Author : EdeLweIS O.O

Genre : Angst, Hurt

Main Cast : KaiSoo

Other Cast : Baek Hyun and Chan Yeol

Length : Two Shot.

Rate : T+

Summary : 128 akar e980 sebuah silent number Do Kyung Soo.

12 januari dan 14 januari..

Hanya angin, salju, ombak dan pasir pantai yang menjdai saksi..

Akankah abadi?

Ataukah sesaat?

I Love You..

..Silent Number..

Jong In melajukan mobil Lamborghini Veneno terbaru miliknya dengan cepat. Di dalam otaknya hanya tersematkan nama Kyung Soo, Kyung Soo dan Kyung Soo. Hatinya terasa porak poranda. Terselip sebuah perasaan yang terlukiskan abstrak tak beraturan. Matanya memandang sepanjang jalan dengan gelisah. Desiran memburu terdengar tak rapi.

"Kau kenapa Blue Bird?" batin Jong In bertanya.

Tak ia pedulikan sebuah melodi yang terdengar jelas menyapu indera pendengarannya. Melodi yang disertai dengan getaran-getaran teratur. Sekejap pun ia tak melirik. Seolah tuli dan tak mempunyai indera perasa.

TES! Airmata jatuh dengan lembutnya. Menemani pipinya yang terasa dingin. Bibirnya terkatup rapat. Tak menghasilkan sebuah isakkan.

"Blue Bird.. kau harus baik-baik saja."

.

.

Baek Hyun terdiam. Menatap perapian bermodel klasik yang berada di depannya. Ia menghela napas. Memejamkan mata sembari menikmati kehangatan yang disalurkan oleh perapian. Ia menggenggam telepon genggamnya erat.

"Pada akhirnya aku memang tak mampu untuk memilikimu seutuhnya Jong In.." gumam Baek Hyun.

Baek Hyun mulai terisak. Ia memandang tangan kanannya yang sudah mati rasa semenjak kecelakaan setengah tahun yang lalu. Tangan kanannya sudah tak mampu ia gerakkan lagi. Tangan kanan yang sudah tak mampu beraktivitas kembali. Tangan kanan yang kini hanya sebuah hiasan yang melengkapi tubuhnya.

"Kau tidak mencintaiku. Namun mencoba bertanggung jawab karena keadaanku."

Ia memandang tangan kanannya dengan kilatan amarah.

BUK! BUK "Hiks Kenapa?! Kenapa?! Hiks"

Baek Hyun menangis menjerit. Memukuli tangan kanannya yang buta akan rasa.

"Tak bisakah? Aku memilikimu seutuhnya?"

.

.

Jong In berlari setelah keluar dari mobil. Ia segera menuju ke arah pantai. Menyerukan nama Kyung Soo berulang-ulang kali. Tak ia pedulikan suhu dingin yang merajami tubuhnya. Mengabaikan serpihan salju yang mengotori jaket hitam mewahnya.

"Kyung Soo! Kyung Soo!" berulang kali ia berseru. Namun tak ada balasan. Hanya dengungan angin malam yang menjawab.

Bola mata legamnya bergerak tak menentu. Hingga matanya terpaku saat melihat sebuah sosok yang tergeletak lemah diguyur oleh hempasan ombak. Tubuhnya menegang. Napasnya pun memburu tak beraturan.

"Kyung Soo.." gumamnya sangat teramat lirih.

"Kyungie! Kyung Soo!" Jong In berteriak. Matanya berair. Ia berlari ke arah Kyung Soo. Sembari memanggil nama Kyung Soo berulang kali. Tak ia pedulikan dinginnya ombak yang mulai membasahinya. Bibirnya terus meracau.

Jong In merengkuh tubuh Kyung Soo erat. Memanggil nama Kyung Soo berkali-kali. Dingin, terasa sangat dingin tubuh dari sosok yang kini tengah ia rengkuh. Bibir Kyung Soo pucat membiru. Kulit putih pucat Kyung Soo semakin pucat. Seakan aliran darah telah hilang dan membeku.

"Kyung Soo! Blue Bird!" bibir Jong In meracau tak karuan. Tetesan airmata merembes dingin. Ia memeluk Kyung Soo erat dan lebih erat. Membagi kehangatan yang sebenarnya hanya sia-sia.

Dengan cepat Jong In menggendong Kyung Soo. Menciumi wajah Kyung Soo berulang kali. Mengucapkan kata 'kau pasti baik-baik saja', 'semuanya akan baik-baik saja'. Kaki jenjangnya bergerak cepat menuju mobil Lamborghini Veneno mewahnya. Tak ia pedulikan baju mahalnya yang sudah basah karena air asin tersebut. Setelah sampai, ia cepat-cepat mengatur posisi Kyung Soo di dalam mobil. Lalu mengatur suhu yang ada di mobil mewahnya.

Ia melajukan mobilnya kencang. Menuju dimana para orang-orang berjas putih dan berilmu tinggi berada. Ia menggenggam tangan es Kyung soo.

"Aku mohon bertahanlah."

.

.

Jong In terduduk lemah. Dinginnya lantai pun tak ia pedulikan. Ia meremas rambutnya. Ia terisak lirih. Tak ia pedulikan pandangan dari orang-orang yang ada disekitarnya. Ada yang menatapnya sambil menjerit-jerit tak jelas, ada yang menatapnya dengan senyum-senyum tak jelas. Namun ada juga yang menatapnya iba. Janganlah lupa, Jong In adalah bintang terkenal.

Jong In menangis, menangis untuk dirinya sendiri. Menyembunyikan wajahnya, menutupi airmatanya. Masih teringat jelas akan wajah pucat Kyung Soo di dalam ingatannya. Masih segar akan rasa dingin yang berasal dari tubuh Kyung Soo saat bersentuhan dengan permukaan kulitnya. Ia benar-benar masih ingat betapa kakunya tubuhnya Kyung Soo saat itu. Deruan napas Kyung Soo yang benar-benar terasa lemah seakan membunuhnya perlahan.

"Andai aku mengangkat video callmu, andai aku membalas pesanmu, andai aku datang tepat waktu, andai, andai dan andai.." batin Jong In menjerit.

Ia meremas rambutnya kencang. Tak ia pedulikan keadaannya yang terlihat kacau. Baju yang basah dan kotor karena pasir pantai, badan yang terasa lengket karena air asin, rambut yang acak-acakkan, dan wajah kusut serta dingin tubuhnya.

"Jong In!" panggil seseorang.

Jong In menoleh. Ia menatap sosok yang ada di depannya.

"Chan Yeol.." Jong In terpaku. Ia tidak mungkin lupa akan sosok yang ada di depannya saat ini. Sosok tampan berjas putih dengan rambut cokelat karamel yang tertata begitu rapi. Sosok yang dulu begitu dekat dengan kekasihnya yang lain, Baek Hyun.

"Kyung Soo tidak baik-baik saja," ucap Chan Yeol datar.

DEG! Jong In membeku. Berbeda dengan Chan Yeol yang terkesan datar.

"…" Jong In hanya diam. Lidahnya seakan kelu untuk bergerak. Ia hanya menyiapkan sepasang telinganya untuk mendengarkan dan menyimak penjelasan Chan Yeol selanjutnya.

"Ia terkena penyakit jamur Aspergillus.."

"Apa maksudmu?" tanya Jong In.

"Jamur Aspergillus dapat memengaruhi sinus atau paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur menyerang paru-paru dan menyebar ke organ lain melalui darah. Dalam kasus yang parah, otak atau tulang juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat dihirup melalui tanah atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang terkena, salah satu yang paling mungkin Kyung Soo akan mengalami gejala seperti sesak napas, nyeri dada, batuk, demam, atau mimisan. Penyakit jamurAspergillus ini dapat menyerang organ-organ internal dan berbahaya. Dan.. jamur ini sudah menyerang paru-paru Kyung Soo."

DEG! Badan Jong In bergetar. Matanya melihat Chan Yeol tak percaya. Dipikirannya hanya ada kata-kata tidak mungkin, tidak mungkin dan tidak mungkin. Otaknya seakan melambat. Mencoba membuang mentah-mentah kenyataan yang sedang ia terima saat ini.

"Jong In.." panggil Chan Yeol. Jong In hanya diam. Pandangannya kosong. Masih tak mau memercayai sebuah fakta pahit yang harus ia telan.

"Jong In!" panggil Chan Yeol keras. Jong In tersadar dari diam lamunannya.

"…" Jong In hanya memandang Chan Yeol lemah.

"Huff.. Kyung Soo juga terkena Hipotermia akut. Keadaannya sedang kritis."

"…" Jong In masih tak menjawab.

"Akhiri semuanya Jong In. Sebelum semuanya terlambat!" ucap Chan Yeol tajam. Mata Chan Yeol memandang Jong In lurus.

"Ak-aku.."

"Kau memang pendusta Jong In. Baek Hyun adalah sahabatku! Sedangkan Kyung Soo adalah pasienku semenjak dulu! Apakah kau lupa keadaan Kyung Soo?!"

Diam. Jong In hanya diam tak menjawab. Ia tahu seberapa besar pengorbanan Chan Yeol selama ini. Memendam dalam perasaannya kepada Baek Hyun. Dan mencoba menjadi buta semenjak kecelakaan itu terjadi. Ia mengetahui itu semua saat melihat Chan Yeol menangisi Baek Hyun yang saat itu sedang tergeletak lemah di ruang perawatan akibat kecelakaan yang melibatkannya sebagai tersangka.

Jong In serakah. Ia mulai jatuh dalam nikmat kasih yang sebenarnya hanya sementara. Ia terjerumus. Semakin menikmati dan mulai melupakan kenyataan. Kenyataan dimana ada Kyung Soo dan Chan Yeol. Ia terlalu terjerumus akan perannya. Dimana saat Baek Hyun terlalu bergantung padanya.

Telepon genggam Jong In bergetar lagi. Ia melihat nama yang tertera jelas di telepon genggamnya. Dengan lekas ia mengangkat telepon tersebut.

"Baek Hyun.." ucap Jong In.

"Jong In.. hiks aku mohon pulanglah. Aku membutuhkanmu! Hiks hiks kau kemana saja? Aku mengkhawatirkanmu! Hiks hiks dari tadi kau tak mengangkat teleponku dan membalas pesanku!"

"Kau kenapa? Aku akan segera pulang. Tunggulah sebentar lagi," ucap Jong In pada Baek Hyun.

Chan Yeol hanya bisa terdiam. Ia menulikan indera pendengarannya. Sesungguhnya ia begitu rindu, sangat rindu akan pemilik nama itu. Tapi apa daya. Untuknya Baek Hyun hanyalah angin yang tak dapat ia tangkap. Selalu lolos meskipun digenggam dengan erat sekalipun.

"Kau mau kemana?" tanya Chan Yeol saat ia melihat Jong In mulai melangkah kakinya.

"Baek Hyun membutuhkanku!" jawab Jong In tanpa menoleh.

"Apa kau meninggalkan Kyung Soo? Sendirian?" tanya Chan Yeol lagi. Ia menatap tajam sosok yang sedang memunggunginya saat ini. Chan Yeol benar-benar tak percaya. Apakah ini yang dinamakan cinta? Penuh dengan pilihan dan pengorbanan?

Jong In tetap melanjutkan langkahnya. Meskipun sebenarnya sangat teramat berat. Ia merutuki dirinya sendiri. Bukankah ia sudah menentukan pilihannya. Melepas Kyung soo, itulah pilihannya. Ia menangis lagi dengan kelirihannya. Membenci dirinya sendiri yang tak bisa jujur akan perasaanya. Perasaanya ingin ia terus berada di sisi Kyung Soo. Namun berbeda dengan akalnya. Sang akal menuntunnya untuk menggenggam keputusan yang sudah ia buat.

"Aku harap.. suatu saat kau tak akan menyesali semuanya Jong in!" ucap Chan Yeol keras. Amarahnya memuncak. Ia benar-benar tak percaya. Inikah kekejaman dari cinta?

.

.

Kyung Soo masih memejamkan matanya. Hanya irama elektrokardiogram yang menemaninya. Chan Yeol memandang wajah itu dengan iba. Ia benar-benar tahu akan kondisi Kyung Soo saat ini. Ia takut Kyung Soo tak mampu bertahan.

"Maafkan aku kyung Soo. Bahkan aku belum memberitahu Jong In bahwa kau sedang koma. Aku sudah mengenal kalian semenjak 3 tahun yang lalu. Aku kira cinta kalian itu benar-benar istimewa. Terlihat begitu kokoh dan kuat. Tapi.. ternyata semua itu salah. Yang kokoh hanya dirimu Kyung soo-ah. Aku masih ingat saat kau menangis dipelukanku 5 hari yang lalu. Saat dimana kau mengetahui bahwa jamur itu sudah menancapkan akarnya di paru-parumu.."

Chan Yeol mengajak Kyung Soo berbicara. Mencoba mencari refleks motorik dari Kyung Soo. Ia hanya ingin Kyung Soo membaik dan sembuh.

"Aku mohon bukalah matamu. Kau ingin Jong In memecahkan soal rumusmu bukan? Botol kaca ini, kau harus menyampaikannya sendiri."

Hingga bunyi irama Elektrokardiogram pun terdengar begitu nyaringnya.

.

.

Jong In melepas penat. Ia merasa lelah akan jadwal keartisannya. Ia menidurkan dirinya di sofa merah kebanggaanya. Memejamkan matanya perlahan yang terasa memberat.

"Jong.. Jong In."

"ARGH!" Jong In membuka matanya kembali. Ia mendudukkan dirinya. Memijit pelipisnya.

"SHIT!" Jong In mengumpat. Suara Kyung Soo selalu membayangi dirinya. Suara yang pertama kali ia dengar. Suara yang sudah direkam jelas oleh sel-sel memori otaknya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang Blue Bird?" gumam Jong In sangat teramat lirih. Ia menghembuskan napas kasarnya.

Di balik tembok. Baek Hyun hanya bisa mengintip Jong In lirih. Ia menangis dalam diam. Ia benar-benar tahu apa penyebab Jong In menjadi seperti ini. Kyung Soo. Hanya Kyung Soo. Seorang tuna wicara dengan berbagai kekurangannya.

"Tuhan.. kenapa kau membuat cinta mempermainkan kami?"

.

.

Chan Yeol berjalan perlahan. Membawa guci berukuran tak terlalu kecil bercorakan bunga edelweis dipelukannya. Sedangkan tangan kirinya membawa sebuah botol kaca kecil yang berisikan kertas milik Kyung Soo. Perlahan namun pasti, langkahnya membawa ke tempat tujuan.

Chan Yeol memberhentikan langkahnya. Ditatapnya pintu berwarna cokelat kayu yang ada di depannya saat ini. Ia menghela napas. Mencoba mengurangi beban rasa sakit yang berada di ulu hatinya. Tangan kirinya begetar. Mencoba menggapai bel pintu rumah mewah tersebut. Ia menekan beberapa kali, hingga bel itu menghasilkan sebuah suara nyaring yang mampu terdengar.

CEKLEK! Chan Yeol tak berkedip. Ia menatap sosok yang ada di depannya saat ini. Sosok berparas lembut dan terlihat begitu cantik untuknya. Sosok yang selalu menjadi teman temaram mimpinya. Namun dengan cepat ia mengelak. Mencoba tak terperosok terlalu jauh akan pesonanya.

"Chan Yeol? Ada apa kemari?" tanya Baek Hyun pada Chan Yeol.

"Jong In! dimana Jong In?" tanya Chan Yeol balik bertanya. Tugasnya di sini hanya mengantarkan sesuatu.

"Akan aku panggilkan.." jawab Baek Hyun. Chan Yeol hanya menatap punggung mungil Baek Hyun yang mulai menjauh. Lalu ia menatap guci tersebut lirih. Ia memeluk guci itu lebih erat. Mencoba menahan segala dayanya yang ingin keluar.

"Ada apa Chan Yeol?" tanya Jong In dengan diiringi langkahnya yang mulai mendekat ke arah Chan Yeol. Chan Yeol yang melihat Jong In langsung menteskan airmatanya perlahan. Sungguh ia tak mampu menahan semuanya lagi. Jong In hanya memandang Chan Yeol heran.

"Aku.. hanya.." ucapan Chan Yeol terputus. Chan Yeol terisak. Kepalanya tertunduk.

"Hanya apa?" tanya Jong In yang mulai khawatir.

"Aku hanya ingin mengantarkan Kyung Soo.." ucap Chan Yeol.

"Apa maksudmu? Dimana Kyung Soo?" tanya Jong In lagi. Sungguh ia tak mengerti. Kepalanya yang terasa berat karena memikirkan keadaan Kyung Soo membuatnya tak mampu mencerna keadaan yang sekarang sedang terjadi.

"Di sini.. di dalam guci ini."

DEG! Jong In terdiam. Baek Hyun yang ada di belakang Jong In pun ikut membisu.

"Ia menghembuskan napas terakhirnya kemarin malam. Ia sempat koma Jong In. Dan.." Chan Yeol terdiam sejenak. Suaranya bergetar karena menahan tangis.

DEG! Langkah Jong In memundur. Badannya seakan terhuyung terhempas angin. Sedangkan Baek Hyun hanya bisa menutup mulutnya.

"Dan aku mengantarkan abu raganya padamu. Di dalam guci inilah abu raganya berada," jelas Chan Yeol ditemani isakkan lirih. Mata Jong In berair. Tetesan bening itu bertambah deras menetes di pipi seorang Kim Jong In.

"Tidak.. tidak mungkin! Baru dua hari yang lalu aku menggendongnya Park Chan Yeol! Baru dua hari yang lalu aku menyentuh raganya! Dan dua hari yang lalu aku baru mendengar suaranya!" teriak Jong In di depan Chan Yeol. Chan Yeol menggeram.

"Tapi pada akhirnya kau meninggalkannya! Karena itulah ia tak mampu bertahan dan menjadi abu!" balas Chan Yeol dengan emosi meluap.

Chan Yeol meraih tangan kanan Jong In. memberikan guci bercorakkan bunga edelweis itu kepada Jong In. Lalu ia meraih tangan kiri Jong In. memberikan botol kaca kecil berisikan kertas milik Kyung Soo.

"Taburkan abunya di tempat teristimewanya. Dan bukalah kertas yang ada di botol kaca kecil itu. botol itu aku temukan di jaket milik Kyung Soo. Aku pergi. Tugasku sudah selesai.."

Jong In mulai menangis dengan isakkan yang perlahan-lahan mulai mengeras. Ia jatuh terduduk. Memeluk guci dan botol kaca kecil itu begitu erat.

"Kyung Soo! Hiks!" jerit Jong In.

"My Blue Bird! Kyung Soo! hiks!" jerit Jong In lagi. Baek Hyun melihat kekasihnya jatuh terpuruk. Ia mendekat. Lalu perlahan memeluk tubuh Jong In. Ia ikut menangis.

"Tuhan.. kenapa kau jadikan kisah kami seperti ini?"

.

.

Jong In berjalan. Menyusuri pasir pantai yang terasa halus di kaki telanjangnya. Matanya terlihat membengkak. Namun ia terlihat lebih tampan saat ini. Tubuhnya yang menjadi idaman telah terbalut dengan tuksedo rapi. Rambutnya yang berwarna hitam legam bergoyang lembut mengikuti arah sang angin berhembus. Tangan kanannya memeluk Kyung Soo erat, ah tidak memeluk guci yang berisikan abu Kyung Soo lebih tepatnya.

Mata tajamnya melihat sang mentari yang mulai tenggelam. Menanggalkan warna jingga yang telah bercampur abstrak dengan warna langit lainnya. Hari ini 14 januari. Hari dimana Kyung Soo sudah meninggalkannya. Hari dimana jumlah masa hidupnya telah bertambah. Hari yang sebenarnya istimewa. Namun telah menjadi duka.

12 januari yang membuat seorang Kyung Soo menderita..

Dan kini, 14 januari yang membuat seorang Jong In tersiksa..

"Suara itu.. akhirnya menjadi yang pertama dan menjadi yang terakhir kalinya untuk kudengar."

Jong In mendekat ke arah desiran ombak. Ia berhenti sejenak. Bayangan Kyung Soo saat itu membuatnya berhenti. Matanya terasa perih kembali. Masih begitu segar dalam ingatannya. Kyung Soo tergeletak lemah ditemani sang ombak yang mengguyur Kyung Soo secara terus menerus.

"Tak tahukah? Suaramu itu benar-benar lembut dan halus.."

Tangan kirinya merogoh kantong celananya. Mengambil sebuah botol kaca kecil yang ditinggalkan Kyung Soo untuknya. Ia ambil kertas yang sudah tergulung rapi di dalam botol kaca tersebut. Dibukanya perlahan. Menyiapkan sepasang indera pengelihatannya untuk melihat deretan tulisan yang sudah tertulis rapi di dalamnya.

Jong In..

128 akar e980, masih ingatkah dengan rumus ini?

Rumus yang dulu selalu kau kerjakan namun tak dapat kau jawab..

Hehehe.. aku masih ingat saat kau berdebat denganku tentang jawaban dari rumus ini..

Tahukah kau bahwa rumus ini benar-benar istimewa untukku..

Aku ingin kau menjawab hasil dari rumus ini..

Dan kini.. aku berikan dua kata kunci yang dapat menjawab rumus ini..

Hanya ada Pasir dan ombak..

Your Blue Bird

Jong In mengadahkan kepalanya. Menutup matanya sembari menghela napas. Mencoba menahan airmatanya untuk kesekian kalinya.

"Pasir.." Jong In mulai menggerakan kakinya dengan seirama. Menulis 128 akar e980 di pasir pantai yang terasa halus di permukaan kulit kakinya.

"Ombak.." Jong In menunggu hempasan ombak datang. Hingga hempasan itu datang. Menyapu bagian atas tulisan rumus 128 akar e980 yang sudah Jong In tulis. Dan perlahan.. ombak kembali mundur. Menjawab sebuah rahasia yang begitu istimewa.

I Love You

DEG! Jong In termangu. Napasnya seakan tercekik. Ia tak tahu. Seberapa istimewanya rumus itu untuk dirinya. Tak mampu ditahan lagi. Airmatanya kembali menetes secara tak tahu diri. "Aku memang bodoh! Bodoh!" umpat Jong In dalam hati.

"Aku juga mencintaimu Kyungie hiks hiks.. maafkan aku!" jerit Jong In membelah sunyi. Dengan isakkan yang sudah terdengar keras, ia mendekati ombak. Terus berjalam menerobos ombak yang terhempas. Ia tak peduli. Air asin itu akan mengotori dirinya kembali.

Jong In terus berjalan. Mulai ditemani salju yang berjatuhan. Tak memedulikan dinginnya angin yang mulai menyapu tubuhnya. Perlahan air laut mulai menenggelamkannya hingga sebatas pinggul. Mentari hampir tak terlihat. Seperti tenggelam ditelan oleh luasnya biru laut.

Jong In berhenti. Ia membuka penutup guci itu perlahan. Dengan segala daya ia menahan isakkannya yang mulai semakin menjadi. Bulu matanya pun kian membasah karena derasnya airmata. Tangannya gemetar. Namun tangan itu tetap ia gerakkan untuk mengambil sesuatu di dalam guci tersebut.

Jong In merasakan abu Kyung Soo yang benar-benar halus dan lembut. Tak mampu, sudah tak mampu lagi ia menahan tangisnya.

Tubuh yang dulu selalu ia peluk kini telah menjadi serpihan abu..

Tubuh yang dulu sering ia lindungi kini telah menjadi serpihan abu..

Tubuh yang dulu sangat membuatnya candu kini telah menjadi serpihan abu..

Dan tubuh yang selalu menemaninya dalam keterpurukkan kini telah menjadi seprihan abu yang tak berbentuk..

Jong In menggenggam abu raga Kyung Soo erat. Tak percaya bahwa abu ini adalah kyung Soo yang selalu menjadi sandarannya. Ia kecup lama abu Kyung Soo yang ada digenggamannya. Hingga ia menjulurkan tangannya ke depan. Dan mulai menaburkan abu Kyung Soo perlahan.

"Maafkan aku my Blue Bird.. maafkan aku yang tak bisa menjagamu. Hanya bisa mengkhianatimu dan menorehkan lara untukmu. Aku memang pendosa. Sekali lagi maafkan aku.. meskipun itu sudah terlambat.."

Epilog

Terlihat seorang pria paruh baya sedang duduk memandang sunset. Rambut putihnya bergoyang gemulai. Mata senja yang terhiasi kerutan kentara pun terpejam. Bibir yang juga terhiasi kerutan kulit pun tersenyum.

"Pada akhirnya aku akan selalu menjadi milikmu. Lihatlah Blue Bird. Aku jadi lajang tua hahahahaha. Hanya kau yang aku cintai. Oh iya kau tahu, Chan Yeol dan Baek Hyun sedang menantikan cucu pertama mereka sekarang.." ucap pria paruh baya itu. Ya.. pria paruh baya itu adalah Kim Jong In. Sang aktor legendaris yang sudah berumur senja.

Jong In selalu seperti ini setiap hari. Semenjak kematian Kyung Soo, Jong In selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi tempat dimana abu Kyung Soo ditaburkan, pantai. Jong In selalu menceritakan keluh kesahnya, cerita harinya, amarahnya dan tangisnya. Seakan-akan baginya Kyung Soo masih bernafas dan ada.

"Huff.. Aku sudah lelah. Kapan kau akan menjemputku sayang? Bolehkah aku menutup mataku?"

The End

EdeL's Note : untuk para Reader's. makasih ya udah ngikutin FF amatir saya hehehehe. Tapi saya Cuma mau ingetin. FF ini bukan bermaksud buat membalas dendam buat FFnya ChanBaek 10080. FF ini asli dari pikiran EdeL.

GomAWOOOOO