Ratu Pilihan

.

Ini adalah chanbaek version dari novel karya dari Sherls Astrella 'Ratu Pilihan'

Karena suka banget ceritanya dan kayanya seru kalau dibikinin versi chanbaek jadi saya ngepublisnya disini ^^

Main Cast :

Chanyeol: Raja dari kerajaan Viering

Baekhyun: Putri satu satunya dari bangsawan Earl of Hielfinberg

Grand Duke / Duke of Krievickie / Jungsoo: Penasehat Raja, ayah kandung dari Luhan & Sehun

Luhan & Sehun

Jongin / Duke of Binkley: Sepupu dari Chanyeol, putra mahkota Viering

Kyungsoo / Duchess of Binkley

Earl of Hielfinberg / Kyuhyun

*Duke/Duchess itu adalah tingkatan dari pemimpin bangsawan, Earl/Count juga bangsawan tetapi lebih rendah dari Duke/Duchess.

Okay, start!

SEORANG KRIMINAL UNTUK RATU MENDATANG VIERING?

Duke Jongin yang berada pada urutan pertama pewaris tahta Kerajaan Viering, dilaporkan telah menikah bulan lalu di sebuah gereja kecil. Pastor Ruther yang meresmikan pernikahan keduanya dalam sebuah pesta sederhana mengatakan sepasang mempelai itu terlihat sangat bahagia dengan pernikahan mereka.

"Ia adalah wanita yang hebat," demikian komentar Duke Jongin mengenai istrinya, "Aku mencintainya. Sangat mencintainya."

Sang mempelai wanita yang setahun lebih tua dari Duke Binkley, Kyungsoo Bardana juga terlihat sangat bahagia dengan pernikahannya. "Ia adalah pria yang paling kucintai seumur hidupku ini. Aku sungguh beruntung bisa mengenalnya."

Kyungsoo Bardana sekarang menjadi Duchess of Binkley dengan pernikahannya ini dan berada dalam urutan pertama Ratu Viering jika Pangeran Jongin naik tahta.

Orang-orang mengatakan Kyungsoo berasal dari sebuah desa terpencil di luar perbatasan Viering, Coaber. Kedua orang tua Kyungsoo yang meninggal ketika Kyungsoo masih kecil, merantau ke Viering semenjak Kyungsoo masih bayi.

"Aku tidak tahu kebenaran desas-desus itu dan aku tidak peduli," kata Duchess Kyungsoo ketika ditanya mengenai asal usulnya, "Aku hanya tahu sekarang aku telah menemukan tempatku. Bisa berada di sisi Jongin adalah segalanya bagiku."

"Masa lalu bukanlah hal yang penting," Duke menegaskan, "Yang terpenting dan terutama adalah kami saling mencintai."

"Kami akan terus saling mencintai sampai ajal memisahkan kami," Duke of Binkley menegaskan.

Hidup di jalanan semenjak ia masih kanak-kanak, Kyungsoo mempunyai catatan kriminal yang cukup panjang. Catatan kriminal pertamanya adalah pencurian ketika ia berusia tujuh tahun.

Tahun-tahun berikutnya penjara bukanlah hal yang asing lagi padanya.

Ia bahkan tercatat pernah terlibat dalam perampokan disertai pembunuhan. Namun, karena buktibukti yang tidak memadai, ia dilepaskan dari segala tuduhan. Catatan kriminal terakhirnya adalah pencurian ketika ia berusia 21 tahun.

Sebelum ia bertemu dengan Duke Jongin, Kyungsoo bekerja sebagai pelayan di sebuah bar di Loudline, Dristol. Duke Binkley yang suka berpesta pora itu, mengenalnya di Dristol lima bulan lalu.

Melalui hubungan yang singkat itu mereka memantapkan ikatan cinta mereka dan meresmikan pernikahan mereka dalam sebuah pesta sederhana di pinggiran Loudline.

"Aku tidak peduli pada apa kata mereka. Ia adalah wanita yang hebat. Aku yakin ia akan menjadi Ratu Viering yang terhebat sepanjang masa," jawab Duke Jongin ketika ditanya tentang kemungkinan istrinya naik tahta.

Akankah Viering dipimpin oleh seorang Ratu yang tidak jelas asal usulnya dengan catatan kriminalnya yang panjang?

Akankah Paduka Raja Chanyeol tetap bersikeras dengan pendiriannya untuk tidak menikah? Kita tidak tahu tetapi kita tahu rakyat Viering tidak akan menerima seorang Ratu yang mempunyai catatan kriminal panjang.

Chanyeol melempar koran itu ke meja dengan geram. "Jelaskan apa maksud semua ini!?" suaranya meninggi.

Tidak seorang pun mengeluarkan suara.

Tidak seorang pun berani mengucapkan sesuatu.

Tidak seorang pun!

"Jungsoo?" mata Chanyeol langsung menatap mata pria tua itu.

Duke of Krievickie yang menjadi pembimbing Chanyeol semenjak kepergian orang tuanya itu tidak berani membalas tatapan itu.

Kali ini Chanyeol bukan saja marah. Raja muda itu juga bukan saja murka. Ia telah menjadi amarah itu sendiri. Ia adalah kemurkaan itu.

Bagaimana ia tidak marah? Sepupunya, Jongin, yang juga penerus tahta Viering menikahi seorang wanita yang tidak jelas asal usulnya dan bercatatan kriminal panjang.

Bagaimana ia tidak murka? Satu-satunya penerus tahta Viering, telah mencoreng kehormatan Kerajaan Viering dengan pernikahan sembunyi sembunyinya.

Jungsoo telah mengenal keduanya semenjak mereka masih kecil. Ia telah mengenal baik watak keduanya terutama semenjak peristiwa kelam sepuluh tahun yang lalu itu yang kemudian dikenal dengan sebutan Red Invitation.

Ia telah menjadi pembimbing kedua pewaris tahta Viering itu setelah kematian orang tua mereka dalam badai.

Ialah yang menggantikan Raja Alvaro hingga Pangeran Chanyeol berusia 17 tahun, usia yang membuatnya pantas untuk naik tahta.

"Aku menantimu, Jungsoo," Chanyeol memperingatkan.

"Seperti yang Anda lihat, Paduka. Duke of Binkley telah menikahi Kyungsoo bulan lalu. Saya telah meminta Kaven menyelidiki," Grand Duke melirik Kaven, sang Menteri Kerakyatan.

"Surat pernikahan mereka sah, Paduka Raja," Kaven melapor dengan hati-hati, "Seperti yang diberitakan, mereka diberkati secara resmi oleh Pastor Ruther."

"Aku tahu!" sergah Chanyeol kesal. "Sekarang di mana Jongin?!"

"Duke Jongin pergi berbulan madu di luar negeri bersama Duchess Kyungsoo."

"DUCHESS!?" suara Chanyeol yang melengking tinggi membuat Jungsoo kembali terdiam. "Kau memanggil pelacur itu Duchess!?" suaranya meninggi.

Chanyeol bukanlah pemuda pemarah tapi Jungsoo tahu tidak ada yang bias melawan Chanyeol ketika pemuda itu marah.

Ia yang telah menjadi penasehat, pembimbing, guru juga ayah angkatnya tidak berani mengusik kemarahan itu apalagi mereka yang tidak mengenal baik Raja Muda yang baru menduduki tahta selama tujuh tahun itu.

Chanyeol tersenyum sinis. "Jadi Jongin kabur ke luar negeri," ujarnya, "Kita lihat sampai kapan ia bersembunyi di sana."

Sementara itu beratus-ratus kilometer jauhnya dari Loudline, Jongin terus mengawasi arah pelabuhan dengan cemas.

Ia tidak dapat sedetik pun menghapus kekhawatirannya akan kehadiran angkatan laut Viering. Sedikit pun ia tidak dapat menghapus ketakutannya akan pengejaran besar-besaran yang diperintahkan Chanyeol.

"Mengapa kita harus meninggalkan Viering secepatnya?" protes Kyungsoo,

"Mengapa kau harus takut pada Chanyeol seperti ini?"

"Kau tahu mengapa!" Jongin kesal, "Ini semua dikarenakan mulut besarmu itu!"

"Apa salahku?" Kyungsoo tidak diterima, "Aku hanya ingin setiap penduduk Viering tahu aku adalah istrimu yang sah. Tidak akan ada yang berani mengusikku setelah ini. Kau sendiri juga tidak suka jika ada pria lain yang menggodaku. Memang apa yang perlu ditakutkan dari penggoda wanita itu!?"

"Kau tidak mengenal Chanyeol," ujar Jongin gusar sambil terus memperhatikan lautan sekeliling mereka.

"Dia tidak akan menyakitimu!" Kyungsoo tidak setuju, "Kau adalah satusatunya penerus tahta Viering. Ia tidak akan berbuat bodoh untuk mencelakaimu."

"Demi Tuhan! Kau tidak tahu siapa Chanyeol!" seru Jongin panik.

Kyungsoo tidak mengerti. Ia tidak buta untuk mengetahui siapakah Chanyeol itu. Tinggal diperbatasan Loudline, tidak membuatnya buta akan berita di dalam Istana.

Ia telah mendengar semua desas-desus dalam Istana yang megah itu dari para pengunjung tempat ia bekerja terakhir kali. Ia tahu Chanyeol tidak berminat untuk menikah dan tidak akan merubah niatnya sekali pun dunia kiamat.

Tetapi, Kyungsoo tidak tahu apakah yang membuat Jongin begitu takut pada raja muda tampan yang sabar itu. Apakah yang menakutkan dari seorang pria yang pandai mengontrol dirinya sendiri itu?

Apakah yang perlu dikhawatirkan dari seorang pria yang telah menjelaskan pada dunia bahwa penerusnya adalah Jongin hingga pernikahan mereka harus disembunyikan dari kalangan umum?

Apakah yang perlu diwaspadai dari pria yang lebih suka menjalin hubungan tanpa ikatan dengan wanita terpilih hingga Jongin begitu panik ketika ia melihat koran pagi ini?

Bagi Kyungsoo, kekhawatiran Jongin terlalu berlebih-lebihan.

Chanyeol sudah jelas-jelas memilih Jongin sebagai penerusnya daripada melepas status lajangnya. Apalagi yang perlu dikhawatirkan Jongin dari seorang pria yang lebih suka memaafkan setiap kelakuan Jongin dari pada menghukumnya?

Seisi Viering sudah tahu Chanyeol selalu menutup sebelah mata atas segala tingkah laku penerusnhya itu. Ia tidak pernah benar-benar memperingati gaya hidup Jongin. Ia tidak pernah mencela Jongin walau ia tahu sepupunya itu sering menghabiskan waktu dari satu bar ke bar yang lain.

Ia pun tidak pernah membuka mulut ketika gosip tentang Jongin beredar. Satu satunya hal yang ia katakan adalah berkata, "Itu adalah urusannya. Ia sudah dewasa."

Kyungsoo tidak mengerti. Ia tidak akan pernah memahaminya.

Kyungsoo ingin bertemu dengan raja muda itu. Ia ingin tahu seperti apakah raja muda Viering yang mampu membuat penerusnya itu takut padanya.

.

.

Baekhyun membungkuk mengambil keranjang bunganya.

Sebuah kereta kuda memasuki gerbang Schewicvic. Baekhyun tersenyum gembira melihat kereta yang dikenalnya dengan baik itu melaju ke bangunan utama Schewicvic.

Grand Duke Jungsoo turun dari dalam kereta. Wajahnya menggambarkan dengan jelas keletihannya sepanjang hari ini. "Jungsoo!" Grand Duke waspada. Ia segera berbalik dan menangkap sekuntum bunga mawar yang dilempar Baekhyun padanya.

"Tangkapan bagus," Baekhyun tersenyum.

"Kau masih juga tidak berubah," keluh Jungsoo tetapi bibirnya membentuk senyum manis. Ia menyematkan bunga itu di telinga Baekhyun. "Untukmu, putri manis," ia mencium pipi Baekhyun.

"Kau juga," Baekhyun merangkul lengan kanan Grand Duke dan menggiringnya masuk, "Kau selalu datang bila kau mempunyai kegusaran."

Grand Duke Jungsoo terperanjat. "Bagaimana kau tahu?"

"Harus berapa kalikah kukatakan? Wajahmu menggambarkan semuanya dengan jelas," Baekhyun menatap wajah sang Grand Duke lekat-lekat. "Lagipula siapa yang tidak dapat menebak sumber kegundahanmu? Seluruh Viering membicarakannya. Papa juga telah menunggumu sepanjang siang ini."

Grand Duke Jungsoo mendesah. "Aku akan heran kalau kau si biang gosip tidak mengetahuinya."

Senyum nakal di wajah Baekhyun kian melebar. Ia tahu Jungsoo tidak bermaksud demikian tetapi sepertinya memang itulah yang selalu terjadi. Sering ia mengetahui sesuatu sebelum Jungsoo memberitahunya atau mengetahuinya.

Grand Duke Jungsoo juga tahu Baekhyun tidak mencari gosip-gosip itu. Gosip-gosip itulah yang seolah-olah sengaja mendatanginya dan memberitahunya. Baekhyun adalah seorang gadis periang yang disukai semua orang. Itulah sebabnya ia mempunyai banyak kawan dan tentu saja, sumber gosip.

Kadang Jungsoo berpikir sebanyak apakah yang diketahui Baekhyun tentang Istana Fyzool dan sedalam apakah pengetahuannya tentang semua gosip di Viering.

Untungnya, Baekhyun sendiri bukanlah seorang gadis yang suka menyebar gosip. Ia menerima gosip-gosip itu sebagai berita burung dan menyimpannya untuk dirinya sendiri hingga gosip itu benar-benar diperlukan.

Baekhyun, si gadis riang itu mengerti bagaimana memisahkan gosip yang hanya omong kosong dan mana yang bisa dipercayai.

"Papa menantimu di tempat biasa," Baekhyun melepaskan rangkulannya.

"Aku akan menyiapkan sesuatu untuk kalian."

Grand Duke melihat keranjang penuh bunga di tangan kiri Baekhyun. "Kau akan mengunjungi Virgie lagi?" Baekhyun menatap bunga-bunga di keranjangnya dan tersenyum sedih. "Ya," ujarnya lirih.

Ia menatap Grand Duke dan tersenyum manis. "Aku telah memilih bunga-bunga kesukaan Mama yang paling indah."

"Virgie akan sangat gembira di alam sana."

Senyum manis di wajah Baekhyun memudar. "Aku akan segera menyiapkan teh dan makanan kecil untuk kalian," katanya dan ia berbelok ke arah dapur.

Grand Duke melihat gadis itu menjauh. Pembicaraan mengenai Countess Virgie adalah sebuah pembicaraan yang menyedihkan untuk Baekhyun. Tidak ada satu pun yang dapat menghapus keriangan di wajah Baekhyun kecuali pembicaraan tentang ibunya yang meninggal dalam badai sepuluh tahun yang lalu.

Red Invitation, peristiwa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu itu memang merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan untuk keluarga kerajaan, keluarga Hielfinberg, keluarga Krievickie, keluarga Soyoz juga keluarga keluarga lain yang pada hari itu berada di atas kapal pesiar Viering.

Peristiwa yang terlalu menyedihkan untuk dilupakan.

Tidak seorang pun menduga kapal pesiar yang membawa Raja Alvaro dan Ratu Esther beserta para tamu undangannya tertimpa musibah besar. Badai yang tidak terduga kedatangannya menggelamkan kapal pesiar yang tadinya akan membawa mereka ke pulau Corogeanu di mana Raja ingin menjamu para tamunya.

Sepuluh tahun telah berlalu tetapi rasa kehilangan Baekhyun masih sangat besar. Grand Duke Jungsoo masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana gadis kecil yang kala itu masih belum genap enam tahun itu menangis histeris dalam upacara penghormatan kepada para korban bencana itu.

Sepuluh tahun sudah lewat tetapi Grand Duke Jungsoo masih juga tidak dapat menghapus rasa sedihnya atas kepergian istrinya dalam bencana yang sama.

Sepuluh tahun sudah peristiwa itu menjadi sejarah bencana Viering yang paling menyedihkan tetapi tiap orang masih mengingatnya dengan jelas. Red Invitation adalah sejarah Viering yang tidak akan pernah berhenti diceritakan turun temurun.

"Aku sudah menduga kau akan datang," kata Earl of Hielfinberg menyambut kedatangan kawan karibnya.

"Baekhyun mengatakan kau tengah menantiku." Earl tertawa. "Kau masih saja tidak mengenal Baekhyun. Begitu telinganya mendengar berita dari Fyzool, ia sudah dapat meramalkan kedatanganmu."

Grand Duke tertawa mendengarnya. "Aku tidak akan kaget bila suatu hari nanti ia menjadi seorang peramal."

"Jadi," kata Earl serius, "Bagaimana reaksi Paduka Raja?" Tawa Duke Krievickie langsung menghilang. "Dunia tahu bagaimana reaksinya."

Earl mendesah. "Aku yakin Jongin juga telah menduganya."

"Ya," Grand Duke sependapat, "Karena itulah ia meninggalkan Viering"

"Jongin tidak ada di Viering?" Earl kaget.

"Jongin meninggalkan Viering bersama istrinya pagi ini."

"Jadi, Jongin sekarang ada di luar negeri," Earl Kyuhyun mengulangi dengan tidak percaya. Lalu dengan penuh kekaguman ia melanjutkan, "Ia benar-benar pandai. Ia tahu satu-satunya cara untuk menghindari kemurkaan Paduka adalah dengan menjauhinya untuk beberapa waktu.

Aku yakin ia telah meninggalkan Viering sedemikian rupa sehingga kalian tidak bisa melacak tujuannya maupun mencium keberadaannya."

"Ya," keluh Grand Duke, "Hari-hari mendatang akan sangat berat bagiku. Paduka tidak memintaku mencarinya tetapi aku tahu ia mengharapkan kami menemukan Jongin sesegera mungkin."

"Tidak," Grand Duke cepat-cepat meralat, "Ia tidak mengharapkan tapi menginginkan Jongin segera dibawa ke hadapannya secepat mungkin."

Lagi-lagi sang Grand Duke mengeluh panjang, "Ini adalah keinginan yang tidak terlalu sulit. Aku percaya intel kita bisa segera mencium keberadaan Jongin tetapi menghadapi kemurkaan Paduka sampai Jongin ditemukan…," Grand Duke tampak letih dan tertekan.

Earl dapat memahami perasaan sahabatnya itu. Setiap orang yang pernah masuk Istana tahu betapa menakutkannya kemurkaan Raja Muda yang tampan dan murah senyum itu.

Earl memang tidak pernah melihat langsung kemarahan Chanyeol tetapi dari apa yang ia lihat dan ia dengar dari sahabatnya, ia tahu kemarahan Chanyeol bukanlah kemaharan biasa.

'Memang,' pikir Earl of Hielfinberg, 'Orang yang sabar akan menjadi sangat menakutkan bila ia marah.'

"Bukankah masalah ini akan beres jika Paduka Raja mau menikah?"

"Kami juga berpikiran seperti itu tetapi siapa yang berani mengutarakannya pada Paduka," Grand Duke menatap Earl putus asa, "Terutama di saat-saat seperti ini."

Earl terdiam. Ia juga tahu betapa keras kepalanya pendirian Chanyeol tentang pernikahan. Raja selalu marah setiap kali disinggung masalah pernikahan.

Sekarang ketika ia sudah benar-benar murka, siapa yang berani mengatakannya padanya? Bahkan Duke of Krievickie yang dihormatinya sebagai ayah angkatnya tidak berani apalagi orang lain?

Entah dari mana ia mewarisi sifat pemarahnya yang menakutkan itu. Tidak seorang pun dalam garis keluarga Raja Chanyeol yang memiliki kemurkaan yang menakutkan seperti itu.

Mungkin sifatnya itu muncul sebagai jawaban atas keraguan penduduk Viering ketika ia berada dalam puncak pimpinan Kerajaan ini pada usia yang sangat muda.

Mungkin juga sifatnya itu muncul sebagai reaksi atas tanggung jawab besar yang tiba-tiba dipikulnya dalam sehari di saat teman-teman sebayanya masih bermain-main dengan kawan mereka.

"Mengapa kalian berdua saling mendesah seperti itu?" Baekhyun muncul dengan nampan besar di tangannya.

"Kalian akan tampak semakin tua dengan wajah berkerut kalian itu," Baekhyun meletakkan cangkir di depan keduanya dan menuangkan the dengan hati-hati.

"Kau hanya bisa meledek kami," keluh Earl, "Tidak adakah yang bias kaulakukan selain itu?"

"Ada," jawab Baekhyun spontan, "Aku sedang melayani kalian saat ini." Baekhyun tersenyum penuh arti sambil meletakkan gelas di depan Earl.

Grand Duke tertawa geli. "Kurasa kau benar-benar kalah darinya."

"Makin lama ia makin pandai," keluh Earl sambil menyeduh teh hangatnya.

"Memang tidak ada hiburan yang paling menarik selain duduk di sini menikmati teh hangat sajian Baekhyun dan mendengar celotehnya," Grand Duke setuju.

Baekhyun memasang muka cemberut mendengar gurauan Grand Duke. "Kau mengatakannya seolah-olah aku adalah ratu gosip di Viering." Grand Duke tertawa geli diiringi Earl.

Di saat tawa gembira menghiasi Schewicvic, awan gelap menggelantung di atas Istana Fyzool.

Mata tajam Chanyeol tak lepas dari judul berita utama koran-koran hari ini.

Bermacam-macam koran terhampar di permukaan meja kerjanya dan setiap koran memasang sederet kata-kata berukuran besar yang senada: Jongin dan pelacur yang tidak jelas asal-usulnya!

Inilah yang akan menjadi topik terbesar abad ini dalam sejarah Kerajaan Viering. Tidak ada skandal yang lebih memalukan dari hal ini sepanjang sejarah Viering!

Bagaimana mungkin seorang kriminal memimpin Viering?

Bagaimana mungkin Chanyeol membiarkan seorang pelacur yang tak bermoral menjadi wanita nomor satu di Viering? Bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada leluhurnya bila mimpi buruk ini menjadi kenyataan?

TIDAK!

Chanyeol tidak dapat membiarkan itu terjadi. Ia tidak boleh membiarkan itu terjadi.

Tetapi… apakah yang dapat dilakukannya? Jongin pasti tidak suka idenya untuk memisahkan mereka berdua. Chanyeol ragu Jongin akan menerima sarannya untuk menceraikan Kyungsoo.

Chanyeol termenung.

kecuali Paduka Raja Chanyeol menikah.

Mata Chanyeol menangkap sederetan kata-kata itu. Matanya bergerak ke koran-koran yang lain dan saat itulah ia menyadarinya.

Koran-koran itu tidak salah! Satu-satunya yang bisa menghentikan aib ini adalah dirinya sendiri! Sekarang ia adalah Raja dan keputusannyalah yang akan mempengaruhi masa depan kerajaan ini.

.

.

"Utusan Istana datang untuk menjemput Anda, Yang Mulia Grand Duke."

Duke of Krievickie menatap pelayan pria itu dengan bingung.

"Apakah gerangan yang membuat Paduka Raja menjemput Anda sepagi ini?" kata Luhan bertanya-tanya.

Grand Duke juga tidak dapat menjawab pertanyaan itu. "Pasti karena Jongin lagi," komentar Sehun. "Dia memang pembuat masalah."

"Aku tidak menyukai dia," komentar Luhan.

"Chanyeol tidak akan suka mendengarnya," timpal Sehun.

"Ya," Luhan sependapat, "Ia tidak pernah suka mendengar orang lain mengatakan yang buruk tentang Jongin. Tetapi ia juga tidak pernah melakukan sesuatu untuk mengubah sikap sepupunya itu."

"Kurasa ia terlalu membiarkan Jongin," komentar Sehun, "Ia selalu membela Jongin di depan semua orang tetapi di baliknya, ia selalu mengomel karena sikap Jongin. Dan setiap kali Papalah yang menjadi korbannya."

"Jongin terlalu dimanjakan semenjak ia dilahirkan di dunia ini."

"Aku ingin kalian menghentikan pembicaraan ini," Grand Duke meletakkan peralatan makannya, "Akupun tidak senang mendengar kalian membicarakan keburukan Istana."

"Kami membicarakan kebenaran, Papa," Luhan membela diri.

"Apapun itu," kata Duke of Krievickie, "Aku berharap aku tidak pernah mendengar hal itu lagi. Membicarakan keburukan mereka berarti membicarakan kegagalanku membesarkan mereka sepeninggal keluarga kerajaan."

Luhan langsung terdiam. Sehun melirik kakaknya. Matanya menertawakan kakaknya yang mati kutu itu. Luhan membalas lirikan itu dengan tidak senang.

"Aku akan pergi ke Istana sekarang juga," Grand Duke berdiri lalu pada pelayan itu ia berkata, "Tolong sampaikan pada utusan itu aku akan segera berangkat."

"Baik, Yang Mulia Grand Duke," pelayan itu membungkuk lalu meninggalkan Ruang Makan.

"Lanjutkanlah makan pagi kalian," Grand Duke berpesan pada putraputrinya.

"Tanpa membicarakan keburukan istana," tekannya.

"Baik, Papa," kata Sehun.

"Istana sudah memberi banyak beban pada Papa," Luhan melirik Sehun, "Kurasa sudah saatnya seseorang memberitahu Chanyeol dan memintanya memberi istirahat pada Papa. Ia sudah terlalu lelah untuk semua ini."

"Apa boleh buat," kata Sehun mengangkat bahu, "Papa adalah Grand Duke yang paling berkuasa di samping Raja dan Ratu kerajaan ini."

"Tetapi ini sudah terlalu banyak untuk Papa!" Luhan menentang, "Ia sudah menjadi ayah angkat bagi kedua pewaris tahta kerajaan ini semenjak Red Invitation. Ia telah memegang ujung kekuasaan kerajaan ini hingga Chanyeol naik tahta. Dan sekarang, setelah Chanyeol menjadi Raja Viering, ia masih harus menjadi penasehat kerajaan. Apakah ini tidak terlalu banyak untuk Papa? Ia sudah tua dan sudah saatnya ia menikmati masa tuanya."

"Aku rasa," Sehun memberi pendapat, "Papa menikmati pekerjaannya ini. Walaupun semua ini sangat melelahkan, Papa menikmatinya karena ia mencintai Viering."

"Aku melihat," Luhan menatap adiknya, "Sudah saatnya kau maju menggantikan tugas-tugas Papa."

"Dan mengacaukan semuanya?" Sehun bertanya dengan nada tinggi.

"Tidak, terima kasih," katanya lagi, "Papa tidak pernah menyukai ide ini."

"Kau adalah penerus keluarga Krievickie. Kau adalah satu-satunya calon Grand Duke setelah Papa."

"Papa tidak pernah menyukai ide aku campur tangan dalam pekerjaannya. Ia terus menganggap aku adalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Ia lebih mempercayaimu. Ingat, ia lebih suka mengajakmu menemaninya ke pertemuan-pertemuan penting daripada mengajakku, si pembuat onar."

"Itu adalah karena aku lebih tua darimu."

"Dua tahun! Hanya dua tahun!" Sehun menekankan, "Apakah artinya dua tahun!?"

Luhan terdiam.

"Mengapa kita bertengkar?" tanyanya heran, "Bukankah kita sedang membicarakan masalah Jongin dan kegemparan yang ditimbulkannya?"

"Kau yang memulainya," gerutu Sehun.

"Menurutmu, apakah yang dapat menghentikan kegemparan ini?" Luhan mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku tidak ada ide," jawab Sehun, "Kalaupun seseorang ada, aku yakin Chanyeol tidak akan menyukainya."

"Aku rasa semua orang sepakat. Satu-satunya orang yang bias menghentikan semua ini adalah Chanyeol sendiri."

"Chanyeol telah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidupnya. Ia lebih suka berganti-ganti pasangan daripada menjalin ikatan serius dengan seorang gadis."

"Ya," Luhan sependapat, "Ia lebih suka menjadi seorang playboy. Untungnya, ia mempunyai modal. Ia muda, tampan, gagah perkasa, sopan dan yang terutama ia adalah seseorang yang berpengaruh di Viering. Hampir setiap hari aku mendengar ia berganti pasangan. Aku yakin hampir setiap gadis muda pernah menjadi pasangannya walau hanya sesaat."

"Tidak semuanya," Sehun meralat, "Ia tidak pernah mendekatimu. Ia sama sekali tidak pernah mencoba untuk mendapatkanmu."

"Itu karena ia menghormatiku sebagai putri seseorang yang telah menjadi penasehat pribadinya semenjak kematian orang tuanya."

"Ya, tetapi Jongin tidak seperti itu. Ia telah berulang kali berusaha mendapatkanmu."

Luhan tertawa geli. "Ia selalu mengejarku sampai kau menghantamnya."

"Aku benar-benar tidak menyukai pria itu. Ia tidak menghormatimu. Menurutku, ia lebih tertarik untuk menambah koleksinya daripada mendapat cintamu,"

Sehun teringat kembali kekesalannya pada Jongin, "Ia benar-benar parah. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku telah membuatnya menjauhimu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau sekarang kau menikah dengannya."

"Yang pasti Chanyeol tidak akan semurka saat ini."

"Tentu saja," sergah Sehun, "Kau jauh lebih terhormat daripada Kyungsoo!"

"Aku tidak pernah tertarik menjadi kekasihnya apalagi istrinya. Ia benar benar berbeda jauh dari Chanyeol. Ia tampan, gagah tetapi ia tidak sesopan Chanyeol. Ia hanya tahu memuaskan diri dengan wanita-wanita cantik tanpa peduli status mereka. Chanyeol juga suka wanita-wanita cantik yang seksi tetapi ia tidak pernah mau melibatkan diri dengan mereka yang telah terikat. Aku tidak akan heran bila Jongin masih suka membuat affair setelah pernikahannya yang menghebohkan ini."

"Mendengar kata-katamu itu, aku rasa kau lebih tertarik menjadi istri Chanyeol daripada Jongin."

"Tentu saja," Luhan menegaskan, "Setidaknya Chanyeol tahu bagaimana menghormati seorang wanita."

"Sayangnya, ia tidak ingin menikah."

"Itulah yang membuat keadaan ini kian sulit," keluh Luhan, "Andaikan saja ia mau menikahi seorang gadis baik-baik, semua tidak akan serumit ini."

"Tidak akan ada yang sanggup mengubah pendirian Chanyeol. Ia adalah pria yang keras kepala," kata Sehun.

"Dan menakutkan ketika ia murka," timpal Luhan, "Konon, burung di udara dan para semut di dalam tanah tidak berani mengeluarkan sebuah suara pun ketika Chanyeol marah."

Sehun tertawa geli. "Kau percaya gosip itu"?

"Mengapa tidak?" tanya Luhan, "Mereka yang pernah melihatnya marah tidak berani membantahnya. Papa yang dihormatinya pun tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun ketika ia marah."

"Kurasa aku tahu siapa yang berani."

"Siapa?" Luhan tertarik.

"Si kecil Baekhyun kita," Sehun tertawa geli, "Aku tidak akan heran mendengar ia membalas Chanyeol. Baekhyun selalu balas menggigit bila ia digigit. Ia akan balas menggonggong ketika seseorang menggonggong padanya."

Luhan ikut tertawa geli. "Aku percaya."

"Sayangnya," Sehun melanjutkan, "Kita tidak akan pernah melihatnya. Baekhyun tidak akan pernah bertemu dengan Chanyeol. Tidak akan!"

"Kau benar," tawa Luhan menghilang, "Earl Kyuhyun terlalu menjaganya. Semenjak kematian Countess, Earl benar-benar mencemaskan Baekhyun."

"Kurasa bukan itu penyebabnya. Kita semua tahu mengapa Earl begitu takut seseorang mengetahui keberadaan Baekhyun."

"Karena mereka mencari-cari Baekhyun," kata Luhan.

"Sedikitpun tidak salah."

"Menurutmu," gumam Luhan, "Apakah Chanyeol akan tertarik pada Baekhyun?"

"Chanyeol akan pingsan melihat Baekhyun," Sehun tertawa geli. "Baekhyun adalah gadis yang manis. Ia sangat cantik dan anggun."

Sehun menatap lekat-lekat kakak perempuannya itu. "Kau tidak perlu cemburu padanya. Chanyeol tidak akan pernah tertarik pada Baekhyun. Kalaupun ia tertarik, ia tidak akan pernah berniat menikahi Baekhyun."

"Aku tidak khawatir akan hal itu!" Luhan kesal, "Aku hanya ingin tahu apakah Chanyeol akan tertarik pada Baekhyun."

"Mungkin," jawab Sehun lalu ia menekankan, "Pada keliaran Baekhyun." Dan ia tertawa geli.

"Itu juga karena kalian," gerutu Luhan, "Kalian, tiga pria yang kurang kerjaan, telah membentuk Baekhyun menjadi Baekhyun yang sekarang."

Tawa Sehun terhenti. "Maaf," katanya, "Aku tidak mendengarmu." "Tidak ada," kata Luhan membuang muka.

Semua orang tahu siapa yang paling bertanggung jawab atas kelakukan Baekhyun saat ini. Sebelum Countess Virgie meninggal, Baekhyun adalah seorang gadis manis yang cantik dan anggun.

Sepeninggal Countess Virgie, Baekhyun menangis sepanjang hari. Tidak ada yang dapat menghentikan tangisannya yang memilukan hati itu. Earl Hielfinberg, sang ayah tidak berhasil. Luhan, sang kakak angkat juga tidak berhasil apalagi Sehun maupun Duke Krievickie.

Semua itu berlangsung selama berhari-hari hingga Sehun menemukan ide untuk membuat gadis itu melupakan kesedihannya. Ide yang dianggap Luhan merupakan ide paling gila yang pernah diketahuinya.

Sehun mengajak Baekhyun bermain selayaknya seorang pria! Dan semenjak itulah Sehun sering memperlakukan Baekhyun sebagai seorang pria daripada seorang gadis. Kemudian diikuti Earl of Hielfinberg.

Yang terparah, menurut Luhan, ayahnya, Duke of Krievickie juga ikut-ikutan! Mereka benar-benar membuat Luhan merasa mempunyai dua orang adik lelaki!

Kalaupun ada yang membuat Baekhyun masih ingat bahwa ia adalah seorang wanita, orang itu adalah Luhan. Luhan tiada hentinya mengingatkan Baekhyun untuk bersikap anggun selayaknya seorang gadis. Ia tidak pernah berhenti mengingatkan Baekhyun hingga detik ini!

"Aku akan mencari Baekhyun," Sehun tiba-tiba berdiri.

"Aku ikut," Luhan juga berdiri, "Aku ingin tahu apa reaksi Baekhyun mendengar berita ini."

Sehun tertawa, "Kurasa ia sudah mengetahui semuanya sebelum kau memberitahunya. Ia jauh lebih penggosip daripada kau." "Ia mempunyai banyak sumber gosip."

"Aku tidak akan kaget mendengar kau mengatakan burung-burung yang ketakutan akan kemarahan Chanyeol melaporkan semuanya pada Baekhyun."

"Sehun!" Luhan tidak menyukai cara Sehun menyindirnya.

Sehun terus tertawa – menertawakan kakaknya yang suka mengadaada.

.

.

Jungsoo tidak tahu apa yang membuat Chanyeol memanggilnya sepagi ini. Sekalipun tidak pernah Chanyeol mengirim utusan untuk menjemputnya di saat matahari baru saja menapaki langit.

Tidak ada suatu urusan penting dan mendesak sekali pun yang membuat raja muda itu tergesa-gesa seperti ini. Dan itu membuat Jungsoo semakin was-was.

Pikirannya kian kacau ketika ia berdiri di depan Chanyeol yang menatapnya dengan wajah seriusnya tanpa suara. Wajah tegangnya membuat Jungsoo kian was-was.

Mata Jungsoo melihat tumpukan koran kemarin yang kusut di meja kerja Jungsoo dan tumpukan koran yang hari ini yang tercecer di depan pemuda itu.

Sesuatu mengatakan pada Jungsoo bahwa panggilan ini berkaitan dengan berita heboh kemarin. Berita yang membuatnya meninggalkan rumahnya begitu ia membaca berita utama itu. Berita yang membuat Chanyeol berang dan Jongin kabur sebelum koran itu diterbitkan.

"Aku punya tugas penting untukmu," Chanyeol akhirnya membuka mulut.

"Aku ingin kau mencari pengantinku."

Grand Duke Jungsoo terperanjat. Ia merasa seutas tali jiwanya yang kecil ini telah ditarik dari tubuhnya. Seluruh isi dunia ini berputar-putar di sekitarnya.

Telinganya seperti mendengar kabar kematiannya sendiri. Jungsoo tidak dapat mempercayai pendengarannya. Mata Jungsoo tidak lepas dari sepasang mata kelabu yang serius itu.

Ia baru saja akan mengulangi titah itu ketika Chanyeol berkata, "Aku ingin kau menemukannya sebelum satu minggu. Tidak," Chanyeol cepat-cepat mengkoreksi, "Aku ingin kau menemukannya hari ini."

Lagi-lagi Grand Duke terperanjat.

Chanyeol memutuskan untuk menikah!

Ini adalah keajaiban yang tidak pernah diharapkannya sekalipun berita menghebohkan itu mengguncang Viering. Ini adalah mimpi terburuk yang tidak pernah dimimpikannya.

Ini adalah kejadian yang tidak pernah dipikirkan setiap makhluk di semesta ini!

Dan sekarang pria yang teguh pada pendiriannya itu hanya memberinya waktu satu hari! Satu hari untuk menemukan calon mempelainya! Jungsoo merasa tengah bermimpi buruk.

Ia ingin seseorang membangunkannya dan mengatakan padanya bahwa semua ini adalah mimpi.

Mimpi buruk yang tidak diharapkannya sekalipun ia tahu hanya ini yang dapat menghentikan jalan Jongin menuju tahta Viering.

"Apakah kau sanggup?" Chanyeol menatap wajah tercengang Grand Duke.

"Ha…hamba akan berusaha," Grand Duke Jungsoo mengumpulkan kembali kata-katanya.

Chanyeol menangkap keragu-raguan dalam suara Grand Duke. "Kurasa satu hari terlalu cepat untukmu. Aku memberimu waktu selambat-lambatnya tiga hari."

"Terima kasih, Paduka," kata Grand Duke.

"Apa lagi yang kau tunggu?" tanya Chanyeol tidak sabar, "Segera lakukan tugasmu. Aku membebaskanmu dari tugas-tugas yang lain."

"B-baik, Paduka," Grand Duke segera beranjak.

"Tunggu!" Chanyeol memanggil.

"Hamba, Paduka?" kata Grand Duke yang masih belum pulih total dari kekagetannya.

"Aku ingin kau mencari seorang gadis terhormat yang penurut dan tidak banyak tingkah. Ia tidak boleh banyak menuntut, tidak boleh banyak bertanya. Ia harus bersahaja, santun, setia dan yang paling penting adalah penurut," Chanyeol menekankan.

Grand Duke termangu.

"Apalagi yang kautunggu, Jungsoo?" ujar Chanyeol tidak sabar, "Kau tidak mempunyai banyak waktu. Ingat, kau hanya punya waktu tiga hari."

"H-hamba mengerti, Paduka," Grand Duke pulih dari lamunannya.

"Hamba akan segera melaksanakan titah Anda."

"Aku percaya padamu, Jungsoo," Chanyeol tersenyum puas. Tanpa menanti perintah Chanyeol lagi, Grand Duke segera mengundurkan diri dari Ruang Kerja.

"Apa yang terjadi padamu, Jungsoo?" tanya Jenderal Houghton. Jungsoo yang masih setengah melamun itu terkejut. "Kelihatannya engkau baru menerima tugas berat."

"Ya," Grand Duke mendesah, "Paduka memintaku mencari mempelai untuknya."

"APA!?" sang Jenderal Angkatan Laut Viering itu terperanjat.

"Aku tidak tahu di mana aku harus menemukan gadis itu," keluh Grand Duke Jungsoo, "Aku tidak tahu apakah aku bisa mendapatkan seorang gadis yang tepat."

Houghton melihat kegelisahan di wajah sang Grand Duke dan ia tersenyum. "Jangan khawatir," hiburnya, "Aku percaya kau akan menemukan gadis itu."

"Mengapa kau di sini?" tiba-tiba saja Grand Duke menyadarinya.

"Paduka Raja memanggilku."

Grand Duke keheranan.

"Aku merasa ini berkaitan dengan Duke Jongin."

"Ia telah membuat kacau semuanya. Ia telah menggemparkan Viering dengan pernikahannya yang tidak terduga itu."

"Aku dapat merasa untuk beberapa waktu ini kita akan benar-benar dibuat kerepotan oleh tingkahnya yang tidak bertanggung jawab itu." Grand Duke sependapat.

"Aku tidak tahu apa yang akan diperintahkannya padaku tetapi aku dapat meyakinkan diriku ia tidak akan memintaku mencarikan mempelai untuknya," tambah Jenderal Houghton.

Jungsoo merasa ia diingatkan akan tugas beratnya.

"Aku akan segera menghadap Paduka," kata Houghton berpamitan, "Beliau tidak akan senang dibuat menunggu."

"Ya, lekaslah menemui beliau," kata Grand Duke tetapi pikirannya kembali pada tugas berat yang baru diterimanya itu.

Ia telah menerima tugasnya. Ia juga telah memahami tugasnya tetapi ia tidak tahu ke mana ia harus memulainya. Ia juga tidak tahu bagaimana ia harus memulai pencariannya ini.

Grand Duke bukannya tidak mempunyai banyak kenalan. Ia juga bukannya tidak mengenal gadis-gadis muda mana yang cantik dan bersahaja.

Tetapi…

Ia tidak pernah menyibukkan diri dengan gosip-gosip. Ia tidak pernah menghabiskan waktunya untuk terlibat dengan para gadis muda itu.

Ia sudah terlalu tua untuk itu. Ia sudah terlalu sibuk untuk mengurusi hal yang lain selain Viering.

Ia sama sekali tidak mengetahui kharakter para gadis manis di Viering dengan baik. Ia sama sekali tidak mengetahui kelakuan para gadis muda terhormat itu dengan baik.

Ia tidak mengenal mereka dengan baik!

Ke manakah ia bisa mendapatkan seorang gadis terhormat yang penurut dan pendiam seperti permintaan junjungannya?

Ke manakah ia bisa mendapatkan gadis yang cocok menjadi pendamping Chanyeol?

Tiba-tiba saja Grand Duke merasa masa depan Viering berada di pundaknya. Tugasnya kali ini lebih berat daripada saat ia harus membimbing Chanyeol menuju tahta Viering. Jauh lebih berat dari saat-saat ia memegang tampuk pemerintahan Viering untuk sementara waktu hingga Chanyeol cukup usia untuk naik tahta.

Bukan hanya masa depan Viering yang berada di pundaknya tetapi juga masa depan Chanyeol.

Bagaimana ia yang hanya tahu bagaimana menjalankan pemerintahan dengan baik, diharapkan menemukan seorang gadis yang sesuai dengan permintaan Chanyeol dan cocok untuk menjadi Ratu Kerajaan Viering?

Bagaimana ia yang hanya seorang pria tua diharapkan memuaskan keinginan Chanyeol dan masa depan Viering?

Ini semua terlalu berat.

Ini terlalu sulit.

Tiba-tiba saja Grand Duke berharap istrinya masih hidup. Dengan kebijaksanaannya dan pengetahuannya yang luas, istrinya pasti dapat dengan cepat menemukan gadis yang terpilih itu.

Sang Grand Duke tua itu benar-benar tidak mempunyai gambaran gadis manakah yang memenuhi semua kriteria itu.

Kakinya melangkah dengan lunglai tanpa arah. Pikirannya yang kalut terus bergumul untuk menemukan jalan keluar. Matanya sama sekali tidak memperhatikan orang-orang yang dilaluinya. Telinganya sudah tuli untuk mendengar sapaan orang-orang itu.

Ketika Grand Duke menemukan kembali dirinya, ia telah berdiri di sisi kereta kudanya.

Seorang prajurit membukakan pintu kereta untuknya.

"Ke manakah tujuan kita selanjutnya, Yang Mulia Grand Duke?" Tanya sang kusir kuda dengan sopan.

Grand Duke termangu. "Ke Schewicvic," jawaban itu terlompat begitu saja dari mulutnya sebelum ia menyadarinya.

Prajurit di sisi pintu itu mempersilakannya masuk ke dalam kereta dengan hormat dan ketika Grand Duke telah memasuki keretanya, ia menutup pintu dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara.

Dalam waktu singkat kereta telah meninggalkan Fyzool dan menuju Schewicvic.

TBC –c-

Karena ini bukan karya saya jadi semua reviews ditujukan buat Sherls Astrella , tapi saya masih perlu tau siapa aja yang minat cerita ini dilanjutin versi chanbaeknya jadi mohon buat ninggalin jejak di kotak reviews, gak perlu panjang panjang kok saya cuma pengen tau aja paiii~