[Prev]

"Lu, kita sudah sampai."

Sehun melirik kearah Luhan yang terdiam tenang dengan kepala yang bersandar pada jendela mobil. Sehun mengerutkan dahinya, penasaran. Pemuda itu meraih bahu kecil Luhan, dan ternyata pria manis itu tengah terpejam dengan dengkuran halus keluar dari bibirnya yang sedikit terbuka.

"Astaga," Sehun terkekeh kecil. Luhan yang tengah tertidur terlihat seperti seorang anak kecil yang kelelahan. Bahkan disaat tertidur pun dia tetap terlihat manis dan polos.

Sehun mencondongkan tubuhnya kearah Luhan. mengusap pipi putih itu dengan hati-hati, dan tersenyum tipis—sebuah senyuman Oh Sehun yang terlihat dewasa.

"Ini gila sekali, tetapi apa mungkin aku mulai menyukaimu? Pengawal pribadiku?"

Sehun kembali terkekeh kecil. Merasa sinting karna berbicara pada seseorang yang sedang tertidur. Dia merasa beruntung sekali bisa melihat dengan jelas ciptaan Tuhan yang indah seperti Luhan ini. Silahkan katakan Sehun hiperbola, siapapun yang akan dihadapkan dengan makhluk secantik Luhan tidak akan mampu untuk terus membungkam bibirnya untuk memuji. Begitupula Sehun, pemuda arogan yang tidak pernah memuji siapapun kini akhirnya menjadi seorang pemuja Luhan, Pengawal pribadinya.

Sehun mengecup bibir kecil Luhan sekilas.

"Aku menyukaimu."


©Anggara Dobby

A Bodyguard From Beijing

Oh Sehun-Lu Han

Kris || Jongin || Baekhyun—As support cast

[WARN!] Adult content. Shounen-ai. BoysLove. M-18+. Absurd. Typo(s)

Chapter 3 : Truth or Dare


Sehun membenarkan letak tubuh Luhan yang berada dipunggungnya. Dia —entah kenapa— tidak tega membangunkan lelaki manis itu, hingga akhirnya memutuskan untuk menggendong Luhan ala piggy back. Luhan hanya menggumam kecil, tidak mau membuka matanya—tetapi melingkarkan tangannya dileher Sehun dan menaruh kepalanya dibahu pemuda itu. benar-benar seperti anak kecil tingkahnya itu. Sehun melirik sejenak kearah wajah Luhan yang menghadap kearahnya. Dia tersenyum geli melihatnya. Imut sekali. Sehun tidak mau percaya jika lelaki yang berada digendongannya saat ini adalah pengawalnya. Dia lebih cocok sebagai adiknya atau…kekasihnya.

"Orghh Yeol! Kau itu—"

"Berikan padaku, Kris! Aku ingin merasakannya!"

"Tidak!"

"Erghh—"

Sehun mengernyitkan dahinya, bingung dengan suara-suara gaduh yang berasal dari ruang keluarga. Itu suara kedua orang lelaki yang sama-sama berat. Siapa lagi kalau bukan Kris dan kekasihnya (ini hanya menurut Sehun). mereka sedang melakukan apa? Terdengar mencurigakan karna sesekali Kris menggeram dan Chanyeol —nama sahabat Kris— yang mengerang. Pikiran-pikiran ambigu seketika singgah diotak remaja Sehun.

Lantas, kaki panjang pemuda itu melangkah pelan-pelan menuju ruang keluarga. Penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya. Sesekali Sehun membenarkan posisi Luhan. dia agak berat juga ternyata.

Mata sipit Sehun membulat melihat kedua orang lelaki bertubuh menjulang yang saling menindih—tepatnya Kris yang berada diatas, dengan Chanyeol yang berada dibawahnya seraya berusaha menggapai-gapai tangan Kris. Uh, uh, mata polosnya ternodai.

Maaf, Sehun. matamu memang sudah tidak polos sejak empat tahun yang lalu kau memutukan untuk menonton video porno dikamar mandi dengan Jongin.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Sehun, spontan.

Kedua lelaki yang bertindihan itu langsung menoleh kearah Sehun. memandang Sehun seolah-olah sesosok alien yang tersesat dibumi—ini hanya Kris yang melihat seperti itu. karna Chanyeol kini tersenyum lebar dan menyapa Sehun dengan santainya. "Hai, Sehun?"

Idiot—pikir Sehun, kurang ajar. "Hyung, aku akan mengadu pada Ibu. Kau melakukannya sebelum menikah. Ibu pasti murka sekali."

Kris langsung paham dengan kalimat yang dilontarkan dari bibir tipis Sehun.

"Ya! Apa yang ada diotakmu sekarang, bocah?" hardik Kris, jengkel. Apa-apaan hipotesanya itu? mana mungkin Kris berniat menggagahi Chanyeol. Chanyeol sama sekali tidak ada tampang bottom sama sekali. Dia tinggi tegap, bersuara berat, tidak berwajah menggemaskan—uh, Kris mual membayangkan dirinya menjamah tubuh Chanyeol.

"Apalagi yang ada dipikiran seseorang saat melihat posisi kalian berdua yang sudah sangat strategis untuk saling berhubungan intim." Sehun menyeringai. "Mentang-mentang tidak ada seorangpun dirumah, kau bebas sekali ingin bercinta."

Kris menggeram rendah, merasa sangat menyesal mempunyai adik dengan otak mesum seperti Sehun—sadarlah Kris, kemesuman adikmu itu karna diturunkan darimu yang memang dikenal sebagai Pervert Senpai— Ingin sekali rasanya Kris menjambak rambut berwarna perak adiknya hingga tidak ada lagi sehelai rambutpun yang tersisa dikepalanya.

"YEAH! Akhirnya aku dapatkan ini!" suara berat Chanyeol menginterupsi aksi Kakak-beradik yang saling melemparkan pandangan tajam itu. Kris mengalihkan pandangannya kearah Chanyeol, tangannya terasa kosong dan—oh shit! Teman tingginya itu tengah mengunyah coklat berbentuk Angry Birds-nya dengan riang. Dia sudah berhasil merampas dari tangannya. Sial. Ini semua karna Sehun yang mengalihkan fokusnya.

"Jangan dimakan, bodoh! kubilang jangan dimakan!"

"Ummh—ini enak sekali. Kenapa kau pelit sekali padaku huh?"

"Rgghh, Chanyeol! kubilang jangan dimakan! Itu milikku yang hanya tersisa satu."

"Dasar pelit—AKHH JANGAN TARIK TELINGAKU!"

Sehun mendatarkan ekspresinya melihat aksi bodoh kedua lelaki didepannya. Ternyata hanya karna sebuah coklat—demi tuhan! Seharusnya mereka sadar berapa usia mereka sekarang. Sehun saja malas melakukan hal konyol itu. Rasa malu menelusup kedalam tubuh Sehun, dia sudah mengira kakaknya sedang berhubungan intim dengan temannya. Apa yang dilihatnya sangat jauh dari kenyataannya. Sialan, Sehun merasa mesum sekali telah berpikir yang tidak-tidak.

"Hey, kenapa kau menggendong Luhan?" Kris bertanya sesudah menghukum Chanyeol yang telah mencuri coklatnya. Pemuda tinggi itu terlihat menekuk wajahnya seraya mengelus-ngelus telinganya yang memerah matang karna ditarik oleh Kris dengan kekuatan supernya.

Kris baru menyadari jika Luhan berada dipunggung Sehun. pria manis itu terlihat lelap sekali dengan kepala yang bersandar dibahu Sehun. oh, jika boleh jujur—Kris geram sekali melihatnya. Iri karna adiknya itu beruntung sekali mendapat pengawal kawaii seperti Luhan.

"Oh, ini." Sehun melirik Luhan sekilas. "Dia ketiduran, jadi aku bernisiatif untuk menggendongnya."

Kris memicingkan matanya, memandang curiga kearah adiknya. "Kau tidak sedang mencuri-curi kesempatan 'kan?"

"Tujuhpuluh persen, iya. Kau pasti iri padaku 'kan?" Sehun balas memandang Kris dengan mata memicing. Kali ini lengkap dengan senyuman mengejek ala Oh Sehun—sebenarnya semua keturunan Oh memang selalu mengejek dengan senyuman miring seperti yang Sehun lakukan saat ini.

"Dia siapa? Cantik sekali!" komentar Chanyeol. menunjuk Luhan dengan dagunya sendiri.

"Mana mungkin aku iri. Dia hanya pengawalmu, tidak lebih dari sekedar itu." Balas Kris, mengelak.

"Pengawal? Siapa?" Chanyeol bertanya.

"Siapa tahu saja beberapa hari lagi dia menjadi kekasihku. Mengingat kita akan selalu bersama kemana-mana, mustahil jika tidak ada rasa-rasa suka yang tumbuh." Sehun semakin gencar membuat Hyung-nya itu geram. Lucu sekali melihat raut Kris yang semakin suram. Alisnya menukik tajam dan pandangannya yang tidak bersahabat—Sehun ingin terbahak melihatnya.

Dia memang adik yang kurang ajar, asal kalian tahu saja.

"Hey, aku diabaikan!" sela Chanyeol, tidak terima. Dia bertanya pada kedua Oh bersaudara itu, tetapi mereka tidak ada yang berniat menjawab pertanyaannya sama sekali. Sialan.

"Ibu pasti akan memarahimu!" tunjuk Kris.

Sehun terkekeh singkat, "Mana mungkin? Ibu pasti akan senang jika Luhan menjadi kekasihku. Mengingat Ibu sangat menyukai Luhan. pasti dia bahagia sekali jika aku menjadikan Luhan sebagai menantunya."

"Luhan itu siapa?" Chanyeol bertanya untuk yang kesekian kalinya.

Tangan Kris mencengkeram erat ujung bantal sofa, bersiap-siap melempar adiknya dengan benda itu. "Oh Sehun—"

"Luhan akan menjadi milikku, dan aku akan menikah terlebih dahulu darimu. Hahaha." Sehun terbahak puas, merasa sangat berhasil membuat Hyung-nya jengkel setengah mati. Pemuda itu segera berlari saat Kris melemparkan bantal sofa kearahnya.

"Kau akan menikah, Hun?" Chanyeol kembali bertanya, tanpa menyerah.

"Brengsek kau! Menikah saja sana dengan Micky! Aku tidak akan membiarkanmu menikah terlebih dahulu daripada aku. Sial kau Oh Sehun!" teriak Kris dengan murka.

"ASTAGA, KENAPA AKU HARUS DIABAIKAN TERUS MENERUS? AKU SUDAH CUKUP SABAR TADI KARNA DIKACANGI OLEH KALIAN. SETIDAKNYA HARGAI AKU YANG BERTANYA—"

"DIAMLAH KAU PARK!"


Tubuh mungil yang diselimuti dengan selimut hangat berwarna putih itu bergerak-gerak kecil seraya melenguh pelan. Luhan mulai terbangun dari tidur lelapnya karna merasa terganggu dengan cahaya matahari yang mengintip dari jendela kamarnya. Tunggu! Kamarnya? Luhan mulai membuka kelopak matanya perlahan. Matanya menyipit, menghalau sinar matahari yang langsung menyambutnya. Dia melihat kesekeliling.

Ruangan ini begitu luas dengan warna silver yang mendominasi. Ada beberapa seragam klub basket yang tergantung didinding kamar ini dan juga furniture mahal yang tersusun rapi disetiap sudut ruangan ini.

"Ini bukan kamarku." Gumam Luhan. Seingat Luhan, kamar yang diberikan oleh nyonya Oh untuknya tidak seluas ini. Ranjang yang sedang Ia tempati pun sangat nyaman dan empuk—jadi, dia berada dikamar siapa sekarang?

"Kau sudah bangun, Lu?"

Luhan buru-buru menoleh mendengar suara yang menyapa gendang telinganya. Mata rusanya melebar melihat Sehun yang berjalan menuju kearahnya hanya dengan selilit handuk putih yang menutupi bagian bawah perutnya sampai lutut. Tubuh bagian atasnya tidak tertutupi apa-apa, membuat Luhan harus membuka sedikit bibirnya melihat tubuh Sehun yang terdapat bulir-bulir air . Tidak, tubuh Sehun tidak sebagus pemain boxing. Anak itu hanya memiliki kulit yang seputih susu dan juga Abs yang belum terbentuk sempurna diperutnya. Tetapi entah kenapa wajah Luhan serasa terbakar melihatnya. dia—ugh, seksi sekali dengan kontur V yang menggoda dibawah pusarnya. Luhan yakin, Sehun baru saja selesai mandi. Melihat rambutnya yang kini juga basah—yang sedang diacak asal oleh sang empunya.

Luhan tidak berkedip. Oh sial, fokuslah Lu!

Lalu mata Luhan turun menuju bagian bawah pusar Sehun. disana terlihat sebuah tonjolan besar yang nampak dari balik handuk. Uh, uh, kau kemanakan matamu Luhan? fokuslah, fokus. Kenapa otakmu sekarang menjadi mesum eh?

"Luhan?"

"A—ah ya?" Luhan terlihat gelagapan sendiri. Dengan cepat, dia beralih memandang kearah wajah Sehun yang menatapinya dengan heran. Aish, kenapa dirinya bisa terpesona dengan majikannya sendiri? Tidak sopan sekali. Luhan merutuk dalam hati.

"Bagaimana tidurmu?" tanya Sehun basa-basi. Dia sibuk mengeringkan rambutnya, sesekali melirik Luhan lewat ekor matanya. Pemuda manis itu terlihat memerah wajahnya. Sehun tahu, Luhan sempat memerhatikan tubuhnya tadi. Lucu sekali tingkahnya yang malu-malu itu.

"Nyenyak sekali—tunggu! Kenapa aku bisa ada dikamarmu?" tanya Luhan, seakan sadar dengan apa yang ada dipikirannya.

"Kau ketiduran saat perjalanan pulang semalam, karna aku malas menaruhmu dikamarmu. Jadi aku membawamu kekamarku."

Luhan mengedipkan matanya beberapa kali. "A—apa semalam…aku tidur satu ranjang denganmu?" tanyanya gugup.

"Tentu saja." Ujar Sehun, berbohong. Jelas-jelas semalam Sehun tidur disofa, mengalah pada Luhan yang tidur diranjangnya. Sehun bukannya tidak mau satu ranjang dengan makhluk manis itu —dia sangat ingin, malah— tetapi keadaan yang mengharuskan Sehun untuk tidak bersampingan dengan Luhan saat tidur. Dia hanya takut kelepasan. Kau tahu, Luhan itu begitu menggiurkan. Bisa saja semalam Sehun nekat memperkosanya mengingat kondisinya sudah sangat strategis. Tetapi Sehun masih cukup waras. Lantas, pemuda itu memilih pilihan yang aman.

Tidur disofa, dan jauh-jauh dari Luhan.

"Huh?"

"Tenang saja, aku tidak mengapa-ngapakanmu." Ucap Sehun melihat Luhan yang memasang ekspresi terkejut. 'Hanya mencuri kecupan sesekali saat kau tertidur.' —tambah Sehun dalam hati.

"Ma—maafkan aku, aku merepotkanmu." Luhan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan bersiap-siap turun dari ranjang milik Sehun.

"Yang benar saja, aku malah senang jika kau menemaniku tidur." Ujar Sehun, spontan.

Luhan tersipu malu mendengarnya. Uh, wajahnya semakin terbakar. "Baiklah, kalau begitu aku harus bersiap-siap untuk menemanimu ke sekolah lagi." Luhan tersenyum kecil, menyadari jika hari ini Sehun bangun sendiri dan tepat waktu.

Tentu saja Sehun bangun tepat waktu. Semua ini karna Luhan yang berada satu kamar dengannya. Pemuda itu tidak bisa tidur dengan tenang, bahkan dia harus bangun sangat pagi—untuk memandangi wajah Luhan yang cantik saat tertidur. Pemandangan yang benar-benar membuat matanya menjadi segar.

"Sebentar, Lu." Sehun menahan pergelangan tangan Luhan yang hendak pergi. Enak saja dia mau langsung pergi. Setidaknya Sehun mengharapkan imbalan berupa morning kiss karna sudah membiarkannya tidur diranjang miliknya.

"Ada apa?"

Sehun menyeringai saat melihat Luhan yang sesekali mencuri kesempatan untuk memandangi tubuhnya. oh, apa si mungil itu mulai terpesona padanya?

"Apa yang kau lihat?" Sehun semakin menyeringai melihat Luhan yang terlihat salah tingkah didepannya. Wajahnya memerah, dan matanya tidak fokus menatap kesatu arah—dia gugup. Sehun meraih dagu kecil Luhan, untuk menghadapkan wajah manis itu kearahnya. "Aku sedang bertanya padamu, Luhan."

"Aku—" Luhan menggigit bibir bawahnya sendiri, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Sehun; karna secara tidak langsung gerakan Luhan itu menggoda imannya yang tipis; "—tidak melihat apapun."

Sehun mendengus tak percaya. Dia mendekatkan wajahnya kearah Luhan, memandangnya dengan tajam. "Aku tidak suka dibohongi." Desisnya.

Luhan balas memandangnya, kali ini tatapannya agak berbeda. Tatapannya memang tetap polos, tetapi ada kilatan menantang disana. nafas Sehun mulai memberat saat nafas halus Luhan menerpa wajahnya. Ugh, sial sekali dengan jarak dekat yang membuatnya frustasi ini.

Seperti melihat suatu keajaiban, Sehun begitu terkejut saat jari telunjuk Luhan mengarah pada dada bidangnya—menyentuhnya, lalu membuat gerakan memutar perlahan disana. pemuda itu menahan nafas secara refleks. Apa-apaan ini? Luhan berniat menggodanya? Dia menatap Luhan, meminta penjelasan atas apa yang dilakukan oleh si manis itu. tetapi yang Sehun dapat hanyalah tatapan childish darinya.

"Aku hanya melihat ini. Aku suka tubuhmu." Ucap Luhan pelan. Jari lentiknya masih bergerilya didada telanjang Sehun. membuat gerakan naik-turun yang seduktif—oh shit, darimana Luhan belajar cara menggoda binal seperti ini? Sehun tidak bisa menahan diri jika seperti ini.

Sehun menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. "Kau suka?" tanyanya dengan suara memberat. Brengsek, hormon remajanya mulai meledak-ledak sekarang. Sehun tidak bisa menyalahkan dirinya yang mudah terangsang karna sentuhan tidak berarti dari Luhan. siapapun akan seperti dirinya saat dihadapi oleh makhluk manis bernama Luhan.

Luhan hanya membalas dengan gumaman tidak jelas. Jarinya semakin lama, semakin turun kebawah—menuju pusat kesensitivan Sehun.

Sehun mendesis saat tangan kecil Luhan menyentuh miliknya yang masih tertutupi selembar handuk. O-oh, dia benar-benar berniat menggodanya. "Luhan, jangan menyiksaku." Geramnya dengan bahaya. "Aku bisa membalasmu dengan penyiksaan yang lebih dari ini."

"Sepertinya milikmu besar, Sehun-ah." Luhan mengelus kejantanan Sehun dari luar handuknya, membuat Sehun mendesah berat. Itu hanya sentuhan yang tidak berarti apa-apa, tetapi mengapa rasanya sangat nikmat sekaligus menyiksa? Sial, apa Luhan sengaja menggodanya? Atau dia hanya penasaran dengan miliknya?

"Y-yeah, memang besar. Apa kau suka?" Sehun berusaha mengontrol suaranya sendiri agar tidak terdengar bergetar. Ini terlalu menyiksa, sialan. Sehun ingin segera Luhan membuka handuknya dan mengoral penisnya yang mulai menegang akibat si manis itu. tidak peduli lagi dengan kesopanan atau apapun. Sehun hanya menginginkan Luhan memainkan kejantanannya dengan bibir kecilnya yang menggoda itu.

"Aku suka."

Luhan semakin gencar mengelus kejantanan Sehun, bahkan sesekali meremasnya. Membuat Sehun memejamkan matanya serasa mendesah berat. "Kenapa ini mengeras, Sehun?"

Brengsek. Luhan itu pura-pura polos atau apa? Jelas saja Sehun ereksi berat, karena tangan dengan jari-jari ramping milik Luhan meremas-remas kejantanan Sehun dengan nakal.

"Berhentilah menyiksaku, jalang." Geram Sehun. "Lepas saja handukku dan manjakan dia."

Luhan tersenyum miring—yang membuat Sehun mendelik tajam, ingin menjilat seluruh wajah manis itu yang menggoda. Pria manis itu berjongkok, mendongak untuk memberikan Sehun sebuah kedipan nakal.

Sehun mendengus, "Oh, kenapa kau menjadi binal seperti ini Lu? apa karna tubuhku yang menggodamu?"

Luhan tidak membalas ucapan sakartis Sehun. dia mendekatkan wajahnya kearah gulungan handuk Sehun, dan mulai berusaha membukanya dengan cara menggigitnya. Gerakan yang sungguh sensual, membuat Sehun semakin tersiksa. Selangkangannya terasa nyeri sekarang. Kejantanannya sudah benar-benar ereksi dan mengeras, akibat Luhan.

Luhan masih berusaha membuka lilitan handuk Sehun. sementara Sehun menggeram tertahan, merasakan dagu Luhan yang menggesek-gesek ujung kejantanannya akibat pergerakannya itu.

"Ahh, Luhan—apa kau bisa cepat sedikit, huh?" Sehun terlihat sangat menyedihkan sekarang. Begitu menginginkan Luhan segera memanjakan penisnya yang tengah hard.

"Cepat untuk apa?"

"Sial, tentu saja untuk memanjakan adik kecilku."

"Adik kecilmu? Siapa?"

Tunggu, tunggu!

Sehun terdiam sesaat. Merasa ada yang tidak beres dengan ini semua. Seperti baru saja melayang kemana-mana, Sehun mengerjab-ngerjabkan matanya dengan linglung. dia melihat Luhan masih dihadapannya—bukan berjongkok dihadapan kejantanannya. Pria manis itu memiringkan sedikit kepalanya dan memandangnya dengan bingung. Seperti baru saja terjun dari sebuah jurang, dan terhempas ditanah padat—Sehun baru menyadarinya.

Tangan Luhan tidak berada didaerah selangkangannya.

Itu artinya—

"Sehun, kau kenapa? Wajahmu memerah. Kau demam?"

Sehun memandang Luhan dengan pandangan tidak bernyawa. Mengapa bisa-bisanya Ia membayangkan Luhan menjadi sosok agresif dipagi hari yang damai ini? Ini pastilah akibat terlalu sering memandangi wajah Luhan yang lugu itu. Sehun jengkel bukan main. Padahal khayalannya itu sangat menyenangkan sekali—tetapi sekali lagi, itu hanya khayalan yang artinya hanyalah angan-angan semata. Bukan kenyataan.

Sekarang Sehun hanya bisa mengumpat dalam hati karna ereksinya harus dituntaskan sekarang.

"Luhan," Sehun berujar lemas. "Kau bisa pergi sekarang. Bersiap-siaplah. Nanti aku menyusul diruang makan."

Luhan mengangguk patuh bak anak kecil. "Kau tidak sakit 'kan?" tanyanya penuh khawatir. Melihat raut Sehun yang tiba-tiba melemas itu membuat Luhan mau tidak-mau mengkhawatirkannya juga.

Penisku yang sakit—ratap Sehun dalam hati. "Tidak, aku tidak apa-apa."

"Ah, baguslah." Luhan mengangguk-angguk kecil, lagi. Dan pria manis itu segera membalikan tubuhnya, berjalan keluar dari kamar Sehun.

Selepas kepergian Luhan, Sehun memandangi selangkangannya yang menggembung. Dia merutuk sebal. jika sudah seperti ini, dia harus segera menemui Jongin.


Jongin—yang kala itu sedang menata rambutnya didepan cermin besar menggunakan gel rambut, sesekali berpose a-la top model dimajalah Pria hot, tiba-tiba harus berteriak seperti para gadis yang roknya baru saja disingkap oleh anak lelaki. Mengabaikan wajahnya yang terlihat menggelikan didepan cermin, Jongin berteriak panjang melihat kehadiran Sehun yang tiba-tiba masuk lewat balkon kamarnya hanya dengan selilit handuk dipinggangnya. Gila, mau apa anak itu pagi-pagi datang kekamarnya dengan setelan seperti om-om yang baru saja bercinta itu?

"Kau—!" Jongin menunjuk Sehun menggunakan sisir rambutnya. "Mau apa, idiot?"

"Aku punya masalah kecil yang harus kutuntaskan disini." Jawab Sehun dengan wajah terganggunya. Jujur saja dia hampir jantungan saat Jongin berteriak nyaring saat melihatnya. Sehun baru tahu jika Jongin bisa berteriak seperti itu.

"Masalah ap—O-oh!" Jongin tiba-tiba bergerak mundur saat matanya tidak sengaja melihat kebanggaan Sehun yang menggembung dari handuknya yang menutupi asset itu. dia menelan ludahnya dengan kasar. "Tidak, Sehun. jangan mentang-mentang saat ini aku juga tidak memakai baju, dan sangat seksi. Kau tidak bisa mengajakku untuk mendesah dibawahmu. Kau juga tidak bisa sembarangan masuk kekamarku hanya karna rumah kita bersebelahan untuk berusaha meniduriku. Apa ini selama ini diam-diam kau memendam hasrat tersendiri padaku? Astaga, maaf saja kawan. Aku ini top, oke? Kau tahu artinya top? Aku yang ada diatas, menggenjot, menggagahi—bukan digagahi dan berada dibawah."

Sehun menendang tulang kering Jongin, membuat anak itu menjerit kesakitan. "Kau pikir aku sudi memperkosamu?" decih Sehun jengkel. "Aku hanya ingin pinjam kamar mandimu, sebentar!" dan setelah itu Sehun segera berjalan terburu-buru kearah kamar mandi milik Jongin.

Jongin menyusul temannya itu, berdiri didepan pintu kamar mandinya yang sudah dihuni oleh Sehun. "Oi! Memangnya kamar mandimu rusak hingga kau tidak bisa beronani disana? lagipula ini masih pagi, man. Terlalu awal untuk morning erection." Celoteh Jongin.

"Ibuku sedang mondar-mandir didepan kamarku, Aku tidak mau wanita itu menceramahiku karna beronani pagi-pagi." Sahut Sehun dari dalam. Mulai terdengar suara-suara geraman dari sana. Jelas, Sehun sedang menuntaskan hasrat kelelakiannya saat ini.

"Memangnya apa yang membuatmu hard?" tanya Jongin, penasaran.

"Luhan."

Jongin terbahak mendengar jawaban itu. sudah dia perkirakan, Sehun pastilah tidak akan tahan dengan kehadiran sosok manis dirumahnya. Apalagi mengingat Sehun selama ini, belum sama sekali bernafsu pada seseorang —kecuali Miranda Kerr dengan segala bentuk tubuhnya yang menggiurkan— pastilah anak itu sangat frustasi memendam hasrat pada Luhan.

Jongin bergidik ngeri saat mendengar desahan berat Sehun didalam sana, sesekali dia menyebutkan nama Luhan disela-sela kegiatannya. Jongin jadi kasihan pada Luhan yang kali ini menjadi objek onani Sehun.

Beberapa saat kemudian, Sehun keluar dari kamar mandi milik Jongin dengan perasaan lega. Akhirnya ereksinya bisa dituntaskan—walau bukan Luhan yang menuntaskannya.

"Apa yang Luhan perbuat padamu memangnya?" tanya Jongin dengan senyum menyebalkannya.

Sehun membenarkan lilitan handuk dipinggangnya. "Dia hanya tidur dikamarku."

"Ka—kalian sudah tidur bersama?" mata Jongin melebar. Membayangkan Sehun dan Luhan sudah satu ranjang, membuat Jongin semakin iri saja pada teman albinonya itu.

Sehun mendengus kecil. "Yang benar saja. Jika aku sudah tidur bersama dengannya, tidak mungkin saat ini aku memanjakan penisku sendirian. Aku pasti minta bantuan bibir mungilnya."

"Mana mungkin Luhan mau memanjakan penis kecilmu itu. dia pasti tidak puas." Celetuk Jongin dengan kurang-ajarnya.

"Kau harus ingat Jongin, jika milikku jauh lebih besar dari milikmu. Pantas saja Kyungsoo selalu menolakmu, dia pasti tahu jika kau memiliki elang yang kecil." Ucap Sehun tidak mau kalah.

Jongin mendesis geram. Sehun baru saja meminjam kamar mandinya untuk beronani, setidaknya anak itu harus berterima kasih atau mengucapkan hal-hal yang enak didengar. Tapi nyatanya—Sehun tetaplah menyebalkan dengan segala lidah ular berbisanya.

"Memangnya sebesar apa punyamu?" Jongin menepuk kejantanan Sehun, membuat si empunya mendelik tajam.

"Jangan sentuh-sentuh propertiku, brengsek." Sehun membalas perlakuan Jongin. menepuk kasar milik Jongin dari luar celana seragam yang anak itu kenakan.

"Kau juga menyentuh milikku! Jauhkan tanganmu, ini hanya milik Kyungsoo!"

"YA! Jangan berusaha menarik handukku, bodoh!"

"Apa kau takut aku melihat milikmu yang kecil itu? A-ha-ha."

"Penismu hanya sebesar ibu jariku Jongin, Ahaha."

"Jongin, ini seragam—KYAAAAAAAAAA!"

Sehun dan Jongin—yang sedang menyentuh kejantanan mereka satu sama lain—menoleh kesumber suara. Dimana ada Kakak perempuan Jongin yang berteriak nyaring dengan mata yang hampir keluar dari habitatnya karna melihat posisi mereka. Sehun yang hanya mengenakan handuk, memegang milik Jongin. dan Jongin yang hanya memakai celana seragam sekolah, menyentuh milik Sehun. pemandangan yang sangat mengejutkan untuk Yuri—nama nunna Jongin.

Sehun dan Jongin dengan bersamaan melihat kearah tangan mereka masing-masing. Memandang satu sama lain, lalu—

"AAAAAAAAAAA!"

"AAAAAAAAAA!"


Hari ini terasa begitu cepat—sekaligus membosankan untuk Sehun. Mungkin karna insiden tadi pagi yang begitu memalukan dan menjengkelkan baginya, mengharuskan Sehun menjaga jarak sedikit pada Luhan. orang yang polos itu memang lebih menyusahkan daripada orang yang binal. Lihat saja sekarang, Luhan terus menanyakannya tentang apa itu Doggy style. Sehun harus memberi pelajaran pada Baekhyun yang dengan kurang-ajarnya membicarakan gaya bercinta dengan Luhan. dasar Byun Binal itu.

"Sehun, memangnya saat bercinta itu harus memakai gaya ya?"

Sehun mendesah pelan. Pembicaraan ini belum berakhir, bahkan sampai mereka sedang berjalan pulang kerumah. Fyi, hari ini Sehun sengaja tidak membawa mobil kesekolah. Dia ingin menaiki bus, dan ada rencana tersembunyi yang ingin Ia lakukan pada Luhan. "Luhan, kenapa kau begitu penasaran huh?" Sehun melirik Luhan yang tengah meminum bubble tea —dia jadi maniak minuman itu sekarang— seraya berjalan disisinya.

"Aku hanya ingin tahu, memangnya salah?" Luhan menggerutu.

"Kau itu sudah dewasa, harusnya kau lebih mengerti hal-hal macam itu. kenapa bertanya padaku yang notabene masih anak SMU?" ujar Sehun dengan nada menyebalkannya. Maklum saja, dia agak sensi jika menyangkut pembicaraan ini. Karna otaknya selalu membayangi kegiatan tempat tidur dengan gaya-gaya bercinta yang ditanyakan Luhan.

"Karna kau lebih tahu daripada aku. Baekhyun bilang seperti itu." tutur Luhan.

Sehun mendatarkan ekspresinya yang memang sudah datar. Seharusnya dia tidak memperkenalkan Luhan pada Baekhyun dan Jongin, karna inilah hasilnya. Dua temannya itu memang sangat pandai dalam mencemarkan otak bersih seseorang. "Kau benar-benar ingin tahu?"

Luhan mengangguk dengan kecepatan memukau. "Ya, ya." Ujarnya antusias.

Sehun mendengus melihatnya. Luhan pikir dia sedang bertanya apa hingga seantusias itu? mereka sedang membicarakan seks! Dan reaksi Luhan seperti seseorang yang ingin mendengarkan cerita dongeng yang belum pernah didengarnya seumur hidup.

"Nanti saja dirumah, akan kuberitahu." Sehun menahan senyum gelinya melihat perubahan wajah Luhan. pria mungil itu memandangnya dengan sebal disertai bibirnya yang mencebik lucu.

Sehun melirik kearah arloji hitam yang menghiasi pergelangan tangannya. Hari sudah sore menjelang malam, tetapi orang-orang itu belum menampakan batang hidungnya sama sekali. Sehun sengaja memperlambat pulangnya hanya karna rencana sintingnya ini, tetapi kemana mereka? Awas saja jika mereka tidak datang. Sehun akan segera menghabisi mereka.

"Sehun, sebenarnya dimana halte bus berada? Kita sudah berjalan dari tadi, tetapi belum menemukan halte sama sekali." Luhan menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, melihat kesegala arah. Yang tertangkap dimata rusanya hanyalah sebuah jalanan sepi dengan kendaraan yang sesekali berlewatan.

"Sebentar lagi sa—"

"Woah, woah. Lihat! Ada anak sekolah disini!"

Luhan dan Sehun memundurkan sedikit langkahnya saat tiba-tiba segerombolan lelaki berwajah garang muncul dari sebuah gang yang hendak dilewati mereka berdua. Jumlah mereka ada empat orang dan tubuh mereka tidak bisa dibilang kecil. Berotot, berttatoo, dan tindik yang banyak didaun telinga mereka. Luhan merasa ini pertanda buruk melihat senyuman mencela keempat lelaki dewasa itu.

"Sepertinya anak orang kaya yang manja. A-ha-ha-ha."

Sehun memutar bolamatanya jengah melihat cara tertawa salah satu diantara mereka yang sangat menyebalkan dimatanya. Berandalan kelas teri yang hanya bisa mengganggu anak sekolah dan gadis muda seperti mereka hanyalah berani menggertak dan mengganggu saja.

"Jangan menghalangi jalanku, aku ingin lewat." Ujar Sehun dengan dingin. Dia hendak menerobos keempat lelaki berandal yang menghalangi jalannya, namun tangan besar salah satu diantara mereka mendorong bahu Sehun dengan kencang. Membuat tubuh Sehun terdorong beberapa langkah, hampir menabrak Luhan yang masih berdiri ditempatnya.

"Oh tidak semudah itu, bung. Kau harus memberi pajak jika mau lewat jalan ini."

"Kau pikir jalan ini milik Ibumu?" Luhan melangkah maju dengan mata mendelik sebal. melihat Sehun didorong dengan tidak berkeprimanusiaan oleh salah satu diantara mereka, membuat Luhan geram. Dia sudah berjanji pada Nyonya Oh akan melindungi Sehun sebaik mungkin, dan inilah saatnya. Luhan tidak boleh hanya berdiam diri saat menyaksikan tuan-nya itu diganggu oleh berandal-berandal ini.

Keempat lelaki itu tertawa mengejek melihat Luhan yang harus mendongakan kepalanya untuk memandang mereka, dikarenakan tinggi tubuh Luhan yang jauh lebih pendek dari mereka berempat. Ditambah wajah Luhan yang tengah mendelikan matanya itu. tidak ada seram-seramnya sama sekali.

"Kau mau melawan kami, bocah?" Salah satu diantara berandal yang memiliki rambut pirang berantakan itu menyeringai kearah Luhan, dengan jari telunjuk yang menunjuk dahi Luhan—bahkan sedikit menekannya.

"Luhan—"

"Diam, Sehun. aku akan memberikan pelajaran untuk berandal-berandal kelas teri ini."

Sehun mengangkat bahunya acuh, "Baiklah, lawan mereka. Kalau bisa langsung habisi mereka berempat saja. Aku akan menunggumu." Dan pemuda tinggi itu dengan santainya duduk ditepi jalan. Memerhatikan Luhan yang dikelilingi oleh empat lelaki berbadan besar. Sangat tidak adil untuk Luhan yang berbadan mungil dan hanya sendirian.

"Hey, dia manis juga ternyata." Celetuk salah satu berandalan. Lelaki dengan tindik terbanyak ditelinga diantara teman-temannya itu dengan kurang-ajarnya mencolek dagu Luhan. Luhan segera menepis tangan berandal itu dengan risih.

"Berani benar kau menyentuhnya, brengsek." Sehun berdiri dari duduknya dan menatap nyalang pada si tindik banyak. Dia hendak menghampiri berandal itu untuk memberinya satu-dua pukulan, tetapi Luhan menahannya. Memberikan gesture agar Sehun diam saja.

Sehun mendengus tak suka. "Jika aku melihat diantara kalian berani menyentuhnya, aku yang akan turun tangan untuk menghabisi kalian." Desisnya. Keempat berandal itu sesaat terlihat meneguk liurnya, sebelum akhirnya cepat-cepat merubah ekspresi mereka dengan sesangar mungkin.

Si pirang mengerucutkan bibirnya dengan sengaja, "Ooh~ aku takut sekali." Ujarnya dengan nada mengejek.

"Kalian berdua tidak ada apa-apanya dibanding kami. Bisa saja aku menghabisimu—" berandal dengan wajah paling menyeramkan diantara ketiga temannya menunjuk kearah Sehun dengan tajam, "Dan membawa si manis ini." Dia menyeringai kearah Luhan membuat Sehun mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Ya, sepertinya kita tidak perlu pajak—cukup membawa si cantik ini dan semua masalah selesai. Hahaha."

"Habisi saja anak berwajah datar itu. Dia sangat kurang ajar dan sok berani. Padahal dia hanyalah anak cengeng yang masih menyusu pada Ibunya. Hahaha."

"Hahahaha."

Gigi Luhan bergemeletuk kecil, merasa geram bukan main karna dirinya dan Sehun dicela habis-habisan. Dengan tangan yang sudah terkepal kuat-kuat, Luhan melayangkan pukulannya pada salah satu berandal yang berambut pirang—dia yang paling banyak menghinanya dari tadi. ketiga berandal lainnya menghentikan tawa mereka saat temannya sudah tersungkur dijalan akibat pukulan Luhan.

"Sialan kau!" mereka menggeram dan menatap nyalang pada Luhan yang kini menggulung lengan kemejanya hingga siku.

Luhan menepis pukulan yang hendak mendarat diwajah manisnya, dia menangkap tangan itu dan memelintirnya kuat-kuat hingga si berandal bertindik banyak mengerang keras, merasakan lengannya yang akan patah. Tubuh dan wajahnya saja yang feminim, tetapi tenaganya kuat bukan main—Luhan.

Luhan menendang perut berandal lainnya yang hendak mendekatinya dan memberikan beberapa pukulan diwajahnya. Satu banding empat, memang sangat tidak adil untuk Luhan. tetapi dia tetap berusaha memberikan pelajaran pada berandal-berandal ini agar jera. Mereka akan terus mengganggu para pejalan yang melewati jalanan ini jika tidak dilawan. Maka dari itu Luhan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan keempat lelaki berbadan besar ini.

Sementara Sehun tidak bergerak sama sekali pada posisinya yang berdiri memerhatikan Luhan. bibir tipisnya menggumamkan 'Woah' saat melihat kaki kecil Luhan dengan lincah melayangkan tendangan-tendangan pada keempat berandal yang mengepungnya. Entah mata Sehun yang salah lihat atau memang otaknya yang bermasalah—Luhan terlihat seksi sekali saat bertarung. Dia menggulung lengan kemeja merahnya hingga siku, wajahnya berpeluh keringat, dan rambut coklat halusnya yang menutupi dahi dan sebagian matanya itu menambah poin keseksian seorang Luhan.

"Dia bahkan masih terlihat cantik walau sedang berkelahi." Gumam Sehun. sekarang Sehun tidak meragukan kemampuan bela diri Luhan lagi. Kini dihadapannya sudah terpampang jelas bagaimana pintarnya Luhan berkelahi dan menghindar dari serangan-serangan yang ditujukan untuknya. Luhan benar bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Jangan dilihat dari luar penampilannya saja yang terkesan manis, kenyataannya dia sangat jago bela diri. "Apa dia juga pintar dalam bertarung diranjang?" Sehun terkekeh sendiri dengan pemikiran kotornya.

"Aku tidak suka dibilang cantik, kalian harus ingat itu." Luhan menunjuk satu per-satu wajah berandalan yang sudah terkapar dibawah kakinya, mereka mengerang sakit seraya memegangi bagian tubuhnya yang terkena serangan Luhan. "Maafkan aku karna sudah menyakiti kalian."

Sehun mendengus jengah melihat perilaku Luhan. bahkan dia masih bisa-bisanya meminta maaf. Dasar anak itu.

Sehun bertepuk tangan, mengalihkan pandangan Luhan untuk segera melihat kearah arahnya. "Kerja yang bagus, Lu."

Luhan tertawa kecil dan berjalan cepat kearah Sehun. "Apa aku sudah berhasil membuktikan jika aku pengawal yang baik?" tanyanya dengan mata berbinar. Ekspresi yang sangat berbeda sekali saat berkelahi tadi. Luhan benar-benar manis.

Sehun mengangguk. Dia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi sebagian mata Luhan, membuat pria manis itu agak tersipu. "Ya, kau berhasil. Selamat, kau lulus menjadi pengawal terbaikku." Sehun merentangkan kedua tangannya—memberi kode agar Luhan segera masuk kedalam pelukannya.

Luhan mengerjabkan matanya sebentar, perlahan-lahan wajahnya memerah, dan pria manis itu segera menghambur kepelukan Sehun dengan cepat. Sehun hampir terjatuh karna Luhan yang menubruk tubuhnya dengan keras itu. tangan Sehun mengalungi pinggang ramping Luhan dan tertawa disela-sela pelukannya itu. tubuh Luhan yang kecil terasa sangat pas berada didekapannya, membuat Sehun merasa ada berbagai letupan kembang api yang beramai-ramai meletup didadanya. Oh sensasi ini menyenangkan sekali.

Sehun nyengir lebar dan mengacungkan ibu jarinya pada empat berandal yang masih terkapar lemah—alih-alih berbaring santai seraya memperhatikan adegan romansa Sehun dan Luhan. keempat lelaki itu membalas cengiran Sehun dengan kilat-kilat jahil dimata mereka.

'Aku akan menambah bayaran kalian menjadi tiga kali lipat, teman-teman.'

Yeah, Sehun berhasil dengan rencananya hari ini.


Sehun tak henti-hentinya merapalkan mantra sumpah-serapah untuk dua teman sialannya didalam hati. Mereka—seharusnya mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru Lee malam ini, dikamar Sehun. tetapi kenyataannya Baekhyun dan Jongin menyeret Luhan untuk bergabung dengan mereka, mengajak pria manis itu untuk bermain bersama. Truth or Dare—permainan yang sedang ramai disekolah mereka. Tidak ada yang salah dengan permainan berupa pertanyaan atau tantangan itu. tetapi jika yang memainkannya adalah Jongin dan Baekhyun, maka Sehun harus bersikap waspada. Sebab, kedua temannya itu kini tengah melebarkan senyuman mencurigakan mereka pada Luhan yang tengah mengedip-ngedipkan matanya dengan bingung.

Sehun punya firasat buruk tentang ini.

"Peraturannya adalah, jika memilih Truth maka harus menjawab pertanyaan yang diberikan dengan sejujur-jujurnya. Dan jika memilih Dare, maka harus berlapang dada menerima apapun tantangan yang diberikan." Suara Baekhyun terdengar sangat lantang didalam kamar luas Sehun. "Jika tidak, maka tersangka yang melanggar peraturan harus mendapatkan hukuman. Berupa—"

Sehun menautkan kedua alisnya saat Baekhyun tersenyum begitu lebar—menyeramkan. Ada yang tidak beres disini. Pasti.

"—Berdiam diri dipinggir jalan hanya dengan memakai bokser saja."

"Mwoya?!" Sehun dan Luhan memekik bersamaan. Apa-apaan hukuman itu?

"Kenapa? Kau tidak perlu berdiam diri dipinggir jalan hanya dengan memakai bokser jika kau tidak melanggar peraturan. Maka taatilah peraturan permainan ini. Kita bermain sampai jam sepuluh malam!" Jari telunjuk nan lentik milik Baekhyun menunjuk kearah jam dinding yang berada dikamar Sehun. saat ini menunjukan pukul Sembilan malam, itu artinya mereka hanya punya waktu sejam untuk bermain permainan konyol ini.

"Tidak seru sekali hanya satu jam." Jongin membuka suara.

"Aku akan mengusir kalian berdua, jika permainan ini sampai kelewat batas. Aku tahu otak kalian sangatlah kriminal." Desis Sehun dengan mata memicing tajam pada Baekhyun dan Jongin yang sedang berbisik-bisik.

"Otakmu lebih kriminal dari kita berdua, Sehun." balas Baekhyun.

"Bukankah kalian harusnya mengerjakan tugas kelompok?" Luhan membuka suaranya setelah bermenit-menit tidak mendapat celah untuk berbicara dikarenakan perdebatan Sehun dan Baekhyun tentang permainan ini.

"Tugas itu dikumpulkan minggu depan, jadi tenang saja Luhan Hyung. Kami masih punya waktu banyak untuk mengerjakannya." tukas Jongin.

Luhan mengangguk-angguk. "Baiklah, terserah kalian saja."

Baekhyun menaruh sebuah spidol hitam ditengah-tengah mereka yang duduk dengan posisi melingkar. "Aku yang pertama memutar ini, jika penutup spidol ini mengarah kearah salah satu diantara kita—berarti dialah yang mendapat giliran untuk memilih Truth atau Dare."

Sehun, Luhan serta Jongin terfokus pada spidol yang berputar cepat setelah diputar oleh Baekhyun. Mereka menahan nafas bersamaan saat putaran spidol melambat.

'Jangan aku, jangan aku, jangan aku.' —batin ketiganya.

Tap!

Suasana tiba-tiba menjadi hening saat spidol itu mengarah pada Baekhyun.

"HIYAAAH KENAPA AKU?!" Baekhyun menjerit tidak terima. Sial, dia yang memutar dan dia juga yang kena. Ini sih namanya kutukan.

Jongin dan Sehun terbahak bahagia. "Ayo, Byun. Truth atau Dare?" Jongin tersenyum miring mendapati Baekhyun kini menekuk wajahnya. Padahal baru beberapa saat yang lalu pemuda manis itu terlihat yang paling bersemangat.

"Truth sajalah."

Jongin menegakan posisi duduknya. "Jika kau mendapat tawaran menggiurkan berupa semalaman dengan Sehun dan Kris. Apa yang akan kau lakukan pada Oh Bersaudara?"

Sehun mendengus malas mendengar pertanyaan yang dilontarkan si mesum Jongin. dia sudah tahu akan begini jadinya permainan ini.

Baekhyun mendengung sesaat, terlihat berfikir. "Aku akan menendang Sehun keluar, dan mengajak Kris untuk melakukan malam yang panas. Hahaha."

"Dasar binal." Gumam Sehun malas.

Jongin tertawa mendengarnya. "Luhan hyung jika kau yang mendapatkan tawaran itu, kau mau melakukan apa?"

"Hey, dia belum mendapat giliran." protes Sehun. Jongin menyenggol perut temannya itu sedikit kasar. "Diam saja, aku ingin mendengar jawabannya." Bisiknya.

Sementara itu Luhan tampak berfikir keras. jika ia mendapatkan tawaran untuk menikmati waktu bersama Kris dan Sehun dalam waktu semalaman, apa yang ingin Ia lakukan? Sementara selama ini dia selalu memiliki waktu yang banyak dengan kedua Oh Bersaudara itu. "Aku tidak tahu, mungkin mengajak Kris dan Sehun meminum bubble tea?"

Jongin menepuk dahinya, lemas. Jawaban yang sangat tidak memuaskan. Seharusnya mereka melakukan threesome atau menonton video biru bersama, bukan meminum bubble tea bersama.

"Ayo, Baek. kau yang putar lagi."

Baekhyun memutar kembali spidol hitam dengan kecepatan penuh. Berharap bukan dirinya lagi yang mendapatkan giliran. Perlahan-lahan spidol itu mulai melambat, dan kali ini menunjuk kearah Sehun.

"Oh Sehun, Pertanyaan atau tantangan?" tanya Baekhyun dengan mata berkilat penuh rencana. Sehun menghela nafas gusar. "Dare?" jawabnya ragu-ragu. Tantangan mungkin lebih aman daripada pertanyaan. Dia tahu benar apa yang ingin ditanyakan Baekhyun padanya. Mungkin saja berupa siapa objek onaninya—yang akhir-akhir ini adalah Luhan. mati saja dirinya, karna saat ini Luhan sedang bersama mereka. Sehun tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri.

"pilihan yang bagus, Sehun. Lakukan yang ingin kau lakukan pada Luhan hyung saat ini!" ucap Baekhyun dengan lantang.

Sehun memejamkan matanya sejenak, entah dia harus berterimakasih atau menyesali keputusannya yang sudah memilih Dare. Mata tajamnya terbuka, beralih memandang Luhan yang juga sedang memandangnya dengan bingung. Mungkin si manis itu tengah kebingungan, apa yang ingin Sehun lakukan padanya untuk saat ini?

"Bertaruh padaku, Sehun pasti akan mengajak Luhan melakukan seks." Bisik Jongin pada Baekhyun yang sedang memandang serius kearah Sehun yang menatap intens kearah Luhan. Baekhyun menggeleng kecil, "Sehun tidak sebodoh itu. dia akan mencium Luhan hyung, menurutku."

Sehun masih memandang Luhan dengan pandangan yang sulit untuk dijabarkan. Ada begitu banyak yang ingin Sehun lakukan pada pengawal manisnya itu. dan salah satunya adalah merasakan kembali bibir semerah cherry masak milik Luhan. bagaimana manisnya bibir itu, bagaimana lembut dan kenyal teksturnya—Sehun sangat merindukan rasanya. Ingin sekali terus menikmati bibir kecil Luhan. terasa sangat adiktif dan memabukan.

Maka perkiraan Baekhyun tidak meleset sama sekali. Sehun meraih dagu kecil Luhan, dan segera mempertemukan bibir keduanya. Tepat ketika kedua pasang mata Sehun menutup perlahan, Luhan—entah sejak kapan, sudah menutup kedua matanya terlebih dahulu. Keduanya merasakan ada sengatan listrik saat bibir mereka bertemu, saling bergerak-gerak kecil, berusaha menikmati dengan perlahan-lahan. Sehun merasa ciuman kali ini terasa begitu luar biasa menakjubkan. Dikarenakan Luhan yang juga membalas pergerakannya, walau masih patah-patah.

Luhan mengeluarkan lenguhan kecil saat Sehun menghisap dan menggigit bibir bawahnya dengan kasar. Luhan merasa ngilu, tetapi disatu sisi ini begitu memabukan. Bahkan dia sampai melupakan fakta bahwa saat ini ada dua teman Sehun yang melotot memandangi kegiatannya dan Sehun. Luhan merasa ada berbagai letupan kembang api didadanya saat merasakan daging tak bertulang milik Sehun merangsek masuk kedalam mulutnya. Lidah Sehun terasa begitu asing didalam rongga mulutnya.

Sehun merasa senang bukan main saat Luhan menaruh kedua tangannya dikedua bahunya. Mencengkeramnya dengan lembut, menandakan jika Luhan mulai terbuai dengan ciuman ini. Tangan Sehun yang semula berada didagu Luhan, kini berpindah tempat. Menjadi berada dipunggung sempit Luhan, memeluknya dengan erat seiring semakin menempel tubuh keduanya. Dia merasakan ada berbagai makhluk-makhluk kecil berterbangan diperutnya saat ujung lidahnya tidak sengaja bersentuhan dengan lidah milik Luhan. yang pada akhirnya saling membelit dan membelai dengan lembut.

"Mmh—hunh.." Luhan kembali melenguh pelan, membuat kedua orang yang merangkap menjadi penonton gratis French kiss mereka membulatkan matanya dengan wajah memerah.

Lumatan, hisapan, dan gigitan mereka lakukan. Membuat mereka semakin melupakan keadaan sekitar. Sehun tiada bosan mengecapi setiap inchi permukaan bibir Luhan, karna Sehun dapat merasakan berbagai rasa manis disana. rasa manis bubble tea yang Luhan konsumsi tadi sore, atau rasa manis cream vanilla yang entah berasal darimana yang menyapa indera pengecapan Sehun. semuanya terasa begitu memabukan, dan membuatnya kehilangan akal. Dia pusing karna suhu tubuhnya tiba-tiba memanas, meminta lebih. Bahkan tanpa sadar Sehun membelai lembut punggung Luhan.

Luhan mulai menunjukan ketidak-nyamanannya. Sehun yang mengerti itu, dengan tidak rela melepas tautan bibir mereka. Membiarkan benang saliva mereka terputus dan membasahi sudut bibir serta dagu mereka.

Luhan dengan wajah memerah alaminya itu membuka kelopak matanya, memandang Sehun dengan nafas tersengal-sengal, juga rasa gugup dan malu yang berbaur menjadi satu. Luhan semakin gugup saat merasakan deru nafas Sehun menyapa wajahnya disertai bisikan menggoda.

"Apa kau menyukainya?"

Luhan perlahan-lahan menurunkan tangannya yang berada dibahu tegap Sehun, dan menjawab ucapan tuan-nya dengan wajah semakin memerah. "U-uh, aku suka."

Sehun tersenyum puas mendengarnya. Dia harus berterimakasih pada Baekhyun yang memberinya sebuah Dare yang menguntungkan. Mata tajam Sehun memandangi kearah bibir Luhan yang memerah-membengkak-dan basah. Sial, itu terlihat menggoda sekali. Sehun hendak kembali menyerang bibir Luhan—kalau saja suara menyebalkan Jongin tidak menginterupsinya.

"Tantanganmu sudah selesai, Sehun. bisa kita lanjutkan permainan ini?"


Tobecontinued—


a/n :

Adegan ranjangnya nanti aja yaa, kalo di chap ini kayaknya masih awal bgt buat begituan. Sorry deh sorry udah Php -_-

Reader be like : udah Php, apdetnya telat lagi=_= berantem yuk.

Tapi seenggaknya gue udah kasih kisseu Hunhan wkwk, semoga itu bisa mengobati rasa kebelet readers mesum yang minta enaena terus xD nanti kalo udah waktunya gue kasih enceh Hunhan yg panjang dan hawt. Setuju?

Dari prolog kan udah gue bilang. FF ini gaada pesan moralnya sama sekali, Cuma buat fun-fun aja dan minim konflik. Anggep aja ini selingan FF Not Perfect yang suasanya kelam. Jadi gausah khawatir bakal ada konflik berat atau semacamnya. Dan ini juga Cuma khayalan sinting gue yg ngebayangin seorang Luhan yang kiyut jadi Bodyguardnya sehun. kalo merasa ada yg kurang nyambung dan ngga ngefeel Luhan jadi pengawal, yaudah sok atuh jangan dibaca. Aku ra' urus kok. Toh ini buat yang mau baca aja, wkwk

Masalah update! Gue gabisa fast update. Selain karna masih fokus ke epep sebelah, gue juga sibuk di Rl. Jadi maaf aja kalo telat teruss :'D tapi gue bakal terus lanjut kok.

Yaudah itu aja sih.

Makasih banyak yang udah mau kasih review—dari yang mulai 'next' aja sampe yang reviewnya panjang macem kereta. Buat siders juga, makasih udah mau baca tapi ngereview didalam hati/?

Kalian senang, aku juga senang :'D

See you!