Ch. 2: Asami's Fiance?

Disclaimer: Viewfinder © Ayano Yamane

Summary: apa yang terjadi jika kehidupan Akihito yang "normal" bersama sang Yakuza terusik dengan kehadiran para keluarga Asami? Dimulai dari kedatangan sang Adik, Asami Miyuki, yang tak kalah licik dari sang kakak hingga kedatangan sang Nenek yang menjodohkan Asami dengan seorang aktris dan adik dari Perdana Mentri jepang, Azumi Ryoukou.

Inspired by Bussines as Usual © Kadzuki Fuchoin (Arigatou senpai for allow me to make this fict! ^w^ )

'italic' = mind

"..." = speak

[...] = call

/

"Aki san, aku mau telur mata sapinya dua." Pinta Miyuki pada Akihito yang sedang memasak sarapan mereka.

Setelah sempat terusik dengan kehadiran sang Nenek, Akihito yang telah keluar dari kamar segera menyerang Asami dengan berbagai macam pertanyaan. Tapi dengan cerdiknya Miyuki mengalihkan perhatian Akihito dan meminta pria berambut coklat tersebut membuatkannya sarapan.

Yah, setidaknya untuk sementara mereka bisa berlega hati...

Saat ini hanya ada Akihito, Miyuki, Toru dan Ando saja yang ada dalam apartemen mereka. Asami dan Kirishima sudah pergi menuju Sion tak lama setelah Akihito keluar.

"ini dia sesuai permintaan mu, Yuki chan." Ucap Akihito sambil menyajikan sepasang telur mata sapi, roti bakar, dan daging asap ke Miyuki.

"Takaba sama, ijinkan saya untuk menyiapkan sarapan pagi ini." Pinta Toru yang ditolak secara halus oleh Akihito. Sebaliknya, Akihito justru menyiapkan sarapan untuknya dan Ando dan menyuruh kedua pengawalnya itu untuk sarapan bersama mereka.

Miyuki hanya mengangguk pelan tanda membolehkan mereka sarapan bersama. Bagaimanapun walau mereka adalah pengawal Takaba Akihito tapi tetap saja Miyuki adalah atasan mereka, bisa dibilang kedudukan Miyuki itu ada diatas Akhito tapi masih tetap dibawah Asami. Jadi mereka tetap harus menuruti perintah Miyuki. Terlebih mereka tahu bahwa Miyuki bukanlah tandingan mereka dalam segalanya.

"Ne Yuki chan..." panggil Akihito memecah keheningan sarapan mereka.

"ya, Aki san?"

"apa kau tahu siapa yang datang tadi pagi?" tanya Akihito.

"hanya tukang pos." Jawab miyuki santai

"tukang pos tidak mungkin menekan bel sesering itu, Yuki chan. Jangan-jangan—"

"ngomong-ngomong, Aki san," potong Miyuki, "apa kau sibuk hari ini?"

"hmm... tidak juga sih."

"sempurna! Bagaimana jika kita menghabiskan waktu bersama hari ini? Ayo kita jalan-jalan mengelilingi Tokyo! Kita bisa mulai dari Tokyo tower hingga ke Shibuya. Kau tahu? Aku sangat ingiiin sekaliii berfoto dengan para cosplayer yang ada di sana!" Ajak Miyuki berusaha mengalihkan perhatian Akihito dari pertanyaan nya tadi.

"eh? Sekarang?"

"yaps! Mumpung aku masih di Tokyo dan kita sama-sama punya waktu luang." Ajak Miyuki sambil menarik Akihito untuk segera bersiap.

"oke, oke... aku akan bersiap siap dulu." Jawab Akihito sambil berjalan menuju kamarnya

"jangan lupa bawa kamera ya, Aki san!"

"ha'i ha'i~"

Setelah Akihito memasuki kamarnya, ekspresi wajah Miyuki berubah dari yang tadinya terlihat bersahabat saat bersama Akihito, menjadi lebih dingin dan mengeluarkan hawa membunuhnya.

"Toru." Panggil Miyuki menginstruksikan pengawal pribadi Takaba Akihito itu mendekat.

"ya, Miyuki sama?" tunduk Toru.

"kau mengerti apa yang akan direncanakan nenek tua itu kan?" tanya Miyuki

"ya, saya megerti, Miyuki sama."

"aku hanya ingin memastikan padamu bahwa musuh kita yang sebenarnya bukanlah nenek." Ungkap Miyuki yang menuai keterkejutan dari Toru.

Memberanikan diri, Toru pun bertanya,"maaf, tapi kenapa?"

"kalau hanya merubah pikiran nenek, aku pun juga bisa. Tapi yang ku khawatirkan adalah kedatangan mak lampir yang disebutkan nenek tadi. Kenapa diantara pelacur yang berkeliaran diluar sana harus mak lampir itu yang dipilih nenek?" tanya Miyuki sambil menggigit kuku jempolnya. Sungguh Miyuki tak habis pikir dengan jalan pikir neneknya itu.

Melihat emosi dari adik bosnya itu Toru bisa mengambil kesimpulan bahwa ia tidak bisa menganggap enteng si Azumi Ryoukou ini. Ia harus siap dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

Miyuki menatap Toru dengan mata emasnya yang serius,"camkan ini Toru, apapun yang terjadi kau harus ingat posisimu sebagai Bodyguard dari Takaba Akihito, kekasih dari Asami Ryuichi sang Crime Lord. Dengan ditunjuknya dirimu sebagai pegawal pribadinya artinya kakakku percaya sepenuhnya padamu bahwa kau mampu melindungi Akihito."

Toru menegakan badannya dan memberi tatapan meyakinkan, "saya mengerti, Miyuki sama." Bagaimana pun ia sudah menganggap Akihito seperti Adiknya. Dan jika ada yang berani melukainya itu berarti orang itu harus siap menghadapinya. Oh mungkin juga harus menghadapi Sang Putri Asami ini juga.

Tanpa mereka sadari, sang objek pembicaraan tengah mencuri dengar percakapan mereka.

/

Sion tampak lebih ramai dari biasanya kali ini. Beberapa wartawan terlihat menunggu di Lobby Sion dengan kamera dalam posisi siap. Tentu saja, siapa lagi yang bisa membuat Sion dipenuhi wartawan jika bukan karena ada info kedatangan seorang aktris yang tengah naik daun saat ini.

Tak lama kemudian sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka. Para wartawan pun dengan sigap mengerumuninya.

Seorang wanita berambut hitam ikal panjang keluar dari mobil tersebut dan langsung disambut dengan para wartawan yang menanyainya beberapa pertanyaan.

Mulai dari pertanyaan basa basi seperti, "Azumi san, bagaimana kabarmu setelah pulang ke Jepang?"

Hingga pertanyaan to the point seperti, "Azumi san, benarkah kau akan bertunangan dengan Asami Ryuichi sang pemilik Sion?"

Semua pertanyaan itu dijawab Azumi dengan tenang dan tak lupa senyum palsunya, "aku sangat merindukan Jepang dan tentu saja yang paling kurindukan adalah tunangannku tercinta, Asami Ryuichi kun."

Para wartawan pun kembali menghunjani Azumi dengan pertanyaan, sayangnya para bodyguard Azumi mulai bergerak menghalangi mereka dan membimbing Azumi masuk ke Sion.

Dengan penuh kepercayaan diri, Azumi berjalan menuju ke meja resepsionis tak mempedulikan para pegawai Sion yang mulai berkelompok dan diam diam membicarakannya. Azumi justru tersenyum saat tak sengaja mendengar kata 'Tunangan' diucapkan oleh beberapa pegawai.

"maaf, apa ada yang bisa saya bantu, nyonya?" tanya pegawai yang ada dibalik meja resepsionis.

"apa Asami Ryuichi ada di kantornya? Katakan padanya Tunangannya datang." Jawab Azumi sambil menurunkan sedikit kacamata hitam yang ia kenakan.

Dan jawabannya tersebut menghasilkan bisikan-bisikan gosip terdengar dimana-mana. Ada yang terkejut tak percaya karena setahu mereka sang Boss sedang menjalin asmara dengan seorang pemuda berambut coklat yang sempat menghebohkan Sion, tapi ada juga yang memaklumi karena bagaimanapun juga Asami pasti membutuhkan pendamping hidup yang bisa memberikannya seorang penerus untuk meneruskan usahanya dan itu takkan bisa ia dapatkan dari sang pemuda bermata Hazel.

Sementara itu sang resepsionis baru saja selesai menelpon Kirishima dan menginformasikan keadaan, "silahkan tunggu sebentar, Sebentar lagi Kirishima san akan datang menjemput anda dan mengantarkan anda ke ruangan Asami sama." Jelas Resepsionis itu pada Azumi.

"oke... aku tak masalah dengan itu," Azumi berhenti dan membaca name tag sang Resepsionis, "... Juichiro san." Lanjutnya dengan genit.

Tak lama setelah itu, Kirishima muncul dari balik lift dan menghampiri mereka.

"Selamat Datang di Sion, Azumi sama." Sambut Kirishima sambil menundukan badannya sedikit, "sayang sekali Asami sama sedang—"

"ya ya ya... Juichiro san sudah menjelaskannya padaku, Kirishima." Potong Azumi tiba-tiba. "sekarang segera tunjukan ruangan Asami padaku. Aku tak sabar untuk menemuinya." Perintah Azumi seenaknya.

"Baik, Azumi sama." Walaupun kesal Kirishima tetap menuruti perintah Azumi. Rasanya ia tak sabar untuk memutilasi wanita di depannya ini karena telah bersikap seenaknya sendiri. Jika boleh memilih, Kirishima tentu akan memilih kekasih sah bosnya saat ini. Walaupun sama-sama suka seenaknya sendiri setidaknya Akihito masih bisa menghormati orang-orang disekitarnya, termasuk Kirishima.

Mengesampingkan emosi pribadinya yang sempat meluap, Kirishima pun mengantar sang Aktris ke ruangan Asami.

Tok... tok... tok...

"Asami sama, saya membawa Azumi sa—"

"Asami~~" potong Azumi tiba-tiba dan langsung masuk ke ruangan Asami dengan PeDenya.

Kirishima berdiri gonduk di depan pintu menahan kesal yang sudah di ubun-ubun kepala sementara Asami hanya bisa memandangnya kasihan. Bagaimanapun ia bisa memaklumi jika sekertaris setianya itu merasa kesal. Tapi ia memberi Kirishima kode bahwa ia diperbolehkan meledakan kepala wanita itu saat waktunya tiba.

Sementara sang Wanita berjalan ke hadapannya, Kirishima kembali ke ruangannya setelah mendapat ijin dari sang Bos.

"Langsung katakan saja apa tujuanmu kemari" perintah Asami langsung.

"fufu~ seperti biasa ya Asami sama, selalu tidak mau berbasa basi."ucap Azumi mulai menampakan dirinya yang sebenarnya. "aku kemari ingin membicarakan tentang pesta pertunangan kita."

Mendengarnya Asami hanya tersenyum meremehkan, "yakin sekali kau akan bertunangan denganku. Apa kau pikir kau sudah cukup pantas untuk bersanding denganku?"

"heh... aku melakukan ini bukan tanpa perhitungan yang matang, Asami sama. Aku tahu kau tidak akan menerima pertunangan ini semudah membalikan telapak tangan. apalagi adikmu itu pasti akan melawan, dia sama keras kepalanya dengan dirimu, tapi sayangnya dia tidak sepintar dirimu." Azumi menyilangkan tangannya didada dan menantang Asami.

Sementara itu Asami sama sekali tidak terpancing dengan tantangan wanita itu. Ia justru mengalihkan perhatiannya ke pemandangan di luar kantornya sambil menyesap batang rokoknya,

"ya, kau benar dia memang tidak sepintar diriku. Itulah sebabnya aku tidak perlu khawatir dengannya." Ujarnya yang membuat Azumi menatapnya bingung.

/

BRAK!

Seorang pria terlempar ke kumpulan tempat sampah yang ada di pinggir gang tersebut .

"fuuh... sepertinya itu yang terakhir." Ujar Miyuki sambil menepukan tangannya guna menghilangkan debu yang tak terlihat. "ayo kita kembali Ando."

"baik, Miyuki sama." Ando pun mengikuti Miyuki keluar dari gang kecil diantara toko yang berjejer di daerah Shibuya itu.

Baru saja mereka sampai ke destinasi pertama mereka hari itu sudah diganggu oleh sekelompok orang berjas yang hendak menculiknya. Tentu saja Akihito tidak mengetahuinya. Miyuki dengan pintar memancing orang-orang suruhan Azumi itu ke gang pinggir toko yang sepi pengunjung dan segera menghabisi mereka dengan tangan kosong bersama Ando.

'dilihat dari tingkah mereka yang hanya mengincarku, apa itu berarti mereka tidak tau keberadaan Aki san? Tapi rumor tentang Asami yang tinggal bersama seseorang sudah menyebar luas. Apa wanita itu tak tahu? Yang jelas aku harus lebih berhati-hati dan tidak boleh jatuh ke perangkap nenek Sihir itu.' Pikir Miyuki sambil kembali ke Akihito yang sudah menunggunya dibawah patung Hachiko.

/

"APA KAU BILANG? 20 orang yang kusewa dikalahkan dengan mudah oleh bocah itu? Kau yakin?" Bentak Azumi pada orang ditelponnya.

"maafkan kami Azumi sama, tapi orang itu benar-benar kuat. bahkan dengan tangan kosong dia mampu menghabisi kami semua. Saya rasa kita harus menambah orang dan berpindah ke plan B." jawab seseorang di telpon itu.

Mendengarnya Asami tersenyum tipis sementara Azumi tampak makin kesal melihat reaksi Asami tersebut.

"lakukan apa yang harus kau lakukan. Aku ingin rencana ini berjalan lancar!" perintah Azumi seenaknya dan mengakhiri telepon. "sebenarnya apa yang sudah kau lakukan, Asami? Orang-orang yang kusewa itu bukan sembarang orang. Mana mungkin gadis ingusan macam dia bisa mengalahkan para profesional itu."

"jangan lupa, yang kau sebut gadis ingusan itu adalah seorang Asami juga." Ucap Asami sambil meniupkan asap nikotinnya.

Seandainya tatapan mata bisa membunuh, mungkin Asami kini sudah tergelatak tak sadarkan diri. Dari tatapannya Azumi seakan ingin memutilasi Asami ditempat saat itu juga.

Berbalik menuju pintu keluar, Azumi berkata, "aku tak peduli! Bagaimana pun aku akan mendapat apa yang kuinginkan. Bagaimanapun caranya itu!"

BRAK!

...dan membanting pintu itu dengan penuh kekesalan.

Asami kembali menghirup batang nikotin beracun itu dan menghembuskannya.

Sepertinya pendapat adiknya tentang wanita itu benar. Tak peduli seberapa menawannya dia diluar sana ataupun karirnya, wanita itu adalah wanita yang berbahaya. Apalagi ditambah dengan berbagai link yang ia punya dengan beberapa organisasi bawah tanah. Bukan keselamatan sang adik yang ia khawatirkan, tidak ia justru yakin sang adik bisa mengatasi semua. tapi bagaimana dengan sang kekasih? Dengan pikiran naifnya dia bisa saja dengan mudah ditipu. Apalagi sudah banyak kabar beredar tentang Akihito yang tinggal bersamanya.

Tidak suka dengan pikiran-pikiran negatifnya itu, Asami pun mengambil ponselnya dan menelpon nomor sang Jurnalis.

Tuutt... tuutt.. tu—

"mo—"

"dimana kau?" potong Asami

"geez... Asami,tak bisakah aku mendapat satu hari saja bebas tanpamu?" balas Akihito "aku ada di daerah Shibuya menemani adikmu jalan-jalan..."

"...Aki~ foto aku dengan orang itu~..." terdengar suara sang adik memanggil Akihito tak jauh darinya. Sepertinya Adiknya sedang balas dendam padanya dengan memonopoli Akihito saat dirinya tak ada.

Menghela nafas, Asami berpikir sepertinya ia harus mengalah pada adiknya untuk sementara ini. "berikan telponnya ke Miyuki. Aku ingin berbicara sebentar dengannya."

"oke sebentar..." Asami mendengar beberapa percakapan kecil antara Miyuki dengan Akihito sebelum akhirnya suara sang Adik menyapanya.

"moshi moshi nii san"

"Miyuki, kau pasti tau dia mulai bergerak kan?" tanya Asami langsung tanpa basa basi.

"maksudmu nenek sihir itu? Aku baru saja pemanasan dengan anak buahnya." Jawab Miyuki santai.

Asami bisa membayangkan ekspresi macam apa yang dibuat adiknya saat ini, tapi ia mengingatkan pada adiknya, "aku ingin kau tidak mengurangi kewaspadaanmu. Dia masih punya rencana lain untuk mendapatkan keinginannya."

"roger capt— *DOR!* "

Tiba-tiba, terdengar tembakan dari kejauhan disusul dengan suara panik Akihito memanggil nama Toru.

"oi... apa yang terjadi disana? Miyuki!" Panggil Asami. Dia merasa telah terjadi sesuatu yang tidak beres disana.

"maaf lengah dan Toru tertembak, tapi dia sedang berusaha menahan mereka yang datang tak diduga bersama Ando. Saat ini aku sedang berlari menjauhi mereka bersama Aki san." Lapor Miyuki agak terengah engah. Bisa Asami bayangkan Miyuki membawa lari Akihito yang tentu saja memberontak karena tak ingin meninggalkan para pengawal setianya. Terkadang jiwa pahlawan kesiangannya itu merepotkan semua orang.

"*DOR*"

"Shit! Kenapa mereka bisa lebih banyak dari yang tadi?"

Asami mencoba menganalisa situasi yang sedang dihadapi sang Putri Yakuza tersebut. Jika didengar baik baik sepertinya mereka tadi masih berada di tengah keramaian, itu berarti sekelompok orang yang menyerang mereka kali ini bisa saja berbuat lebih nekat dari kelompok yang sebelumnya. Buktinya mereka berani melakukan penembakan walaupun di tengah keramaian.

Tanpa membuang waktu, Asami pun memanggil Kirishima dan Suoh dan menyuruh mereka untuk melacak ponsel Akihito dan segera menyiapkan orang untuk kesana.

"... you can run but you can't escape, Asami's whore!"

Samar-samar terdengar suara seseorang yang sepertinya dari kelompok yang mengejar mereka berteriak. Mendengarnya, baik Asami maupun Miyuki mulai panik. Sepertinya kelompok yang kedua ini lebih mengetahui asal usul Asami, tidak seperti kelompok sebelumnya. Dan itu makin memperburuk suasana.

Berusaha tenang, Asami berkata,"Miyuki berikan telponnya ke Akihito."

Tanpa banyak menjawab, Miyuki langsung memberikan telpon genggam tersebut ke Akihito.

"Asami!"

Tak mempedulikannya suara panik Akihito, Asami mencoba bertanya pada Akihito di telpon, "dimana kau sekarang?"

"kami sedang berusaha kabur dari kejaran mereka. Aku tak tahu pasti lokasi kami dimana, tapi kami ada diantara gang toko-toko yang sepi pengunjung. Fuck! Kami terjebak! Asami tolong kami!"

"...Aki san Lari! Aku akan mencoba melawan mereka!"

"bodoh! Mana mungkin aku meninggalkan seorang gadis sendirian melawan sekelompok orang bersenjata!" tolak Akihito mentah mentah.

"Aki san, tenang! Aku akan baik baik sa—*BRUK*" terdengar suara sesuatu menghantam benda keras sebelum akhirnya disusul suara panik Akihito yang memanggil manggil nama Miyuki.

"Yuki chan! Asami! Yuki chan tak sadarkan diri! Aku—"

KRAK! TUT... TUUTT...

... dan suara panik sang lelaki bermata Hazel yang selalu menantangnya adalah suara terakhir yang ia dengar sebelum akhirnya suara ponsel yang dipatahkan secara paksa mengakhiri sambungan mereka.

/

A/N: Terimakasih banyak kepada JoEdgardHom, vidoxd, sexyfantasy, eileithyiakudo, Elexie89, mumbledtalks, Ryukei, Meyy-chaan, dan Guest yang mau menyempatkan diri untuk mereview fict ini~ Q.Q

Zu benar-benar terharuu biruu~~ *sob*

Maaf kalo updatenya kelamaan ._. Zu udah berusaha menyempatkan waktu untuk menulis ini dan Zu harap hasilnya gak mengecewakan ._.

yosh! chap selanjutnya sedang dalam pengerjaan~ doakan semoga cepat selesaii :3