Tubuhnya merosot, menenggelamkan dirinya sendiri. Bayangan mengerikan yang selalu menghantuinya kini mulai membuatnya sedikit lega. Ya. Ia akan lega jika mendapati adiknya itu baik-baik saja.

"Maafkan Nii-san, Saki."

.

.

.

.

=Akatsuki=

.

.

.

.

Itachi menatap Cherry yang hanya terdiam -melamun- di tepian kasur. Sejak kembali, kekasihnya itu hanya terdiam.

"Kau memikirkan apa, hm?" tanyanya yang mendudukan diri di samping kekasihnya.

Cherry menoleh. "Adikmu."

"Sasuke?"

"Hm." Cherry mengangguk. "Dia terus memanggilku dengan Sakura dan memintaku kembali."

Tubuh Itachi menegang mendengar penuturan Cherry. Apa mungkin masa lalu Cherry adalah Sasuke?

"Kau mempercayainya?"

Cherry menggeleng. "Entahlah. Semua memanggilku dengan nama itu. Apa mungkin ada yang mirip denganku ne, Itachi-kun?"

Itachi terdiam sesaat dan hanya menjawab dengan kalimat ambigunya. "Hn."

"Dan sepertinya Danzo mengincarku." jelas Cherry mengingat kejadian tadi.

"Cherry."

Panggilan Itachi membuatnya menoleh. "Ya."

Itachi merebahkan kepalanya di pangkuan kekasihnya yang sukses membuat Cherry terkekeh karena tingkah manja Itachi.

"Aku takut." gumam Itachi dengan mata terpejam merasakan sentuhan Cherry yang mengelus rambutnya dengan lembut,

"Takut kenapa?"tanya Cherry yang bingung akan pertanyaan Itachi.

"Jangan tinggalkan aku."

Cherry menghentikan pergerakan tangannya dan merunduk menatap Itachi yang juga menatapnya. Ada yang aneh dengan Itachi dan ia tidak tau kenapa?

"Ada apa denganmu Itachi-kun."

Itachi tidak menjawab apa pun. Tangannya terangkat membelai wajah kekasihnya dan turun menelusuri leher jenjangnya. Perlahan, tangannya mendorong tengkuk Cherry hingga kekasihnya itu semakin merunduk.

Hidung mereka bersentuhan. Itachi mengucapkan kata yang membuat Cherry merona. "Aku ingin selamanya bersamamu." ujarnya dan membawa kekasihnya pada ciuman panjang.

'Apa benar mereka atau 'dia' adalah masa lalumu? Aku takut kau pergi dan kejadian yang sulit aku hadapi jika masa lalu indahmu bersama 'dia'.'

'Ada apa dengamu Itachi-kun? Aku disini... selamanya akan bersamamu.'

.

.

.

.

=Akatsuki=

.

.

.

.

Sasuke menjatuhkan tubuh lelahnya pada kasur kesayangannya. Teman-temannya sudah mendapatkan pertolongan dan di rawat di rumah sakit. Ia izin untuk kembali ke apartementnya. Memiringkan tubuhnya, ia memukul kasur dan berteriak kencang.

"AARRRGGHHH!"

Kejadian tadi terus membuatnya marah. Marah pada diri sendiri yang tidak bisa membawa Sakura. Dan hal yang membuatnya terkejut adalah kehadiran sosok yang selama ini menghilang.

'Lari Sasuke!'

Masih jelas sosok Kakaknya yang berusaha menolongnya dan kedua orang tuanya saat insiden itu.

"Nii-san."

Membalikan badan, Sasuke menatap langit-langit kamarnya. Gadis itu... sangat mirip dengan Sakura dan tidak mungkin ia salah. Tapi mengingat kejadian tadi, jelas sekali jika Danzo sangat menginginkan gadis yang mirip dengan Sakura itu. Sakuranya sangat cengeng namun juga sosok kuat dan tangguh. Dan gadis tadi? Dia mempunyai kekuatan yang sangat besar.

"Siapa Sakura?" mengingat pertanyaan gadis tadi membuat kesal. Benarkah... benarkah dia bukan Sakura-nya?

Hal yang paling besar lain ialah Danzo yang sepertinya menginginkan gadis itu dan tidak mungkin ia menyerahkannya pada pemimpin itu.

Itachi.

Jadi selama ini dia ada bersama bersama dengan gadis itu?

"AAARRGGGHHH!"

Lagi. Ia berteriak mengeluarkan kekesalan pada dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan, Sakura." lirihnya.

.

.

.

.

.

Tsuzuku

Maaf lama. Bener-bener macet (otak) /hoii

Tapi terima kasih yang sudah Revw/Fav/Foll

Arigatou :)

=WRKT=