"Aaaahh.. Uuuuhh.."

Sementara sepasang mata terpaku pada layar laptop, dengan pupil melebar yang nampak menakutkan. Dirinya menangkap jelas bagaimana tubuh si pria mungil tengah menungging, maju-mundur berkat hentakan kuat dari arah belakangnya. Uh, Kai tengah membayangkan ia-lah sang dominan dalam film kali ini. Atau lebih bagusnya lagi, Kyungsoo sebagai submisif.

"Aaahn ja–ngan terlalu–Akh! Dalam–ssshh.."

Dan sekarang tangan kirinya merayapi celah boksernya. Menemukan batang panjang yang sudah tegak berdiri, siap digunakan kapan saja.

"Sluurp~"

Alis Kai berkerut mendengar suara menganggu dari arah kirinya. Tapi kemudian berusaha tak acuh. Kembali ke kegiatan 'mari-meremas-adik-kesayanganku-ini'.

"Sluurp~ Sluuuurrrp~"

Seruputan ketiga dari arah Sehun dan sekarang Kai berasap bagian atas kepalanya. Adiknya mendadak lemas dan semua desahan nista dari arah laptop seolah tenggelam dengan bisingnya seruputan Sehun.

"DEMI BOKONG SEKSI KYUNGSOO, HENTIKAN ITU SEHUN!"

Sehun yang masih menempelkan ujung bibirnya ke sedotan hanya mengangkat alis tak mengerti. Ia mengangguk kecil dua kali, lantas kembali mencoba mengambil bola-bola tapioka yang terjebak di dasar gelas bubble tea nya.

Kai menghela nafas pelan, kembali memupuk konsentrasi untuk membuat adik kecilnya berdiri. Ditekannya tombol play di jendela video.

"Sluurp~"

"CUKUP!" teriaknya dibarengi gebarakan kasar di meja. Ia menoleh kilat pada Sehun, memicing lumayan lama yang hanya mendapat kedipan polos dari si pria putih. Sekali lagi, Kai mendengus kasar. Ia rampas gelas dari genggaman Sehun.

"Hey, minumanku!"

"Ini sudah habis, idiot!

"Tapi bubble-nya belum!"

Untuk kalimat terakhir tentu saja tak Kai pedulikan. Ia lempar gelas plastik itu yang untungnya mendarat pas di tempat sampah. Kembali kini ia menghadap Sehun, yang rupanya tengah menatap dirinya tajam.

"Kau. Ha. Rus. Meng. Gan. Ti. Nya."

Dan apakah Sehun pikir Kai takut dengan gertakan barusan? Dengar saja suara cadelnya!

"Dengar, Hun." Berusaha sabar, Kai menyentuh kedua sisi pundak Sehun. Mimiknya berubah serius. "Kau harus melakukannya atau kau tak akan bahagia dengan Luhan seumur hidup."

Mendengar Kai menyinggung nama kekasih manisnya, Sehun otomatis melupakan kekesalannya sejenak. Biar, ia bisa menagih bubble tea pada Kai lain kali.

"Melakukan apa?"

Wajah Kai maju beberapa centi, kurang dari sejengkal untuk bersentuhan dengan hidung Sehun. Atau mungkin lebih dari sejengkal? Hidung Kai 'kan... –Ah, kembali saja pada kedua pemuda tampan ini.

"Seks. Sehun, seks."

Sesaat Sehun membeku. Matanya bergerak ragu kekanan-kiri. Saking lamanya sampai membuat Kai jengah.

"Dasar bocah."

"Astaga, aku sudah sembilan belas, Kai!"

"Dan apakah Sehun si sembilan belas ini mengerti apa itu seks? Ha, aku bertaruh kau tak pernah masturbasi. Atau mungkin, tak pernah membaca majalah dewasa?"

Mendengar cemoohan Kai, Sehun hanya bisa tertunduk pelan. Ia memang tak suka dengan hal-hal berbau mesum. Meski dikelilingi teman-teman warasnya yang sangat hobi membicarakan seks, Sehun masih sedikit anti untuk langsung mencobanya.

"Kata Eomma, masturbasi itu perilaku adiktif. Sekalinya kau kecanduan, kau akan sulit–"

"Kau menanyakan tentang masturbasi pada Eomma-mu?!"

Sehun mengangkat kepala sejenak untuk melihat ekspresi histeris Kai. Ia tanpa ragu mengangguk-angguk, toh memang selama ini hanya Eomma-nya yang berkata jujur padanya. Oh, seorang lagi, tentu saja Luhan, kekasihnya.

Dan tidak mungkin Sehun menanyakan hal ini pada kekasih cantiknya. Bisa-bisa ia menodai pikiran suci seorang Xi Luhan.

Seperti beberapa bulan silam,

"Lu, kau tau apa itu blue film?"

"Uuuh, Sehunnie. Kau tau aku lemah di bahasa Inggris. Mana aku tau maksudnya."

"Haaah sebenarnya aku sangat penasaran. Mereka membicarakan film itu terus-menerus di kantin."

"'Mereka'?"

"Kai, Chanyeol, Baekhyun. Siapa lagi."

"Hmm.. Kalau begitu akan kutanyakan pada Kim Kyosunim. Aku cukup dekat dengan dosen sastra inggris itu."

"Ide bagus! Terima kasih sayang.."

-yang kemudian datang kabar bahwa Luhan terpaksa mengulang pelajaran sastra inggrisnya tahun depan setelah mendapat ceramahan panjang dari dosen Kim.

Atau di festival Jepang lalu,

"Kudengar mereka juga punya festival yang unik. Seperti, festival penis!"

Sehun tertarik. "Penis? Benarkah?"

"Hum! Jadi ada banyak barang berbentuk penis, seperti balon, kursi, patung, bahkan permen karamel bentuk penis!" si mungil menggebu-gebu dalam menjabarkannya.

"Dan kau ingin mencobanya, Lu?" Sehun juga ingin, ia 'kan suka yang manis-manis. Seperti Luhan, contohnya. Si pria manis tercintanya.

"Tentu! Hanya saja, aku tak yakin bagaimana rasa asli penis. Apa kau tahu?"

"Seperti daging, mungkin? Penis 'kan daging." –jawabnya asal.

"Oh, oh! Apakah seperti Hanwoo? Ah, kalau benar, pasti rasanya enak!"

"Apalagi dipanggang!"

"Kau benar!"

Tanpa memedulikan seberapa banyak pasang mata menatap mereka terheran-heran.

Atau kencan lusa lalu!

"Sayang, kau tahu kita sudah dua tahun bersama."

"Tentu saja, Hunnie. Mana mungkin aku lupa."

"Dan biasanya teman-teman seumuranku sudah melakukan seks di tahun pertama mereka berpacaran." –dalam hati Sehun mengingat-ingat perkataan Kai. Agak was-was juga takut Luhan langsung illfeel padanya.

Luhan menoleh membawa matanya yang berpendar ceria. "Seks?"

Jauh dari ekspektasi Sehun, tapi toh ada bagusnya juga. "I-iya, seks. Lagipula aku kesal karena Chanyeol mengataiku impoten terus-terusan." –dan berkat pengetahuan biologinya, Sehun mengerti apa itu impoten.

"Aaah~" Luhan menganga lama, mencerna lamat-lamat perkataan kekasihnya.

"Kalau begitu, ayo kita ngeseks!"

"Ah, kau mau?" –Sehun sangat sangat sangat sumringah.

"Mau! Kau mau?" –Sama, Luhan membalas dengan anggukan lucu malah.

"Sangat mau!"

Dimulai dengan Luhan yang menduduki paha Sehun, melingkarkan lengannya di leher sang dominan. Tersenyum manis lantas mendekap Sehun agar merasakan hangat yang sama. Kepalanya terjatuh di pundak kiri Sehun, dan dibiarkan Sehun kekasihnya bermanja-manja seperti itu.

Masih dalam posisi yang sama, "Um, Sehun?"

"Ya?"

"Kau tau caranya? Seks?"

Menatap lama pucuk kepala Luhan sampai akhirnya kedua pasang mata mereka kembali bersinggungan, Sehun menjawab putus asa, "Tidak."

Dan berakhir dengan Kai yang harus mengajari Sehun banyak hal! Sungguh memilukan ketika ia tahu Sehun begitu polos. Ditambah rusa cantik miliknya yang bahkan beribu kali polos! Oh, berkebalikan dengan pasangan mesum Baekhyun-Chanyeol.

"Sekarang, tonton ini dan pusatkan perhatianmu ke film ini saja. Jangan melamun kemana-mana. Ketika kau mulai merasa berbeda, beri tahu aku. Mengerti?"

Dilanjut dengan Sehun yang hanya bisa mengarahkan tatapannya ke arah laptop. Sebenarnya ia sedikit risih dengan adegan asing di depannya. Dan ketika ingin memalingkan muka, dengan sadisnya kepala Sehun dipukul oleh gulungan majalah. Jangan tanya siapa penyebabnya, mereka hanya berdua di kamar Kai.

Sehun melanjut pasrah. Kadang menyipitkan matanya agar adegan ranjang itu hanya terbayang samar di retinanya.

oOo

oOo

oOo

Pertama membuka pintu, Kai mengernyitkan kening mendapati Sehun yang sudah di posisi membelakanginya. Juga membelakangi laptop yang sebelumnya ditontonnya.

"Sudah kubilang jangan alihkan perhatianmu!" ujarnya gemas, siap-siap membalik tubuh Sehun.

"Tidak! Jangan mendekat!"

Kontan Kai menarik kembali tangannya. Bergeming sebentar, lalu memutuskan untuk kembali meraih sebelah pundak Sehun.

"Kai! Pergilah! Kumohon!"

Seperti gadis perawan yang mau diperkosa saja –jengah Kai.

"Kau ini kenapa? Hun?" Tak mengindahkan suruhan Sehun, ia tetap menggoyang bahu si pria pucat. Berkali-kali hingga Kai baru menyadari bahwa tubuh yang dipegangnya tengah bergetar ringan. Oh, apakah Sehun menangis? Tapi tak ada airmata disana.

"A-aku... aku..."

Sukses membuat tubuh Sehun berbalik, Kai telaah lebih jelas wajah Sehun yang kini memerah. Matanya mengitari senti-senti tubuh Sehun, takut terjadi apa-apa. Takutnya pria polos ini kambuh asma.

"Kau kenap–" ucapan Kai terhenti, tepat saat matanya menangkap selangkangan Sehun yang nampak membengkak. Ia tatap wajah memelas Sehun dan bagian-bawah itu berkali-kali, dan ia tak bisa menahan tawanya lagi.

"AHAHAHAHAH!"

Sibuk dengan tawanya, Kai bahkan berguling-guling di karpet kamarnya. Matanya sampai terpejam akibat cengiran mulutnya yang terlampau lebar. Terbahak-bahak begitu puas, tak sadar ketika Sehun mulai bangkit berdiri dan menjauhinya, lalu keluar dari kamarnya.

"HEY! HEY SEHUN KAU MAU KEMANA?" Kai meninggikan suaranya, takut Sehun sudah terlalu jauh dari kamarnya.

"AKU MAU PERIKSA KE DOKTER! DAN JANGAN BILANG PADA LUHAN TENTANG INI!"

Sontak Kai benar-benar meredakan tawanya. Ia beranjak cepat, mencoba menyusul Sehun.

"Yak, bodoh! Kau tak perlu ke dokter! Aku bisa menyembuhkanmu!"

Mendengar ucapan barusan, Sehun yang baru berbelok menuju ruang tengah pun mundur kembali beberapa langkah, hingga kini berhadapan dengan Kai yang wajahnya memerah. Uh, Sehun merasa sangat malu sekarang.

"Kau bisa?"

Jongin mengangguk mantap. Menunjukkan seringai lebar pada Sehun yang kini mulai mendekat lagi kearahnya.

"Kau serius?"

"Kau bertanya lagi, maka akan kucincang anu-mu."

Menelan ludah susah payah, Sehun pun menuruti kata-kata Kai selanjutnya. Kai yang menyuruhnya masuk ke kamar, lantas ke kamar mandi, lantas membuka celana serta dalamannya sendi–

"KAU GILA?!"

Meski telinganya berdengung, Kai tetap berusaha sabar. Ini adalah langkah terakhir dalam metode pembelajaran menodai-otak-Sehun.

"Lakukan saja."

"Aku bahkan belum pernah menunjukkannya pada Luhan!"

Bukannya sebal mendengar kekeras-kepalaan Sehun, Kai justru menyengir. Kata-kata yang menjurus seperti barusan baru sekali ini ia dengar dari mulut Oh Sehun cadel ini. Apa ini karena efek video porno sebelumnya? Sebaiknya sih begitu.

"Kuberitahu ya, buka sekarang juga atau kau akan kehilangan Luhan!"

Tak takut dengan ancaman Kai, Sehun masih keukeuh menarik keatas pinggang celana jeansnya. Berjaga-jaga takut Kai tiba-tiba menarik celana itu kebawah dan mengiya-iyakan dirinya.

"Sudah, buka saja."

Sehun menatap ragu pada pinggang celana yang kini naik hingga bagian perut –berkat tarikan tangannya. Menimbang-nimbang apakah harus melakukan perintah Kai atau tidak. Dalam hatinya sih ia bingung, apa hubungannya memelorotkan celana dengan kehilangan Luhan.

Baru hendak menurunkan resleting, gerakan tangan Sehun terhenti. "Eh?"

"Apa?" Kai yang tengah menyeringai mengikuti arah pandang Sehun.

"Sudah sembuh. Aku sudah sembuh!"

Refleks rahang Kai terjatuh. Menyadari kesalahan terbesarnya saat itu; membuat fokus Sehun melayang kemana-mana, sehingga sang adik pun kembali melemas, seperti sekarang.

"Aaaah Kai, aku tak tau apa caramu menyembuhkanku. Tapi, terima kasih!"

Cuek, Sehun membenarkan kembali posisi celananya. Keluar dari kamar mandi dan tak lama setelahnya berpamitan pulang. Tak mendengar teriakan frustasi dari Kai, "AKU GAGAL, CHANYEOL! AKU GAGAL LAGI!"

oOo

oOo

oOo

To be continued.

.

.

.

Chap depan Luhan side yaa.. Keep reading and reviewing ^^