A/N: Yo! Berjumpa lagi dengan saya (Author yang paling Lolicon) dalam fic baru yang menjadi alur kedua dari tamatnya fic Second Life (yang masih belum selesai). Jadi alur pertamanya mungkin akan sedikit membingungkan, namun akan saya usahakan penggambarannya menjadi lebih simpel.

Okeh! Selamat membaca dan Salam Lolicon.


[Lost Arc: Second Life story]

Disclaim: I don't own anything

Warning: [Line story from Second Life story], Typo, OOC, Overpower!Naruto, Dragon!Naruto, and etc.

Summary: Setelah mengalahkan Black Dragon dan menyerap [Kristal Kehidupan] dimana Black Dragon ada di dalamnya, sebuah kutukan membuat Naruto memilih untuk pergi meninggalkan tanah hampa dimana semua [Naga] telah musnah.

.

Chapter 1: Magic and Magician

"JU-JUPITER, AKAN DI TEMBAKKAN LAGI!"

Erza harus dibuat mendecih saat tubuhnya yang sudah kehabisan tenaga tak mampu lagi bergerak dari tempatnya sekarang tergeletak. Serangan berskala besar pemusnah masal seperti Jupiter sudah berhasil membuatnya mengerahkan semua tenaga yang ia punya hanya untuk menahan serangan itu, dan inilah akhir dari Guild Fairy Tail.

BLAR!

Erza harus menutup matanya untuk menahan agar debu yang di hasilkan oleh sebuah benda jatuh tepat di depannya, tak memasuki indera pengelihatannya. Penyihir perempuan yang di juluki sebagai Titania tersebut merasa kesal karena momentum dirinya untuk terakhir kali melihat dunia ini, di ganggu oleh sebuah benda jatuh yang entah kenapa bisa ada di tengah pertempuran hidup dan mati antara dua Guild.

Saat gadis berambut merah tersebut menoleh ke arah berlawanan, untuk memastikan hening yang tiba-tiba saja tercipta pada semua anggota Guildnya berada, ia menyadari bahwa henyak yang juga tercipta pada mereka memang di sebabkan oleh benda yang jatuh tersebut. Pada saat berperang seperti ini, bisa-bisanya mereka dengan serempak mengheningkan cipta.

"Adu-du-duh, kepalaku terasa seperti di hantam sebuah bulldozer."

Saat debu yang mengepul terbang di bawa angin laut yang berhembus, seorang pemuda berambut pirang berjambang tengah mendesah sambil memegangi kepalanya dengan satu tangan. Pemuda itu kemudian menoleh ke kiri, melihat puluhan atau ratusan orang sedang menatapnya dengan wajah tercengang.

"...Sepertinya kedatanganku sudah berhasil menarik perhatian?" ucapnya bosan entah pada siapa.

"JU-JUPITERNYA!"

Erza merutuki dirinya sendiri karena dengan sangat mudah kesadarannya di ambil alih oleh seorang pemuda yang tak sedikitpun ia ketahui. Menepis semua rasa sakit karena kehabisan persediaan energi sihir dalam tubuhnya, ia mencoba bangkit kembali untuk mencoba menahan tembakan itu satu kali lagi. Namun kali ini apa yang ingin gadis itu lakukan tidak bisa menjadi kenyataan, tubuhnya menolak keras bahkan untuk sekedar berdiri.

"Hey, Scarlet (merah). Kalau sudah kehabisan tenaga, tidak usah dipaksain kenapa? Itu hanya akan membuat tubuhmu semakin hancur, kau tahu?"

Erza tidak mempedulikan ucapan pemuda itu dan tetap bersikeras untuk bangkit kembali, "...Aku harus melindungi semua orang yang hidup disini, tidak peduli jika tubuh dan nyawaku yang menjadi taruhannya!" gadis itu telah berhasil berdiri kembali, "Kanshou (requip)."

"Erza, jangan paksakan dirimu!"

"Erza!"

"Erza!"

"Erza!"

Erza yang membelakangi mereka semua memasang wajah penuh penyesalan, dan hal itu hanya dapat di lihat oleh pemuda pirang yang tadi terjatuh dari –entah darimana. Melihat raut wajah yang belum siap mati seperti itu membuat sang remaja pirang membuang napasnya dengan sia-sia, kemudian dia berdiri dengan perlahan dan menghampiri gadis bersurai merah yang kini memakai setelan baju perang yang di kedua tangannya masing-masing terdapat tameng yang terbelah.

Pemuda itu menepuk salah satu bahu Erza, membuat Erza yang barusan menunduk kini dibuat mendongak untuk sekedar melihat wajah malas yang terpampang pada raut pemuda itu. "Jika kau belum siap mati, kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukannya." Tiba-tiba muncul beberapa sisik berbeda warna pada masing-masing pipi remaja itu, hal itu tentu saja membuat Erza terkejut. "Aku hanya harus menghentikan benda itu bukan? Jika itu bisa membuatmu bisa berpikir lebih jernih, dengan senang hati akan kulakukan."

Setelah beberapa detik memproses omongan pemuda tidak jelas itu, Erza tersadar. "T-tunggu! Kau tidak tahu apa yang ingin kau lakukan, meriam sihir itu bisa melenyapkanmu!" meskipun dirinya tidak mengenal pemuda itu, tetap saja kenekatan yang di lakukan oleh pemuda yang berniat menghadang laju tembakan tersebut berhasil membuatnya khawatir.

Remaja pirang yang kini berdiri tepat pada jalan pembatas darat dan laut, menatap bosan pada sekumpulan energi berwarna hitam yang secara perlahan terisolir oleh energi sihir. Merasakan kalau energi yang di kirim ke bola hitam tersebut berhenti, remaja pirang tersebut mulai menunjuk bola tersebut dengan satu jari di tangan kanan.

[Dimen-]

"Tunggu! Apa yang ingin kau lakukan, hah?"

Sebelum sempat menyelesaikan satu ucapan yang ingin ia lontarkan, Erza yang berada di samping kanannya membuatnya kaget. Namun itu hanya bertahan dua detik sebelum tatapan bosan kembali pemuda itu lontarkan, "Lihat, dan perhatikan!"

BOSH!

Tembakan di luncurkan, pemuda pirang itu kembali menatap ke depan.

[Dimension]

~o~

"Ti-tidak mungkin, Ju-Jupiternya menghilang?!" tak dapat dipungkiri kalau dirinya terkejut akan apa yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seumur-umur Erza memang tidak pernah melihat sihir seperti tadi, sihir misterius yang menghilangkan sihir pemusnah masal seperti Jupiter.

"Hah, kepalaku masih terasa berdenyut-denyut."

Mendengar suara penuh keluh tersebut membuat Erza yang masih terbelalak menoleh kepada sang empunya suara, "Siapa kau, sebenarnya?"

Cowok pirang itu menoleh, "Aku? Panggil saja Naruto, dan aku tidak mempunyai nama belakang," Naruto kembali mendesah, "Lebih baik, kau berisirahat dahulu, dan kalau boleh aku minta sedikit air putih."

"Erza, apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau menghentikan Jupiter dua kali?" Mirajane berlari menghampiri Erza yang tak lagi memakai perlengkapan perangnya. Gadis bersurai putih itu menatap sang Titania dengan kesal, "Jangan membuat kami semua khawatir dong."

Erza bukannya melembut, malah langsung mendelik kearah Mira. "Cepat ambilkan air putih!"

"..." Mira terbengong, "Eh?"

Naruto mengangkat tangan kanannya untuk menarik perhatian Mira, gadis itupun menoleh. "Ano... O-O-Oba-san –" Naruto tak melanjutkan kalimatnya saat dengan tiba-tiba Mira berjongkok mengeluarkan aura kehitaman dan memeluk kedua kakinya, membuat Naruto sedikit kalang kabut. "A-ano..."

"Hiks... Hiks... A-aku sudah tidak muda lagi..." dapat di lihat dengan jelas kalau sekarang Mira menggerakkan satu jarinya di tanah dan menggambar sebuah lingkarang kecil, tangisan anime yang di keluarkannya membuat semua orang yang melihat sweatdrop seketika.

~o~

"Ini lebih baik," desahan lega Naruto hembuskan saat ini. Rasa pusing yang menyerang kepalanya perlahan menghilang setelah tenggorokannya terisi oleh segelas liquid bening yang dapat memuaskan rasa dahaga luar dalam, ia seketika teringat dengan apa yang baru saja ia lakukan sebelum sampai di tempat ini. "...Aku memang pengecut." Ia bergumam.

"Apa kau bilang?!" sahut Erza yang duduk di ranjang tepat di samping kiri Naruto.

"Aku seorang pengecut," ulangnya dengan suara yang dapat didengar, kemudian dia menghela nafas lagi.

Erza tak lagi menyahut pedas. Tatapan setajam belati ia lontarkan pada cowok pirang yang kini terus saja menunduk, "Sebenarnya siapa kau? Dan dari Guild mana asalmu?"

Naruto mendesah kembali, "Sudah kubilang namaku Naruto, hanya Naruto. Dan untuk pertanyaan kedua, aku tidak mengerti maksudnya."

"Jangan bercanda!" Erza berteriak, "Naruto. Ya, aku memang tahu kalau itu namamu, tapi itu masih belum menjelaskan semuanya. Tentang jati dirimu, asalmu, kemampuanmu, serta... sihirmu." Erza kembali teringat beberapa sisik yang muncul di kedua pipi Naruto, "...Apakah, kau seorang Dragon Slayer?"

Kalimat terakhir itu berhasil menarik perhatian Naruto, "Dragon Slayer? Pemburu Naga?"

Erza masih mempertahankan delikannya, "Jangan pura-pura bodoh. Sisik yang muncul di wajahmu itu –sudah jelas kau adalah seorang Dragon Slayer, kau tak perlu mengelak lagi."

Naruto kembali mendesah, entah yang keberapa kalinya. Setelah melakukan hal itu, ia mendongak sambil sedikit menyunggingkan senyuman. "Dragon Slayer 'kah? Aku masih lebih dari sekedar Pemburu Naga."

To be Continued...

.

A/N: Yo! Sudah lama tidak bersua di dunia ini (Padahal cuma satu bulang hahaha #PLAK). Beginilah dunia, tidak menyenangkan jika tidak merepotkan hahaha...

Ok, back to the topic.

Disini saya (Author paling tamvan) membuat sebuah cerita terusan dengan memilih alur kedua setelah tamatnya fic Second Life. Pembaca tercinta sudah pada tahu 'kan? Oke, lanjut. Naruto di cerita ini telah di beri sebuah kutukan yang dimana jika ia terus berada dalam dimensi DxD (setelah menyelesaikan peperangan antar Naga Takdir yang ia kumandangkan pertama kali) ia akan lenyap.

Bukan Black Dragon atau Licht yang memberi kutukan, bukan juga Azriel, bukan juga Trihexa, bukan juga Great Red, melainkan... itu akan terjawab nanti (jika anda ingin tahu bagaimana alur yang asli pada fic Second Life). Dalam Summary sudah dijelaskan alasan kenapa Naruto sampai diberi kutukan, dan yang belum terpecahkan hanyalah siapa yang memberi kutukan.

Dan untuk prolog ini, seperti biasa, memang saya buat pendek. Tapi untuk seterusnya akan bertambah secara perlahan, jadi tidak usah khawatir wahai para pembaca tercinta #lolz.

Sampai disini saja, Matta Ashita

.

Lolicon log out.