Wake Me Up

.

Genre : Romance, Fantasy, Angst

Main Cast : Park Jimin . Min Yoongi

WARNING! bacaan tidak begitu cocok untuk readersnim dibawah 15 thn ^^

.

.


YM


.

Si penanggung dosa masa lalu.

Min Yoongi si cucu ke delapan belas dari moyang ras bangsawan Syma.

Di takdirkan memang untuk mati karna kutukan terdahulu.

.


YM


.

Dulu, saat seorang Min Yoongi lahir ke dunia, di awal bulan Maret, kota tempatnya lahir masih dirundung musim dingin membekukan. Saat di belahan kota terdekat sudah merayakan musim semi yang menghangat.

Dulu, saat seorang Min Yoongi lahir ke dunia, tepat dengan kebangkrutan perusahaan kain ayahnya yang berada di Seoul. Membuat perekonomian keluarga kecil itu menurun drastis.

Dulu, saat seorang Min Yoongi lahir ke dunia, kakak perempuan yang berjarak enam tahun darinya mengalami patah tulang di tangan karna terjatuh di tangga rumah sakit. Membuat jari telunjuknya lumpuh total hingga sekarang.

Dulu, saat seorang Min Yoongi lahir ke dunia, ibunya yang tengah dilanda depresi itu memimpikan sesuatu yang seolah membulatkan kesimpulan tentang kelahiran seorang Min Yoongi.

Seekor kucing hitam bermata biru sejernih mutiara di lautan dalam. berdiri di depan kaca jendela ruang rawat ibunya. Menatap wanita di pertengahan usia 30 tahunan itu dengan pandangan tajam. yang secara sepihak langsung Nyonya Min simpulkan.

.

Anak berkulit seputih salju yang lahir di pernghujung musim dingin itu...

.

Adalah pembawa sial. Si Penebus Dosa.

.

.


YM


.

.

Chapter 1

.

.

Suara semarak terdengar dimana-mana.

Alunan musik, orang-orang yang bernyanyi, menari, bicara, berteriak, meriuhkan suasana. Dengan latar temaram di guyur cahaya oranye dari api unggun yang besar dan kokoh berdiri. Terlihat panas, namun meriuhkan.

Beberapa sudut area, pasangan-pasangan terlihat makin mendekatkan diri. Saling memeluk, bercumbu, atau hanya sekedar menggandengkan kedua tangan. Ada yang wajahnya memerah, tersipu. Ada yang menangis haru. Ada yang sumringah bahagia. Ada yang mengerutkan dahinya, karna kesedihan. Ada pula yang terlihat marah. Dan ada pula yang tak termaksud dalam golongan ekspresi apapun. Terlalu banyak ekspresi, yang terlihat menarik untuk di perhatikan sebenarnya.

Diperhatikan oleh Min Yoongi, lebih tepatnya. Yang duduk di pojokan lapangan dengan sebotol kopi panas di tangan. Ia sendirian –seperti yang memang ia inginkan. Dari pada harus bergabung dalam kerumunan ramai di tengah lapangan.

Ini adalah malam api unggun...

Malam dimana semua murid turun ke lapangan sekolah. Berpesta di sekitar api unggun yang dihidupkan di tengah. Ajang untuk bersenang-senang, menyatakan cinta, dan hal konyol lainnya setelah anak kelas tiga menyelesaikan ujian akhir sekolah.

Termaksud Min Yoongi. Si remaja 18 tahun berkulit pucat seputih salju, dengan tubuh kecil dan kurus, rambut lurus coklat karamel, dan berwajah datar di kesehariannya.

Jangan tanya kenapa Yoongi tak bergabung dalam pesta itu. karna pertama, ia tak punya teman, bukan karna tak bisa –namun karna ia memang tak ingin. Kedua, karna terlalu berisik. Yoongi benci dengan tempat yang terlalu banyak suara. Ia suka dengan ketenangan. Ketiga, ia tak pernah melakukan hal konyol seperti menari di tengah orang-orang seperti orang idiot. Dan terakhir,

.

.

Waktunya tak lama lagi.

Karna ketika kedua jarum jam sudah tepat menuju ke angka dua belas, ia akan di jemput. Untuk mati. Untuk menebus dosa leluhurnya.

.

.

Sesederhana itu, hingga Yoongi dengan bosannya menatap kerumunan orang-orang di tengah lapangan sambil menunggu jam dua belas malam. Bertepatan pula dengan kembang api yang akan di tembakkan ke langit. Layaknya malam tahun baru.

.

.

Drrrrt

.

From : Kim Taehyung

Yoongi hyung! Acara kembang apinya akan dimulai satu menit lagi! ayo berkumpul bersama kami!

.

Idiot, kau pikir aku mau berkumpul bersama teman-teman ingusanmu itu? pikir Yoongi dalam hati ketika selesai membaca pesan dari Taehyung. Dan tanpa membalas, Yoongi memasukkan ponselnya dalam saku dan mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. mencari sesuatu.

'sesuatu' yang akan mengantarkannya ke kematian.

Harusnya di saat ini ia telah muncul... dan, ketemu!

Yoongi hanya menyeringai kecil saat menemukan sesosok kucing hitam di semak-semak tak jauh dari tempatnya duduk. Karna gelap, Yoongi sebenarnya hanya dapat melihat sepasang mata tajam berwarna biru itu. namun ia sudah sangat yakin...

.

.

Sekaranglah waktunya.

.

Dengan tangan yang sedikit bergetar, Yoongi menopang tubuhnya dengan tangan untuk bangkit dari tempat duduknya. Walaupun wajahnya masih terlihat datar –seolah-ia-bukan-sedang-dalam-perjalanan-menuju-kematian-nya, tetap saja... ia tak pernah tahu seperti apa dunia setelah ia meninggalkan kehidupannya.

.

.

Ikutilah Syma, Min Yoongi...

.

.

Yoongi bisa mendengar suara itu entah dari mana. Tapi ia tak heran. Hatinya hanya mulai merasa berdebar karna seolah suara itu memang mempertegas akan kematiannya.

Iya. Kematiannya.

.

.

"Min Yoongi!"

Yoongi baru saja ingin melangkahkan kakinya, hingga tiba-tiba seseorang berdiri di depannya dan mencengkram kedua bahunya. Tentu saja remaja berkulit pucat itu kaget setengah mati, namun ia lebih kaget saat mengetahui siapa yang sekarang berada di depannya. Yang wajahnya berjarak begitu dekat dengannya.

.

"kembang api akan di luncurkan dalam hitungan... limaa!"

.

.

"aku tahu ini terdengar konyol, tapi kau harus percaya padaku!"

.

.

"... empat...!"

.

.

"a-aku mencintaimu! Min Yoongi, aku mencintaimu... sangat!"

.

.

"... tigaa...!"

.

.

"sejak sore itu, aku sungguh jatuh cinta padamu!"

.

.

"... duaa...!"

.

.

"jadilah pacarku! Biarkan aku membahagiakanmu!"

.

.

"... satu!"

.

.

DUAAARR DUAAARR

.

.

Yoongi tahu mungkin ia sudah gila. Ia tak bisa membedakan apa ia memang sudah mati atau belum saat suara gemuruh kembang api terdengar. Ia hanya merasakan air matanya terjatuh –yang mungkin ini pertama kalinya sejak ia terakhir menangis saat bayi. Lalu ia merasakan tangan hangat menyentuh punggungnya, dan tangannya memegang erat jaket orang yang berada di depannya.

Dan bagian tergilanya, Yoongi mencium pemuda itu. tepat di bibir. Dan ia terhanyut atas rasa yang baru kali ini ia rasakan. Untuk beberapa saat mencoba Melupakan semua tentang penebusan dosa, leluhur, kematian, kehidupan, dan dirinya sendiri.

Satu-satunya masalah yang ia ingin ketahui hanyalah pemuda ini, si pengacau semuanya...

.

.

.

Park Jimin.

.

.

YM

.

.

dua hari yang lalu...

.

"...gi ... Yoongi hyung!"

Sebuah guncangan keras di bahunya sontak membuat remaja itu, Min Yoongi membuka matanya. ia sedikit berdecak kesal, pada seorang yang membangunkan tidurnya saat ini dan ketika ia mendongak keatas, wajah orang yang membangunkannya terlihat jauh lebih kesal.

"Yoongi hyung! Benarkan dugaanku! Jika saja aku tak mengecekmu di kelas, mungkin saja malam ini pun hyung sudah bermalam di sekolah!" kesal Taehyung, seorang remaja yang sedari tadi berdiri di sisi bangku Yoongi. Yang mau saja menghabiskan waktu lima belas menitnya untuk membangunkan 'adik dari kakak iparnya' itu.

Dan benar saja, saat Yoongi menoleh ke arah depannya, ternyata ia masih berada di dalam kelasnya. sudah sepi. Langit sudah berubah menjadi oranye tua. Ia tak sadar ia sudah tidur selama itu, pikir Yoongi yang dengan cueknya hanya mengacak surai coklat karamelnya itu dan memandang Taehyung dengan malas.

"lalu apa yang kau lakukan di sekolah setelat ini?"

"bukan urusan hyung! Cukup berterima kasih karna aku tak membiarkan hyung menjadi santapan alien malam ini!" ujar Taehyung makin kesal, dan remaja yang lebih muda itu mendengus saat melihat Yoongi memutar bola matanya malas.

"dasar gila..." gumam Yoongi pelan seraya bangkit dari bangkunya dan meraih ranselnya yang super ringan. "ayo pulang." singkat Yoongi yang kemudian menyeret belakang tas Taehyung. Menyuruh dongsaeng bermulut tebalnya itu untuk berhenti bercercos tentang alien dan sejenis itu.

.

.

"hari ini hyung tidak tertidur saat mengerjakan soal,kan?" tanya Taehyung di tengah perjalanan mereka keluar dari koridor kelas di lantai tiga. "hyung!" panggil Taehyung lagi saat melihat Yoongi menguap dan terlihat tak tertarik dengan pertanyaannya.

"apa hyung sudah meminum vitamin yang ku berikan seminggu yang lalu?" tanyanya lagi mencoba sabar. Walau ia sadar sedari tadi Yoongi tak menjawab pertanyaannya. Remaja yang lebih tua itu memilih untuk menatap luar jendela, atau menguap, atau menatap lantai, atau menguap lagi.

Taehyung serasa berjalan di sebelah zombie yang tinggal waktunya saja untuk ambruk. Tertidur. Yang menjadi kekhawatiran Taehyung akhir-akhir ini. dari sudut matanya, Taehyung menatap Yoongi dengan pandangan prihatin. Hyung yang tinggal di rumah yang sama dengannya itu memang terlihat super cuek dan dingin –yang anehnya malah membuat Taehyung makin ingin memperhatikannya.

.

"aku sudah bilang, aku benci saat kau menatapku seperti itu."

.

Suara Yoongi tiba-tiba memecah lamunan Taehyung. Taehyung menoleh dan menatap Yoongi yang kini balik menatapnya dengan tatapan tajam. mereka hanya berpandangan tanpa mengatakan apapun untuk beberapa saat hingga akhirnya Taehyunglah yang menyerah dan menundukkan kepalanya. kata 'maafkan aku' terucap pelan dari bibir remaja yang lebih muda itu.

"pergi kau."

"eh, hyung..."

"pergi. pulanglah duluan."

Taehyung baru saja ingin membuka mulutnya untuk protes, namun lagi-lagi tatapan Yoongi membuatnya menyerah. Yoongi selalu memiliki keahlian untuk membuatnya menyerah, sebagaimanapun Taehyung ingin peduli. Yoongi seolah memiliki dinding tak terlihat yang tebal –yang seolah tak membiarkan seorangpun masuk mendekat.

Dan tak butuh waktu lama hingga Yoongi tiba-tiba berbalik dan berjalan meninggalkan Taehyung tanpa mengatakan apapun lagi.

"hyung! Jangan pulang terlalu malam, oke?"

.

.

.


YM


.

.

Taehyung terlalu berisik, menyebalkan..

Rutuk Yoongi dalam hati, di tengah perjalanannya menyusuri koridor kelas yang sepi. Sudah beberapa menit berlalu semenjak ia pergi meninggalkan 'adik dari kakak ipar'nya itu, dan selama itu, Yoongi hanya menghabiskan waktunya berkeliling di sepanjang koridor dengan langkah pelan. sambil menikmati sinar matahari sore yang masuk dari jejeran jendela. Ia menikmati kesendiriannya.

Namun ketenangannya tiba-tiba terusik saat mendengar suara ribut dari lapangan. Yoongi kemudian mendekat ke arah jendela dan melihat ke bawah. Beberapa murid masih belum pulang. terlihat sibuk mempersiapkan sesuatu.

Ah ya, malam api unggun sekolah.

Pikir Yoongi langsung saat melihat beberapa orang menggotong kayu-kayu besar. Yang dimata Yoongi terlihat seperti semut-semut yang membawa bahan makanan. Terlihat kecil, dan banyak.

Dan soal malam api unggun, itu sebenarnya adalah malam dimana semua anak kelas tiga berpesta setelah melaksanakan ujian. Termaksud Yoongi, yang seratus persen tak tertarik dengan acara hingga tengah malam itu. yang isinya tak lain adalah ajang pernyataan cinta, dan hal-hal konyol lainnya yang Yoongi tak ingin mengerti.

Ia tak akan pergi, toh, tidur di rumah masih lebih menyenangkan.

.

Prang

.

Suara gaduh lagi terdengar. Dan Yoongi secara reflek menajamkan pandangannya ke asal suara di lapangan. Seseorang menjatuhkan suatu properti, itu yang bisa Yoongi tangkap saat melihat orang-orang di bawah sana mulai berkerumun ke satu titik. Ke satu siswa, sebenarnya. yang anehnya, Yoongi merasa siswa yang berada di tengah kerumunan itu juga memandangnya dari jauh. Dengan pandangan yang sulit diartikan.

Yoongi memang tak berbakat soal urusan –menerjemahkan-ekspresi-seseorang—tapi tatapan anak laki-laki itu seolah membekukan tubuhnya sendiri. yang sebelumnya tak pernah Yoongi rasakan. Ia tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah kecil anak laki-laki itu, walau ia ingin. Dan jantungnya mulai berdetak dengan tak normal. Menakutkan.

.

.

Guyuran langit sore yang keemasan.

Menerpa surai hitam pekat itu. sosoknya tak begitu besar, dengan kulit coklat yang terlihat hangat. sehangat tatapan dari mata berkilau yang sipit itu.

Senyuman terukir. Entah untuk siapa. Tapi terlihat begitu menenangkan, membuatnya berharap –itu untuknya.

Tangannya terangkat. Kearahnya. Membuat ia rasa ingin memperpendek jarak. Menghancurkan kaca yang memisahkan keduanya. Ia ingin berada dalam genggaman tangan hangat itu.

.

.

Jatuh cinta.

Satu lagi hal konyol yang sempat terpikir.

.

.

.

Buk

.

Yoongi sontak menutup bukunya dengan keras. Ia mengacak rambutnya frustasi. frustasi dengan apa yang baru saja ia tulis. Yang benar saja, hal nista apa yang baru saja ia pikirkan? Tanya Yoongi dalam hati. Yang tentu saja. tak ada yang menjawab pertanyaannya sendiri.

Remaja berkulit putih dan bertubuh agak pendek itu kembali terdiam. Kembali memasang wajah datarnya seraya memandang ke arah luar bus yang baru ia naiki untuk pulang ke rumah. Sekarang sudah malam, namun jalanan masih tetap ramai.

Lampu-lampu malam yang berjejer di jalanan seolah berjalan cepat seiring dengan laju bus. Melihatnya entah kenapa malah membuat Yoongi mengantuk. Lagi...

Ia memang suka tertidur..

.

.

"Min Yoongi."

Lagi-lagi Yoongi harus membuka matanya ketika namanya di panggil. Dan kali ini memang bukan Taehyung, dongsaeng menyebalkannya. Namun seseorang yang lain. yang bertubuh tinggi dengan baju rapi serba hitam, berdiri di samping tempat duduk Yoongi di dalam bus. Beberapa detik kemudian bus berhenti di depan halte –bukan halte dekat rumahnya, jadi Yoongi tak peduli dan ia masih menatap lurus lelaki asing yang berdiri di sampingnya.

"siapa kau?" tanya Yoongi begitu saja.

"turun dari sini dan ikuti aku." Ucap pria asing itu seraya langsung berbalik dan keluar dari bus.

Yoongi mengikuti pria itu begitu saja. ia sama sekali tak bingung, mengubah ekspresi datarnya pun tidak. ia hanya mengikuti pria asing itu seolah memang itu hal yang harus ia lakukan. Tidak ada keraguan, ataupun penasaran.

Hasrat seperti itu memang sudah menghilang dari diri Min Yoongi sejak lama.

"siapa kau?" tanya Yoongi untuk yang kedua kalinya saat mereka berhenti di sebuah gang sempit yang sepi.

"namaku Jin. Dari bangsa Tris." Ujar pria asing bertubuh tinggi itu, Jin. Dan ketika mendengar perkenalan Jin, Yoongi hanya memutar bola matanya malas dan menyeringai. Merasa perkenalan Jin sangat konyol. Yoongi mulai berpikir apa ia baru saja mengikuti orang tak waras malam ini.

"apa aku harus memperkenalkan diri sebagai Yoongi dari negara Korea?" sinis Yoongi "aku tak punya waktu untuk orang tak waras sepertimu" tambahnya.

.

"kau si penebus dosa, aku hanya diutus untuk mengingatkanmu tentang kutukan yang telah terjadwalkan."

.

Yoongi terdiam beberapa saat hingga kemudian menghela nafasnya. Sadar sedari tadi ia menahan nafasnya saat pria bernama Jin itu bicara sesuatu tentang 'dosa'. Namun ia berusaha untuk tenang, toh, ia harusnya memang tak terkejut.

Hidupnya memang sudah terasa aneh dan tak beres sejak dulu sekali.

Masih dengan pembawaan tak peduli, Yoongi pun berjalan mendekat pada Jin "lalu, apa yang harus kulakukan?" tanyanya seraya menatap Jin lekat.

Jika di perhatikan, menurut Yoongi, Jin tidak terlihat seperti malaikat pencabut nyawa. Entahlah... walau nada suaranya terdengar formal dan datar, Jin tetap terlihat seperti manusia bagi Yoongi. Kulitnya tidak pucat, dan tatapannya tak terlihat dingin. Membuat Yoongi berpikir apa sebenarnya di sini keduanya lah yang terbalik.

Pikiran Yoongi terputus saat tiba-tiba Jin menyodorkan dua buah botol kecil di hadapannya.

"pilih." Perintah Jin, menyodorkan botol berwarna biru dan merah pada Yoongi.

"untuk apa?"

"menentukan hukuman mana yang kau inginkan untuk menebus dosa leluhurmu."

Yoongi mengerjapkan matanya "aku bahkan boleh memilih? Lucu sekali..." gumam remaja berkulit putih pucat itu pelan. ia kembali menyeringai, merasa lucu dengan situasi yang terjadi. Yoongi memang tak sepenuhnya mengerti, tapi entah kenapa ia mulai sadar bahwa Jin bukan orang-tak-waras-baru-lewat.

tatapan pria itu terlihat begitu tegas. Bersamaan dengan suara yang jelas tak terelakkan. Banyak hal yang tak Yoongi mengerti dari perkataan Jin, namun entah kenapa aura kuat Jin selalu menahannya untuk bertanya dan mendengarkan sampai selesai.

Dan Jin seolah tahu apa yang ia pikirkan.

"... kuharap kau memang sudah mengerti maksud dari penebus dosa itu, Min Yoongi."

"lebih dari mengerti... atau tidak." jawab Yoongi. Beberapa saat remaja itu tersenyum sendiri "tapi sekarang aku sadar mungkin waktunya adalah sekarang... jawaban dari orang-orang yang selalu ada dalam mimpiku..." tutur Yoongi jujur.

"dan apa kau siap dengan apa yang akan kau alami?"

"memang apa yang harus ku persiapkan? Toh aku hanya seperti anak kambing yang di besarkan untuk di potong." Jawab Yoongi, mulai menatap Jin dengan tatapan menantang.

.

.

Semilir angin menerpa dua orang itu dengan lembut dan membekukan. Angin musim gugur, pertanda musim sendu itu akan segera berkunjung.

Yoongi berusaha membuat matanya tetap terbuka, balas menatap tatapan Jin yang sulit ia artikan. Walau rasanya ia ingin menangis, dan jantungnya selalu berdebar saat Jin mulai mengeluarkan suaranya.

Yoongi tahu situasi apa yang sedang terjadi di sini,

Ia sudah pernah menyimpulkan sendiri. sejak ia selalu di cap sebagai anak pembawa sial di keluarganya. Kesialan dirinya sendiri. dan mimpi mengerikan dari orang-orang yang menyuruhnya untuk menanggung sesuatu.

Sesuatu. Bisa berarti kutukan. Seperti yang Jin katakan sedari tadi.

.

.

.

"pertama, mati tanpa penghormatan. Kehadiranmu selama hidup tak akan di anggap. Tak akan ada orang yang akan mengingat, dan kau akan mati dalam kesendirian..."

.

"kedua, merasakan penderitaan hingga di titik dimana kau akan memilih untuk mengakhiri hidupmu sendiri..."

.

.

"hanya dengan memilih antara dua kutukan itu, kau akan menebus semua kesalahan para leluhurmu. Min Yoongi."

.

.

.

"karna kaulah sang penebus dosa..."

.

.

.

Bersambung

.

.


haii haiii~ this is Bisory ^^

akhirnya kita bisa bertemu lagi di cerita yang berbeda~ this is MinYoon Guys~! *scream* 0

anyways,, saya masih sangat baru di dalam per-MinYoon-an(?) iniii... maafkan jika penokohannya masih terasa canggung ._. dan saya butuh banyaaak sekali saran karna ini juga pertama kalinya saya membuat fict bergenre fantasi ambigu(?) seperti ini #plak

sooo~ untuk yang merasa jenuh dengan kisah cinta buatan saya yang lamban kayak siput *lirikbucketballoonslist*, di fict ini saya janjikan MinYoon moment banyak sampe readersnim sendiri pingin muntah rasanya *becanda* =_=

maaf jika saya terlalu banyak omong di sini, I'm really excited! I can't wait for Army respond bout this...

so, let me know this fict should be continue, or not?

.

and last, thank you very much for reading