Legend of Yaya: Children of Elemental

Chapter 1: Malaya Sword

.

.

Jaman dahulu, sebuah kekuatan kegelapan menutupi seluruh pelosok Pulau Rintis. Kekuatan kegelapan itu membawa malapetaka tentunya. Monster-monster muncul, dan mereka menghancurkan negeri ini. Namun disamping hadirnya kekuatan kegelapan, hadir pula kekuatan cahaya yang dapat memusnahkan kekuatan mengerikan itu. Malaya, seorang pemuda dengan pedangnya, adalah kekuatan cahaya yang memusnahkan kekuatan kegelapan itu.

Pedang yang Ia bawa, Malaya Sword, bukan sebuah pedang biasa. Lima anak pemegang kuasa Elemen, atau yang biasa disebut Children of Elemental, telah menaruh kekuatan elemen mereka di pedang milik Malaya.

Elemen tanah, Elemen api, Elemen air, Elemen angin, dan Elemen petir.

Dengan bantuan kekuatan lima elemen itulah Malaya bisa menusnahkan kekuatan kegelapan.

Namun kenyataannya, kekuatan kegelapan tidak musnah. Melainkan hinggap di jiwa seseorang dari masa lalu. Menunggu masa dimana kekuatan ini dapat bangkit kembali. Tak ada yang tau siapa dan dimana seseorang yang telah dihinggapi oleh kekuatan kegelapan itu.

Yang jelas, Malaya dan pedangnya telah menyelamatkan negeri ini dari kegelapan. Dengan bantuan para Children of Elemental yang sudah meminjamkan kekuatan elemen mereka tentunya. Semenjak saat itulah, Ia mendapat julukan 'Hero of Rintis Island'.

Waktu terus berlalu, sebagai makhluk yang tidak abadi, tentu saja ada saatnya Malaya pergi. Para penduduk, terutama pimpinan kerajaan Pulau Rintis merasa sangat kehilangan sesosok pahlawan besar yang telah menyelamatkan negeri mereka. Yang bisa mereka lakukan hanya melindungi pedang milik Malaya hingga saat ini.

Yang menjadi masalah sekarang adalah, Siapa yang akan menjadi penerus Malaya? Siapa yang akan menjadi penerus Hero of Rintis Island? Bukankah kekuatan gelap itu akan kembali mengancam Pulau Rintis suatu saat?

Jawabannya adalah, siapapun yang bisa menggunakan kekuatan dari pedang Malaya, dialah yang akan menjadi penerus Malaya.

Hingga saat ini pun, belum ada yang tau siapa yang bisa menjadi penerus Malaya, sang Penyelamat Pulau Rintis.

Kerajaan punya pedang yang mampu melindungi negeri ini, tapi siapa yang bisa menggunakan kekuatan pedang itu?

.

.

.

.

.

.

.

"Boboiboy..! Boboiboy..! Ayo bangun!"

"Nnng.. Lima menit lagi lah, Tok..."

"Ihihihi..! Aku Yaya lah! Bukan Tok Aba!"

"Ya.. Ya..? Ah! Ya.. Yang Mulia!"

Sangat terkejut mengetahui bahwa yang membangunkannya adalah Putri Yaya, Boboiboy langsung turun dari tempat tidurnya, lalu berlutut dihadapannya. Tak peduli meski kesadarannya belum terkumpul semuanya.

"..S-Suatu kehormatan.. Bisa menerima kehadiranmu di kamar tidur kecilku ini..."

"Hihihi...!" Melihat penampilan Boboiboy dengan rambut yang berantakan dan.. cairan yang mengering di ujung mulutnya.. (kalian tau maksudku, kan?), Yaya tertawa kecil.

"Boboiboy! Kau terlihat lucu!.. Hihihi!..."

Merasa malu, Boboiboy langsung menyisir rambut berantakannya dengan jemari tangannya. Konyolnya Ia berpenampilan begini dihadapan seorang putri dari Kerajaan Pulau Rintis ini.

"Hei, Ayo berdiri Boboiboy. Jangan berlutut begini."

Mematuhi perintah sang putri, Boboiboy pun berdiri. Pemuda bersurai hitam itu segera merapikan piyamanya.

"Jadi, apa yang anda lakukan disini, yang mulia?"

"Boboiboy! Harus kukatakan berapa kali sih?! Jangan bicara formal begitu! Santai saja! Kau ini kan temanku!" kata Yaya sedikit menggerutu. "Hari ini kan Hari Pembersihan Malaya Sword, maukah kau menemaniku ke festival di kota? Kau tidak sibuk sekarang kan?"

"Umm.. Bagaimana ya.." Boboiboy terlihat ragu. Karena hari ini, dirinya janji akan membantu Atoknya bekerja di kedai coklat di kota.

"Aww.. Ayolah Boboiboy..! Mau yaa? Kumohoon..!"

"Umm.. Mungkin.. Aku akan minta izin Atok dulu. Soalnya.. Hari ini—whoa!" ucapan Boboiboy terpotong karena Yaya langsung menarik tangannya, dan membawanya berlari ke lantai bawah.

"Kalau begitu, ayo cepat kau minta izin sama Tok Aba!"

"B-Baik, yang mulia.. Tapi jangan berlari di tangga begini! Nanti jatuh!"

Yaya tidak mempedulikan perkataan Boboiboy. Gadis berkerudung merah muda itu hanya mengangkat rok gaunnya supaya kakinya bisa berlari dengan bebas menuruni tangga di rumah Boboiboy.

Yah, hampir tiap pagi Yaya datang berkunjung ke rumah sederhana Boboiboy yang hanya ditinggali oleh dua orang ini. Entah apa yang membuat sang putri begitu senang berkunjung ke rumah kecil salah satu penduduknya ini. Hanya sekedar membangunkan Boboiboy, sarapan bersama mencicipi coklat panas buatan kakek Boboiboy, dan kadang membawakan biskuit buatannya sendiri yang rasanya.. Uhh.. Ah, lupakan itu. Sebaiknya jangan berkomentar, karena waktu Boboiboy masih kecil, Ia pernah berkomentar tentang biskuit Yaya yang pernah membuat dirinya pingsan itu, dan Boboiboy berhasil membuat sang putri menangis dan memusuhinya selama dua bulan. Oh, Tuhan.

Yang jelas Boboiboy selalu menerima biskuit buatannya itu. Meski Ia tak pernah memakannya. Beruntung batinnya karena sekarang Yaya tidak membawa biskuit buatannya.

Di lantai bawah, tepatnya di ruang makan sekaligus dapur rumah ini, Tok Aba sedang siap-siap akan pergi ke Kedai Coklat miliknya dikota. Pria tua itu tersenyum begitu melihat Putri Yaya dan Cucunya menghampiri dirinya.

"Tok Aba~! Boboiboy sudah bangun nih!"

"Ha, rupanya kalian. Terima kasih sudah membangunkan cucuku, Putri Yaya. Dibangunkan pake cara apa? Di siram air? Ditampar? atau berpura-pura sebagai Malaikat penanya di alam kubur? Hehehe!"

"Atok!" Boboiboy menggembungkan pipinya karena sang kakek memperlakukan dirinya seperti anak tukang tidur.

"Ihihi! Itu bukan masalah, Tok! Eh, tapi Tok. Hari ini kan ada Festival Pembersihan Malaya Sword, jadi, izinkan Boboiboy untuk menemaniku hari ini ke festival ya..! Kumohon..!"

"Tentu saja, yang mulia. Dia boleh pergi bersamamu kapan pun!"

"Benarkah? Yeei! Lihat Boboiboy! Tok Aba sudah mengizinkanmu!"

"Eh, apa tidak apa-apa Aku tidak membantu Atok sekarang?"

"Tak apa lah, cu. Atok masih kuat lah kerja sendiri. Lagian, itu perintah dari sang putri, tidak boleh dilarang!"

Boboiboy hanya mengendus pelan. Apapun permintaan Yaya, pasti selalu dipenuhi oleh sang Atok, sedangkan permintaan dirinya, pasti selalu di nomor duakan. Ia jadi agak iri.

"Hmmh.. Ya sudah. Terima kasih, tok."

"Ya! Terima kasih Tok Aba!" timpal Yaya kegirangan.

"Sama-sama. Kalian hati-hati, dan selamat bersenang-senang di festival! Boboiboy! Jangan lupa belikan makanan dari Festival buat Atok nanti, ya! Yang banyak! Oke?"

"Yaah.. Berkurang dong uang jajan Boboiboy. Tambah uangnya lah Tok!"

"Ish! Tak ada tambah-tambah uang! Tak baik kalau kau boros dalam menggunakan uang! Dah! Cepat kamu ganti bajumu! Jangan buat Putri Yaya menunggu lama!"

.

.

.

.

.

Di kota ini sedang ada Festival. Hari ini adalah hari pembersihan Malaya Sword. Sudah tiga ratus tahun setelah Malaya Sword menyelamatkan Pulau Rintis dari kegelapan. Para penduduk kota ini biasa mengadakan Festival untuk merayakannya. Mereka menyediakan beberapa stan makanan, permainan, souvenir, aksesoris, dan masih banyak lagi.

Boboiboy berjalan santai mengikuti kemana Yaya pergi sambil melihat-lihat setiap sudut kota yang kini telah dihiasi oleh aneka kertas berwarna-warni tergantung diudara. Tak lupa juga dengan bendera-bendera lambang Kerajaan Pulau Rintis yang juga berkibar tertiup angin. Anak-anak begitu senang berlarian di jalanan kota, menambah suasana keramaian kota ini.

Yaya, sang putri kerajaan terlihat begitu gembira menghadiri festival di kota ini. Dia menghadiri setiap stan-stan yang berjajar di jalanan kota. Setiap penjaga Stan tentu saja langsung memberi hormat ketika sang putri mampir ke stan miliknya.

"Boboiboy! Ayo sini!" panggil Yaya.

Boboiboy segera menghampiri sang putri yang sedang berada di salah satu stan yang menyediakan permainan. Terlihat di stan itu begitu banyak mainan-mainan, perhiasan, hingga replika senjata prajurit kerajaan terpajang disana. Semua itu tidak bisa dibeli tentunya. Kau akan mendapatkannya jika memenangkan permainan disini tentunya.

"Coba tebak? Aku baru saja menang dalam permainan memanah disini! Tepat sasaran tiga kali!" Yaya kegirangan.

"Benarkah? Itu hebat yang mulia!"

"Putri Yaya." pemilik stan menjejerkan tiga buah barang dihadapannya. Apa semua itu hadiah yang didapatkan Yaya setelah memenangkan permainan ini?

"Aku punya tiga hadiah, dan yang mulia boleh memilih salah satunya. Aku punya kalung emas, perisai kesatria Pulau Rintis, dan juga boneka beruang berbulu ini."

"Umm..."

"Bagaimana kalau kalung itu? Pasti kelihatan cocok untukmu." saran Boboiboy.

"Hmm.. Tidak, Tidak." Yaya sudah memutuskan barang mana yang akan Ia ambil. "Perisai ini lebih keren! Aku pilih yang ini!"

"Hah? Aku terkejut yang mulia lebih memilih perisai itu dari pada perhiasan emas. Tapi, kalau memang ini keinginan yang mulia, tentu aku berikan. Terimalah, putri. Hati-hati, perisainya berat."

Sang penjaga stan kembali dibuat terkejut saat melihat Yaya memegang perisainya dengan enteng. Padahal perisai itu cukup berat bahkan jika diangkat oleh lelaki seumurannya sekalipun. Yaya gadis yang kuat.

"Terima kasih, tuan!"

"Terima kasih kembali. Suatu kehormatan aku bisa melayani anda, yang mulia."

Boboiboy dan Yaya lalu pergi dari stan permainan itu, dan hendak mengunjungi stan yang lain.

"Umm.. Yang mulia, jika aku boleh tau, mau anda apakan perisai itu?"

"Sebenarnya ini bukan untukku. Tapi.. Ini untukmu Boboiboy!" Yaya menyerahkan perisai itu pada Boboiboy.

"Eh? U-Untukku..?"

"Iya! Terimalah!"

Mematuhi perintah sang putri, Boboiboy menerima perisai pemberian sang putri dengan sedikit ragu. Perisai ini pasti sangat mahal jika dijual. Pemuda bertopi oranye itu merasa tak pantas menerima hadiah semahal ini.

"...Terima kasih, yang mulia. Tapi.. Kenapa anda memberikan perisai ini untukku?"

"Yaah.. Aku cuma sedang ingin memberikanmu sesuatu. Aku tidak tau selera anak laki-laki seperti apa, jadi, maaf kalau hadiahnya seperti ini." kata Yaya sambil menggaruk pipinya.

Boboiboy hanya mengangguk-ngangguk mengerti.

"Oh, lihat!" Yaya melirik kearah jam besar yang menempel di gedung besar di tengah kota. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Sebentar lagi Upacara Pembersihan Pedangnya akan dimulai! Ayo Boboiboy! Kita harus ke Istana!"

"Eh, aku kan tidak diundang, Putri."

"Tidak apa-apa! Khusus untukmu tidak perlu pakai undangan!"

"Anda yakin tidak akan apa-apa?"

"Iya! Ini izin langsung dari sang Putri! Ayo kita pergi saja!" Yaya langsung menarik tangan Boboiboy.

.

.

.

.

Boboiboy dan Yaya sudah keluar dari gerbang kota, memasuki area luar gerbang istana. Tak lama lagi, mereka sampai ke Istana. Mereka mempercepat langkah mereka karena tak mau terlambat datang ke Upacara yang diadakan di halaman depan Istana itu.

Boboiboy terus memperhatikan perisai pemberian Yaya. Sangat keren pikirnya bisa memiliki benda ini. Sesekali Ia tersenyum-senyum sendiri.

"Kau menyukai hadiahku?" kata Yaya.

"Oh, ya, yang mulia. Ini sangat keren, terima kasih banyak."

"Senang kalau kau-Uaah!" tiba-tiba Yaya terjatuh.

"Putri! Kau baik-baik saja?" Boboiboy membantu Yaya untuk berdiri.

"Sesuatu menembak kakiku!"

"Menembak?"

Boboiboy mengarahkan pandangannya ke sekitar, Ia menemukan batu. Siapa yang menembakkan batu ini? Anak yang iseng?

KROSAK

Mereka mendengar suara semak-semak bergerak. Seseorang datang! Boboiboy terus mengarahkan pandangannya kearah semak-semak. Tiba-tiba sesuatu muncul!

Makhluk aneh yang wajahnya seperti guci yang menghadap ke depan berwarna coklat, dan dedaunan menutupi kepalanya. Mungkin lebih tepatnya mirip seperti tanaman pemakan serangga. Tingginya sekitar setengah badan Boboiboy. Boboiboy dan Yaya tercengang melihat makhluk aneh yang ada dihadapannya.

"Waah! Comelnyaaa!" mata Yaya berbinar-binar.

SHOOT!

BLETAKK!

"WHOAH!"

Tiba-tiba makhluk aneh itu menembakkan batu dari mulutnya, dan tepat mengenai dahi Boboiboy. Pemuda bertopi itu meringgis kesakitan.

"Waah! Makhluk itu menyerang kita Boboiboy! Makhluk itu menyerang kitaa! Dia monster!"

"Ayo lari!" Boboiboy menarik tangan Yaya dan membawanya berlari sambil masih dahinya.

Monster itu mengejar mereka dan menembaki mereka dengan batu. Banyak sekali, membuat mereka semakin cepat berlari. Boboiboy mulai panik, pasalnya ia tak punya pedang atau senjata tajam yang bisa membunuh si Monster. Hanya ada satu perisai pemberian Yaya.

Aha!

Itu dia! Perisainya!

Setidaknya Ia bisa melindungi Yaya dengan perisai barunya.

"Putri Yaya! Tetaplah dibelakangku!"

Boboiboy berhenti berlari, lalu segera berdiri di depan Yaya dan menggunakan perisainya untuk melindungi dari batu-batu yang ditembakkan tumbuhan aneh itu. Puluhan peluru terus ditembakkan oleh si monster tumbuhan, namun tak satupun yang mengenai mereka. Yaya masih tetap berlindung dibalik punggung Boboiboy, tak berani bergeser dari tempat Ia berpijak karena takut terkena serangan dari monster rumput jelek itu.

Hingga suatu ketika, salah satu batu yang ditembakkan monster itu memantul melalui perisai itu, dan berbalik mengenai si monster. Monster itu sempat jatuh karena tertembak pelurunya sendiri sebelum lari terbirit-birit dan menjauh dari Boboiboy dan sang putri.

"Waaa! Ampuni aku Ampuni akuu! Aku tak tau kalau manusia itu sangat kuaat! Aku menyeraaah! Aku menyeraaahh!"

Boboiboy tersentak mendengar monster itu berteriak sambil melarikan diri.

"M-Makhluk itu bisa bicara?!"

"Kau mengalahkannya Boboiboy! Hebat! Terbaiklah!"

"...Huff.. Mungkin Aku cuma beruntung. Anda terluka?"

"Tidak, tapi.. Ehem." tiba-tiba sang putri berdehem. Terjadi keheningan beberapa saat. "Boboiboy, berlututlah dihadapanku."

"Eh?" Biasanya Yaya kan selalu melarang Boboiboy untuk berlutut padanya. "Baiklah." Meski heran akan perintah sang putri, Boboiboy langsung berlutut dihadapannya.

Lalu, Yaya mengambil sebuah ranting pohon panjang yang jatuh ke tanah tak jauh darinya. Lalu Ia memposisikan ranting di tangannya tepat di atas bahu kiri Boboiboy, lalu berpindah ke bahu kanannya, hingga ke atas kepalanya, dan mengangkatnya tinggi-tinggi di udara.

"Aku, Yaya dari Pulau Rintis. Dengan kewenanganku sebagai seorang putri yang memimpin negeri ini. Aku, dengan bangga mengangkatmu, sebagai kesatria kerajaan Pulau Rintis."

Boboiboy tersenyum dengan yang dilakukan Yaya. Kegiatan barusan itu mirip dengan diangkatnya seorang kesatria. "Suatu kehormatan hamba bisa menerima gelar ini, yang mulia. Tapi.. Aku kan tak melakukan apa-apa."

"Kau melindungiku Boboiboy. Itulah kenapa aku mengangkatmu sebagai kesatriaku. Tidak resmi sih.. Tapi aku ingin kau selalu bersamaku. Kau tau.. Aku ini tak bisa melindungi diri sendiri."

Boboiboy kembali tersenyum.

"Berjanjilah." Yaya menyodorkan jari kelingkingnya pada Boboiboy. "Kau akan selalu melindungiku."

Boboiboy mengangguk, lalu mentautkan jari kelingkingnya dengan Yaya. Pertanda ia memegang janji dari sang putri.

Saat Boboiboy dan Yaya hendak berjalan menuju gerbang istana, tiba-tiba seseorang dari dalam Istana menghampiri mereka.

"Ooii—! Boboiboy!" seorang lelaki gemuk berkulit gelap, mengenakan baju besi seragam prajurit kerajaan, berlari menghampiri mereka.

"Gopal?"

Yup, itulah namanya. Dia merupakan teman masa kecil Boboiboy yang sudah lulus bersekolah di sekolah militer Pulau Rintis. Dia sudah bertugas sebagai prajurit muda kerajaan Pulau Rintis sekarang. Atau lebih tepatnya, dia sedang magang menjadi Prajurit Istana.

"Hai, Gopal!" Yaya menyapa prajuritnya.

"Oh, selamat pagi, yang mulia." Gopal memberi hormat. "Saya diperintahkan untuk menjemput anda ke Istana karena seperti yang anda tau, sebentar lagi upacaranya dimulai."

"Kebetulan sekali. Aku baru saja mau masuk. Ayo Boboiboy." Yaya berjalan mendahului Gopal dan Boboiboy, dan kedua lelaki itu pun mengikutinya.

"Yo! Boboiboy! Apa kabar teman?"

"Sangat baik. Terima kasih." Boboiboy melakukan toss persahabatan dengan Gopal.

"Woo! Perisai punyamu keren! Dapat dari mana?"

"Barusan putri memberikannya padaku."

"Ooh, dari sang putri. Hmm.. Sudah kuduga..!"

"Apa yang kau duga?"

"Kalian pasti punya hubungan spesial ya!"

"Apa?! Tidak!"

"Ohoho~ wajahmu merah tuh! Ayo ngaku!"

"Tidak, Gopal! Eh, tapi bagaimana pekerjaanmu?"

"Cukup sibuk untuk orang yang sedang magang. Kau tau, belakangan ini, prajurit Istana harus rajin berburu monster ke hutan, atau ke dekat gunung supaya mereka tidak menyerang kota."

"Monster? Sepertinya salah satu dari mereka baru saja kukalahkan."

"Oh? Kau mengalahkan monster? Seperti apa bentuknya?"

"Seperti rumput liar, namun punya wajah yang aneh. Dia menembakkan batu dari dalam mulutnya."

"Itu Deku Baba! Rumput jelek itu memang menyebalkan!"

"Tau dari mana nama monster itu?"

"Tentu saja kita harus punya sebutan untuk semua monster yang kita temui. Kalau monster tidak punya nama, bagaimana kita bisa membedakan mereka?"

"Deku Baba? Sepertinya nama itu terlalu keren untuk seekor monster. Manusia saja diberi nama Gopal. Hahaha!" Boboiboy bergurau.

"Dey! Itu penghinaan lah! Aku juga tidak tau kenapa bapakku memberiku nama Gopal! Setidaknya nama itu lebih baik daripada Boboiboy!"

"Apaa?!"

"Hei, kalian berdua!" Yaya memotong obrolan Boboiboy dan Gopal. "Jalannya lama sekali. Ayo cepat!"

"B-Baik yang mulia!" Boboiboy segera mengikuti Yaya.

"Aww! Bunga-bunga cinta bermekaraan~" Gopal masih menggoda teman masa kecilnya itu.

"Gopal!"

.

.

.

.

.

Para prajurit kerajaan berbaris di pinggir karpet merah setelah terompet tanda dimulainya upacara pembersihan Malaya Sword dibunyikan. Mereka mengangkat pedang mereka diudara menyambut kedatangan Sang Raja dan Putrinya. Yaya berjalan mendampingi Ayahnya, Raja Ejo jo dalam upacara tahun ini. Boboiboy dan Gopal hanya berdiam dipinggiran halaman istana, melihat upacara berlangsung.

"Yang Mulia Ejo jo, Raja dari Kerajaan Pulau Rintis, dipersilahkan untuk membersihkan Malaya Sword. Senjata yang telah melindungi Negeri ini dari Kekuatan kegelapan."

Seorang prajurit berlutut dihadapan sang Raja sambil membawakan Malaya Sword diatas sebuah nampan. Raja mengambil pedang itu, lalu mengangkatnya keudara.

"Para penduduk Pulau Rintis. Sudah tiga ratus tahun Negeri ini aman dari ancaman kekuatan kegelapan. Kekuatan Children of Elemental, dan kekuatan Cahaya telah melindungi kita hingga saat ini. Besar harapan kita supaya kekuatan ini bertahan hingga zaman anak cucu kita." Raja langsung menancapkan pedangnya ke tanah.

Seluruh prajurit dan para penduduk yang hadir dalam upacara itu bertepuk tangan dan bersorak gembira. Namun mereka semua tersentak begitu sesuatu yang berwarna hitam menarik dan melempar prajurit yang memegang nampan Malaya Sword jauh-jauh. Pandangan mereka mengarah ke gerbang Istana.

Terlihat seseorang berjubah hitam datang menghampiri mereka. Tudung jubah hitamnya menutupi wajahnya, membuat orang tak bisa melihatnya. Kemungkinan dia seorang pria.

Semua penduduk yang menghadiri upacara berlarian ketakutan begitu pria asing itu mengeluarkan monster burung besar yang tercipta dari bayangannya. Burung itu menghantam semua yang dihadapinya.

Dengan sigap, prajurit Istana segera mengarahkan para penduduk ke gerbang istana, dan melarikan diri ke kota. Sang Raja bahkan tidak tinggal diam. Ia berlari menghampiri burung bayangan itu, lalu menebasnya dengan Malaya Sword. Dengan sekali serang, burung itu musnah.

Setelah itu, sang Raja berlari mendekati pria asing itu. Namun, pria itu berhasil menahan pedang itu dengan tangannya. Ajaib! Tangannya tak tergores sama sekali saat menggenggam mata tajam dari pedang itu.

"Khukhukhu... Jadi, kalian merasa aman karena pedang ini ya?"

KRAKK!

Dengan mudahnya pria berjubah itu mematahkan Malaya dengan kedua tangannya.

"TIDAK!" sang raja yang tersentak langsung menjauh dari pria itu.

Pria berjubah itu hanya tertawa puas begitu Senjata yang diagung-agungkan semua orang itu kini hancur ditangannya. Tanpa menunggu perintah, para Prajurit mengangkat senjata mereka langsung maju menyerang pria itu. Tentu saja pria asing itu bisa menangkis semua serangan dengan bayangan yang bisa Ia kendalikan.

Tiba-tiba ia mengeluarkan bayangan yang berbentuk seperti tangan besar. Tangan itu hendak mencengkram Yaya. Melihat keadaan itu, Boboiboy langsung berlari kearah Yaya, melindungi Yaya dengan dirinya. Otomatis, tangan bayangan itu mencengkram Boboiboy.

"Boboiboy!"

"Ergh... Yang.. Mulia.. Cepat.. Lar...ri..!"

"Woo. Nyalimu boleh juga. Menantang kekuatan kegelapan. Itu tindakan konyol yang luar biasa."

"UAAAAHH!"

Lalu, tangan bayangan itu melempar Boboiboy hingga tubuh pemuda bertopi itu menabrak dinding batu Istana sebelum akhirnya mendarat dengan keras ke tanah.

"BOBOIBOY!"

Boboiboy berusaha bangkit, namun tak bisa. Perlahan pandangannya mulai kabur. Boboiboy melihat Yaya berlari menghampiri dirinya sebelum kesadarannya hilang. Dari dahinya mengalir darah karena terbentur dinding.

"Tidak! Boboiboy! Ayo bangun! Oh, kumohon! Katakan sesuatu!"

Yaya terus mengguncang tubuh Boboiboy, namun lelaki yang terbaring itu tak juga bangun. Yaya sangat cemas sekarang. Sang putri kini hanya berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Boboiboy.

"Ah!"

Tiba-tiba tangan bayangan orang berjubah itu mencengkram tubuh Yaya, dan menariknya.

"YAYA!"

"ERGH! LEPASKAN AKU! CEPAT LEPASKAN!"

"Maaf, putri.. Tapi aku membutuhkanmu untuk menjalankan rencanaku! Hahahahaha!" orang berjubah membuka sebuah portal sihir, hendak membawa Yaya pergi.

"AYAH!"

"YAYA!"

"Nah, Raja Pulau Rintis. Aku hanya ingin meninjam putrimu ini sebentar. Oh, tentu saja! Aku tak akan pergi tanpa meninggalkan hadiah untuk kalian. Keluarlah! Shadow Tiger!"

Setelah pria berjubah itu mengucapkan mantranya, muncullah lima ekor harimau bayangan siap menyerang. Semua prajurit yang tadinya terbaring pun segera bangkit untuk melindungi sang Raja. Dengan perasaan takut, Gopal juga berdiri, mengangkat pedangnya, untuk melindungi Boboiboy kalau harimau-harimau itu menyerang kemari.

"Nikmatilah!" pria itu menyeringai puas.

"TIDAAAK!" Yaya berusaha melepaskan diri, namun terlambat karena pria berjubah itu sudah membawanya pergi melalui portal sihirnya.

"Yaya!"

Lima ekor harimau itu menyebar. Ada yang menyerang prajurit, ada yang menyerang Gopal, dan ada juga yang menyerang Raja. Dengan senjata dan kemampuan mereka, para Prajurit, termasuk Gopal menyerang harimau bayangan yang menyerang mereka. Bahkan Raja Ejo jo pun susah payah melawan harimau itu dengan pedang Malaya yang sudah patah itu.

Lama kelamaan, mereka semua mulai kewalahan. Banyak prajurit yang berjatuhan karena terluka parah. Sang Raja sendiri mulai terdesak, namun beliau masih belum menggores harimau itu sedikit pun dengan pedangnya. Gopal terus berusaha menjauhkan harimau itu dari Boboiboy yang masih tidak sadar.

Tiba-tiba, angin berhembus kencang, dan semakin kencang hingga mampu menerbangkan harimau bayangan itu. Namun ajaibnya, hanya monster itu yang berterbangan tertiup angin. Kelima harimau itu berputar-putar diudara, putaran anginnya semakin cepat hingga terjadi percikan-percikan listrik yang lama-kelamaan membentuk halilintar. Kelima harimau itu tersengat listrik dari halilintar itu sebelum akhirnya jatuh ke tanah karena angin tiba-tiba berhenti.

Sebelum harimau-harimau itu mendarat, tiba-tiba tanah menonjol keatas menghantam harimau-harimau itu. Angin, Petir, dan Tanahnya bergerak! Menyerang Harimau Bayang! Kenapa bisa terjadi?!

Kejadian aneh belum berakhir sampai disitu. Tiba-tiba gelombang air muncul dan menarik mereka hingga jatuh menghantam tanah. Lalu, setelah itu kobaran api muncul membakar habis harimau-harimau itu hingga hangus.

Semua keadaan kembali normal setelah cahaya lima warna mengitari halaman depan Istana. Semua orang di Istana tercengang dengan yang terjadi.

Api.. Air.. Tanah.. Angin... dan Petir...

Mereka bergerak melawan Harimau bayangan milik pria berjubah hitam itu.

Darimana semua kekuatan itu datang?

"Yang barusan itu.. Kekuatan lima elemen..?"

"Lima elemen? Maksud anda kekuatan dari para Children of Elemental yang mengalahkan harimau-harimau tadi?"

Tapi.. Kekuatan Children of Elemental tidak akan datang jika tidak ada yang mengendalikan.

Sang Raja terdiam sesaat. Memikirkan cara untuk mengatasi semua kekacauan ini. Hingga tak lama kemudian, ia pun mendapatkan keputusan.

"Perhatian semua prajurit!"

Para prajurit segera menoleh pada sang Raja yang hendak berbicara.

"Kalian semua yang tidak terluka, bawa prajurit yang terluka ke rumah sakit di kota! Kuberi waktu tiga puluh menit karena akan diadakan pertemuan dengan seluruh prajurit kerajaan di Aula Istana! Segera laksanakan!"

"BAIK YANG MULIA!"

Mereka segera melaksanakan perintah dari sang raja. Semua prajurit berbondong-bondong pergi ke kota sambil membopong rekan mereka yang terluka. Termasuk Gopal yang sekaramg membopong Boboiboy ke kota juga.

Sementara Raja Ejo jo berjalan masuk ke dalam Istana sambil membawa Malaya Sword yang telah hancur ditangannya untuk melakukan persiapan pertemuan dengan seluruh prajuritnya.

"Adu du. Probe." Raja memanggil pengawalnya.

"Siap!"

"Siap! Encik Raja!" Dua orang prajurit berambut hijau dan ungu itu segera menghadap sang raja.

"Aku butuh bantuan kalian."

"Baik yang mulia!" Adu du dan Probe lalu mengikuti sang Raja memasuki Istana.

Semuanya kacau.

Keselamatan Negeri ini terancam.

Kekuatan gelap telah kembali, namun sampai sekarang, sang penerus Hero of Rintis Island belum juga di temukan. Hancurnya Malaya Sword semakin memperburuk keadaan. Sekarang kita tak punya senjata yang bisa melindungi negeri ini dari kegelapan.

Kekuatan apalagi yang bisa melindungi Pulau Rintis dari kegelapan kalau bukan kekuatan dari Malaya Sword?

Siapa yang akan melindungi Pulau Rintis dari ancaman kegelapan?

Apakah kehancuran Pulau Rintis tiga ratus tahun lalu akan terulang kembali?

.

.

.

.

.

.

-To Be Continue (?)-

.

.

.

Da-Ta-Tadaaaaaaaaaah!

Helo epribadi! Leila is kam bek! 8D

Ada yang kangen sama aku? /ditendang

Seperti yang kalian lihat, Leila kembali dari Hiatus singkatnya dalam menulis fic dengan membawakan fic BBB bergenre Fantasy. Ceritanya diambil dari Cerita Game Legend of Zelda. Ada yang tau game dari Nintendo itu?

Well, BTW apa aneh kalau Ejo jo berperan sebagai raja yang membela kebenaran disini? Anggap aja dia baru di Ruqiyah, makanya jadi baik. XD /ditonjokEjojo

Leila cuma berharap Readers sekalian suka dengan cerita abal hasil ngupil dua jam ini. /heh

Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam fic ini. Terima kasih sudah mau baca, dan Sampai jumpa di Chapter depan! ;3

Dadaaaaahh! :D

.

.

.

.

-Cast-

Boboiboy as Hero of Rintis Island

Yaya as Princess of Rintis Island

Human!Male! Ejo Jo as King of Rintis Island

Tok Aba as Boboiboy's Granddad

Gopal as Young Guard

Human!Male! Adu Du as Guard 1

Human!Male! Probe as Guard 2

.

.

Review Please. :3