"BACK"

by: sehunerp

SEHUN – KAI

BL/BOYS LOVE/YAOI

Chapter 1 : God! What Should I do?

Aku tidak mengerti mengapa aku masih mengingatnya. Mengingat senyumnya yang menawan, mengingat matanya yang membentuk bulan sabit ketika ia tersenyum, mengingat lawakannya yang garing. Mengingat pelukannya yang hangat. Aku masih mengingat semua hal tentang dirinya. Aku mencoba untuk melupakan orang itu, tetapi setiap aku mencoba, selalu ada hal-hal kecil yang biasa tapi mengingatkanku pada orang itu. Sejujurnya, aku tersiksa. Aku ingin berteriak, marah dan ingin meluapkan kekesalanku pada seseorang. Tetapi pada siapa? Aku sendirian. Ya, sendirian.

9 April

Saat itu musim salju telah tiba, Jongin menggosok-gosokan tangannya yang dingin. Terlihat kepulan uap disetiap hembusan nafas Jongin. Hari ini begitu dingin, dan bodohnya Jongin hanya mengenekan celana pendek, t-shirt putih polos yang juga pendek, dan sandal jepit. Bayangkan, orang seperti apakah Jongin ini, apakah dia gila? Di musim salju seperti ini dia malah tidak sama sekali menggunakan baju yang tebal, celana panjang, ataupun sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhnya.

Jongin sedikit berlari sambil sesekali menggosok-gosokan tangannya, dan mendecak kesal. Heh. Kau tahu kenapa Jongin seperti ini? Jawabannya adalah ada pada seorang namja albino yang Jongin kenal, namja yang sudah menghilang beberapa bulan ini.

'Ting'

Suara bel terdengar nyaring di sebuah caffe yang bertempat di pinggir jalan, caffe yang dikenal dengan tema ruangannya yang klasik.

"Dimana? Tsk" decak Jongin ketika baru memasuki caffe itu. Dia menyapukan pandangannya ke segala arah di dalam caffe itu. Dia mencari namja albino itu. Tetapi sialnya dia tidak menemukannya. Jongin merogoh sakunya dengan terburu-buru. Mencari sebuah benda yang beberapa hari ini selalu menganggunya.

"Sial. Dimana handphoneku?!"

"Ah.. pasti tertinggal di taksi"

Jongin berteriak kesal. Dia menghentakan kakinya. Niatnya, dia akan menghubungi namja albino itu. Menanyakan keberadaannya. Sekali lagi Jongin menyapukan pandangannya, berharap ia melewatkan satu titik saja, berharap ia bisa menemukan namja albino itu. Namun ia tetap tidak menemukannya. Jongin merasa dipermainkan. Dia masih mengingat dengan jelas sms yang ia terima tadi pagi dari namja albino tadi pagi.

Kala itu Jongin masih tertidur nyenyak, memeluk gulingnya dengan erat. Selimut menutupi seluruh tubuhnya. Padahal jam sudah menunjukan pukul 9. Lalu ketika ia sedang bermimpi indah dia mendengar sebuah nada dering dari handphonenya. Nada dering yang menunjukan bahwa ada yang meneleponnya.

Awalnya Jongin tidak berniat untuk mengangkat teleponnya, tetapi handphonenya tidak mengijinkan Jongin untuk tertidur nyenyak lagi. Jongin berdecak kesal kemudian tanpa melihat nama si penelepon dia menggeser ikon hijau yang ada di handphone layar sentuh 5 inchnya

"Hallo.." bisiknya lirih.

'Jongin..' teriak seseorang dari seberang telephone.

"huh?" Kerutan kecil terlihat di dahi Jongin. Kemudian ia sedikit menjauhkan handphonenya dari telinga dan melihat nama sang penelepon di handphonenya. Itu, Jongdae. Teman sekelasnya. Dan duduk tepat didepannya. Anaknya pintar…eh tunggu. Sebaiknya kita jelaskan nanti. Ini bukan waktunya untuk menceritakan Jongdae.

'Eeh..'

"Hyung, c'mon kau menganggu hari liburku! Aku masih mengantuk dan kau meneleponku hanya untuk mengatakan 'eeh'?"

"Aku tutup telephonenya"

Jongin menjauhkan hanphonenya dari telinganya dan berniat untuk menggeser ikon merah di layar hpnya, tetapi gerakan tangannya berhenti ketika Jongdae menyebutkan nama seseorang yang sudah lama ia rindukan dan cari keberadaannya.

'Se-hun, I… see him' lirih Jongdae dari seberang telepon. Jongdae menggigit bibirnya, ia sebenarnya masih ragu ketika menyebutkan nama Sehun. Ia takut. Ia takut Jongin akan uring-uringan lagi seperti dulu, saat ia maupun teman-temannya yang lain tak sengaja nama Sehun dihadapan Jongin.

"Apa?" Jongin terbengong. Mulutnya masih terbuka. Ia pikir tadi Jongdae menyebut nama seseorang yang sudah lama menghilang dari kehidupannya.

'kau mendengarku, Jongin'

"Ya!.. hyung. Jangan bercanda ahaha" Jongin tertawa hambar

'Aku.. tidak… Jongin, dengarkan aku oke? Aku melihat—'

Sebelum Jongdae menyelesaikan kalimatnya Jongin sudah menutup teleponnya. Terbukti dari suara 'tut tut tut' dari handphone yang Jongdae gunakan untuk menelepon Jongin.

Jongdae meremas rambutnya dengan tangan kanannya. Terlihat guratan kesal diwajahnya. Jongdae tahu, bahkan sangat tahu. Jongin, temannya ini sebenarnya sangat merindukan sosok Sehun. Dan sekitar setengah jam yang lalu ia melihat Sehun memasuki sebuah caffe. Jongdae sebenarnya ingin menyapanya, kemudian menghajarnya, membuat wajahnya penuh memar dan mungkin sedikit mematahkan beberapa bagian tubuhnya. Tapi ketika baru selangkah, ia mengingat Jongin. Jongin tidak akan senang jika ia melakukan hal seperti itu. Apalagi pada namja yang satu ini. Betapapun orang ini sering menyakitinya.

Dengan nafas yang memburu, menahan emosinya. Jongdae segera menghubungi Jongin. Sekitar lima kali ia menelepon Jongin, barulah Jongin mengangkat panggilannya.

Namun respon Jongin membuatnya frustasi. Bukan ini yang respon yang ia bayangkan tadi. Ia pikir Jongin akan berteriak histeris. Eh, tidak. Ini terlalu berlebihan. Oke, setidaknya Jongin akan menanyakan dimana ia bertemu Sehun, kapan ia bertemu dengannya, bagaimana rupanya apakah masih seperti dulu, ataukah ia terlihat baik-baik saja dimata Jongdae. Tetapi itu hanyalah respon yang Jongdae bayangkan. Nyatanya Jongin menutup teleponnya.

Jongdae mengetuk-ngetuk layar handphonenya. Memikirkan, apakah ia harus mengirim pesan ke Jongin, pesan yang berisikan tempat dimana ia bertemu Sehun. Beberapa menit Jongdae memikirkannya akhirnya ia memutuskan mengirimkan pesan ke Jongin. Dan berbalik pergi meninggalkan caffe itu.

.

Jongin menutup panggilan Jongdae dengan terburu-buru. Jantungnya berdebar dengan kencang, keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Nafasnya tersendat-sendat. Berbagai pertanyaan menghinggapi kepalanya.

'Sehun? Apakah Sehun yang ia rindukan? Atau Sehun yang lain?'

'Dimana Jongdae bertemu dengan Sehun?'

'Bagaimana bisa Jongdae bertemu dengan Sehun?'

'Apakah ia baik-baik saja?'

'Apakah Sehun masih sama seperti dulu?'

'Apakah dia masih mengingat Jongin?'

Dan masih banyak pertanyaan yang menghinggapi kepalanya saat ini. Merasa panas, Jongin menyibakan selimutnya, namun ia masih membaringkan tubuhnya dikasur empuknya. Deru nafas Jongin seakan mengisi keheningan dikamar yang gelap itu. Beberapa menit Jongin terdiam, mencoba menormalkan nafasnya.

Lalu Jongin menyesal. Kenapa ia menutup panggilannya? Seharusnya ia bertanya dimana ia bertemu dengan Sehun, sehingga dia bisa menuju ke tempat itu dan menemui Sehun. Namun, Jongin terlalu gengsi untuk menghubungi Jongdae dan menanyakannya.

"Sial… sial… sial… argh!" Teriak Jongin. Kedua tangannya memukul-mukul kasurnya.

Kedua matanya memanas. Sial, apakah Jongin akan menangis lagi? Tidakkah cukup ia menangisi Sehun dulu? Tidak. Dia tidak boleh menangis lagi. Jongin sudah berubah. Ia namja yang kuat dan tegar, tidak cengeng seperti dulu. Dulu, ketika Sehun masih berada disisinya.

Ketika Jongin mencoba mengatur nafasnya, sebuah nada dering pertanda sebuah sms masuk dihanphonenya berbunyi dengan nyaring. Seakan ingin mengalahkan deru nafas Jongin yang kasar. Jongin melirik ke kanan, dan mendapati handphonenya menyala terang. Jongin ragu. Ragu untuk membuka sms yang masuk dihandphonenya. Ia mempunyai feeling jika itu adalah sms dari Jongdae.

'hei Jongin bukankah tadi kau menyesal karna menutup panggilan dari Jongdae?'

'Ayo buka smsnya. Siapa tau itu Jongdae yang memberitahukan tempat dimana ia melihat Sehun'

Suara itu memenuhi kepalanya, hatinya sangat ingin untuk menggeser layar hanphonenya dan membaca sms itu. Namun sialnya otaknya berkata lain. Egonya mengalahkan hatinya. Jongin mengangkat tangan kirinya, dan menatap sayu tangannya. Bahkan tangannya bergetar. Kemudian tangan kirinya ia gunakan untuk menutupi matanya. Mencoba menenangkan dirinya, menghilangkan kegelisahan setelah Jongdae mengatakan ia melihat Sehun.

'God. What should I do?' lirih Jongin dalam hati.

.

Setengah jam berlalu. Jongin merasa dirinya sudah lebih tenang. Ia pun mendudukan dirinya, dan menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang. Melirik sekilas pada handphonenya. Jongin menghembuskan nafasnya dan kemudian langsung menyambar handphonenya dan menggeser layar handphonenya.

'4 missed call, 2 messages'

Jongin membuka log panggilannya dan melihat 4 missed call itu dari Jongdae, kemudian ia membuka smsnya. Salah satu smsnya berasal dari nomor asing. Ia mengernyitkan dahinya, tetapi ia membuka sms dari Jongdae terlebih dulu.

From : Jongdae hyung

Radeon Caffe. Sehun, I see him.

Sekali lagi ia membaca sms itu. Berharap itu bukan khayalannya belaka. Tetapi ini nyata. Jongin memejamkan matanya. Kemudian melanjutkan membuka sms dari nomor asing itu

From : xxxxxxxxxx

Jongin? Are u there?

Aku ingin bertemu denganmu.

Deg!

"i…ini.."

Jongin melihat detail sms itu. Sms dari nomor asing tersebut dikirim pada jam 7.15 pagi tadi.

Kembali tangan Jongin bergetar, refleks ia mengenggam handphonenya dengan erat. Tanpa sadar pipinya sudah dibanjiri oleh air mata.

"Dia… kembali?"

"Se—hun… Sehun… Sehun…"

Berkali-kali ia mengucapkan nama itu, mencoba kembali merapal nama itu. Sudah lama ia tak mengucapkan nama itu dibibirnya.

"Aku harus bertemu dengannya…"

Jongin berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Lalu dengan langkah tergesa ia keluar dari kamarnya dan menuju pintu apartemennya. Baru selangkah ia keluar dari apartemennya, Jongin menggigil. Sial, ini terlalu dingin. Jongin berdiri didepan pintu apartemennya, memutuskan apakah ia harus kembali masuk dan mengambil jacket atau segera pergi menemui Sehun. Dan akhirnya Jongin memutuskan untuk langsung pergi.

.

Jongin berlari secepat ia bisa. Menekan tombol lift dengan tidak sabaran. Sesampainnya ia di lantai dasar bangunan apartemennya, ia menemukan sebuah taksi didepan gedung apartemen itu berhenti dan menurunkan penumpang. Jonginpun langsung berlari menuju taksi dan memasukinya, dengan nafas yang terengah dia menyebutkan tempat tujuannya ke supir taksi.

.

8 menit. Jongin menghitungnya. Untuk terakhir kalinya dia melihat jam di handphonenya. Taksi berhenti tepat didepan Radeon Caffe. Jongin merogoh sakunya dan menyerahkan asal uangnya ke supir taksi tanpa menghitung jumlah uangnya. Ia pikir itu lebih dari cukup untuk membayar taksi. Omong-omong Jongin baru menyadari di kantung celananya ada uang. Oke lupakan itu. Dan tanpa sadar Jongin menjatuhkan handphonenya di taksi itu.

Jantungnya berdebar dengan kencang .

Terlintas sebuah pertanyaan di otaknya 'Apakah ia msih disana?'

.

Menyapukan lagi pandangannya kesegala sudut caffe itu. Jongin masih tidak menemukannya.

"Aku… telat.." lirih Jongin.

Kakinya lemas, seluruh tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Jongin jatuh terduduk, menunduk seraya mengucapkan 'aku telat' berulang-ulang. Seketika matanya kembali memanas. Pundaknya bergetar. Jongin sebisa mungkin tidak menangis dan berteriak, ia menggigit bibirnya dengan kencang. Tangannya terkepal dikedua sisi kakinya.

"Berdiri"

Jongin membulatkan matanya. Suara ini. Ia mengenalinya. Ini adalah suara yang sudah lama ia rindukan. Jongin dengan gerakan perlahan mengangkat wajahnya. Di depannya terlihat seorang namja berambut coklat yang mengenakan t-shirt bewarna biru polos, dan dibalut dengan jas, ia mengenakan jeans hitam. Mata Jongin terpaku ke satu titik.

Mata namja itu. Sehun.

Sehun. Namja yang sangat ia rindukan dan ingin ia temui selama ini.

"Berdiri" Sehun mengulangi perkataannya dengan nada yang sama seperti pertama kali ia bicara tadi dengan Jongin.

Seakan sadar dengan situasi, Jongin langsung mengalihkan pandangannya ke sepatu mengkilat milik Sehun. Ia meremas kuat celananya. Menggigit bibirnya. Matanya sudah berkaca-kaca.

'Sial, kenapa aku jadi cengeng lagi?' kata Jongin dalam hati.

Sehun menghembuskan nafasnya dengan kasar, dan Jongin mendengarnya. Jika sudah begini berarti Sehun sedang diujung kesabarannya. Selama beberapa bulan ada disisi Sehun membuatnya hafal dan mengerti tanda-tanda jika ia marah, kesal, sedih, sedang banyak masalah. Kecuali satu hal. Dan hal ini tidak bisa Jongin jelaskan sekarang.

Sekali lagi Jongin bergumam dalam hati 'God! What should I do now?'

Sekali lagi mari kita sebut Jongin orang yang bodoh, ia tak memikirkan apa saja yang harus dikatakan dan ia lakukan jika sudah bertemu dengan seorang Oh Sehun.

TBC

Yoooo. I'm back. Balik bawa ff buatan sendiri xD sebenernya rada ragu pas ngepost ini ff. tau diri. Kemampuan menulis ff ku masih abal-abal. But aku harap banyak yang suka sama ini ff. banyak yang review/like/fav. Yang mau baca kelanjutannya review yaaa. Pengen tau berapa orang yang suka sama ff abal-abal ini haha. Dan kritik/saran juga boleh~

Btw. Aku minta maaf. Ff summer breeze aku anggurin =.= soalnya lagi banyak kerjaan. Jadi ga sempet. Ff ini aja baru aku bikin male mini xD tapi tunggu aja ya. Beberapa hari ke depan Summer Breeze bakal aku update :3