Sacrifice Chap 1
BaeKyuSoo
Sad, Romance, TwoShoot/ThreeShoot/Lebih
T
Pairing : SasuNaru, slight SasuMen, GaaNaru
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto | INSPIRASI BY Novel Heart Desires

Warning : YAOI! BL! OOC! Banyak TYPO!

Summary : Naruto, Menma dan Sasuke sudah bersama sejak mereka kecil. Saat Senior High School Naruto memiliki perasaan khusus terhadap Sasuke tapi Naruto tau Sasuke menyukai Menma saudara kembarnya. Apa Naruto akan mempertahankan perasaannya atau malah mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan Sasuke? Apa Naruto dapat berpaling dari Sasuke kepada Gaara, siswa baru yang terjerat pesona Naruto?

-Sacrifice-

Pagi hari yang cerah menyambut hari orang-orang yang melakukan kegiatan rutinitasnya termasuk pemuda satu ini. Pemuda berambut pirang dengan cengiran yang tidak lepas dari wajahnya menyambut langit yang cerah seakan mengatakan bahagia, berbanding terbalik dengan pemuda di sebelahnya yang memiliki wajah serupa dengannya tapi tidak ada senyum di wajahnya sama sekali.

Mereka Namikaze Naruto dan Namikaze Menma, kembar identik tetapi memiliki sifat yang berbeda. Tidak ada manusia yang benar-benar serupa bukan? Termasuk mereka, Naruto merupakan pemuda dengan semangat yang tergambar di wajahnya seperti tidak mempunyai kesedihan sedangkan Menma merupakan pemuda yang pendiam yang hanya akan menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya. "Naru-nii, bisa kau hentikan mengeluarkan cengiran idiot seperti itu?" ujar Menma.

Walau mereka hanya terpaut 7 menit, tapi tou-san dan kaa-san mereka membiasakan Menma memanggil Naruto dengan Naruto-nii karena memang Naruto yang lebih tua di antara mereka. "Aku tidak bisa Menma, aku ingin orang lain tidak sedih di pagi yang cerah ini seperti aku"
"Idiot!" gumam Menma.
"Ayolah kau juga tersenyum" Naruto mengulurkan tangannya ingin menarik sudut bibir Menma supaya membentuk lengkungan manis. Belum sempat Naruto memegang sudut bibirnya, tangannya sudah di tepis oleh Menma. "Jangan macam-macam Naru-nii" desis Menma.

Naruto memajukan bibirnya mendengar jawaban Menma. Mereka melanjutkan berjalan sampai di depan kelas mereka. "Ohayou minna!" sapa Naruto dengan suara keras. "Ohayou Naruto!" balas siswa lain yang berada di dalam kelas. Naruto memang siswa yang paling di sukai di sekolah. Selain karena wajah manisnya, karena sikap ramah Naruto yang membuat mereka senang dengannya.

Naruto dan Menma berjalan menuju kursinya yang berada di pojok kelas. Menma duduk dengan pemuda berambut raven, siapa lagi kalau bukan Sasuke sahabat mereka dan Naruto tepat berada di belakang Sasuke. Naruto berjalan ke kursinya sambil menatap Sasuke.

-Sacrifice-

~ Kediaman Namikaze~
TOK!
TOK!
TOK!
Naruto mengetuk pintu kamar Menma yang berada tepat di sebelah kamarnya. "Menma, boleh aku masuk?" tanya Naruto di depan pintu kamar Menma.
"Masuklah Naru-nii" sahut Menma dari dalam.

Naruto masuk kedalam kamar Menma setelah mendapat persetujuan pemiliknya. Bisa Naruto lihat Menma sedang duduk di atas ranjangnya dengan punggung bertumpu pada sandaran ranjangnya dengan memegang sebuah buku. "Ada apa Naru-nii?" Naruto menghampiri Menma, duduk di tepi ranjangnya.
"Bisa aku cerita padamu?" tanya Naruto serius. Menma tau jika ekspresi wajah Naruto sudah seperti ini, dia benar-benar sedang bingung dengan masalahnya.
"Nii-san ceritalah, aku akan mendengarkannya" ucap Menma.
"Aku menyukai seseorang tapi aku tidak tau orang itu menyukaiku atau tidak" terang Naruto.
"Siapa orang itu?" tanya Menma.
"Teme" Menma mendengus mendengarnya.
"Sudah kuduga kau menyukainya, nii-san. Berkali-kali aku melihatmu menatapnya"

"Apa kau tidak suka aku menyukainya? Apa kau-" tenggorokan Naruto mendadak kering takut pemikirannya benar. "-menyukainya juga?"
"Idiot! Mana mungkin aku menyukainya. Nii-san sendiri bahkan tau kalau aku sudah berpacaran dengan Neji" bantah Menma.
"Nani!? Jadi kau benar-benar berpacaran dengannya?" Naruto pikir Menma hanya bercanda saat mengatakan padanya karena dia tau kalau Menma menyukai Neji.
"Bahkan dia lebih dulu mengutarakannya" sombong Menma.
"Lebih baik kau coba bicarakan padanya nii-san agar Sasuke tau kau menyukainya" saran Menma.
"Tidak ada salahnya memulai lebih dulu" sambungnya.
'Mungkin benar apa kata Menma, aku harus memulainya lebih dulu" batin Naruto.

-Sacrifice-

Semalam Naruto sudah bertekad akan mengunjungi kediaman Uchiha hari ini, dan ingin memberitau perihal perasaannya pada Sasuke. Dia tidak peduli kalau akan di tolak. Dan di sinilah dia sekarang, di depan rumah kediaman Uchiha.

TEEET!
TEEET!
TEEET!
Naruto memencet bel kediaman Uchiha. Dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi setelah dia mengatakannya. Pintu di depannya terbuka dan memperlihatkan pemuda berambut raven dan memiliki mata onyx. "Doba, ada apa?" tanya pemuda itu.
"Ano.. teme a-"
"Kau masuklah dulu" potong Sasuke, pemuda itu yang lebih sering di panggil teme oleh Naruto.

Naruto masuk ke dalam rumah Sasuke, mengikuti Sasuke dari belakang menuju kamarnya. Naruto duduk di ranjang Sasuke begitu sampai di kamarnya. Sudah biasa bagi Naruto berada di rumah maupun di kamar Sasuke. "Dobe, ada yang ingin kutanyakan padamu" ucap Sasuke memecah keheningan.
"Apa teme?"
"Menma benar-benar berpacaran dengan Neji?" tanya Sasuke hati-hati.
"Ada apa kau menanyakan itu teme? Tidak biasanya kau peduli pa-"
"Karena aku menyukainya dobe"

DEG!
'Karena aku menyukainya dobe.. Aku menyukainya.. Sasuke menyukai Menma' pikir Naruto. Tanpa terasa mata Naruto memanas mendengar ucapan Sasuke. Mata birunya terlihat berkaca-kaca. "Te-teme, a-aku ada urusan mendadak. A-aku pergi dulu" Naruto langsung pergi setelah mengucapkannya, mengabaikan Sasuke yang terus memanggilnya.

Naruto pulang ke rumahnya dan ingin segera menceritakan apa yang terjadi pada Menma. Dia masuk ke dalam rumahnya dengan terburu-buru dengan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipinya. "Menma" panggil Naruto dengan lirih setelah sampai di kamar Menma.
"Nii-san ada apa?" tanya Menma melihat Naruto menangis. "Apa Sasuke menyakitimu nii-san? Apa yang dia katakan padamu?" sambung Menma dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Aku sudah gagal bahkan sebelum aku mengatakannya" Naruto yang biasanya selalu tersenyum kini menangis. Ekspresi wajah yang biasanya terlihat bahagia kini yang terpancar hanya ekspresi kesedihan.
"Apa maksud nii-san?"
"Dia menyukai orang lain Menma, dia menyukai orang lain" lagi-lagi air mata Naruto turun membasahi pipinya. 'Dan itu kau Menma' sambung Naruto dalam hati. Naruto tidak ingin membuat Menma merasa bersalah dengan keadaannya. Lebih baik dia tidak memberitau siapa orangnya. 'Maaf Menma, aku tidak bisa mengatakan siapa orangnya padamu' lirih Naruto.
"Sudahlah nii-san, mungkin suatu saat dia akan menyukaimu walaupun tidak, masih ada orang lain yang lebih pantas denganmu"

Menma terus menenangkan Naruto yang masih menangis. Berkali-kali Menma bertanya siapa orang itu tapi tidak ada jawaban yang di berikan Naruto. Naruto tau walaupun Menma terlihat tidak peduli jika di depan orang lain tapi dia sangat tau kalau Menma sangat menyayanginya hanya saja dengan cara yang berbeda.

Naruto tau jelas bagaimana sifat Menma sama seperti Menma yang tau jelas sifatnya. Dia tidak ingin membuat Menma merasa bersalah pada dirinya sendiri dan akan membuat hubungan mereka terpecah.

-Sacrifice-

~Naruto POV~
Hari ini aku datang lebih awal dari Menma karena piket kelas. Hari yang menyebalkan buatku harus datang sebelum orang lain datang. Saat aku sampai kelas, di sana sudah ada Sasuke. Jangan heran, dia memang selalu datang lebih awal dari yang lain. Jika di tanya alasannya? Dia pasti akan jawab kalau dia ingin cari ketenangan di pagi hari. Aneh bukan? Dan lebih anehnya lagi aku menyukai orang seperti dia.

Langsung saja aku melakukan tugasku membersihkan kelas. Setelah semuanya selesai aku duduk di kursiku tepat di belakang Sasuke. Baru saja aku duduk dia sudah memutar posisi duduknya. "Dobe, kenapa kau buru-buru sekali kemarin?" tanyanya. Sudah kuduga dia akan menanyakan masalah kemarin.
"Bukankah kemarin sudah kubilang aku ada urusan mendadak" sungguh, aku tidak berani menatapnya sama sekali. Aku ingin sekali menghindari pembicaraan ini tapi aku tau pasti tidak bisa.
"Urusan apa?"
"Eum.. aku membantu Menma kemarin"
"Kau tidak mengatakan yang aku ucapkan kemarin pada dia kan?" tanya Sasuke.
"Tentu saja tidak teme"
"Aku ingin mengatakan padanya tapi sepertinya sudah terlambat bukan dobe" keluhnya. Jangan, jangan bahas hal ini. Aku tidak mau dengar teme. Aku tidak ingin menangis lagi.
"Kau belum tau jika tidak mengatakannya teme" terpaksa. Terpaksa aku mendukungnya, aku tidak ingin dia kecewa memiliki teman sepertiku.
"Dia sudah dengan Neji, dobe. Tidak mungkin aku merebutnya"
"Kau bisa memberinya perhatian teme mungkin dengan begitu perasaannya bisa berubah dan dia bisa berpaling padamu" aku mendukung orang yang kusukai dengan orang lain, kembaranku sendiri. Menyedihkan bukan?
"Kau benar dobe, kenapa tidak terpikir olehku. Arigatou dobe, kau memang sahabatku" aku terpaksa teme, aku ingin melihatmu bahagia. Ingin sekali aku berkata seperti itu tapi itu hanya bualan saja, aku tidak pernah bisa berkata seperti itu.

Aku tidak tau berapa lama aku dan Sasuke berbicara. Saat aku melihat, kelas sudah ramai bahkan Menma sudah berada di depan kelas. Aku dan Menma biasanya selalu datang saat bel sekolah berbunyi. Tidak lama dari itu aku melihat Kakashi sensei datang. Tidak seperti biasanya sensei tidak terlambat menghadiri kelas. "Sensei kau ada kemajuan tidak terlambat datang seperti biasanya" ucap Lee.

Kakashi sensei hanya tertawa mendengar perkataan Lee yang terlalu jujur itu. "Kelas kita kedatangan murid baru, ma-"
"Pantas saja sensei datang lebih awal" potong Lee. "Gomenasai" ucap Lee saat melihat tatapan tajam Kakashi sensei. Sensei bilang tadi murid baru? Semoga bukan orang menyebalkan seperti teme.
"Sudahlah lupakan. Hey kau masuklah"

Seorang pemuda berambut merah memasuki kelas. Sial dari ekspresi wajahnya terlihat sekali dia seperti teme. "Perkenalkan dirimu" ucap Kakashi sensei.
"Sabaku Gaara desu" ucapnya. Singkat sekali tidak ada basa basi apapun. "Ada yang ingin di tanyakan?" ucap sensei.

Terlihat Ino mengangkat tangannya ragu-ragu. "Ya Ino?"
"Ano.. apa kau sudah punya kekasih?" tanya Ino hati-hati.
"Aku tidak suka perempuan" mendengar ucapannya, siswi kecewa mendengar jawabannya. "Sensei, boleh aku duduk sekarang" sambungnya.
"Ah, ya. Kau bisa duduk dengan Naruto. Naruto angkat tanganmu" benar-benar sial! Dari dua kursi kosong di kelas ini, kenapa dia duduk di sampingku? Terpaksa aku mengangangkat tanganku.

Dia berjalan ke arahku, lebih tepatnya ke arah kursi yang ada di sampingku. Dia duduk di kusi sampingku tanpa berkata sama sekali. Jangankan berkata, menyapaku pun tidak. Aku mencoba untuk menyapanya. "Hey, aku Naruto Namikaze" ucapku memperkenalkan diri.
"Kau sudah tau siapa aku. Jangan menggangguku" sial! Orang ini bahkan lebih menyebalkan dari teme!
"Kau sungguh menyebalkan! Dasar panda!" ucapku padanya.
"Kau diamlah kucing!" tekannya.
"Dasar tidak sopan! Setidaknya hargai orang yang ingin berkenalan denganmu panda! Kau panda datar!"
"Kau cerewet sekali! Diamlah jangan mengganggu" desisnya.

"Naruto! Gaara! Keluar dari kelasku sekarang! Jangan mengganggu yang lain" aku tidak tau kalau Kakashi sensei sudah menjelaskan di depan. Ini semua karena si panda! Lihatlah, bahkan dia keluar kelas begitu saja tanpa protes sedikitpun. Dengan terpaksa aku mengikutinya keluar kelas.

"Ini semua gara-gara kau panda!" makiku padanya saat sudah di luar kelas.
"Kau yang menggangguku kucing! Jadi lebih baik kau diam saja!"
"Dan jangan mengikutiku" sambungnya lagi lalu pergi meninggalkanku. Sekarang aku harus kemana? Belakang sekolah? Tidak tidak! Kantin? Tidak, aku akan di sangka membolos jika terlihat guru. Atap? Sepertinya bukan pilihan buruk.
~Naruto POV End~

Naruto melangkahkan kakinya menuju atap sekolah. Dia berpikir untuk menenangkan pikirannya karena masalahnya dengan Sasuke. Baru saja dia membuka pintu dan melangkahkan kakinya, dia sudah di sambut dengan ucapan pemuda yang membuatnya kesal. "Tidak aku sangka kau akan mengikutiku sampai seperti ini"
"Jangan bilang kau berharap padaku karena aku bilang aku tidak menyukai perempuan" sambung pemuda itu.
"Jangan bermimpi panda! Sedikitpun aku tidak pernah berfikir seperti itu" Naruto melangkahkan kakinya menuju pinggir atap dan duduk di sana.

Lama mereka duduk berdampingan seperti itu tanpa berbicara sampai dering ponsel Naruto memecah keheningan. Terlihat nama 'Teme Suke' tertera di ponselnya. "Ada apa teme?"
"Kau di mana dobe?"
"Aku di atap, ada apa?"
"Aku akan kesana, ada yang ingin aku bicarakan"
"Baiklah"
Sambungan telpon pun berakhir. Naruto memejamkan matanya menikmati hembusan angin. 'Pasti tentang Menma lagi. Aku harus lebih kuat mulai sekarang' batin Naruto

DEG!
Terasa detak jantung Gaara berdetak lebih cepat saat melihat Naruto memejamkan matanya menikmati hembusan angin. Seakan Naruto terlihat bersinar dengan rambut tertiup angin. 'Ada apa denganku' batin Gaara.

Gaara bisa melihat ekspresi kesedihan di wajah Naruto yang menjadi tanda tanyanya. Melihatnya seakan-akan jantungnya tertusuk ratusan panah. "Akan ada pengganggu satu lagi. Jangan mengusikku" ucap Gaara untuk melupakan reaksi jantungnya yang aneh. Dia melangkahkan kakinya menuju sudut atap yang tertutup oleh tembok yang terlihat lebih maju.

SREK!
Terdengar bunyi pintu terbuka memperlihatkan pemuda berambut raven. "Dobe" panggilnya. Naruto mengalihkan pandangannya pada pemuda itu yang sekarang duduk di sampingnya. "Ada apa teme? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Naruto.
"Aku ingin bertanya, sebenarnya apa yang membuat Menma menyukai Neji?" tanya Sasuke.
"Dia pintar, terlihat dewasa dan bisa berfikir dewasa, dia-"
"Aku juga seperti itu tapi kenapa dia tidak menyukaiku?" potong Sasuke.
"Teme, diamlah! Aku belum selesai bicara! Dia juga ramah pada orang lain walau dia terlihat seperti tidak bersahabat dan itu nilai minusmu!" tekan Naruto.

Sasuke memicingkan matanya menatap Naruto. "Kau tidak sedang membohongikukan dobe?" selidik Sasuke.
"Tentu saja tidak! Kau lupa, aku lebih dulu dekat dengan Neji dari pada Menma? Aku akui kalau aku yang membantu mereka supaya dekat" jujur Naruto. 'Teme selesaikan pembicaraan ini, aku sudah tidak tahan lagi' batin Naruto
"Sudah kukira kalau kau yang membantu mereka menjadi dekat"
"Ya sudah, itu saja yang ingin kutanyakan. Oh ya, jangan membuat ulah di kelas jika tiak ingin di keluarkan lagi dobe" Sasuke melangkah pergi meninggalkan Naruto yang masih duduk di tempatnya.

Naruto menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya yang berada di atas lututnya. "Hiks" terdengar suara Naruto, tubuhnya bergetar. Menangis, Naruto menangis lagi. Gaara tertegun melihat Naruto menangis setelah kepergian Sasuke. "Baka! Kenapa kau terus-terusan membahasnya teme! Hiks" maki Naruto.

"Munafik" Naruto terdiam mendengar kata-kata Gaara. Dia lupa jika masih ada Gaara di sini. Cepat-cepat Naruto mengapus air matanya yang masih menetes. "Apa maksudmu?" ucap Naruto sambil menghadap Gaara.
"Kau menyukai pemuda tadi bukan? Tapi kau malah mendukungnya dengan orang lain. Kau munafik, kenapa tidak kau katakan saja padanya" Naruto tersentak mendengar Gaara mengetahui perasaannya.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Dia menyukai kembaranku dan aku ingin melihat dia bahagia. Aku tau dia akan bahagia jika dengan Menma bukan denganku" terang Naruto. Lagi dan lagi air matanya membasahi pipinya.
"Aku akan melupakan perasaan ini mulai sekarang" sambung Naruto

Tanpa sadar Gaara menarik Naruto dalam pelukannya. Dadanya terasa sakit melihat Naruto menangis. Naruto kaget tiba-tiba di peluk oleh Gaara. "Apa yang ka-"
"Diamlah, aku hanya ingin menenangkanmu" Naruto menyerah, membiarkan Gaara memeluknya memberinya ketenangan.

Dengan memeluk Naruto, Gaara merasa dadanya menghangat tanpa sadar seulas senyuman tergambar di wajahnya. "Kalau kau ada masalah, kau bisa menceritakannya padaku"

Naruto melepaskan pelukkan Gaara dan menatapnya penuh selidik. "Kau tidak semenyebalkan yang aku kira. Bukannya tadi kau menyuruhku untuk tidak mengganggumu, atau jangan-jangan kau mulai tertarik padaku hm?" senyum mengembang di wajah Naruto menggantikan kesedihannya.
"Nani? Tertarik padamu? Jangan bermimpi kucing" ejek Gaara di sertai seringai di wajahnya.
"Ya! Aku bukan kucing panda! Kau menyebalkan"
"Aku baru tau ada kucing bisa menangis" imbuh Gaara lagi.
"Ya! Awas kau!" Gaara berlari menghindari kejaran Naruto.

Gaara dan Naruto berlari di sekitar koridor menuju kelas mereka. "Ya! Panda berhenti kau!" mereka berhenti di kursi mereka. "Akhirnya kau berhenti panda" ejek Naruto.
"Aku lelah. Kau seperti monster tidak kenal lelah" Naruto membelangakan matanya.
"Monster katamu? Sialan kau panda!"

DUGH!
"Ya! Kenapa kau menjitakku!?" protes Gaara.
"Lalu kenapa kau mengataiku!?" balas Naruto. "Dasar panda jelek!"
"Kau kuc-"
"Naru-nii, kau selalu saja berisik" potong seseorang dari arah samping Naruto.

Naruto menoleh ke asal suara dan melihat Menma dan Sasuke bersama. Terlihat tangan Sasuke merangkul Menma. "Ah Menma kau bersama Sasuke. Kau salahkan saja panda menyebalkan ini yang mengataiku"

~Gaara POV~
"Naru-nii, kau selalu saja berisik" potong seseorang dari arah samping Naruto.

Naruto menoleh ke asal suara dan melihat pemuda berambut pirang mirip sekali dengan Naruto dan pemuda yang kulihat di atap sedang bersama. Aku melihatnya, ekspresi Naruto berubah saat melihat ke arah tangan pemuda yang aku lihat di atap tadi. "Ah Menma kau bersama Sasuke. Kau salahkan saja panda menyebalkan ini yang mengataiku"

Ah, jadi Menma dan Sasuke eh? Pantas saja ekspresinya langsung berubah menjadi sedih. Sial! Kenapa dadaku terasa sakit melihat dia sedih. Tidak, aku tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Kutarik tangannya membawanya pergi dari hadapan dua pemuda tadi. Aku bisa melihat dia bingung saat aku menarik tangannya begitu saja. "Ya! Panda kenapa kau menarikku" aku mengabaikannya. Aku tau dia pasti akan protes.
"Ya! Panda kau akan membawaku kemana!? Panda lepaskan aku!" dia terus saja berbicara selama aku menariknya.

Aku membawanya ke atap, tempat di mana aku pertama kali melihat sisi rapuhnya. Aku melepaskan tanganku pada genggaman tangannya. "Apa yang kau lakukan panda!? Kenapa kau menarikku kesini!?"
"Menangislah" dia membelangakkan matanya.
"Apa ma-"
"Aku tau kau ingin menangis melihat mereka bersama" Naruto menundukkan wajahnya. Tubuhnya bergetar, aku tau dia menangis. Kulangkahkan kakiku maju untuk merengkuhnya.

"Hiks.. Aku benar-benar lemah Gaara. Seharusnya aku bahagia melihatnya bahagia bukan malah bersedih"
"Kau boleh terlihat kuat di depan orang lain, tapi tidak di depanku. Kau tidak akan bisa. Menangislah sepuasmu"
~Gaara POV End~

~Di tempat lain~
Menma dan Sasuke saling berpandangan melihat Naruto di tarik oleh Gaara. "Ada apa dengan mereka? Tadi mereka bertengkar dan sekarang mereka terlihat akrab" ucap Menma bingung.
"Aku tidak tau"
'Ada yang aneh dengan Naru-nii. Ekspresi wajahnya pun berubah saat melihatku. Dia tidak mungkin cemburu bukan? Dia tau aku tidak menyukai Sasuke. Atau mungkin hanya perasaanku saja?' batin Menma

-Sacrifice-

Naruto dan Gaara kembali ke kelas saat bel berbunyi. Tentu saja Naruto yang menginginkan kembali ke kelas. Menurutnya sangat lucu membolos hanya karena perasaannya saja. Mereka selalu saja beradu agrumen sepanjang koridor menuju kelasnya. "Dasar panda jelek! Berhentilah meledekku!" maki Naruto sambil memukul lengan Gaara.
"Kau memang tidak pantas di sebut kucing lagi, matamu sungguh aneh untuk di sebut kucing" ledek Gaara 'lagi'.
"Sial! Kau yang menyuruhku untuk menangis, sekarang malah kau yang meledekku!" Naruto pergi begitu saja meninggalkan Gaara.

Gaara tersenyum melihat reaksi Naruto. 'Setidaknya dia tidak menangis' batin Gaara. Gaara menyusul Naruto memasuki kelas dan duduk di kursinya. Gaara bisa melihat kalau Naruto masih berekspresi sebal sama seperti tadi. "Nii-san, ada apa dengan matamu?" tanya Menma.

Sasuke yang berada di sebelah Menma hanya diam menghadap Naruto mengikuti Menma. 'Dia tidak mungkin benar-benar peduli denganku. Dia hanya melakukan seperti yang Menma lakukan' batin Naruto melihat Sasuke membalikkan badan menghadapnya. "Ak-"
"Dia kemasukkan debu dan bodohnya malah mengusap matanya kasar" Gaara lebih dulu menjawab pertanyaan Menma memotong ucapan Naruto.
"Kedua matanya?" heran Menma. Pasalnya jika hanya kelilipan tidak mungkin di kedua matanya.
"Awalnya hanya mata kirinya. Tapi dia benar-benar bodoh duduk di kursi penuh debu yang membuat dia kemasukan debu lagi dan melakukan hal yang sama"
"Dobe" respon Sasuke.

Naruto melihat ke arah Gaara mendengar penjelasan Gaara. 'Aku harus berterima kasih padanya' batin Naruto. "Sial! Kau mengejekku lagi! Panda menyebalkan" lagi-lagi Naruto memukul lengan Gaara.
"Nii-san lebih baik kau berhati-hati jika ke tempat berdebu" nasihat Menma.
"Salahkan saja si panda ini yang mengajakku ke tempat itu" Naruto memalingkan muka menghadap ke jendela.

-Sacrifice-

TOK!
TOK!
TOK!
"Nii-san boleh aku masuk?" tanya Menma di depan kamar Naruto.
"Masuklah Menma"

Setelah mendapat persetujuan Naruto, Menma masuk ke dalam kamar. "Ada apa?"
"Aku lihat nii-san dekat sekali dengan Gaara. Bukannya awalnya kalian bertengkar?"
"Dekat dengannya? Yang benar saja, dia panda menyebalkan yang sering mengejekku"
"Kau lihat saja saat olahraga, dia masih saja mengejekku" sambung Naruto.

~Flashback~
Pelajaran olahraga di mulai, semua murid sudah bersiap di lapangan. Terlihat Guy sensei berdiri di depan memperhatikan satu-satu muridnya. "Naruto kenapa dengan matamu?" tanya Guy sensei saat melihat mata Naruto memerah.
"Aku kemasukkan debu sensei"
"Kau lebih terlihat seperti seorang gadis yang habis menangis" yang mendengar ucapan Gaara pun tertawa pelan.
"Sial kau panda menyebalkan!" maki Naruto
"Aku hanya berbicara kebenaran saja" Naruto memajukan bibirnya sebal mendengar jawaban Gaara.
~Flashback End~

"Apa maksudnya mengatakan aku seperti gadis, aku ini lelaki! Benar-benar lelaki!" tekan Naruto. Dia benar-benar sebal di anggap sebagai gadis. Lelaki mana yang mau di anggap seorang gadis huh? Tidak ada!
"Lalu apa kau benar-benar sudah menyatakan perasaanmu pada Sasuke?" tanya Menma mengingat Naruto mengatakan akan menyatakan perasaannya pada Sasuke kemarin.

DEG!
'Kenapa harus menanyakan hal ini lagi' batin Naruto. "Apa maksudmu?" tanya Naruto heran.
"Nii-san memang sudah menjelaskan padaku waktu itu tapi melihat sikap Sasuke biasa saja aku jadi ragu. Jadi apa nii-san benar-benar sudah mengatakannya?" selidik Menma.
"Eum, aku-" Naruto memejamkan matanya sebelum melanjutkan jawabannya. "-aku sudah mengatakannya. Bukankan sudah aku bilang padamu waktu itu? Dia hanya menganggapku teman" sambung Naruto.

~Naruto POV~
"Eum, aku-" aku memejamkan mataku sebelum melanjutkan jawaban yang kuberikan pada Menma. "-aku sudah mengatakannya. Bukankah sudah aku bilang padamu waktu itu? Dia hanya menganggapku teman" sambungku.

Maaf, maafkan aku Menma. Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya. Aku tidak ingin membuatmu merasa bersalah dan akhirnya kita jadi menjauh. "Begitukan? Dasar Uchiha keterlaluan" grutu Menma.
"Menma, bisakah kau tidak membahas masalah ini pada Sasuke?" tanyaku hati-hati.
"Kenapa?"
"Aku tidak ingin kita berpisah hanya karena perasaanku padanya. Jika kau membicarakan ini padanya dia akan terbebani dan merasa bersalah dengan menolakku" maaf maaf maaf, lagi-lagi aku tidak bisa berkata jujur padamu Menma.
"Baiklah aku mengerti"

DRRT… DRRT… DRRT…
Kulihat ke arah handphone-ku yang berada di sampingku. Terlihat nama 'Teme Suke' muncul di layar handphone-ku. "Sepertinya hubungan kalian tetap baik-baik saja nii-san. Baiklah, aku keluar dulu"

Kutekan tombol hijau untuk menjawab panggilan dari Sasuke setelah Menma keluar. "Ada apa teme?
"Apa Menma besok ada acara dengan Neji?" tentang Menma lagi? Apa hanya ada Menma di pikiranmu Teme?
"Kurasa tidak ada. Karena yang kutau jika mereka akan pergi, Menma akan mengatakannya padaku"
"Bisa kau mengajaknya pergi besok? Kita akan bersenang-senang. Bisa kau ajak dia?" bersenang-senang? Kurasa kata-kata itu lebih pantas untukmu teme.
"Aku akan mencobanya"
"Kita akan pergi saat pulang sekolah"

TUT!
Dia menghubungiku hanya untuk mengatakan ini? Hanya demi Menma? Sebegitu berharganyakah Menma untuknya? Apa kau tidak bisa menghargaiku sedikit saja teme? Memandangku sejenak saja?
~Naruto POV End~

-Sacrifice-

Pada akhirnya Naruto tetap terjebak di antara Sasuke dan Menma. Naruto bisa melihat Sasuke terus memberikan perhatiannya pada Menma. Sasuke yang biasanya hanya diam, terlihat lebih bersuara saat dengan Menma. 'Haruskah aku terjebak dengan mereka selama ini?' batin Naruto.

"Kucing" Naruto memiringkan kepalanya mendengar suara dari arah belakangnya. 'Aku seperti mengenal suara ini' batin Naruto.
"Nii-san di belakangmu" Naruto membalikkan badannya melihat ke belakang. "Kau! Panda apa yang kau lakukan di sini!? Kau menguntitku?" pekik Naruto saat melihat siapa yang ada di hadapannya.
"Baka! Ini tempat umum, kenapa aku tidak boleh kesini? Untuk apa aku menguntit kucing cengeng sepertimu"

Naruto membelangakkan matanya mendengar ucapannya. "K-kau!" tunjuk Naruto pada Gaara.
"Sudahlah nii-san jangan bertengkar di tempat umum" lerai Menma mendengar nii-sannya akan beradu agrumen lagi dengan Gaara.
"Kau boleh bergabung di sini kalau kau mau" sambung Menma.
"Untuk apa kau mengajak panda jelek ini bergabung Menma"

Naruto membuang mukanya menghadap kearah luar jendela. Gaara duduk di samping Naruto tidak memperdulika protes yang Naruto berikan untuknya.

~Gaara POV~
"Untuk apa kau mengajak panda jelek ini bergabung Menma" sepertinya dia tidak suka aku berada di sini.

Naruto membuang mukanya menghadap kearah luar jendela. Aku duduk di sampingnya tidak memperdulika protes yang dia berikan untukku.

Entah aku harus bersyukur atau menyesal karena aniki mengajakku kemari. Aku tidak akan menyangkal kalau aku menyukainya. Menyukai Namikaze Naruto.

"Men-" ucapannya terhenti saat melihat Sasuke orang yang di sukainya sedang berusaha mendekati kembarannya. Aku tidak suka melihatnya seperti ini karena orang lain.

Tidak bisakah dia berpaling melihat kearahku? Aku tau dia merasakan sakit saat melihat itu. "Maaf aku ada perlu dan membutuhkan bantuan Naruto. Aku akan pinjam dia untuk menemaniku" kutarik tangan Naruto menjauhi mereka. Bisa kulihat mereka melihat kearahku.

Aku tidak perduli. Yang terpenting saat ini hanya menjauhi Naruto dari rasa sakitnya, dari orang-orang yang membuatnya bersedih. Aku tidak ingin melihatnya menangis lagi, karena itu juga akan membuatku sakit.

Kurasa aku sudah cukup jauh membawanya pergi. Kuhentikan langkahku untuk melihat Naruto. Bahunya bergetar, aku tau dia pasti menangis lagi. Aku tidak suka melihatnya seperti ini. Sangat sakit untukku. Kulangkahkan kakiku mendekat kearahnya, kurengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain ini. Aku hanya bisa membantunya menenangkan dirinya saja. Aku tau ini pasti berat untuknya melihat orang yang disukainya menyukai orang lain terlebih itu kembarannya sendiri.
~Gaara POV End~

~Sasuke POV~
"Maaf aku ada perlu dan membutuhkan bantuan Naruto. Aku akan pinjam dia untuk menemaniku" Gaara membawa Naruto pergi tanpa mendengar persetujuanku dengan Menma.

Ini benar atau tidak, tapi perasaanku tidak ingin dia pergi. Melihat kedekatan mereka membuatku kesal. Aku memejamkan mataku menepis semua yang aku pikirkan. Tidak, tidak, aku menyukai Menma bukan Naruto. Aku hanya tidak suka karena Naruto tidak bercerita apa-apa padaku, aku temannya bukan? Sudah seharusnya aku tau tentang dia. Ya seperti itu, pasti begitu.
~Sasuke POV End~

TBC

N/A : disini penggambaran Menmanya di pake pas Menma udah sadar setelah di kalahin Naruto, balik ke rambut kuning kayak Naruto