[Lost Arc: Second Life story]

Disclaim: I don't own anything

Warning: [Line story from Second Life story], Typo, OOC, Overpower!Naruto, Dragon!Naruto, and etc.

Summary: Setelah mengalahkan Black Dragon dan menyerap [Kristal Kehidupan] dimana Black Dragon ada di dalamnya, sebuah kutukan membuat Naruto memilih untuk pergi meninggalkan tanah hampa dimana semua [Naga] telah musnah.

.

Chapter 4: Disturbance.

Hampir dua minggu lamanya Naruto berada di pemukiman Caitshelter, tempat Wendy berasal. Dengan paksaan dari orang tua jenggotan itu, akhirnya Naruto setuju untuk melindungi Wendy dan sekaligus masuk ke dalam Guild yang orang tua itu dirikan.

Namun begitulah, hidup di desa ini tak banyak kegiatan yang bisa membuatnya repot, kebanyakan dirinya dan Wendy hanya melakukan kegiatan bertani setiap harinya karena kebutuhan pokok hanya di hasilkan dari kegiatan tersebut. Jarak yang jauh dari keberadaan kota menjadi alasan mereka melakukan itu, karena jika setiap hari mereka pergi ke kota dengan kereta, uang yang mereka punya perlahan-lahan akan kandas.

Yah, hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Dengan peluh yang membasahi semua permukaan wajah, dengan senyum yang memperhangat sebuah ikatan, Naruto dan Dedek Wendy kembali bercocok tanam. Tugas Naruto adalah menanam bibit-bibit kubis yang di belinya, sedangkan Wendy-ku sayang hanya bertugas membawakan bibit-bibit itu.

Setelah berjam-jam akhirnya selesai, Naruto kembali bertugas untuk mengambil air di sungai, lalu Wendy-ku tercinta bertugas menunggu kedatangan sang Author tamvan yang sedang menulis narasi ini. Beberapa menit berselang, akhirnya Naruto terlihat kembali dengan satu ember di masing-masing tangannya.

Wendy tiba-tiba memandang Naruto dengan wajah cemberut imut, "Onii-chan lama sekali sih!"

Naruto hanya menanggapi dengan senyuman, "Maaf, tadi kakak sempat tersandung, jadi kakak harus mengambil air lagi." Naruto berbohong.

Wajah cemberut Wendy menghilang, digantikan oleh senyuman yang terlampau manis. "Ya, sudahlah. Ayo kita siram."

Belum sempat Wendy menuangkan air yang di bawa oleh Naruto, kucing putih miliknya tiba-tiba datang membawa selembar kertas.

"Ada apa?" Naruto mengambil kertas itu, kemudian membacanya dengan teliti.

"Undangan untuk pengadaan aliansi."

~o~

Dan hari ini adalah saatnya para anggota yang terpilih untuk bertemu dan saling berkumpul. Dan sudah dapat dipastikan kalau anggota terpilih dari Caitshelter ini adalah Naruto dan Wendy, karena dari semua yang ada disana, hanya mereka berdualah yang memiliki tubuh fisik asli.

Kejadian ini sebenarnya tak bisa Naruto duga, karena saat di jelaskan tentang pembentukan aliansi ini hanya bertujuan untuk menghancurkan satu Guild tidak resmi yang sering sekali berbuat kriminal. Dan sebuah pertanyaan mencuak di kepala Naruto, kenapa untuk menghancurkan sebuah Guild saja membutuhkan aliansi empat Guild? Bukannya untuk menghancurkan sebuah Guild cukup dengan mengerahkan beberapa orang yang di kategorikan sebagai penyihir terkuat saja? Dan apakah ini tidak terlalu berlebihan?

Lihat akibatnya! Wendy kini mengalami demam panggung karena si Kakek berjenggot itu mengatakan kalau Guild yang akan diserang itu memiliki kekuatan yang sangat hebat walau anggota Guild itu tak lebih dari sepuluh orang, ya Naruto tahu kalau itu hanya melebih-lebihkan, itu ditujukan hanya untuk mengintimidasi Wendy-ku tercinta.

Naruto juga sempat berpikir, memangnya sekuat apa sih orang-orang di Guild itu? Apakah kekuatan mereka dapat memusnahkan dunia? Semesta? Dimensi? Oh, kalau mereka tidak bisa melakukan itu, kenapa mesti repot-repot membuat aliansi segala sih? Buang-buang waktu saja. Palingan dengan satu kemampuan dari Licht, mereka semua pasti bakal musnah. Bener gak Licht?

'Tentu saja.'

Yah, dapat Naruto dengar dengusan dari Naga mesum itu.

"Naruto-san."

Panggilan itu membuat Naruto menoleh. Remaja pemilik kristal dua Naga terkuat yang dapat menghancurkan alam semesta itu mendapati seekor kucing putih milik Wendy, "Apa?"

"Kita sudah terlambat menaiki jadwal kereta yang akan kita naiki."

Naruto menghela nafas. Ia juga sudah memperhitungkan hal ini kemarin, kemudian Naruto mengalihkan tatapannya ke pojok ruangan, dimana si Loli sedang berjongkok dan terpuruk memegangi kepalanya meratapi bagaimana situasi terburuk yang nanti terjadi.

"Wendy!"

"Y-ya...?" Wendy menjawab dengan lemah, membuat Naruto mendesah kembali.

"Kita harus segera berangkat, kenapa kau jadi tak semangat begini sih? Kemarin saja kau berkata ingin melihat luasnya dunia, kenapa sekarang malah gugup begitu?"

"Aku takut. Aku 'kan tidak bisa bertarung, Nii-chan."

Naruto tersenyum. Remaja itu mulai mendekati si Dedek, "Tenang saja, aku yang akan melindungimu." Naruto mengacak rambut Wendy dengan pelan, tak lupa juga melemparkan senyuman penenang.

"Hiks, hiks, ONII-CHAN...!" Wendy melompat dan memeluk tubuh Naruto.

"Baiklah, ayo kita berangkat."

~o~

"Naruto-san. Aku sudah mengatakan kalau kita sudah terlambat menaiki kereta bukan?"

Naruto seketika berhenti berjalan. Padahal baru beberapa ratus meter ia berjalan meninggalkan desa tempat asal Wendy, dan sekarang dia lupa, ia merasa seperti orang tua pikunan. Rombongannya sendiri kini sedang berjalan di jalanan setapak di tengah hutan, satu tujuan yang ada di kepala Naruto adalah stasiun itu, dan sekarang tidak ada lagi.

"Onii-chan?"

Tanpa melihatpun Naruto tahu kalau Wendy sedang menatapnya bingung. Jangankan si manis Wendy, dirinya sendiri saja sudah bingung memikirkan cara supaya sampai disana, terlebih dia tidak tahu bagaimana bentuk bangunan yang akan dibuat berkumpul. Namun, setelah beberapa puluh detik berkutat di pikirannya sendiri, akhirnya Naruto menemukan sebuah cara.

"Baiklah, tutup mata kalian."

"Memangnya kita mau ngapain? Sekarang bukan saat yang tepat untuk bermain lho, Onii-chan."

"Tidak usah protes, turuti saja perintahku."

"Tapi –"

"Wendy, jika masih terus protes, aku pasti akan menciummu!"

Ucapan itu sukses membuat wajah Wendy-ku tercinta merona. Loli pujaan semua orang itu dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Baiklah, sekarang pegang tanganku dan tutup mata kalian. Ingat! Jangan sampai kalian membuka mata kalian sampai aku menyuruhnya, kalau tidak kalian akan mati."

Kedua sosok kecil itu menuruti ucapan Naruto. Mereka berdua mengambil masing-masing satu tangan Naruto, dan Wendy kebagian tangan kiri. Kedua mata mereka langsung tertutup rapat, membuat Naruto tersenyum geli karena bisa mengancam kedua sosok itu.

Remaja pirang itu juga menutup matanya, salah satu dasar untuk memakai teknik dengan singkatan FIW (Fractional Infinite World) yang dalam artiannya sendiri merupakan sebuah teknik untuk menemukan sebuah tempat di dunia ini yang belum pernah ia ketahui. Secara gampangnya, Naruto akan bertelepati untuk menyusuri setiap seluk beluk dunia ini hanya dalam tempo satu menit. Dan saat dia membuka matanya, dalam sekejap itu juga dirinya akan sampai pada tujuan.

"Sekarang, kalian boleh membuka mata kalian."

Wendy dan kucing putihnya membuka mata yang sedari tadi mereka pejamkan dengan sangat erat. Tentu saja mereka takut ketika mereka mendengar ancaman tentang nyawa mereka, dan sekarang mereka tidak percaya kalau mereka sudah berada di tempat yang sepenuhnya berbeda.

Wendy menjatuhkan pandangannya ke arah Naruto. "Onii-chan." Loli itu memanggil dengan lirih, karena saat kedua indera pengelihatannya memandang wajah pucat Naruto, dia tertegun. "Kau tidak apa-apa?"

Naruto memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Pergilah lebih dulu. Jangan sampai mereka mengira kalau Guild kita tidak ikut serta."

Wendy hanya bisa mengangguk. Gadis itupun berlari di ikuti oleh kucing putihnya yang terbang, setelah melihat kepergian Wendy yang agak jauh jaraknya, Naruto langsung membuang nafasnya yang berat karena sudah ia tahan tadi.

Remaja pirang itu terbatuk darah beberapa kali, ini sudah merupakan sebuah resiko karena memakai teknik penuh kutukan itu. Otaknya kini terbebani dengan semua hal yang ia lihat di pikirannya tadi, banyak sekali sosok-sosok yang sangat mencurigakan, terlebih sosok laki-laki bersurai hitam yang sedang bersila di suatu tempat. Saat telepati Naruto sampai di sosok itu, dia yang awalnya terlihat tenang dengan mengejutkan langsung membuka kedua mata hitamnya lebar-lebar, seolah-olah dapat mengetahui telepati yang Naruto gerakkan.

Menurut Naruto, dia adalah sosok yang berbahaya.

'Kurama, pinjamkan energimu.'

'Dengan senang hati.'

Tak sampai satu menit berselang, warna wajah Naruto seratus persen kembali. Remaja itupun mengikuti jejak Wendy tadi, menyusuri jalan setapak yang menuju ke sebuah gedung dimana para penyihir terpilih berada disana.

Naruto membuka pintu bangunan itu, membuat beberapa sosok tercengang oleh kedatangannya. Remaja pirang itu mengedarkan pandangannya, karena sosok kecil adiknya tiba-tiba sudah menghilang dari jalur pandangnya. Naruto kembali berjalan saat dia sudah menemukan sosok Wendy yang sedang di rayu oleh tiga personil boy band yang masing-masing dari mereka memakai setelan jas berwarna hitam.

Di raihnya salah satu tangan kecil adiknya itu, kemudian dia tarik dan dia jatuhkan tubuh kecil itu kedalam pelukannya. "Jangan pernah menyentuh adikku tanpa ijin." Naruto melemparkan tatapan membunuh kepada tiga pemuda tadi, dan itu sukses membuat tiga personil boy band itu mengambil satu langkah mundur.

"Naruto!"

Pemuda yang dipanggil namanya hanya menoleh sedikit ke arah kanan, dengan begitu saja dia sudah mendapati siapa sosok yang menyebut namanya.

"Naruto! Jadi kau sekarang bergabung dengan Caitshelter, hah!?" Pemuda yang memiliki rambut pink itu berkata sambil berlari membawa sebuah tinju berbalutkan api ke arah Naruto. Dan seperti yang sebelum-sebelumnya, serangan itu kembali di hentikan dengan satu jari.

"Berisik." Merasa sudah muak, Naruto lalu mencengkram lengan Natsu. Dan dengan tidak masuk akalnya, Naruto mengangkat tubuh Natsu dan langsung menghempaskannya ke lantai itu. Dapat ia dengar kalau Natsu langsung merintih kesakitan.

Semua orang langsung saja terperangah melihat aksi Naruto, namun situasi itu seketika pecah saat Gray mulai berteriak tidak terima.

"BRENGSEK!" Remaja yang bertelanjang dada itu menyatukan kedua telapak tangannya, "Ice make: Canon!"

Sebuah peluru meriam yang terbuat dari es, melesat dengan kecepatan yang tak dapat di lihat oleh mata orang biasa. Namun semua itu berbeda jika berada di pandangan Naruto, dapat dengan jelas ia lihat kalau peluru es yang meluncur ke arahnya bergerak dengan tempo yang sangat lambat. Karena itulah, saat peluru itu hampir menyentuh wajahnya, dengan sangat mudah di tepisnya peluru itu dengan punggung tangannya.

Sebuah ledakan yang disertai dengan bekunya sebuah dinding dapat jelas terlihat di pojok ruangan. Tapi ledakan itu tak sedikitpun dihiraukan karena semua orang yang berada disana hanya terpana saat meliha tubuh Gray sudah terhempas ke dinding datar ruangan itu. Hal yang membuat pemuda pemakai sihir es tersebut adalah sebuah telunjuk yang teracung seperti sudah melesatkan sebuah sentilan kecil.

"Terlalu cepat seribu tahun jika kau ingin menyerangku dengan seranganmu yang lambat itu." Ucap Naruto. Remaja pirang itu kemudian berpaling, menatap orang-orang yang masih berdiri tegap dan memasang sebuah mata yang melebar. "Ada yang ingin melanjutkan kegiatan ini?" kemudian tatapan kedua mata safir itu jatuh pada Erza, "Kau tidak ingin membela temanmu, Erza-chan?"

Erza sekuat tenaga mengontrol emosinya, karena itulah dia memutuskan untuk menggeleng. "Bukan kau yang seharusnya kulawan, terlebih semua yang telah kau lakukan bukan salahmu, kau hanya mencoba untuk membela diri." Dan setelah Erza berkata sedimikian rupa, dirinya harus dibuat terkejut karena sang lawan bicara sudah berada tepat di depannya wajahnya dengan memapangkan sebuah senyuman.

"Kuakui kalau kau itu gadis yang pintar." Naruto mengacak rambut merah gadis itu, dan dapat ia lihat sedikit semburat merah yang keluar di wajah Erza. Gadis itu menahan amarahnya yang sekaligus menahan malu atas kelakuan anggota Guild Fairy Tail lainnya.

"Jangan senang dulu, Keparat! Aku masih belum selesai."

Naruto melihat kebelakang dari sudut matanya. Mendapati kalau Natsu kembali bangkit dengan sudut bibir yang merembeskan darah, "Apa kau memintaku mengulitimu hidup-hidup? Jawab saja iya, karena dengan senang hati aku akan melakukannya."

Erza tersentak. "Naruto, jangan!"

Naruto berhenti melangkah saat salah satu lengannya di tarik oleh Erza. Kedua bahu yang menegang milik pemuda itu menurun bersamaan dengan keluarnya sebuah nafas, tatapannya kemudian ia alihkan ke seisi ruangan. "Aku peringatkan pada kalian, tugasku adalah menjaga Wendy. Jadi jika kalian berbuat macam-macam, dengan tak segan kalian akan kubunuh. Mengerti?"

To be Continued...

A/N: UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP UP!

LOLI-CHAN IS UP!

Merasa ada yang aneh dengan sifat Naruto yang overprotectiv ini?

Akan saya jelaskan alasannya. Begini, karena Naruto itu Lolicon. Udah gitu aja. Gak kurang gak lebih, hahaha.

Saya hanya bisa menghidangkan cerita segini saja, karena saya tidak bisa seterusnya akan membuat cerita panjang, soalnya saya lebih mementingkan gaya hidup saya yang sehat dengan kerja, makan, tidur yang harus serba mencukupi. Oh, tak lupa juga buat nonton Oni ChiChi yang juga harus mencukupi hahaha.

Pertempuran yang nanti akan terjadi akan selesai tak lebih dari lima ratus kata. Ingatlah, kalau disini ada Naruto yang kekuatannya sudah melebihi batas logika. Jadi, jika nanti musuhnya itu mati dengan sekali hit saja, gak usah protes yang enggak-enggak.

Ngomong-ngomong soal sekali hit, jadi inget si botak biadap Saitama hahaha.

.

Ramiel de Master Lolicon.