Disclaimer : Naruto milik om Masashi Kisimoto

.

.


Sekilas terbayang masa yang indah silam... Menyentuh tulus di relung hati terdalam...

Semua hal ini berawal dari cerita temanku tentang gadis itu. Namanya Hanabi, kelas dua SMP. Umurku hanya terpaut 2 tahun saja darinya.

Entah pada saat itu karna memang aku ingin memiliki pacar atau hanya senda gurau saja, ku coba-coba menitip salam padanya melalui temanku Konohamaru, satu sekolah dengannya. Dan hal yang tak ku duga sama sekali adalah gadis itu menerima salamku dan mengirim salam balik untuk ku. Untuk aku yang selalu ditolak oleh para gadis, itu merupakan kabar paling menggembirakan dalam hidupku.

Lalu dengan modal secarik kertas dan bolpoin, serta sebatang rokok ku tulis sepucuk surat berisikan puisi untuknya. Dia menerimanya dan membalas suratku. Surat balasan itu sampai di tanganku. Hatiku berdebar-debar, mencoba menebak-nebak apa isi surat itu. Di sisi lain aku gembira karna baru kali ini aku bisa dekat dengan seorang gadis.

Ku buka surat itu, dan yang tampak di mataku adalah sederet huruf-huruf yang tersusun dengan rapi sehingga membentuk rangkaian kata-kata yang indah. Aku pun membalas suratnya dan memberikannya pada Konohamaru. Kemudian setiap seminggu sekali surat balasan selalu datang padaku dan perlahan aku mulai merasakan getaran-getaran asmara dalam hatiku. Rindu terhadap gadis itu semakin memuncak, dan keinginan melihat bagaimana rupa gadis itu memenuhi perasaanku.

Akhirnya dalam surat terakhir yang ku kirim, aku memintanya untuk bertemu denganku di taman Konoha. Gadis itu tak menolak dan malah menyanggupinya. Namun, pertemuan itu tidak berjalan semulus seperti apa yang ku bayangkan, karena sebuah halangan yang menimpaku hari itu membuatku tak bisa datang menemuinya.

Ketika halangan yang menimpaku sudah hilang, aku pun datang ke taman Konoha saat matahari sudah tinggi. Tapi sesampainya aku di sana gadis itu sudah pulang. Yah, aku kecewa, kecewa karna tak bisa bertemu dengannya, juga kecewa pada diriku karna aku yang membuat janji, aku juga yang tak menepatinya.

Malam harinya aku menerima sebuah surat darinya. Setiap bait kata-kata yang ku baca dari surat itu berisi tentang kekecewaannya padaku. Apa yang bisa ku katakan padanya? hanya kata maaf beribu maaf yang ku tulis di suratku.

Mulai dari saat itu Hanabi mulai jarang membalas suratku. Aku bingung, sekaligus kecewa ketika biasanya setiap minggu surat balasannya yang ku tunggu-tunggu selalu datang, kini mulai jarang ku terima.

Entahlah, apakah karna gara-gara pertemuan itu dia menjadi berubah? Mungkin, aku juga tak tahu. Dan jawabannya ku temukan sebulan setelahnya.

Gadis itu telah menjalin hubungan dengan salah seorang kakak kelasnya. Mendengar itu semua, seperti ada sebuah sentilan ringan yang menghantam pelan lubuk hatiku. Konohamaru memarahinya, sehingga gadis itu meminta maaf padaku dan berjanji akan memperbaiki semuanya. Tapi, mungkin kami memang belum ditakdirkan untuk bertemu saat itu karna Konohamaru merobek surat terakhir yang ku kirim untuk Hanabi.

Awalnya aku belum tahu tentang kejadian itu, sampai beberapa hari kemudian salah seorang teman akrabku yang juga teman Konohamaru memberitahu tentang kelakuan bagaimana Konohamaru merobek surat ku.

Aku bertanya pada Konohamaru alasan kenapa dia sampai melakukan itu. Dia terus membantah dan berkata bahwa ia tidak pernah melakukan itu. Setelah itu selama seminggu dia terus menghindar dariku. Padahal aku sendiri tak terlalu mempermasalahkannya.

Selang sehari setelah itu Konohamaru datang padaku dan mengakui semua perbuatannya. Aku memaafkannya, dia kemudian meminta nomer ponselku. Saat ku tanya untuk apa? Ternyata Hanabi yang menyuruhnya. Aku pun memberikannya berharap Hanabi segera menghubungiku. Karna saat itu aku ingin sekali mendengar bagaimana suara
Hanabi.

Aku terus menunggunya. Dari hari ke hari, minggu ke minggu tapi ponselku tak kunjung berbunyi. Ku coba bertanya pada Konohamaru tentang nomor ponsel Hanabi. Konohamaru malah membentakku dan berkata bahwa gadis itu telah menjadi milik orang lain.

Kecewa? tentu saja aku kecewa. Aku yang sangat berharap padanya, kini harus menelan pahit karena gadis itu. Walau sering ditolak oleh para gadis tapi kali ini berbeda, benar-benar membuatku kehilangan semangat. Mungkin aku yang terlalu banyak berharap padanya.

Akhirnya ponsel beserta kartunya yang ku miliki saat itu berpindah ke pemilikan ke sepupu ku Karin. Hari demi hari ku jalani seperti biasanya sampai dua minggu kemudian Karin mengabariku tentang seorang perempuan yang sering menelponnya beberapa kali dan yang ditanyakan perempuan itu adalah aku. Satu nama yang langsung muncul di kepala ku saat itu yaitu Hanabi. Namun, aku memilih tak memperdulikannya dan menyuruh Karin untuk tak menggubrisnya.

Selesaikah? Sayangnya tidak. Beberapa bulan setelahnya, waktu itu aku dan Konohamaru sedang tidur-tiduran di rumahnya. Bicara tentang banyak hal dan entah kenapa? Arah pembicaraan Konohamaru beralih membicarakan gadis itu yaitu Hanabi.

Berpura-pura aku tak menampakkan apapun pada Konohamaru seolah aku tak mengenal gadis itu walau sebenarnya setiap kata yang terlontar dari mulut Konohamaru tak pernah lolos dari perhatianku. Setiap kali dia menyebutkan tentang dirinya bercanda dengan Hanabi membuatku merasakan sedikit cemburu padanya. Seolah aku tak rela kalau Hanabi tertawa bersama orang lain. Tapi, semua rasa cemburu itu ku pendam jauh di dalam hatiku. Karna saat itu aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapanya Hanabi.

Setelah merasa tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, mendadak Konohamaru mengeluarkan ponsel yang baru dibelinya. Lalu menekan-nekan tombol ponsel miliknya. Beberapa saat kemudian terdengar suara halo dari mulut Konohamaru. Selang beberapa detik Konohamaru menekan kembali tombol ponselnya dan bisa ku dengar suara indah nan merdu seorang perempuan masuk menyapa gendang telingaku.

Aku bertanya pada Konohamaru dengan cara berbisik pelan agar perempuan yang sedang berbicara dengannya tidak mendengar suaraku. Tapi, si congek itu tidak pernah mengerti yang namanya pelan-pelan sehingga Hanabi bertanya dengan siapa Konohamaru bicara dan Konohamaru menyebutkan namaku mulus tanpa ada rasa ke khawatiran sedikitpun sehingga Hanabi langsung saja mengakhiri pembicaraan itu.

Beberapa saat setelah itu kami terlibat adu mulut, saling meneriaki sehingga suara kami bisa terdengar sampai keluar rumah. Dan karena hal itu membuat ayah Konohamaru mendaratkan dua buah jitakan di kepala kami berdua. Tidak ada yang keluar dari mulut kami kecuali suara rintihan saja. Semua itu tak berlangsung lama karna segera setelah kepergian ayahnya Konohamaru, kami kembali saling meneriaki dengan cara berbisik-bisik. Ayah Konohamaru kembali menjitak kepala kami berdua dan malam itu hanya napas berat kami yang mendominasi di ruangan tersebut.

Setelah itu aku mengambil nomor Hanabi dan menghafalnya. Lalu ku hubungi dia menggunakan ponsel milik Karin yang saat itu sudah ganti kartu baru. Dia mengangkat telpon dariku, dan saat itu hatiku benar-benar terasa berdebar-debar ketika aku berbicara dengannya. Setiap tarikan dan hembusan napasnya terasa ibarat hembusan udara sejuk di pagi hari, benar-benar menyegarkan hatiku. Kemudian nada-nada suaranya yang merdu terdengar seperti alunan nyanyian musim semi di telingaku. Aku benar-benar terlena olehnya.

Akan tetapi, semua keadaan itu tak berlangsung lama karna ketika ku sebutkan namaku, Hanabi langsung memutus telpon dariku. Tak ada kata yang terpatri dalam hati selain kata kecewa.

Apa dia sangat membenciku? sampai-sampai dia bahkan tak mau mendengar namaku?. Itu hanya menjadi misteri dalam kepalaku.

November

Aku diberi ponsel jadul oleh salah seorang sepupu laki-lakiku Nagato. Dan yang akan ku lakukan saat itu adalah membeli kartu baru, dan menghubungi Hanabi. Tapi, aku tidak akan memakai nama asliku, karna Hanabi mungkin akan langsung melakukan hal yang sama seperti yang lalu-lalu. Jadi aku menggunakan nama samaranku yaitu Alek.

Setelah menekan-nekan tombol ponselku, hanya tinggal menekan tombol hijau yang ada ponsel tersebut. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi 'Tut.' dan segera ku akhiri panggilan ku. Tak berapa lama menunggu sebuah pesan masuk pun terpampang di layar ponselku. Aku tersenyum bahagia.

Dia bertanya siapa? Maka ku balas dengan menuliskan nama Alex dan ingin berkenalan dengannya. Gadis itu percaya begitu saja. Akhirnya aku bisa mengenal Hanabi lagi. Hari demi hari, minggu ke minggu berjalan. Setiap harinya aku selalu setia mendengar ocehannya melalui telepon, atau kadang lewat pesan sampai pada akhir bulan Desember aku merasa lelah dan tak tega membohonginya terus-menerus.

Dengan pertimbangan yang sudah matang, aku memberitahunya tentang diriku yang asli. Semula sebelum ku sebutkan namaku gadis itu mengira aku ini adalah mantan kekasih pertamanya dulu. Namun, saat dia tahu itu bahwa aku adalah Naruto gadis itu sangat kecewa. Itu ku tahu setelah membaca pesan yang sangat panjang yang dia kirim padaku. Saat itu aku memahami perasaannya yang telah ku bohongi dan membuat ku sangat menyesalinya.

Sejak saat itu aku berjanji pada diriku untuk tidak mengganggu hidupnya lagi. Walau hati sebenarnya tak rela tapi akan ku coba untuk melupakan gadis itu. Aku bukan yang diinginkannya, dan itu takkan pernah terjadi.

Sejak malam itu semuanya terasa hampa. Setiap malam aku merasa begitu kesepian. Dan seminggu setelah kejadian itu tiba-tiba sebuah pesan masuk tertera di layar ponselku.

TBC hakawakakakaka