Secret room

Cast :

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

enJOY

.

.

.

Disebuah rumah besar nan megah penuh dengan kekayaan yang melimpah bak dambaan semua orang aku terkurung disana. Impian akan kebahagian yang tergambar dibenak semua orang atas apa yang ku punya hanyalah ilusi, disini didalamnya aku terkurung dengan kesepian yang menyeretku semakin dan semakin dalam.

"Tuan Sungmin, Tuan dan Nyonya sudah menunggu mu dibawah" aku mengangguk dan dengan cekatan ia mendorong kursi roda ku keluar dari kamar besar bak sangkar burung ini.

Ya, aku terlahir cacat dengan kedua kaki yang tidak bisa ku ajak berlari juga berjalan sejak kecil. Aku hanya bisa berdiam diri diatas kursi roda menyaksikan anak seusiaku berlarian dan tertawa bersama dengan teman-temanya. Aku memang kaya tetapi aku menyedihkan.

"Kami akan pergi untuk urusan bisnis, Belajarlah dengan baik Min"

Pergi? Bukan kah memang itu hal bisa untuk kalian? Meninggalkan ku seorang diri dan mengurungku didalam rumah besar ini sedangkan kalian pergi entah kemana selama yang kalian inginkan tanpa ingat akan keberadaanku, menyedihkan.

Oh aku lupa, seharusnya aku bersyukur kalian tidak membuangku saat kalian tahu aku terlahir cacat bukan? Kalian hanya coba membiarkan ku hidup lalu menganggap ku tidak ada. Aku hanya aib yang memalukan yang kalian sembunyikan didalam rumah besar bak penjara ini.

"Aku mencintaim Min" Sebuah kecupan wanita itu berikan padaku,siapa dia? mari kita sebut sebagai ibu.

Mencintai ku? Oh ayolah bahkan aku sudah lupa bagaimana rasanya pelukan seorang ibu, aku tidak butuh kata cinta penuh dengan kebohongan itu! Kalian memang pembohong yang pandai, ya sangat pandai sampai terkadang aku berharap bukan kaki ku lah yang cacat tetapi biar saja mataku yang tidak bisa melihat , dengan begitu aku tidak akan pernah melihat wajah memuakan mu yang terlihat sedih saat menatap ku namun berdecih benci saat berbalik.

Apa benar mereka adalah orang tua ku? Ah aku hanyalah anak cacat yang terbuang dan tersembunyikan untuk menutupi rasa malu mereka. Aku bahkan ingin tertawa rasanya saat mengeja kata ibu dan ayah didalam kehidupanku.

.

.

.

Bosan, rasanya sangatlah bosan menjalani hidup seperti ini. Dengan penuh perjuangan ku gerakan kursi rodaku keluar kamar dan menelusuri rumah besar yang sudah menjadi penjara untuk ku selama 17 tahun lamanya. Ku telusuri satu persatu ruangan yang sudah sangat ku hapal hingga mataku tertarik pada ruangan yang sama sekali belum pernah ku masuki karena itu hanya sebuah ruangan kecil yang tersembunyi dan berisikan barang-barang tua rongsok yang tidak lagi terpakai. Semua penghuni rumah ini selalu melarang ku memasuki ruangan ini. Entah mengapa rasanya ketertarikan ku perlahan membesar untuk melihat ada apa didalam ruangan itu.

Perlahan ku buka pintu tua yang mengeluarkan sedikit bunyi decitan dan yang menyapa pertama kali adalah debu-debu halus. Pandangan ku menelusuri isi ruangan itu. Terdapat sebuah piano tua, sebuah tempat tidur yang terlihat antik, cermin besar tua dan meja serta kursi. Hei ini bukanlah gudang seperti yang semua orang katakana ! Bahkan ruangan ini lebih mirip sebuah kamar yang sudah lama tidak berpenghuni.

Dengan sedikit berani ku gerakan kursi rodaku memasuki ruangan itu, hawa yang terasa diruangan ini sagatlah dingin padahal sebelum memasuki ruangan ini rasanya hangat. Apa ini hanya perasaan ku saja ? pandangan ku berhenti pada jendela yang terbuka, apakah bibi yang membuka jendela ruangan ini? tetapi seingatku bahkan pelayan tertua dirumah inipun sama sekali tidak di izinkan untuk memasuki ruangan ini.

"Braaak!"

Aku terlonjak kaget saat pintu ruangan itu tertutup dengan tiba-tiba, oh ayolah bahkan aku tidak merasakan hembusan angin sama sekali lantas bagaimana bisa pintu tua yang terbuat dari kayu yang cukup berat itu tertututp dengan tiba-tiba? Rasanya bulu-bulu halus dileher ku mulai bangkit. Perasaan tidak enak mulai menelusuri masuk kedalam fikiranku.

"Selamat datang Dear"

Sebuah suara berat menyapa pendengaran ku dan suara itu tepat berada dibelakang ku. Aku ingin berbalik melihat namun rasanya jantungku berdetak begitu kencang dan aku ketakutan! Sosok itu akhirnya memilih menghampiriku dan yang saat ini berada dihadapan ku adalah sosok pria tampan dengan senyum diwajahnya dan jubah hitam yang melekat ditubuh tingginya. Tapi satu yang membuat dahi ku berkerut karena terkejut, senyum diwajahnya, mata, hidung sangat mirip dengan ku. Kami bagaikan anak kembar.

"Aku sudah menunggumu lama sekali"

Tangan dingin pria itu terulur dan menarik tangan ku lalu mengecup punggung tanganku dengan sangat lembut. Bahkan aku tidak bisa menolak ataupun mengelak saat pria asing ini mengkaitkan jemarinya pada jemari-jemari ku. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang menggengam erat tangan ku,namun rasanya sangat berbeda dari yang ku bayangkan. Bukan hangat melainkan dingin.

"S-Siapa Kau?"

"Kyuhyun" ia memeluk tubuhku dengan erat seperti sudah menahan rindu yang teramat. Rasanya begitu hangat, apa seperti ini rasanya sebuah pelukan? Hei tapi ini pelecehan namanya namun aku tetap tidak bisa mendorong tubuh itu menjauh dari ku. Apa dia seorang penyihir sehingga aku bahkan tidak bisa mengerakan tubuhku sesuai keinginanku ?

"A-apa yang kau lakukan?" pelukan itu terlepas dan ia menatap ku diam lalu tersenyum, oh tuhan itu senyum yang mengerikan. Sebuah seringaian penuh dengan kemenangan tergambar jelas disana. Apa yang membuatnya begitu senang? Kehadiran ku kah?

"Aku hanya menunggu mu, hanya itu yang kulakukan"

"Untuk apa menunggu ku? Bahkan aku tidak mengenalmu dan bagaimana bisa kau berada dikamar ini?"

"Karena ini adalah kamarku dan aku menunggumu untuk mengurungmu disini, bersamaku"

Huh? Kata-kata bodoh yang sangat tidak bisa ku pahami, aku harus keluar dari kamar ini sebelum ia berbicara semakin tidak jelas dan biar kutanyakan pada bibi siapa dia sebenarnya dan bagaimana bisa ia masuk kedalam rumah ini.

"Kau mau pergi?" baru saja aku ingin menggerakan kursi rodaku, pria bernama Kyuhyun itu bertanya seakan tahu apa yang ada difikiran ku saat ini.

"Hati-hati, ku tunggu kau kembali" sebuah kecupan hangat mendarat tepat di pucuk kepalaku dan entah bagaimana caranya tanpa ku sadari pintu kamar yang awalnya tertutup rapat sekarang terbuka lebar.

"Sia-…" pertanyaanku menggantung saat aku memalingkan kepalaku dan tidak lagi kudapati sosok itu berada di sampingku bahkan diruangan ini. dengan hati yang berdegup kencang ku gerakan kursi roda ku meninggalkan ruangan ini . Terlalu menakutkan dan penuh tanda Tanya.

Sekali lagi saat aku sudah berhasil keluar dari ruangan itu, pintu kamar tersebut tertutup kembali dengan sendirinya. Tidak ada angin ataupun orang yang menutupnya. Jantungku masih saja berdetak tak karuan, takut tetapi juga dipenuhi rasa penasaran.

"Tuan"

Sebuah tepukan pada bahuku membuat ku sedikit terkejut dan tersadar dari lamunan. Bibi Yin lah yang menepuk bahu ku, wajahnya terlihat penuh selidik.

"Apa yang Tuan lakukan disini?"

"Apa bibi tau tentang seseorang bernama Kyuhyun yang tinggal didalam kamar itu? Oh bahkan aku baru tahu jika itu adalah kamar"

Entah hanya perasaan ku saja atau memang mendadak wajah bibi Yin berubah menjadi pucat, bahkan ia terlihat bingung untuk menjawab pertanyaanku.

"Ti-Tidak tuan, siapa itu Kyuhyun? Aku bahkan tidak pernah memasuki ruangan itu tuan jadi aku tidak tahu jika itu adalah sebuah kamar"

Bohong! Aku bisa melihat dengan jelas raut wajah penuh kebohongan yang ditunjukan oleh bibi Yin. Aku bukan lagi anak kecil yang sangat mudah dibodohi, aku sudah terlalu hapal ratusan cara seseorang berbohong hingga rasanya membuat ku muak.

"Baiklah, jika memang bibi tidak tahu lagi pula aku hanya bergurau" sebuah senyum ku berikan agar ia percaya bahwa aku tidak sunggu-sungguh. Namun sepertinya tidak berhasil karena raut wajah bibi Yin tetap saja terlihat tegang.

"Bawa aku kembali ke kamar" intruksi itu hanya dibalas dengan anggukan dan dalam diam ia mendorong kursi rodaku menuju kamar. Biarlah Kyuhyun menjadi sebuah pertanyaan besar untuk ku. Pria yang memiliki wajah sangat mirip dengan ku itu, siapa dia sebenar nya? Dan bagaimana ia bisa berada didalam sana selama ini tanpa seorangpun mengetahui keberadaanya? Bahkan penjaga dirumah ini lebih dari cukup untuk menangkap sebuah penyusup masuk.

"Tuan, jangan pernah masuk ke dalam kamar itu lagi apapun alasanya karena tuan dan nyonya melarang siapapun melakukan itu" tatapan bibi Yin terlihat sangat serius, aku hanya mengangguk tanda mengerti dan akan menuruti apa yang ia katakana.

"Kalau begitu aku kembali bekerja tuan" Bibi Yin nampak menarik nafas lega dan ia pun berjalan keluar dan menutup pintu kamar ku. Setelahnya sebuah senyum lebar terkembang diwajah ku.

Hell yeah! Untuk apa aku menuruti perkataan dua orang yang membuang ku? Bahkan ia tidak pernah mencintaiku. Lagi pula bukankah mereka tidak ada? Jadi bukan salah ku jika aku memasuki kamar itu, salahkan saja diri mereka yang terlalu sibuk pergi meninggalkanku seorang diri dirumah besar sialan ini.

Namun mengunjungi ruangan itu untuk ke sekian kalinya mungkin akan membutuhkan keberanian lebih karena dapat ku pastikan, larangan yang mereka berikan dikarenakan sesuatu hal yang tidak ku ketahui dan mungkin pria yang bernama Kyuhyun lah penyebabnya.

.

.

.

Suara alunan piano memecah keheningan malam yang sangat tenang. Nada dari tuts-tuts piano yang mengalun terdegar sangat menyayat, membuat siapapun yang mendengarnya mungkin akan merasa takut berada seorang diri lalu menangis. Alunan itu sarat akan kepedihan yang menusuk, seperti gambaran kesendirian dan kesepian yang tak berujung. Seolah penantian panjang yang tidak akan pernah mendapat sambutan.

Aku sudah membuka mataku sejak 5 menit yang lalu, awalnya aku hanya berfikir mungkin seseorang dibawah sana sedang mendengarkan music namun fikiran itu terbantahkan ketika jam yang ku lihat saat ini menunjukan pukul 1 dini hari. Lagi pula suara alunan piano itu terdengar sangat dekat.

Dengan rasa takut sekaligus penasaran yang menguar aku pun memutuskan untuk mencari tahu dari mana suara itu berasal. Sekuat tenaga ku gerakan tubuhku untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda yang ada. Setidaknya aku masih sanggup melakukan hal itu seorang diri.

"Terbuka?" gumaan lolos begitu saja saat pintu kamar ku terbuka lebar. Aku bahkan belum lupa jika sesaat sebelum tidur, bibi Yin sudah menutup pintu kamar ku dan tidak ada siapapun lagi yang masuk. Apa kah ini kebetulan? Ah mungkin memang bibi Yin tidak menutupnya secara rapat sehingga pintu itu terbuka kembali.

Dengan perlahan aku menggerakan kursi rodaku keluar dari kamar dan mengikuti alunan dentuman piano itu. Perlahan tapi pasti alunan itu semakin dan semakin terdengar jelas dan tanpa ku sadari entah sejak kapan aku sudah berada didepan pintu gudang tua ini sekali lagi. Dengan ragu ku buka pintu itu, disana tepat didepan piano tua ku lihat Kyuhyun dengan mata tertutup memainkan tuts-tuts piano itu seakan ia sudah sangat hapal dengan nada yang ia mainkan. Kamar itu tidak memiliki lampu namun cahaya bulan masuk dengan sempurna membuat kamar tersebut terlihat terang dan Kyuhyun pun terlihat nampak bercahaya.

"Kau datang ? Akhirnya Panggilan ku tersampaikan padamu Sungmin" Kyuhyun berbicara padaku tanpa menghentikan permainan pianonya, bahkan ia tidak membuka matanya. Lalu bagaimana ia bisa tahu jika yang datang adalah aku bukan orang lain?

Beberapa saat setelahnya Kyuhyun menghentikan permainan pianonya lalu berbalik menatap ke arahku. Manik mata Kyuhyun saat terterpa cahaya bulan terlihat memerah, apa kah itu hanya ilusi atau memang benar? Ia berjalan ke arahku lalu mensejajarkan tubuhnya tepat dihadapanku.

"Apa aku menggangu tidur mu Min?" mata indah itu terlihat begitu kesepian, raut wajah Kyuhyun penuh dengan kesedihan. Ya sangat mirip dengan apa yang ku rasakan selama ini. Melihat raut wajah kyuhyun saat ini seperti melihat diri sendiri sedang berkaca.

"Tidak, Aku suka Lagu yang kau mainkan"

"bukan kah alunan itu terdengar sangat menyedihkan? Disana ku letakan duka juga rindu yang mendalam" Kyuhyun menggengam tangan ku erat lalu mengecupnya. "Rindu yang mendalam pada mu"

"Bagaimana kau bisa merindukanku disaat aku bahkan tidak pernah sama sekali mengenalmu Kyuhyun, apa kau salah mengira aku sebagai orang yang kau maksud?" sungguh dada ku berdebar kencang, bukan karena rasa takut tetapi karena rasa hangat yang menjalar dari jemari dingin Kyuhyun yang merambat hingga kedasar relung hatiku.

"Aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun Sungmin, kesalahan yang pernah ku perbuat sekali se umur hidup ku adalah melepaskan mu"

Kata-kata penuh dengan kesungguhan itu membuat ku semakin bingung. Apa yang Kyuhyun maksud? Melepaskan ku? Aku rasa Kyuhyun sudah gila!

"Bangunlah Sungmin, Mari berdansa dengan ku" ia berdiri dan mengulurkan tanganya ke arah ku. Rasanya seketika amarah memuncak disaat ia memperlakukanku seperti itu.

"Apa kau hendak menghina ku? Bahkan kau bisa melihat dengan jelas jika aku tidak bisa berjalan!" suara yang keluar dari mulut ku saat ini sangat mirip dengan jeritan. Bagaimana aku bisa berdansa disaat kakiku bahkan tidak bisa berdiri dengan lurus? Bagaimana bisa aku berdansa disaat aku sama sekali tidak bisa menggerakan kaki ku walau seluruh tenaga telah ku kerahkan sepenuhnya. Aku sangat benci pada Kyuhyun!

"Jangan menangis, kau bisa melakukanya" perlahan tangan itu mengamit tangan ku dan entah keajaiban atau sihir apa yang tengah Kyuhyun lakukan, kedua kaki ku bergerak seakan mengikuti perintah Kyuhyun dan saat ini aku berdiri dengan tegak!

"Ba-bagaimana bisa? Aku berdiri ? Bagaimana bisa?" pertanyaan itu terus berputar dikepalaku. Bahkan dokter terbaik sekalipun yang orang tuaku bawa tidak bisa membuat ku berdiri sedetik pun namun Kyuhyun? Ia tidak perlu bersusah payah dan dalam sekejap sudah dapat membuat ku berdiri dengan tegap.

"Bukan kah ku katakana? Kau bisa melakukanya" senyum itu mengembang dengan indah, wajah Kyuhyun semakin terlihat tampan.

"Jangan Menangis Sungmin" ia menghapus air mata yang terus saja mengalir tanpa bisa ku hentikan. Bagaimana bisa aku tidak menangis disaat selama 17 tahun aku menghabiskan waktu ku duduk diam diatas kursi roda dan didetik ini, aku bisa berdiri dengan menggunakan kedua kakiku.

"Apa ini hanya mimpi?"

"Jika kau merasa seperti itu, maka biarlah ini menjadi mimpi indah untuk mu"

Ya, jika ini hanya sebuah mimpi setidaknya aku pernah merasakan bagaimana rasanya berdiri dengan kaki ku sendiri dan melangkah menari mengikuti alunan gerakan yang Kyuhyun lakukan. Kami menari dibawah sinar bulan yang masuk melalui jendela.

"Kau sangat cantik Sungmin" sebelah tangan Kyuhyun merangkul erat pinggangku sedangkan yang lain menangkup pipi ku yang tanpa ku sadari bersemu merah. Perlahan wajah tampan itu mendekat dan dalam hitungan detik bibir lembut milik Kyuhyun sudah menyatu dengan sangat pas pada bibir ku. Penuh perasaan juga kelembutan.

Rasanya saat Kyuhyun memeluk ku seperti kesepian juga kesedihan yang ku rasakan selama 17 tahun meghilang dan melebur begitu saja menjadi sebuah perasaan hangat. Namun ada sebuah perasaan baru yang muncul, perasaan yang entah bagaimana seperti tertidur dan terkubur selama 17 tahun lamanya, perasaan menyesakan yang tidak tahu apa namanya.

"Kyuhyun.. " kata kata itu menggantung ditenggorokan ku, tak bisa kulanjutkan namun rasanya sangat ingin ku teriyaki.

"Hmm? Apa kau mengingat sesuatu?"

"Tidak, apakah sebelumnya kita saling mengenal?" Pertanyaan bodoh macam apa yang kau ajukan Sungmin! Bahkan kau baru bertemu denganya siang tadi.

"….."

Ia hanya diam lalu tersenyum, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari Kyuhyun. Seperti membiarkan ku mencari tahu jawaban itu sendiri. Kyuhyun bagaikan sosok penuh misteri, senyum yang ia berikan seringkali penuh kelembutan namun terkadang entah bagaimana aku bisa melihat sebuah seringaian tersamarkan disana.

.

.

.

Seberkas cahaya matahari pagi mulai menembus tirai mencoba memberitahu jika malam telah berlalu dan hari telah berganti. Mungkin hari ini akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kesepian perlahan menipis dan kesedihan mulai tersamarkan oleh senyum yang sedikit demi sedikit tergambar diwajah.

"Tuan Sungmin, sudah pagi" ku rasakan seseorang mengguncang tubuhku dan memanggil namaku, ku tarik selimut ku lebih tinggi untuk menutupi wajahku. Rasa kantuk masih menggelayut dan membuat mataku sangat sulit terbuka.

"Tuan Sungmin, ini sudah pukul 09.00 dan sebentar lagi guru home schooling mu akan datang"

Mendengar apa yang bibi Yin katakana dengan segera aku membuka mata dan bangun dari posisi tidurku. Oh tuhan bahkan aku lupa jika hari ini aku mempunyai jadwal untuk berlajar.

"Aku ingin mandi" dengan terburu-buru aku bangun dari tempat tidur ku dan berjalan menuju kamar mandi namun..

"Oh Tuhan! Tuan kakimu …" bibi Yin berteriak dan menutup mulutnya dengan kedua tanganya, wajahnya terlihat sangat kaget membuat ku mengerutkan dahi ku heran. Apa ada yang salah dengan kakiku?

Kuarahkan padangan ku ke arah kedua kakiku dan dalam seketika aku mengerti apa yang membuat bibi Yin teriak histeris. Kedua kaki ku bisa digerakan dan aku.. bisa berjalan! Tepat seperti mimpi semalam!

"Bibi Yin... " kata-kata itu menggantung ditenggorokanku dan dengan cepat bibi Yin menarik ku kedalam pelukanya dan berkali kali mengataka rasa syukur atas keajaiban yang terjadi padaku. Ya Keajaiban yang Kyuhyun berikan kepadaku.

"Aku akan memberitahu kabar bahagia ini kepada nyonya dan tuan" dengan cepat aku menahan tangan bibi Yin dan menggelengkan kepala ku.

"Mereka tidak perlu tahu" kata-kata ku cukup membuat bibi Yin mengangguk mengerti dan akhirnya memilih meninggalkan kamarku untuk menyiapkan sarapan.

Aku memasuki kamar mandi dengan fikiran yang melayang akan kejadian semalam. Bahkan aku tidak mengingat bagaimana aku bisa tertidur dikamar ku pagi ini karena hal yang ku ingat tentang kejadian semalam adalah Kyuhyun sekali lagi memainkan pianonya sedangkan aku bersandar pada kepala ranjang yang berada di kamar tersebut.

Semua yang terjadi semalam benar-benar bagaikan mimpi, namun pagi ini semua terasa amat sangat nyata. Kejadian ini semakin membuat ku bertanya-tanya siapa Kyuhyun? Bagaimana bisa ia membuat ku yang lumpuh ini bisa berjalan dengan cepat? Dan mengapa Kyuhyun selalu saja mengatakan ia merindukan ku.

Sudaha berapa lama ia mengenalku? Aku tidak tahu. Namun sejak semalam pula rasa sesak menjalar memenuhi rongga dada ku. Perasaan kosong seperti kehilangan sesuatu yang amat sangat penting. Mencoba mencari apa itu namun selalu saja aku gagal menemukan jawabanya.

"Kau melamun Sungmin?" suara Henry membuat lamunan ku berhamburan. Bahkan aku sama sekali tidak bisa fokus dengan pelajaran yang sedang ia berikan.

"Maafkan aku" ku fokuskan kembali pandanganku pada buku besar yang berisikan angka-angka rumit yang harus kupahami. Meski kedua orang tua ku tidak pernah memperdulikanku namun mereka tetap mewajibkan ku belajar. Mungkin hal itu agar aku tidak membuat mereka semakin malu, ya sudah cacat bodoh pula itu akan membuat malu saja

Fikiranku sama sekali tidak bisa terfokus oh tuhan! Semua fikiranku tersita oleh pria bernama Kyuhyun itu. Siapa dia? Siapa aku untuknya? Bagaimana bisa ia mengenal ku? Semua menjadi pertanyaan rumit yang tidak bisa ku jawab.

"Aku rasa kita bisa menyudahi pelajaran hari ini Tuan Sungmin, karena sepertinya kau sama sekali tidak bisa mendengarkan apa yang ku ajarkan" Henry menutup buku yang ada didepan ku kemudian menatap ku dengan intens. "Apa yang menggangu fikiran mu huh? Sangat jarang kau seperti ini"

Benar sekali! Aku bahkan tidak pernah melewatkan pelajaran yang Henry berikan padaku namun kali ini aku melakukanya. Henry adalah salah satu anak pelayan dirumah ini. Ia hanya satu tahun lebih tua dariku dan hanya dialah orang asing yang berinteraksi dengan ku selain kedua orang tua ku dan bibi Yin.

Henry adalah anak yang pintar, ia mendapatkan beasiswa dari sekolahnya saat ini dan itulah yang membuat kedua orang tua ku akhirnya memintanya untuk mengajariku segalahal berbau pelajaran. Dan tentu saja aku bukanlah orang bodoh, otak ku cukup jenius untuk ukuran orang cacat bahkan Henry mengatakan aku bisa mengalahkan orang normal seusiaku yang duduk dibangku sekolahan.

"Tidak ada, hanya sedang tidak ingin belajar"

"Kau bohong Sungmin!" ia menatap ku dalam, tentu saja berbohong didepanya adalah hal yang sulit karena Henry sangat paham bagaimana perangaiku. 12 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk ia mengenali ku. Bahkan ia sangat jauh lebih baik mengenalku dibandingkan kedua orang tua ku.

"Henry apa kau pernah masuk ke dalam ruangan paling pojok lantai atas rumah ku? Maksud ku gudang tua itu?" pertanyaan ku membuat Henry mengerutkan dahi lalu menggeleng dengancepat.

"Aku tidak pernah! Memang ada apa disana? Apa ada sesuatu yang menarik?"

"Lihatlah" aku berdiri dari kursi roda ku yang sesaat tadi masih ku gunakan dan dapat ku lihat wajah Henry yang kaget melihat ku berdiri dengan kedua kakiku "Aku bisa berdiri sekarang"

"Bagaimana bisa?! Oh tuhan ! keajaiban apa yang terjadi pada mu Sungmin?" Henry memeluk ku erat.

"Keajaiban yang diberikan oleh seseorang yang tinggal dalam gudang itu" jawabanku pasti terdengar sangat menggelikan, dan benar saja. Henry tertawa terbahak-bahak menganggap apa yang ku katakana hanyalah lelucon semata.

Aku mendengus kesal dan dengan cepat ku tarik tangan Henry menaiki anak tangga lalu berjalan menuju kamar atau gudang tua itu. Henry hanya diam mengikuti tanpa mengatakan apapun.

"Didalam sini ada seorang Pria yang tinggal dan ia lah yang membuat ku bisa berjalan"

"Huh? Kau bercanda bukan? Biar ku buktikan" Henry mencoba membuka knop pintu kamar tersebut namun berkali kali ia mencobanya kamar itu terkunci,sama sekali tidak bisa dibuka.

"Kau membohongi ku Sungmin! Bahkan gudang ini terkunci" Henry menatap ku tajam, aku pun melangkah maju kedepan dan mencoba membuka pintu kamar itu dan ajaib! Dengan mudah aku bisa membuka pintu itu.

"See? Aku bisa membukanya! Mungkin kau saja yang terlalu lemah Henry" aku terkekeh sedangkan Henry terlihat bingung saat aku berhasil membuka pintu itu.

Mata ku terbelalak saat pintu kamar Kyuhyun terbuka, disana yang terlihat hanyalah ruangan berdebu yang sangat kotor dengan kursi berantakan serta kasur yang sudah amat usang. Piano yang berada dikamar itu juga terlihat sangat kotor seperti sudah lama tidak disentuh dan yang pasti aku tidak menemukan Kyuhyun dimanapun!

Kamar ini sangat berbeda padahal malam tadi aku baru saja masuk dan yang kulihat malam itu adalah ruangan ini terlihat benar-benar seperti kamar yang berpenghuni. Tidak seperti saat ini.

"Kau berbohong Sungmin! Hentikan Lelucon mu dan kau punya banyak hutang penjelasan padaku" Henry berjalan keluar dari ruangan ini dan menarik tangan ku keluar, namun sebelum Henry menutup kembali kamar itu aku bisa melihat dengan jelas sosok Kyuhyun yang duduk bersandar dijendela dan menatap ku tersenyum, oh tidak Sungmin .. ia tidak tersenyum tapi menyeringai.

?

Sudah lamaaa author gak post FF kkkk ~
ini hanya selingan, author akhirnyaa selesai Sidaaang :*

Maaf Untuk cerita yang belum sempat dilanjutkan ^^