Secretary's Miniskirt
.
Present by indukcupang
.
Kim Joonmyeon
Zhang Yixing
Other cast
.
Mature
.
Oneshoot
.
"Joonmyun rela meninggalkan tunangannya, Hani. Karena melihat sekretarisnya yang berkebangsaan China memakai miniskirt hitam yang panjangnya kira-kira 18cm." Joonmyun & Yixing - Secretary's Miniskirt
.
Disclaimer! Chapter ini bukan buatan aku. Tapi kata yang nulis ini udah milik aku.
Bigthanks for Joonxing World yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menyelesaikan chapter khusus Joonxing ini.
Kalau ente engga ada, maybe ini fict bakal hiatus setaun lagi hehe.
Gomawo, senpai!
.
Warn. GS. Typo. Sexual content.
.
Haram untuk anak dibawah umur. Close tab jika tidak ingin dosa.
.
Enjoy.
.
.
"Selamat pagi, Mr."
Kepala–nya mengangguk kecil dengan sebuah senyum menjadi balasan kepada para pegawai yang menyapa–nya di pagi hari yang cukup cerah itu. Tubuh berbalut pakaian formal itu berjalan dengan ritme cukup cepat, menuju meja receptionist yang telah ada dua perempuan yang berjaga di balik meja.
"Selamat datang, Mr."
Salah satu dari mereka menyapa pemimpin perusahaan tempat mereka bekerja itu, dengan kedua–nya yang menunduk hormat.
"Apa nona Zhang sudah datang?"
Bos tampan itu berujar sembari menanda–tangani sebuah lembar kertas yang berada dalam map, yang beberapa detik lalu di sodorkan pada–nya.
"Maaf, Mr. Nona Zhang berpesan beliau akan menunggu Anda di ruang rapat pagi tadi. Namun, tidak mengurangi rasa hormat saya, Anda terlambat lebih dari setengah jam untuk menghadiri rapat hari ini."
Perempuan lainnya berujar dengan cukup panjang, dan juga menunduk sekali lagi ketika bos berwajah rupawan itu menatap–nya terkejut. Tangan kanan yang tersemat sebuah jam tangan mewah itu bergerak keatas untuk dapat dilihat–nya.
"Sial."
Bibir–nya mengumpat pelan, kemudian segera beranjak dari meja receptionist meninggalkan kedua pegawai yang terlihat menunduk hormat pada bos mereka yang beranjak pergi itu.
Sepasang kaki–nya terus berjalan dengan cepat, tanpa memperdulikan sekitar. Bahkan para pegawai yang menyapa–nya tidak dilirik–nya sama sekali. Dan ketika merasa sudah cukup sepi, bos tampan itu berlari cukup kencang.
Bola matanya sedikit membulat ketika sudah melihat sebuah pintu dengan tulisan 'Meeting Room', semakin dipercepat ritme lari–nya, hingga berada tepat di depan pintu itu, beliau berhenti.
Terdiam sesaat sambil menikmati rasa lelah–nya dengan nafas yang tersenggal. Kemudian bos tampan itu perlahan meraih gagang pintu, memutar pelan kemudian–
Ckleek
–pintu itu terbuka. Namun bukan sang pemimpin tampan yang mendorong, melainkan sudah di tarik terlebih dahulu dari dalam.
"Eh, Joonmyeon?"
Tubuh–nya tersentak kala mengetahui siapa gerangan di balik pintu.
"Ayah?"
Bos bernama Joonmyeon itu sedikit bergetar tubuh–nya sejenak, mengetahui Ayah–nya yang baru saja membuka pintu.
Menyadari kurang sopan–nya dia, Joonmyeon beranjak mundur sedikit kemudian membungkuk hormat pada sang Ayah.
"Ayah mengikuti rapat?"
Dengan cepat sang anak bertanya. Namun tidak langsung mendapat jawaban dari sang Ayah. Pemilik perusahaan yang di kelola Junmyun itu malah berjalan keluar dari ruangan, dan di ikuti beberapa orang yang mungkin seumuran dengan–nya. Para kolega bisnis–nya bersama sekretaris masing–masing yang menjadi peserta rapat, yang harus–nya dia tangani pagi ini.
"Mr. Joonmyeon? Seperti nya Anda terburu–buru sekali."
Salah satu dari kolega–nya itu berbicara dengan kekehan dari bibir–nya di akhir. Kemudian tiga diantara kolega–nya yang sekiranya berumur seperti Ayah–nya pamit beranjak dari sana. Dan Junmyun membungkuk sopan pada mereka.
"Anda benar–benar hebat, Joonmyeon–ssi."
Satu kolega yang tersisa bersama sekretaris–nya yang terlihat anggun itu, berujar dengan tawa diakhir. Membuat Ayah–nya juga ikut tertawa sembari merangkul pundak Joonmyeon, dan tak lupa pukulan–pukulan pelan dilayangkan Ayah–nya.
Dan Joonmyeon menggaruk kepala–nya bingung, sambil membungkuk dan mengucap 'terima kasih' beberapa kali.
"Aku jadi ingin tahu apa yang kamu terapkan pada sekretaris hebat dan cantik mu itu. Haha."
Dahi Joonmyeon berkerut mendengar penuturan dari salah satu kolega bisnis–nya itu.
"Sudah lah, Jang. Kau membuat anak ku malu. Haha!"
Pikiran Joonmyeon sudah melayang tepat saat mendengar ucapan pria paruh baya yang kini terlihat tertawa bersama Ayah–nya. Jadi dia tidak mempermasalahkan lagi apa yang mereka perbincangkan.
Yang Jeonmyeon pikirkan hanya, apa maksudnya? Beliau tadi berbicara mengenai sekretaris–nya.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi. Ayo, Joonmyeon–ssi?"
Sembari berujar, pria paruh baya bersama sekretaris–nya yang sebelum–nya membungkuk sopan, berjalan menjauhi sepasang Ayah–Anak itu.
"Ayah bangga pada mu, nak."
"Apa maksud Ayah?"
Joonmyeon menatap heran pada Ayah–nya yang kini terlihat tetawa. Masih merangkul pundak–nya, Ayah Joonmyeon berjalan yang membuat pria itu ikut berjalan disamping Ayah–nya.
"Sekretaris mu. Dia sangat pintar."
Terdiam, Joonmyeon masih mengikuti langkah Ayah–nya yang sedikit lebih lebar dari milik–nya.
"Dan juga...sexy."
"Ayah!"
Ayah Joonmyeon terbahak mendengar ucapan bernada tinggi dari anak–nya itu.
Mereka terus berjalan dengan masing–masing yang sibuk dengan pemikiran–nya, hingga mencapai ujung lorong yang terdapat tangga untuk naik dan juga untuk turun. Kemudian Ayah–nya berhenti.
"Baiklah, Joonmyeon. Ayah ada pertemuan lagi. Kamu baik–baik ya."
"Iya, Ayah. Berhati–hatilah."
Ayah Joonmyeon tersenyum menanggapi ucapan sang anak. Kemudian pria yang memiliki umur hampir kepala empat itu, berjalan menuruni tangga dengan siulan merdu dari belah bibir–nya.
"Aku harus meminta penjelasan."
Kembali Joonmyeon berjalan, namun kini pria itu berjalan menuju tangga yang menghubungkan dengan lantai atas. Sambil tangan–nya merogoh saku celana, dan mengambil ponsel pintar–nya.
Seolah hapal dengan jelas bentuk dan tata letak tangga, Joonmyeon terlihat berkutat dengan ponsel–nya untuk beberapa saat. Dan kemudian mengarahkan ponsel–nya itu pada telinga–nya. Pria itu menghubungi seseorang sepertinya.
Benar juga, terdengar nada pangilan dari speaker di ponsel–nya. Tidak menunggu lama, terdengar jawaban dari seberang line telepon. Suara seorang perempuan.
'Hallo? Selamat siang, Mr?'
"Kau dimana, nona Zhang?"
Sembari mengangguk membalas sapaan dari para pegawai–nya, Joonmyeon bertanya pada lawan bicara–nya di telepon. Terus berjalan hingga beberapa kali melewati tikungan, akhirnya Joonmyeon berhenti tepat didepan sebuah pintu berwarna putih bersih itu.
'Aku sedang berada di mini market dekat kantor, Mr. Terjadi sesuatu?'
Meraih gagang pintunya kemudian mendorong pelan. Masih melekatkan ponsel pada telinga–nya, Joonmyeon berjalan menuju sofa putih di ruangan pribadinya itu setelah sebelumnya menutup pintu dengan kakinya.
Kepalanya menoleh untuk melihat jam dinding.
"Apa yang kau lakukan disana?"
Joonmyeon bertanya sesaat sebelum menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tangan kanannya bergerak melonggarkan dasinya.
'Aku membeli makan siang mu, Mr. Dan juga beberapa cemilan untuk mu. Sepertinya hari ini Anda akan lembur –lagi.'
Dahi Joonmyeon berkerut sesaat mendengar ucapan sang sekretaris yang di akhiri dengan kekehan lucu.
"Lupakan itu. Ada yang ingin aku dengar dari mu, nona Zhang."
'Ah! Apa ini tentang kelancangan ku memimpin rapat Anda hari ini? Maafkan aku, Mr. Tetapi Anda susah sekali di bangunkan. Bahkan pagi tadi aku sudah menghubungi telepon rumah Anda.'
Joonmyeon terlihat tersenyum sebelah mendengar nada bersalah yang kentara terdengar dari gadis diseberang telepon sana. Merasa gerah, Joonmyeon melepas jas yang di gunakannya, kemudian disampirkan pada pinggiran sofa.
'Lagipula aku yakin Anda sedang lelah karena kemarin malam Anda bekerja lembur.'
"Bukan itu, cantik."
'Eeh? Lalu apa, Mr. Tampan?'
Suara tawa Joonmyeon terdengar jelas di ruang pribadi kedap suara miliknya, kala mendengar ucapan sang sekretaris. Terdengar juga olehnya suara tawa anggun dari seberang telepon.
"Apa yang kau lakukan pada kolega bisnis ku eh Zhang Yixing?"
'Haha, aku hanya menjelaskan sesuai apa yang kita pelajari sebelumnya, Mr. Dengan bumbu–bumbu tentunya~'
Joonmyeon terkekeh pelan mendengar jawaban sang sekretaris. Terdiam ketika mendengar satu nada dari speaker ponselnya. Menjauhkan ponsel dari telinga sejenak, kemudian melihat layar ponselnya dan terlihat panggilan masuk.
"Sial."
'Terjadi sesuatu, Mr?'
"Ah. Tidak, nona Zhang. Segera kembali karena aku sudah lapar."
'Baik, Mr~'
Kembali menjauhkan ponselnya dari telinga, Joonmyeon menatap layar ponselnya yang masih terlihat panggilan masuk. Segera di sentuh olehnya icon Answer pada touchscreennya. Dan kemudian menatap sejenak layar ponsel itu.
'OPPA MENGAPA BARU KAU ANGKAT! SIAPA YANG BARU SAJA KAU TELEPON!'
"Bersyukur ku jauhkan ponsel ku dari telinga. Keselamatan telinga ku terjamin kali ini."
'OPPA KAU BERBICARA DENGAN SIAPA!'
Menghela napas pelan, kemudian Joonmyeon mengarahkan ponselnya kembali pada telinga.
"Diamlah, Hani. Aku menelepon kolega bisnis ku."
'Kau tidak berbohong?'
"Hm."
Satu tangan yang menganggur bergerak memijat pangkal hidung–nya, kemudian memukul pelan kepala–nya beberapa kali dengan kepalan tangannya.
'Baiklah. Aku akan menemui mu dan akan membawakan makan siang untuk mu, Oppa~'
"Hm, whatever."
'Okay, sampai bertemu nanti, Oppa~'
Tidak menjawab, Joonmyeon segera melempar pelan ponselnya keatas meja. Menghela nafas berat satu kali, kemudian Joonmyeon mengangkat kedua kakinya keatas meja. Dan merebahkan punggunnya nyaman pada sandaran sofa, dengan sepasang mata yang perlahan tertutup.
Drrrtt drrrttt
Belum lagi lama sepasang matanya tertutup, ponselnya bergetar pelan. Tangannya mencoba meraih ponsel yang terbilang cukup jauh jika di jangkau dari posisinya sekarang. Mendengus sebal karena tidak juga sampai tangannya meraih ponsel, tubuh Joonmyeon beralih tegak dan mengambil ponselnya.
Membuka kunci berbentuk pola itu, kemudian dilihatnya notifikasi satu pesan. Tidak menunggu lama, segera dibuka pesan yang baru saja masuk itu.
Mrs. Beauty Zhang : Ahh, Mr. Tampan. Dimana kau sekarang? Ruang kerja mu kosong?
Tersenyum sebelah, kemudian Joonmyeon segera membalas pesan dari sekretarisnya itu.
Setelah selesai, kembali ponselnya diletakkan. Namun kali ini ditaruh tepat di sebelah kiri pahanya. Dan kemudian si tampan yang telah kembali pada posisi nyamannya tadi, dengan perlahan kembali mencoba menutup kedua matanya. Mencoba tertidur.
.
..
...
..
.
Sosok itu masuk beberapa saat kemudian setelah Joonmyeon menutup kedua matanya. Berjalan dengan pelan dan berusaha agar high heels yang dikenakannya tidak menimbulkan suara, sosok bernama Yixing itu berjalan menuju satu–satunya meja kerja di ruangan pribadi milik boss nya itu.
Dan ketika berada tepat didepan meja berlapis kaca bening itu, Yixing meletakkan beberapa kantong plastik putih diatas meja. Setelah meletakkan apa saja yang dibeli diatas meja, Yixing berbalik dan melihat kearah bossnya.
"Sepertinya sedang lelah."
Berujar pelan, kemudian si cantik yang memiliki dada yang terbilang cukup besar itu berjalan menuju sang boss yang dilihatnya sedang tidur –sepertinya.
Entah itu sengaja atau tidak, si cantik itu sepertinya lupa untuk menghaluskan suara yang di hasilkan kedua kaki berbalut high heels setinggi kurang lebih 5cm itu, agar tidak membangungkan sang boss.
Karena itu lah, terdengar jelas di ruangan kedap suara itu suara perpaduan lantai dengan high heels milik Yixing yang membuat sang boss terbangun.
Joonmyeon bergerak pelan dari tidurnya, disusul sepasang mata yang terbuka dengan perlahan. Sembari membiasakan sepasang retina matanya, Joonmyeon menoleh keasal suara yang membuatnya terbangun. Dan melihat sosok Yixing yang terbalut coat berwarna soft brown yang panjangnya sampai atas lutut, yang sedang berdiri tidak jauh darinya sembari berkutat dengan ponselnya.
"Nona Zhang?"
"Eh?"
Terlihat Yixing yang terkejut ketika mendengar suara Joonmyeon. Segera saja gadis cantik itu menoleh kearah sang boss yang kini terlihat merenggangkan tubuhnya.
"Anda sudah bangun, Mr?"
Menyunggingkan senyum manis disertai dimple di pipi sebelah kanan, Yixing memasukkan ponsel kedalam tas jinjing miliknya, kemudian di taruh di meja dimana masih terdapat kaki Joonmyeon.
"Kau membeli minuman? Boleh aku minta satu?"
"Dengan senang hati, Mr."
Seusai menjawab, dengan segera Yixing langsung bergerak menuju meja kerja Joonmyeon, dan mulai mencari–cari kedalam kantong plastik apa yang diinginkan oleh Joonmyeon.
"Apa di luar sangat dingin, nona Zhang?"
Yixing langsung menoleh pada sang boss dan juga melirik pada tubuhnya ketika mendengar ucapannya. Dan selanjutnya terdengar kekehan pelan dari sepasang belahan bibir padatnya. Si cantik itu meraih dua kaleng soda, kemudian berbalik dan berjalan dengan langkah like Ooh–Aah menuju sang boss.
"Tidak terlalu, Mr. Hanya ingin mencoba barang yang baru saja di beli."
Joonmyeon hanya mengangguk beberapa kali. Kemudian meraih satu kaleng soda yang di sodorkan gadis itu ketika sudah berada dekat dengannya. Membuka tutupnya tanpa perintah, dan langsung menenggak isinya. Sambil menikmati butiran–butiran soda yang sudah mulai ditelannya, Joonmyeon menatap lekat pada Yixing yang baru saja meletakkan kaleng soda lainnya pada meja didepannya.
Selanjutnya gadis keturunan negara tirai bambu itu berjalan menuju pintu yang telah terkunci dari dalam itu, dimana terdapat tiang yang hampir menyamai tingginya. Diperuntukkan jas atau topi, bagi yang memerlukan. Dan kemudian perlahan terlihat melepas kaitan kancing coat miliknya.
Joonmyeon menegakkan tubuhnya kemudian menyilangkan kaki kanannya pada kaki kiri, sembari menatap lekat pada Yixing yang kini telah melepas seluruh kancing pada coat yang terlihat lembut dan hangat itu.
Si tampan itu masih diam sembari sesekali menenggak sodanya, ketika Yixing sudah mulai membuka coat dari bagian atas, dan memperlihatkan kemeja garis hitam–putih vertikal yang dikenakan Yixing dari posisi bagian belakang. Joonmyeon tidak dapat melihat bagian tubuh Yixing, mengingat gadis cantik itu tengah membelakangi Joonmyeon.
Tubuh Joonmyeon tersentak ketika coat yang membalut tubuh gadis cantik itu telah terlepas dari tubuh ramping berisi miliknya, dan sudah disampirkan pada salah satu cabang tiang didekat pintu itu.
Tidak. Tidak ada yang aneh sebenarnya. Hanya saja.
"Miniskirt.."
Yah, Zhang Yixing itu tengah memakai miniskirt hitam. Sekali lagi, tidak ada yang aneh. Hanya saja...miniskirt itu terlalu pendek!
Lihatlah paha putih mulus milik gadis itu yang terlihat sangat kencang, terpampang jelas karena miniskirt itu terlalu mini hingga hanya menutup tidak lebih dari sebagian paha Yixing.
Joonmyeon tetaplah seorang pria. Sebaik apapun dia, dia dan sejenisnya telah memiliki predikat 'buaya'. Dan bak melihat daging yang teramat segar itu, darah 'buaya' dalam diri Joonmyeon mendidih dengan cepat.
Tak!
"Aw!"
Sebelah alis Joonmyeon naik, diikuti dengan sebuah senyum sebelah yang terlihat cukup berbahaya, ketika melihat pena milik Yixing terlepas dari tangannya. Senyumnya kian mengerikan kala Yixing telah bersiap untuk mengambil kembali pena miliknya.
Jantung Joonmyeon berdebar kencang melihat Yixing yang tidak terlihat akan mengambil posisi jongkok untuk meraih pena miliknya. Melainkan gadis itu terlihat akan menungging.
Dan darah Joonmyeon semakin berdesir panas, ketika Yixing sudah bergerak perlahan menungging untuk meraih pena yang berada tidak jauh dari kakinya.
Sepasang mata Joonmyeon juga menatap nyalang tepat pada miniskirt sekretarisnya yang kini terlihat benar–benar membuka paha bagian dalamnya.
Dan Joonmyeon tercekat ketika melihat dengan jelas sepasang bongkahan bulat nan indah milik Yixing dari balik miniskirt nya. Dan juga...
...celana dalam berwarna merah terang.
Joonmyeon agak kecewa sebenarnya, mengetahui Yixing tidak mengenakan gstring di balik miniskirtnya itu. Namun yah, bahkan itu saja sudah membuat Joonmyeon ketar–ketir.
"Nakal."
Si tampan Joonmyeon berujar dengan suara yang tidak dapat di sebut pelan, sesaat sebelum menenggak soda miliknya. Bersamaan dengan Yixing yang sudah kembali pada posisi berdirinya, dan sebuah pena berwarna ungu itu sudah ada ditangannya.
"Anda berbicara sesuatu, Mr?"
"Tidak penting, cantik~"
Yixing mengangguk beberapa kali mendengar ucapan Joomyeon. Kemudian gadis Changsa itu berbalik dan berjalan menuju Joonmyeon, dengan sang boss yang menatapnya.
Ah. Bisa diulang? Bukan menatap Yixing sepenuhnya, melainkan salah satu bagian tubuh gadis itu. Bagian pinggang kebawah.
Agaknya Yixing menyadari tatapan boss kesayangannya yang tidak seperti biasanya. Masih sambil berjalan, Yixing melirik arah pandang Joonmyeon, kemudian tersenyum miring.
Sedikit mempercepat jalannya, Yixing kini sudah berdiri di hadapan sang boss dengan jarak yang kurang lebih 1 meter. Dan tanpa peringatan, si cantik Yixing berjongkok pada posisi tempat dia berdiri awalnya.
Yixing yang memang menatap dengan penuh pada Joonmyeon, makin tersenyum miring sexy ketika melihat wajah terkejut Joonmyeon yang benar–benar lucu baginya itu. Sepasang mata membulat, dengan belah bibir yang hampir membulat juga.
"Anda menatap pada daerah yang cukup terlarang, Mr. Tampan?"
Melipat kedua tangan dan menumpunya pada kedua lutut yang menyatu rapat itu, sembari Yixing berujar pada Joonmyeon yang kini terlihat salah tingkah dengan wajahnya yang terlihat sedikit memerah.
Tidak sedetik pun Yixing melewatkan gerak–gerik dari Joonmyeon. Maka dari itu dia dapat melihat sepasang mata boss–nya itu yang sesekali melirik kesana–kemari tak tentu arah, hingga kemudian berdeham pelan.
"Bukan kah kau yang cukup 'nakal' kali ini, nona Zhang?"
Alis Yixing bertaut heran menatap pada Joonmyeon yang kini terlihat tersenyum sebelah padanya. Dan belum sempat Yixing bertanya, gadis cantik itu tersentak tubuhnya dan sedikit memundurkan tubuhnya ketika Joonmyeon menundukkan tubuh tepat dihadapannya.
Dan berganti kini wajah Yixing yang memerah malu ketika jarak wajahnya dan wajah sang boss paling tidak lebih dari sepuluh senti meter.
Brugh
"Awh!"
Karena terus memundurkan tubuh akibat dari Joonmyeon yang semakin memajukan tubuhnya, tubuh Yixing sontak terduduk pada posisinya. Dan kemudian langsung saja gadis cantik itu menatap kesal pada Joonmyeon yang kini terkekeh, masih pada posisinya.
"Mr! Kau membuatku terjatuh!"
Dan Joonmyeon tertawa kencang, namun kemudian mengulurkan tangan kanan ke hadapan Yixing yang langsung diraih oleh gadis cantik itu. Menggenggam cukup kuat dan kemudian menarik tangan sang boss sebagai bantuan untuknya berdiri.
Yixing menepuk beberapa kali miniskirtnya yang dirasa terkena debu, setelah melepas tangan Joonmyeon. Sedangkan sang boss menatap sejenak pada sekretarisnya, kemudian berjalan mendekat pada gadis yang masih saja sibuk dengan miniskirtnya. Dan Joonmyeon sudah berada tepat di hadapan Yixing dan kedua tubuh itu dipastikan menyatu dengan rapat jika Yixing membenarkan posisi berdirinya.
"Nona Zhang.."
"Yes, Mr. Ada ap–"
Dan benar saja. Yixing langsung terdiam ketika menyadari posisinya dan posisi Joonmyeon yang terlihat begitu intim dengan Joonmyeon yang menatap dalam padanya. Tidak ada yang berucap diantara kedua kaum berbeda jenis itu. Seolah masing –masing menikmati waktu yang seolah terhenti hanya untuk mereka.
Tadinya seperti itu. Namun berbeda ketika dapat dirasa oleh Yixing, adanya sebuah tangan yang berawal menyentuh pinggangnya lembut dengan remasan kemudian dan berakhir dengan tangan yang kini mulai bergerak dengan perlahan dan sarat akan sensualitas merambat dengan kepastian menuju area bawah tubuhnya. Dan berhenti tepat di paha atasnya. Sembari mengelus pelan beberapa kali, Joonmyeon berujar.
"Tidakkah ini terlalu pendek untuk mu yang merupakan seorang sekretaris dari seorang Kim Joonmyeon, hmm?"
Tubuh Yixing menegang ketika sang boss tampannya itu berujar dengan nada yang teramat pelan, tepat didepan wajah memerah miliknya. Semakin berdebar ketika menyadari senyuman mengerikan yang ditampilkan oleh bibir Joonmyeon.
Dari jarak sedekat ini, Yixing pastikan bahwa Joonmyeon dapat mendengar dengan jelas debaran jantung nya, dan juga liur yang ditelan dengan susah–payah olehnya itu.
Namun seolah tak ingin kalah dengan sang boss yang teramat terampil untuk menggodanya, Yixing perlahan mulai mencoba membangkitkan rasa percaya diri untuk melawan godaan dari Joonmyeon.
Perlahan gadis cantik itu tersenyum sebelah yang terlihat menawan, kemudian menggerakkan kepalanya sedikit maju untuk memperpendek jarak dengan Joonmyeon.
"Aku pikir Anda akan menyukainya, Mr?"
Kemudian kali ini Yixing benar–benar tersenyum, hingga menunjukkan sebuah dimple dalam pada pipi kanannya.
Dan Joonmyeon kian tersenyum miring.
"Sangat suka jika hanya kau tunjukkan padaku."
"Ini memang khusus untuk mu, Mr. Tampan."
"Ah!"
Yixing sedikit tersentak ketika Joonmyeon meremas dengan lembut namun kencang kedua sisi bongkahan bulat indahnya.
"Kau ingin menggoda ku, eh nona Zhang?"
"Apa kau tergoda, Mr?"
Menjawab dengan nada lembut diperhalus dengan tambahan nada sensual penuh goda, Yixing kemudian sembari makin merapatkan posisi kepalanya hingga kedua hidung masing–masing saling bersentuhan intim.
"Sangat."
"Mhh!"
Gadis cantik itu memejamkan sepasang matanya ketika si tampan Joonmyeon meremas kuat bokong indahnya dengan sepuluh jarinya yang terbuka, hingga dapat dipastikan setiap bagian dari bokong bulat Yixing mendapat bagian dari remasan Joonmyeon.
"Anggh!"
Kepala Yixing dengan spontan maju hingga salah satu sisi kedua pipi mereka bersentuhan mesra, karena Yixing segera memalingkan kepalanya ke salah satu sisi agar bibir sexynya iu tidak menabrak bibir Joonmyeon.
Joonmyeon menghela nafas berat kala mendengar deru nafas halus nan hangat dari Yixing pada leher dan telinga bagian kirinya. Tangannya yang seolah tidak dapat berhenti, terus meremas–remas gemas pada bokong bulat Yixing.
"Ssh –ah."
'Ada sesuatu yang menonjol pada perut bagian bawahku.'
Yixing mengehela nafas pelan dan mengarahkannya pada telinga kiri Joonmyeon beberapa kali, hingga dapat Yixing dengar desah nafas berat beberapa kali dari Joonmyeon. Tersenyum kemudia menggerakkan kepalanya lagi hingga mereka kini saling berhadapan lagi wajah mereka.
Tidak ingin melepas pergi senyum pada bibirnya, kini perlahan kedua tangan Yixing bergerak menuju belakang tubuhnya. Dan berhenti tepat pada kedua pergelangan tangan Joonmyeon yang kesemua jemarinya masih bertengger indah pada bongkahan bulat bokong miliknya.
"Jangan lakukan ini, Mr. Ingatlah tanggal pertunangan mu yang hanya tinggal menghitung hari."
"Cih!"
Yixing terkekeh pelan melihat Joonmyeon berdecih tak suka sembari memalingkan wajah kearah samping kanan. Menggeleng pelan, kemudian Yixing mencoba menarik pergelangan tangan Joonmyeon agar menjauh dari kedua belahan bokongnya.
Namun belum sempat terlepas kedua tangan itu, Joonmyeon sudah kembali menatap dan kembali meremas sekali pada bokong Yixing yang terlihat terkejut karena perbuatan tiba–tiba dari Joonmyeon. Keduanya terdiam sejenak, dan saling menatap satu–sama lain.
"Jika aku membatalkan pertunangan itu, kau bersedia?"
Sedikit terkejut sebenarnya, namun Yixing menyamarkan rasa terkejutnya dengan tersenyum sebelah angkuh, kemudian berujar.
"Lakukan itu, dan kau akan mendapat segalanya."
Sepasang mata Joonmyeon membulat hebat ketika mendengar penuturan Yixing yang tidak terasa ada nada ragu pada ucapannya. Mencoba menatap dalam mata Yixing guna mencari kebohongan, atau paling tidak keraguan. Tidak dirasa menemukan apa yang dicari, Joonmyeon ikut tersenyum angkuh pada Yixing.
"Zhang Yixing. Ingat ucapan mu."
Joonmyeon berujar pelan dengan nada seolah tertahan pada Yixing, kemudian pria itu melepas tangannya pada bokong bulat Yixing, dan berjalan menjauh dari gadis yang masih terdiam ditempat. Berjalan dengan langkah cukup cepat menuju meja didepan sofa guna meraih ponsel pintarnya.
Sedangkan Yixing masih menatap berkerut pada Joonmyeon, namun tak berapa lama pandangannya jatuh pada bagian bawah tubuh Joonmyeon.
Well, Yixing cukup sering melihat dan menatap kearah selangkangan Joonmyeon. Namun tidak pernah sebesar ini gundukan celana pada bagian private Joonmyeon! Demi neptune! Apa pria tampan pujaannya itu sedang turn on!?
"Lihat."
Yixing tersentak pelan seolah disadarkan dari wild fantasy ketika Joonmyeon berujar dengan nada yang cukup datar, sembari menunjukkan layar ponsel pintarnya, dan terlihat ponsel Joonmyeon sedang memanggil seseorang dengan nama kontak, 'Daddy'.
Gadis cantik itu membulat sepasang matanya, kemudian menatap cepat pada Joonmyeon yang kini tersenyum sebelah padanya.
'Ya. Hallo, Joonmyeon?'
Baru saja Yixing akan angkat bicara, langsung terhenti ketika mendengar suara cukup keras karena sepertinya telah diaktifkan fitur loudspeaker dari sambungan telepon Joonmyeon.
Tersenyum angkuh dengan suara decih merendahkan, membuat Yixing segera kembali menatap Joonmyeon yang terlihat akan berbicara.
"Ayah, apa kau sibuk?"
'Tidak. Pertemuan sudah selesai. Ada apa?'
Mereka masih saling menatap satu sama lain ketika Joonmyeon berbicara dengan sang Ayah. Dan Yixing menatap khawatir pada Joonmyeon.
"Aku ingin mengatakan sesuatu pada Ayah."
'Okay. Apa itu?'
Yixing menggeleng pelan ketika Joonmyeon menatapnya angkuh sebelum berbicara.
"Aku ingin pertunangan dibatalkan."
'Ha..okay. Pertuna– Apa!?'
Bergantian, Yixing menatap lebih khawatir pada Joonmyeon dan juga ponsel pintarnya.
"Ya, Ayah. Aku ingin pertunangan di–"
Grab!
Joonmyeon menghentikan ucapannya ketika Yixing berjalan dengan cepat dan tiba–tiba menarik menjauh pergelangan tangan Joonmyeon. Segera Joonmyeon menatap Yixing yang kini masih terlihat raut wajah khawatir pada wajah cantiknya.
'Joonmyeon kau disana!?'
Beberapa detik saling menatap satu sama lain, kemudian Joonmyeon tersenyum miring sekali lagi, membuat Yixing kini berkerut heran menatapnya.
Grep!
Yixing tersentak kaget ketika pinggangnya di rengkuh dengan cepat oleh tangan kanan Joonmyeon, hingga tubuh mereka menyatu sekali lagi. Gadis itu menatap dengan ekspresi bertanya pada Joonmyeon, yang justru mendapat senyuman menawan dari Joonmyeon. Dan perlahan namun pasti, kepala Joonmyeon mendekat pada wajah Yixing.
Chup
Entah apa yang membuat Yixing tidak memberontak ketika Joomyeon mencium dalam belah bibirnya yang sedikit terbuka. Dia malah meremat kemeja bagian depan Joonmyeon dengan lemah.
"Mmhh!"
Melenguh cukup keras ketika Joonmyeon malah menghisap kencang perlahan bibir penuhnya itu. Dan setelahnya, Joonmyeon melepas pagutan kilat pada bibir Yixing, dan beralih pada telinga kanan Yixing, kemudian berbisik pelan dengan deru nafas cukup berat.
"Aku tidak pernah bermain dengan ucapan ku. Tunggu aku selesaikan ini, sayang."
Wajah Yixing memerah ketika mendengar penuturan Joonmyeon. Tidak merasa ada penolakan dari Yixing, kini Joonmyeon beralih kembali pada ponsel pintarnya.
"Bukankah Ayah mengatakan jika aku menemui orang yang aku cintai, aku dengan bebas membatalkan pertunangan itu?"
'Yah, benar. Tapi kenapa kau membatalkan pada saat sudah hampir satu minggu pertunangan itu terlaksana, Joonmyeon!'
"Karena baru kali ini aku yakin, Ayah."
Sembari berujar begitu, Joonmyeon menoleh pada Yixing dan mereka saling menatap satu sama lain.
'Astaga. Baiklah, kita membagi tugas. Kau yang mengatakan pada Hani dan Ayah akan membantu berbicara dengan keluarga mereka.'
"Lalu dengan Ibu?"
'Kita hadapi bersama, bodoh!'
Tertawa pelan, kemudian Joonmyeon memutuskan sambungan telepon pada Ayahnya. Melemparkan ponselnya pada sofa, kemudian Joonmyeon segera merengkuh pinggang Yixing membuat gadis itu sedikit terkejut karena sepertinya beberapa detik yang lalu dia sedang melamun.
"Nah, kau ingin mengatakan sesuatu padaku, sayang?"
Merapatkan pelukannya, Joonmyeon juga menyatukan kedua hidung mereka perlahan. Dan si tampan itu menatap dalam pada Yixing yang terlihat memejamkan kedua mata sembari menghela nafas pelan sebelum berbicara.
"Apa kau melakukan ini karena melihat ku dengan miniskirt ini, berikut dengan isinya?"
"Awalnya, yah begitulah."
"Aku kecewa mendengarnya."
Kali ini Yixing memberontak pelan, berusaha melepas pelukan Joonmyeon dengan mendorong–dorong dada Joonmyeon. Namun karena fakta bahwa Joonmyeon adalah seorang lelaki, jangankan terlepas, melonggar pun tidak pelukan Joonmyeon pada pinggangnya.
"Lepaskan, Mr!"
"Aku mencintaimu, nona Zhang."
"Pergi jernihkan pikiran mu. Sepertinya kau lelah."
Greb!
Disentaknya tubuh Yixing agar semakin rapat dengannya. Kemudian tangan kirinya bergerak menuju leher bagian belakang Yixing, dan mengelusnya pelan.
Yixing berusaha menyelami sorotan mata Joonmyeon padanya, dan perlahan entah mengapa tatapan Yixing berubah ragu.
"Kau berbohong."
"Tidak, sayang. Aku jujur."
"Kau akan menyakiti Hani jika seperti ini."
"Bukan kah Hani yang menyakiti mu duluan?"
Tersentak pelan, Yixing berkerut menatap Joonmyeon yang kini tersenyum menawan padanya.
"Apa maksud Anda, Mr?"
"Call my name, please?"
Menghela nafas pelan, kemudian Yixing mengalihkan pandangan kesamping kiri membuat Joonmyeon tertawa pelan.
Kemudian perlahan Joonmyeon kembali mendekatkan kepala mereka hingga kedua hidung itu bersentuhan mesra lagi, dan membuat mau tak mau Yixing menolehkan kembali kepalanya dan menatap penuh pada Joonmyeon.
"Hani merebut orang yang kau cintai seenaknya, dan menjadi tunangannya dengan sesuka hatinya. Aku yakin kau lebih terluka daripadanya."
Yixing membulat, dalam hitungan detik sepasang mata indahnya itu berkaca–kaca mendengar penuturan Joonmyeon.
"Joonmyeon.. hiks!"
"Shh– don't cry, my sweetheart."
"Aku mencintaimu hiks bodoh hiks!"
"Aku tau, baby. Ingin menikah dengan ku?"
Dengan sepasang mata yang berkaca–kaca, dengan satu aliran air mata pada pipi kiri, Yixing tersenyum kesal.
"Tentu saja, bodoh!"
Joonmyeon tertawa kencang mendengar penuturan Yixing. Kemudian mereka saling menatap dalam, hingga Joonmyeon yang memulai terlebih dahulu.
Meremat pelan leher belakang Yixing hingga membuat sang empu melenguh pelan, kemudian menarik perlahan kepala Yixing, hingga kedua pasang bibir itu saling bertabrakan mesra.
"A–mhh!"
Melenguh pelan, kedua tangan Yixing bergerak menuju leher belakang Joonmyeon dan meremat surai pria tampan itu ketika bibirnya di hisap dalam oleh Joonmyeon.
"I love you, Yixing."
"Hmmhh!"
.
.
END
.
.
Hello. I'm back with next chapter.
Yah. Gue ucapkan terimakasih banyak untuk kalian yang sudah membaca chapter Joonxing ini.
Well, gue tau. Untuk chenmin emang kurang peminatnya, dan gue gak yakin sama hasil gue sendiri. Sebenarnya ini masih akan hiatus beberapa saat sampai gue selesai US, karna emang jadwal gue sudah mulai dipenuhi sama kegiatan osis dan ujian praktek semester satu.
Doain aja, selesai ujian semester angkatan kelas duabelas seperti gue ini sudah dilepas sekolah dari osis. Dan doain juga gue sukses ujian praktek kali ini. Hehe.
So, gue berharap kalian sabar menunggu untuk next chapter yah.
And, last. Jan lupa mengisi kolom review lagi yah?
See you next chapter, gals.
Bye!
Omake
"Anggghh!"
"Kau ahh sexy, sayang! Hmh."
Yixing meremat tangannya yang tidak memegang apapun pada dinding kaca ruang pribadi Joonmyeon tepat di belakang meja kerja sang boss itu, kala Joonmyeon menjilat–menggigit–melumat pada leher bagian belakangnya. Dan jangan lupa kedua tangan yang masih terus meremas–remas gemas kedua payudara Yixing dari luar bra hitam miliknya, karena kemeja miliknya telah tanggal seluruh kancing nya.
"Joon..Myeon–mhh Ah! Ngah! U–uuhuh shh mhh!"
Miniskirt Yixing telah terangkat pada bagian belakang, dan terlihat Joonmyeon yang menggesek–gesekkan bagian privatenya yang telah menggembung pada belahan bokong Yixing yang masih tertutup oleh celana dalam merah terang miliknya.
Dengan tergesa, Joonmyeon melepas kaitan pada celananya dengan tangan kanan, dan tangan kiri yang masih meremat–remat kasar pada payudara Yixing yang sesekali terlihat menyembul hampir keluar dari bra, akibat dari kasarnya rematan Joonmyeon.
Setelah terlepas, dengan segera di tarik turun celana dalamnya. Tidak sampai jatuh, karena Joonmyeon hanya menarik keluarmiliknya yang telah menegang sepenuhnya, dengan urat di bagian batang yang menyembul sombong.
Sreet!
Yixing membulat kaget ditengah nikmatnya gelombang gairah yang Joonmyeon perlihatkan pada setiap kegiatan pada tubuhnya yang putih dan mulus itu, kala merasakan sebuah ujung batang yang terasa tebal menggesek belahan bokongnya. Naik dan turun dengan tekanan di setiap gerakan, hingga dapat Yixing rasakan cairan yang dirasa datang dari benda itu dan membuat celana dalam bagian belakang tubuhnya basah.
"Joonmyeon!"
"Si, darl?"
Dengan kesadaran yang dimilikinya, Yixing mencoba menggerakkan tangan kanannya kebelakang tubuhnya, tepat pada bokong indah miliknya. Meraba pelan, dan Yixing tersentak merasakan sebuah batang yang sangat keras, dan menekan belahan bokong tepat pada lubang bagian belakangnya.
"Kau shh nakal, baby."
Joonmyeon memejamkan matanya menikmati remasan pada penisnya oleh tangan kanan Yixing. Entah bagaimana bisa Joonmyeon membagi segalanya, bahkan saat mendapat godaan dari tangan lihai Yixing, tidak satupun tangan dan juga bibirnya berhenti dari kegiatan di tubuh Yixing.
"Kau tidak berniat uhh memasukkannya sekarang bukan?"
"Apa yang harus ku tunggu, hmm?"
"Kita belum menikah, Joonmyeon!"
Dan Joonmyeon mendecih tak suka. Tangan kanan yang sedari tadi membatu penisnya menggesek pada bokong Yixing, dengan cepat menarik tangan kanan Yixing yang sedari tadi masih meremas penisnya. Menyatukan dengan tangan kirinya, kemudian dengan tangan kanannya di remasnya kedua pergelangan tangan Yixing dan menempelkannya pada dinding kaca di hadapan mereka.
"Akh!"
"Tidakkah kau rasakan betapa inginnya penis ku memperawani mu, cantik?"
Yixing menggigit bibir bawah nya cukup kencang, ketika merasakan sakit pada pergelangan tangannya. Dan juga merasakan tangan kiri Joonmyeon menjauh dari payudaranya dan kini terasa menarik turun celana dalamnya dengan sekali hentak.
Dan Yixing dapat merasakan angin yang entah datang dari mana menerpa bokongnya yang telah terlepas kain penutupnya.
Sreet!
"Angh!"
Tubuh Yixing tersentak kedepan ketika Joonmyeon menghentakkan tubuh bagian bawahnya pada tubuh bagian belakang Yixing. Tidak sampai masuk penisnya pada lubang Yixing, karena Yixing masih merapatkan kedua kakinya.
"Yixing ahh, ku mohon."
"Tidak, Myun! Aku tidak mau!"
Berteriak pelan sembari Yixing menggoyang–goyangkan bokongnya yang tentu saja dengan mudahnya membuat penis Junmyun yang menempel ikut bergerak–gerak.
"Baiklah. Aku tidak akan memasukkan nya."
Dan Yixing mengela nafas mendengar penuturan Joonmyeon. Dia pun berhenti menggerakkan bokongnya.
Sreet!
"Ngahhh!"
Yixing berteriak nyaring dan mendongakkan kepalanya ketika merasakan batang penis Joonmyeon masuk diantara kedua pahanya, dan menggesek alat kelaminnya dengan cepat.
"Joon–mmngah! Haah! Oh! Mh-Ahh! Angh! Huh! Huh! Nnhh!"
"Nikmat ohh, Xing. Shh, ah."
Keduanya mendesah–desah hebat akibat dari gerakan cepat Joonmyeon yang menggesek bagian luar alat kelamin Yixing, tanpa memasukkannya kedalam vagina sosok yang masih menjadi gadis itu.
"Aaaangghhhh!"
Yixing berteriak heboh ketika Joonmyeon menubruk clitorisnya berulang kali, hingga terlihat dari ujung mata kanan Yixing sebuah cairan bening akibat dari nikmatnya apa yang diberikan Joonmyeon pada nya.
"Myun–ahh!"
"Xing–"
Braak! Braak! Braak!
Keduanya terkejut kaget dan langsung terhenti segala kegiatan ketika mendengar suara pintu ruangan tempat mereka meampiaskan gairah masing–masing di pukul dengan cukup keras dari luar.
"Kim Joonmyeon bajingan! Keluar kau!"
Joonmyeon membulat kaget dan menatap pintu yang terlihat bergetar karena pukulan dari luar itu.
"Ibu.."
"Apa?"
Yixing ikut membulat kaget mendengar ucapan Joonmyeon yang terdengar pelan itu. Dengan panik Yixing menoleh pada pintu dan mencoba terlepas dari kungkungan Joonmyeon.
Menyadari itu, Joonmyeon segera memperkuat remasan pada pergelangan tangan Yixing dan juga kembali memaju–mundurkan penisnya pada bagian tersensitif tubuh Yixing.
"Oppa! Keluar! Jelaskan apa maksud mu!"
Braak! Braak! Braak!
"I–Itu Hani! Angh! Mmhh! Mnh! Huuh! Shh! M–Myun hmmh ahh!"
"Biarkan mereka. Kita lanjutkan kegiatan ini, hmm?"
Sreeet!
"ANGGH!"