Family?
Disclaimer Masashi Kisimoto
Guest : Hehehe, gomene kalo kependekan :D
Guest : Ini sudah lebih panjang (sama aja deng) #nyengir. Bukan kok, Z dan Zetsu bukan orang yang sama. Cerita ini sebenarnya punya banyak aktor dari fandom FT, Cuma saya nggak bikin crossover karena mereka hanya peran pembantu. Begitu #nyengirsambilgarukkepala
Darmadarma83 : Iyaaaaa ini sudah lanjut ;)
Guest : Ini sudah lanjut, semoga kamu makin penasaran :D
Rizuki1993 : Terima kasih sudah suka :D
TikaChanpm : Hehehe, okeee... kali ini sudah agak jelas kok ceritanya :D
Mugiwara eimi: Oke, sudah diperbaiki buah Cp 2 nya, makasih buat koreksinya :D chp kali ini banyak fokus ke interaksi mereka kok ;) hehehe, kalo typo memang nggak bisa dihindari, ne #cengengesan
85 : ini Saskey udah muncul maaf ya, nggak bisa kilat up nya :D
Uzumaki megami : Ini sudah lanjut :D
Ryuuhi Akira : Terima kasih sudah suka, dan ini lanjutannyaaa~ :D
-Selamat membaca -
Chapter sebelumnya~
Of course. Toneri, Please. Jangan terlalu khawatir padaku. Aku baik-baik saja, ku jamin. –N-
I know what happened. Don't linten them. I am fine. Absolutly. You know who am i. Okay? I'll always call you if something bad happen. Bye. –Z-
Dengan segera dihapusnya pesan-pesan tak penting yang dia tahu isinya sama. Meski ada sedikit perasaan bersalah. Ah, wanita itu. Wanita paruh baya yang sudah dia anggap ibunya, yang sangat menyayanginya itu. Benar-benar tipe ibu idaman. Ibu sejati. Bahkan feelingnya hamper selalu tepat-atau-benar-benar selalu. Apa, wanita itu memiliki firasat buruk ketika dia jatuh pingsan tadi?
Menghela nafas berat, Natsuki segera masuk ke dalam kamarnya. Udara malam tak sehat untuk kesehatannya. Dia tak ingin Sang Ibu kembali memiliki firasat buruk dan membuat mereka terbang ke Konoha malam ini juga. Tidak-terima kasih. Dia masih ingin menikmati waktu yang tersisa tanpa campur tangan mereka.
.x.o.x.
Abal, GJ, g sesuai EYD, OOC, Gender Switch, dE-eL-e
.x.o.x.
Natsuki sedang berbelanja untuk keperluan cafenya ketika sebuah tangan menariknya, tepat sebelum dia memasuki pasar tradisional. Saphhirenya menatap tajam orang yang menariknya menuju life.
"Lepaskan" Serunya yang tak dihiraukan oleh Sasuke, sang pelaku.
"Ya! Teme. Ku bilang lepaskan" Natsuki menghempas tangan Sasuke kasar. Pemuda itu menatapnya tajam sebelum kembali meraih tangannya dan menariknya masuk ke dalam life yang kebetulan terbuka setelah beberapa orang keluar dari dalamnya. Sasuke melepaskan tangan Natsuki setelah pintu lift tertutup dan menatapnya dengan tatapan murka.
"Jadi ini benar-benar Kau, Dobe?" Sasuke menekankan pada kata terakhirnya. Natsuki Menghela nafas, merutuki kecerobohannya memanggil pemuda itu dengan panggilan kesayangan mereka.
"Yeah, it's me" Natsuki menatap berani onyx Sasuke yang menatapnya tajam, antara amarah dan kecewa. Mereka diam sampai lift terbuka di basement. Tanpa banyak bicara, Sasuke menarik tangan Natsuki menuju mobilnya. Dan kali ini lebih lembut.
"Kau akan membawaku kemana? Aku harus berbelanja" Natsuki berusaha menarik tangannya agar terlepas, namun pegangan Sasuke pada tangannya terlalu erat, meski tidak sekuat tadi.
"Kita harus bicara, Dobe. Kau tak ingin aku membocorkan siapa kau sebenarnya kan?" Sasuke menjeda ucapannya ketika membuka pintu penumpang samping kemudi untuk Natsuki-
"Ootsutsuki Namikaze Naruto?" –atau yang mulai kita panggil Naruto sekarang.
Naruto hanya menatap keluar dengan tangan kiri yang menyangga rahangnya, tak ingin menatap wajah menyebalkan Sasuke. Sedangkan Sasuke menyetir dengan tenang sambil sesekali melirik gadis disampingnya. Menghela nafas dia pun memulai pembicaraan.
"Apa yang kau lakukan disini, Dobe? Dan kenapa kau mengecat rambutmu jadi biru?" Pertanyaan Sasuke hanya mendapat jawaban berupa lirikan sekilas. Kesal karena diabaikan, Sasuke menghentikan mobilnya tiba-tiba.
"Apa kau berniat bunuh diri, Teme? Jika begitu, jangan mengajakku ikut serta" Bentak Naruto kesal. Apa Sasuke tidak tahu? Jika selama ini dia mati-matian menjaga rahasianya mengenai keberadaannya dari semua orang? Bahkan keluarganya? Apa pemuda itu tidak puas sudah mengganggu kehidupannya selama di Inggris dulu?
"Ya! Aku ingin bunuh diri dan mengajakmu ikut serta" Balas Sasuke ikut membentak. Apa gadis itu tidak tahu, jika dia setengah mati merindukannya dan kelimpungan ketika dia tidak bisa mengetahui dimana keberadaannya selama ini?
Naruto mengurut pelipisnya, rasa pusing kembali menderanya jika terlalu banyak pikiran dan kekhawatiran yang dirasakannya.
"Bisakah kau berhenti merecoki kehidupanku, Sas? Aku lelah, kau tahu?" Ucapan lirih Naruto membuat Sasuke terhenyak. Apa selama ini dirinya menyusahkan gadis itu? Tidakkan gadis itu tahu, jika selama ini dia sangat ingin mengungkapkan perasaannya dan memeluk gadis itu, menyatakan pada dunia jika dia miliknya?
"Apa aku benar-benar mengganggu hidupmu, Dobe?" Sasuke mengatakannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Selama ini, Sasuke memang selalu menjahili Naruto. Kehidupan kuliah mereka sering diisi dengan berbagai macam pertengkaran yang sengaja Sasuke buat untuk menarik perhatiannya. Dan sayangnya, gadis dihadapannya sama sekali tidak peka akan perasaannya.
"Sasuke" Naruto mulai menatap Sasuke serius, mengabaikan pening yang dirasakannya.
"Kau harus tahu jika aku tidak ingin ada orang yang ikut campur dalam kehidupanku. Tidak kau, atau bahkan keluargaku" Sasuke terdiam mendengarkan.
"Karena kau sudah tahu siapa aku sebenarnya, kau tentu tahu apa tujuanku kemari"
"Untuk balas dendam?" Ucapan Sasuke membuat pelipis kiri Naruto berkedut.
"Kenapa semua orang selalu mengira aku ingin balas dendam, sih?" Ah, akhirnya sifat kekanakan Naruto terlihat, dan hal itu membuat Sasuke tersenyum dalam hati. Naruto sedang mengerucutkan bibirnya lucu ketika mengatakannya.
"Memang mau apa lagi?" Sasuke mengucapkannya sambil mengangkat bahu, seolah mengindikasikan jika semua orang akan melakukan hal yang sama dengan apa yang diungkapkannya tadi.
"Aku bukan orang picik dan pendendam, meski aku sangat ingin balas dendam" Naruto menjawab dengan suara yang dalam, menunjukkan betapa dia menahan diri untuk tidak tenggelam dalam perasaan bencinya.
"Lalu apa? Apa yang sebenarnya kau ingin lakukan?"
"Mungkin kau bisa bertanya pada kakakmu?" Jawaban Naruto membuat Sasuke mengernyit heran. Itachi? Memang apa yang sudah Itachi dapatkan?
"Memangnya apa yang kau katakan pada Itachi?" Naruto mendengus mendengar jawaban Sasuke, gadis itu lebih memilih untuk menatap lurus ke depan, ke jalan raya yang sepi.
"Please, Teme. Kemana otak pintarmu itu? Apa semua Uchiha berotak tumpul jika menyangkut orang yang mereka sayangi?" Kata-kata Naruto membuat Sasuke terhenyak. Apa selama ini sebenarnya Naruto tahu perasaannya, tapi memilih berpura-pura tidak tahu?
"Apa maksudmu?" Naruto menghela nafas sambil mendengus.
"Ck, kau pasti tahu jika kakakmu itu memiliki kekasih seorang Namikaze, bukan?" Sasuke mengangguk.
"Seharusnya kakakmu memperingatkan mereka untuk lebih berhati-hati, bukan mendatangiku dan mengancam. Dia kira siapa dirinya mau mengancam menggunakan nama Uchiha? Cih, kekanakan" Sasuke hanya diam, tak ingin menyela, namun dalam hati dia berjanji akan menemui Itachi dan bertanya apa saja yang sudah dilakukan si keriput itu pada bidadarinya.
"Lagi pula, bukankah mereka sudah menyewa detektif untuk memata-mataiku? Dan mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa karena aku memang tidak melakukan apa-apa. Tidakkah seharusnya dia berfikir?" Naruto menatap Sasuke lurus.
"Jika aku memang berniat melakukan sesuatu, aku akan melakukannya segera. Secepat aku datang, karena aku bukanlah orang yang suka menunggu. Ah, tentu saja. Bodohnya aku, mereka kan tidak mengenalku" Naruto terkekeh diakhir kalimatnya dan mengalihkan tatapannya untuk melihat langit di luar kaca.
"Sebaiknya kau tidak ikut campur, Teme. Jangan libatkan dirimu dalam masalahku. Aku tahu kau mengkhawatirkan ku sebagai teman, tapi jangan sampai kau mendapat kesulitan karena ku. Aku benci membuat orang lain kesulitan karena ku" Rahang Sasuke mengeras mendengarnya.
"Apa kau tidak mengerti juga, Naruto?" Naruto terkejut mendengar bentakan Sasuke. Jantungnya berdetak lebih kencang dan menyakitkan karena terlalu terkejut. Permasalahannya disini membuatnya lebih cepat lelah, belum lagi kejadian beberapa hari yang lalu yang membuat tubuhnya semaki lemah. Tangan kanan Naruto segera meremas bagian kiri dadanya.
Shit! Jangan sekarang, Please... Batinnya dengan tetap berusaha menunjukkan wajah tenang. Namun rasa sakitnya semakin menjadi dan membuatnya mengeluarkan keringat dingin dengan wajah pucat.
"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku-" Sasuke terbelalak ketika melihat Naruto yang terhuyung dan jatuh kearah depan, pingsan. Terima kasih, karena tubuh Naruto tertahan seatbelt, sehingga tidak membentur dasboard.
"Naruto? Naruto? Naruto?" Sasuke menepuk pipi Naruto dan terbelalak ketika merasakan suhunya yang dingin. Wajah Naruto juga tiba-tiba pucat sesaat setelah-
"Oh, Shit!" Dengan segera Sasuke melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Ini salahnya. Naruto begini karenanya. Sasuke tidak menyangka jika berita yang didengarnya dari teman kampusnya dulu benar. Jika Naruto memiliki masalah dengan jantungnya.
"Bertahanlah, Naruto. Ku mohon. Jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu" Sasuke meracau dalam perjalanan mereka menuju rumah sakit.
.x.o.x.
Prang
Kembali suara kaca yang pecah membuat Toneri yang sedang mengambil berkas yang tertinggal di rumah terhenyak. Dengan cepat pemuda itu turun menuju dapur dan mendapati ibunya yang kembali bersimpuh sambil menangis dengan pecahan mangkok dihadapannya.
"Mom, are you okay?" Toneri membantu Mirajane duduk di kursi conter dapur. Wanita itu masih menangis dengan tatapan kosong.
"Naru..." Isakan Mirajane yang menyayat hati membuat Toneri khawatir. Ibunya jarang seperti ini. Apakah memang sedang terjadi sesuatu pada adiknya?
Tuhan... Tolong, jaga Naruto dan jangan biarkan hal yang buruk terjadi padanya Do'anya dalam hati.
"Mom, Naru is okay. Trust me. Aku menghubunginya kemarin dan dia bilang baik-baik saja" Bukannya tenang, Mirajane justru menggelengkan kepalanya dan terisak semakin keras.
"No, Son. This the second time. I'm sure there something bad happen to her. You know her. She always hidden something to us." Perkataan ibunya membuat Toneri terhenyak. Benar. Naruto selalu memiliki sesuatu yang disembunyikannya.
"Jemput dia, Toneri. Jemput dia" Raungan ibunya membuatnya semakin khawatir. Ini pertama kalinya mereka jauh dari Naruto sejak gadis itu menjadi bagian dari mereka. Dan ini juga pertama kalinya Naruto pergi dengan menyembunyikan keberadaannya.
Jika saja kau tahu, Toneri, jika adikmu berada di Jepang, tepatnya Konoha. Mungkin kau akan langsung menjemputnya dan tak akan membiarkannya kembali menginjakkan kakinya ke kota itu.
.x.o.x.
Sasuke berlari mengikuti brankar yang membawa tubuh Naruto menuju ruang ICU. Dalam perjalanan mereka, tampak seorang dokter wanita berambut pirang yang terlihat terkejut dan segera berlari mengambil alih perawatan Naruto tepat ketika seorang perawat akan memanggil dokter.
"Tsunade-sensei?" Perawat bernama Mio itu tampak terkejut.
"Aku akan menanganinya. Dan tolong panggilkan Kimimaro-Sensei. Aku butuh bantuannya segera" Tsunade mengatakannya dengan raut wajah khawatir. Sasuke tidak terlalu memperhatikan siapa Tsunade, karena pikirannya lebih khawatir pada keadaan Naruto. Tsunade masuk diikuti beberapa perawat, sedangkan Sasuke menunggu di luar. Tak lama seorang dokter laki-laki masuk ruang ICU diikuti perawat Mio. Sasuke masih menunggu dengan cemas ketika memperoleh telepon dari Itachi.
"Hn"
"Sasuke, dimana Kau?"
"Rumah Sakit Konoha"
"Apa? Kau sakit? Terluka?"
"Tidak"
"Lalu?"
"Itachi" Sasuke memejamkan matanya.
"..."
"Bisakah kau tak lagi mengusik gadis itu?"
"Apa maksudmu?" Sasuke dapat mengira jika Itachi sedang mengeraskan rahangnya, karena kata-katanya keluar mirip desisan.
"Kau tak tahu siapa dia"
"Aku tahu"
"Tidak, kau tak tahu" Sasuke menghela nafas. Mereka sama. Sama-sama Uchiha, dan Uchiha tak pernah membiarkan miliknya terusik. Apa Naruto milikmu, eh? Sasuke?
"Kalau begitu beritahu aku. Apa selain Namikaze, dia-"
"Itachi, kau tahu aku" Itachi terdiam mendengar suara lemah adiknya. Sasuke adalah typecal orang keras kepala, paling keras dikeluarganya. Dan ini adalah hal baru mendengar adiknya seperti ini.
"Apa kau mengenalnya?" Suara Itachi melunak, meski pikirannya masih tidak menyukai Naruto, yang dikenalnya sebagai Natsu.
"Ya" Sasuke mengucapkannya dengan suara tercekat. Ketakutan masih mengiringinya, dan itu membuatnya merasa sangat lemah.
"..."
"Nii-san" Itachi tertegun. Sasuke hanya memanggilnya kakak di saat tertentu, seperti karena paksaan kedua orang tuanya. Namun panggilan Sasuke yang lemah dan penuh harapan adalah sesuatu yang sangat baru untuknya.
"Ku mohon, jangan lagi mengusiknya. Aku-" Itachi tidak akan terkejut jika Sasuke memaksanya, namun suara adiknya yang hampir menangis dan, memohon?
"Aku akan kesana. Kita bicarakan ini dan katakan padaku yang sebenarnya" Itachi menutup sambungannya, meninggalkan Sasuke yang hanya bisa menatap kosong pintu ruang ICU.
.x.o.x.
"Ada apa?" Sasori menatap heran pada Itachi yang tiba-tiba beranjak dari kursinya. Mereka sedang mengobrol sambil menunggu waktu rapat bersama Deidara. Perusahaan mereka memang bekerja sama, selain karena persahabatan mereka.
"Apa sesuatu terjadi pada Sasuke?" Deidara heran melihat wajah tak terbaca Itachi.
"Bukan. Tapi adikmu, Sasori" Tubuh Sasori menegang. Dia tahu siapa yang Itachi maksud.
"Apa maksudmu?" Sasori ikut berdiri mengikuti Itachi yang akan keluar dari ruangannya.
"Entahlah. Tapi dia sedang bersama Sasuke di RS Konoha" Wajah Sasori mengeras.
"Kau tidak melakukan sesuatu, bukan, Itachi?" Sasori mengenal Itachi. Mengenal baik tabiat Uchiha, dan dia khawatir sesuatu terjadi pada Naruto karena ulah Itachi.
"Aku bukan pengecut, Sasori. Dan aku masih mengingatnya sebagai keluargamu. Lebih baik kita kesana dan biarkan adikku menjelaskannya" Itachi segera keluar dari pintu diikuti Sasori yang berwajah khawatir dan Deidara yang menatap keduanya tak mengerti.
.x.o.x.
Apakah segalanya akan berjalan lancar, seperti yang Naruto rencanakan? Atau justru sebaliknya, dengan mulai diketahuinya identitasnya yang sesungguhnya? Bahkan sebelum dia melihat apa yang ingin dilihatnya?
-TBC-