New FanFiction


©BocahLanang

Bagi yang ingin berteman dengan BocahLanang, silakan add FB:

BocahLanang HunKai (The Real BocahLanang)

Thanks sudah mau berteman dengan BocahLanang! Yey!

Di akun itu biasanya BocahLanang posting summary ato draft FF baru


..

.

HunKai Fanfiction

Warn!:

boyslove│mystic│horror│reallife│rateM│ghost│supranatural

MainPair:

Sehun (seme) X Kai (uke)

OtherPair:

Baekhyun (seme) X Kai (uke)

Chanyeol (seme) X Kai (uke)

Other Cast:

Baekhyun

Kris

Luhan

Chanyeol


Based on Real Life..

.

.

.


Eat-this-Rose


FlashPlot:

Viana de Castelo-Portugal

...

Bertegur sapa pada tetangga yang ramah

Jarak antar rumah sangat berjauhan.

Masih bertanya mengapa neneknya memilih pindah

Dari Seoul-Korea ke daerah terpencil di Portugal.

...

Seiring berlalunya hari,

Mulai disadari bahwa sebenarnya

Semua orang menjauhinya.

Takut.

...


10_ Enough..


02 . 21 pm..

Dentuman-dentuman memekak pendengaran.

Doktor David tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Semua indera perasanya mati.

Beberapa kali ia berusaha menarik nafas, tetapi hanya sesak yang ia rasakan.

Lambat laun didengarnya suara puluhan orang bergemeremang memekik dan ada pula yang menangis, meraung, merintih.

Seperti berada dalam neraka dimana semua yang berdosa dihukum.

Tapi yang tertangkap kedua mata David hanya gelap kelam tanpa sinar sama sekali.

Bunyi decit-decit lantai seperti digores amat dalam oleh benda tajam. Bayangan imajinasi mahasiswa kedokteran itu menggambarkan sosok lelaki bertopi fedora dengan setelan jas hitam, tubuh putih pucat, membungkuk dengan tangan dan kuku panjang tajam.

Kuku tajam yang menggores dalam pada setiap ubin-ubin lantai.

Decitan memekakkan telinga, bersamaan dengan udara dingin menghempas pada wajahnya. Samar-samar ia melihat tubuhnya kembali.

Diam kaku berdiri diseberangnya tanpa kepala.

Tangan panjang dengan kuku tajam itu mengangkat onggokan kepala David yang terpenggal.

Diayunkan dengan bebas pada udara dingin yang kosong. Gelap.

Lalu, mudah bagi sosok pucat itu melayangkan tubuh tanpa kepala milik David untuk duduk pada sebuah kursi jagal penuh paku.

Beberapa paku berkarat mulai menusuk kulit punggung, tangan dan kaki Beval. Darah mengalir deras memberi warna pada kursi kayu yang usang.

Beberapa gagak pemakan bangkai mulai hinggap di kusen-kusen kursi.

Yang lain mulai meminum darah yang menetes disetiap jemari lentik Beval.

"Aku tahu.. Kau tidur disamping Istriku.. beberapa hari ini.. dan tanganmu itu menyentuh Istriku beberapa kali.." suara berat dengan desisan dingin keluar dari bibir pucat lelaki berjas hitam itu. Dibisikkan jelas pada telinga kanan kepala Beval yang dijinjing dengan menjambak rambut ungunya.


03 . 45 pm..

Jadi seperti inikah hukuman itu?

"Kau hanya ilusi, kau sudah mati.. Charless. Kembalikan aku keduniaku!" Baekhyun yang hanya kepala itu berteriak dalam gelap matanya. Ia tidak bisa melihat apa-apa, seperti kedua matanya dibutakan oleh tetesan lahar neraka.

"Lalu.. bagaimana bisa kau menyebut ini ilusi.. Byun Baekhyun.." kalimat tanya itu terdengar perintah, bersamaan dengan kuku-kuku jari tangan yang panjang itu mulai menyentuh kasar kedua kelopak mata Adken.

"Ja-jangan.. Jangan lakukan itu.." bibir Beval bergetar merasakan sesuatu yang tajam menggores tulang alis dan kulit hidungnya.

Rasa perih mulai menjalar bersamaan dengan darah merah segar mengalir, bagai anak sungai air mata. Air mata darah.

"Matamu ini juga berdosa.. melihat tubuh istriku.." jari telunjuk dengan kuku tajam itu mulai menekan kedalam.

Baekhyun tahu jelas apa maksud lelaki disampingnya kini. Ia memang melucuti pakaian Kai saat Kai pingsan di altar depan. Ia melakukan itu untuk menghangatkan tubuh pemuda Kim tersebut.

"AAAAAARRRRGGHH!" kuku-kuku tajam itu menusuk kedalam rongga mata kanan Beval. Mengeruk kedalam, mencongkel kedua matanya, lalu menarik keluar dengan kasar.

"HENTIKAAANN! AAAAA!" teriakan kesakitan Baekhyun menggema pada gelap disekeliling, seolah berada pada labirin-labirin tanpa akhir. Dimana Baekhyun berada ditengahnya, bersama sosok hantu kejam. Charless Brisshen.

Pluks..

Bulat mata kanan Beval jatuh dengan mudah ke lantai yang dingin.

"Biar kuambil yang tersisa agar kau patuh.." kulit wajah Baekhyun yang dipenuhi darahnya sendiri itu kini gemetar. Gerakan pelan kuku-kuku panjang itu menggores kulit wajahnya.

"Ja-jangan.. jangan butakan aku.." bibir tipis Baekhyun bergetar ketakutan. Memang meski memiliki kedua matapun ia sejak berada di tempat ini tidak bisa melihat jelas. Cahaya yang terenggut darinya mungkin saja bisa dikembalikan.

Tapi kalau sampai matanya dicongkel, dan ujung syaraf pengelihatannya ditarik paksa begini.. sudah tidak ada harapan ia akan dapat melihat lagi seumur hidupnya kelak.

"A-aku akan menjaga jarak.. aku akan berhati-hati.." tekanan ketiga kuku di kelopak mata atasnya berhenti.

Baekhyun merasa terselamatkan meski kenyataannya ia tidak sama sekali dalam kondisi yang lebih baik.

"Bukan itu jawaban yang ku inginkan.." kuku-kuku tajam itu kembali bergerak perlahan masuk kedalam rongga mata kiri Baekhyun. Satu-satunya mata yang tersisa.

Baekhyun kembali panik.


03 . 52 pm..

"A-aku akan jarang menemuinya setelah ini! Aku akan pergi! Aku tidak akan menyentuh Kai, istrimu!" susah payah Beval berujar. Meski ia harus mengkhianati perasaannya sendiri.

Rasa sesak perlahan menjalar di dadanya. Ia bisa melihat tubuhnya yang berada diseberang sana terlihat sesak bernafas. Merintih kesakitan untuk perasaannya. Cintanya.

Beval teringat cerita dari sang kakek yang diujarkan padanya.

Ini semua hanyalah kisah klasik, tapi memang benar adanya.. orang barat meyakininya. Tidak memandang baik-buruk, miskin-kaya, sehat-sakit, pelacur-pendeta, anak-dewasa, sedarah. Orang barat tetap percaya akan adanya cinta sejati.

Dan Baekhyun menyadari itu sekarang.

True Love.

Dulu ia mencibir banyak tetangga dan artis papan atas hollywood yang berganti-ganti pasangan, bercerai layaknya membuang sisa makanan, dan menikah seperti kegiatan rutin. Tak jarang Baekhyun jijik pada teman-teman dan kenalannya yang menikahi wanita atau lelaki yang sudah menjadi janda atau duda.

Baekhyun merasa hal tersebut tidak cocok dengan kepribadiannya, yang kata kakeknya sendiri darah Asia yang menjunjung adab dan kesopanan tinggi mengalir kental pada diri Baekhyun, membuat dirinya tidak menyukai hal-hal seperti itu.

Baekhyun dulu tidak percaya akan kata 'cinta itu buta'.

Cinta yang membuatmu menikahi orang sakit, menikahi saudara sendiri, menikahi orang yang berbeda jauh umurnya, menikahi orang cacat, menikahi orang miskin, menikahi orang gendut, menikahi orang hitam, menikahi orang miskin, menikahi pecandu narkoba, menikahi gelandangan, menikahi pembunuh bayaran, dan menikahi pelacur. Baekhyun merasa itu salah. Ia tidak habis fikir dengan keyakinan 'cinta sejati' yang dipegang teguh orang-orang barat.

Mungkin mereka mendengar kisah para putri dongeng seperti beauty and the beast, snow white, sleeping beauty, aurora, rapunzel, dan kisah-kisah menyebalkan lainnya, sejak mereka kecil. Yang menceritakan cinta sejati tanpa memandang fisik dan keadaan. Yang menurut Baekhyun tidak masuk akal. Sangat.

Tapi kini Baekhyun sadar..

"Tidak ada yang tidak mungkin.. jika kau sudah merasa nyaman, serasi, dan bahagia meluap memenuhi hatimu.. ketika bersamanya.. selamanya ingin disisinya.." bibir tipis Baekhyun tanpa sadar mengucapkan kata-kata kakeknya.

Hanya hati yang bisa menentukan apakah seseorang itu cinta sejatinya. Dan Baekhyun merasakan itu pada seoranga anak kecil.. bernama Kim Kai.

"Kau mengerti itu.. jadi.. kubiarkan kau hidup.." ketiga kuku tajam itu menggores dalam secara vertikal. Memberi tiga garis merah yang terlihat perih dan menyakitkan pada wajah tampan Beval.

"Kau tidak pernah bersama Kai! Kau tidak mencintainya! Aku pikir kau hanya menginginkan tubuhnya!" tak gentar Baekhyun masih menentang makhluk mengerikan yang menjinjing butir kepalanya tinggi-tinggi.

Tubuhnya diseberang sana diam dengan beberapa burung pemakan bangkai yang meminumi darah yang mengalir dari setiap tusukan-tusukan ratusan paku tajam yang menembus tubuhnya pada kursi itu.

"Aku sudah memiliki semuanya... Aku hanya menginginkan istriku," bibir itu berujar serak mengerikan.

"Berhenti berbohong.. tidak perlu arwahmu menggentayangi seperti ini! Kau sama saja bertarung dengan hukum Tuhan! Aku tahu kau sudah lama mati, Park Chanyeol! Mengambil Kai demi tujuanmu untuk-"

BRUAKKKHH!

Kepalan tangan Brisshen langsung menghantam telak kepala Baekhyun yang dijinjingnya. Sangat keras hingga bunyi hantaman dan remukan beberapa tulang tengkorak Baekhyun menggema mengerikan bagai ombak bergulung-gulung.

"Kau terlalu banyak bicara.." setelah suara lelaki itu mengalun berbisik pada telinga kiri Baekhyun yang mengalir darah dan berdengung nyaring. Lambat-laun satu-satunya mata yang dimiliki Baekhyun semakin samar.

Buram.

Lalu ia tidak sadarkan diri.

Gelap.


04 . 12 pm..

Kedua tungkai kaki jenjang itu terayun-ayun bosan.

Rambut merah muda halusnya diterpa angin sore. Ia adalah anak laki-laki tan dengan mata bulat dan bibir merah merekah yang manis.

Matahari sore yang bulat jingga ditemani oleh beberapa koloni burung yang kembali pada sarangnya.

Tidak seperti anak tan itu yang diam merenung sendirian. Tidak ditemani.

Kim Kai.

Pemuda tan manis dengan surai merah muda itu termenung pada atap gedung tinggi berwarna putih dan silver khas dengan aroma antiseptic yang menyebar ke seluruh sudutnya.

"Aku tidak menyangka Ken hyung bisa pingsan tiba-tiba.. Kurasa, Ken hyung kelelahan mengurusi diriku yang merepotkan ini.." kedua matanya semakin sendu mengamati ujung-ujung sepatu ketsnya.

Saat hendak memasangkan sabuk pengaman untuknya, entah tiba-tiba kedua mata tajam hyung tampannya itu memperlihatkan keterkejutan, dan berikutnya tubuh namja tampan itu jatuh begitusaja tak sadarkan diri pada pangkuannya.

Untunglah Kai mampu menemukan telepon genggam milik Adken dan segera mendial nomor Dokter Lu.

"Kim.. Kai?" Lantang suara seorang lelaki dari belakang tubuhnya memanggil. Meski angin sore itu agak kencang, suaranya tetap terdengar jelas, layaknya singa.

Kai menengok kebelakangnya, mendapati sosok tinggi lelaki dengan rambut hitam cepak yang mengingatkannya dengan Charles, tapi berbeda, lelaki didepannya itu memiliki tanda-tanda hidup.

"Me?" lucu sekali ketika pemuda bersurai merah muda itu menengok ke kanan kiri mencoba mencari orang lain disekelilingnya, siapa tahu bukan dia yang dipanggil lelaki dewasa tinggi tersebut. Mendapati tidak ada seorang pun selain mereka berdua di atap ini, pemuda Kim itu menunjuk dirinya kemudian.

"Of course, come in. David need you." Telunjuk panjang lelaki itu menunjuk pintu rooftop, memintanya mengikuti lelaki tinggi itu masuk kembali kedalam gedung rumah sakit.

"Baekhyun siuman?" Kai berusaha menyamakan langkahnya dengan lelaki tinggi yang langkahnya lebih lebar itu.

"Yes, he keep delirious, asking about your condition." Tangannya membukakan pintu ruang dimana Baekhyun semula dirawat intensif untuk beberapa jam yang kritis tadi. Mempersilakan Kai masuk terlebih dahulu dan disusulnya.

Didalam mereka disambut pemandangan seorang suster cantik bernametag Jene, sedang melakukan pemeriksaan denyut nadi dan mengatur infus untuk Baekhyun. Wanita berseragam putih dengan rok itu kemudian pamit keluar setelahnya.

Disana Kai dan pemuda tinggi itu berdiri. Disamping Adken yang hanya berkedip kedip beberapa kali, bersandar pasrah pada kasur yang memang dinaikkan sedikit.

"Just tell it. David." akhirnya pemuda tinggi itu berkata memecah keheningan.

Meski kalimat perintahnya tidak sopan untuk diujarkan pada seseorang yang sempat kritis.

"Aku tidak pingsan. Suster itu sendiri bilang kalau detak jantungku hilang hampir satu jam. Aku hampir saja divonis mati. Terrible." Namja bersurai ungu itu mengusap wajah tampannya. Sedikit tersisa dingin-dingin dijemarinya.

Ingatan itu tidak bisa lenyap. Charles Brisshen benar-benar telah melakukan teror padanya.

"Hyung?" tangan hangat Kai menyentuh kedua telapak tangan Baekhyun. Menggenggam kedua tangan yang lebih besar itu. Menyalurkan kehangatan.

"Ne?" membuat Baekhyun tersenyum padanya.

"Hyung baik-baik saja?" sorot kahwatir terlihat jelas dari kedua mata Kai yang memandang tepat pada kedua mata tajamnya yang sedikit kelelahan.

"Ya, aku baik." David mengusak rambut merah muda Kai yang halus itu. Merapihkan helai-helai yang sedikit acak karena terhembus angin saat berada di rooftop sebelumnya.

"Bagaimana dengan lehermu itu? Aku baru tahu kalau suster harus mengikatmu seperti pasien sakit jiwa." Lelaki tinggi itu menunjuk leher David.

"Leherku tidak ada tali sama sekali, Kris. Jangan merusak suasana." Baekhyun mencibir.

"Kris? Teman kuliah hyung?" Kai menengok kebelakang, lelaki tinggi itu mengangguk. Ternyata.. namja tinggi itu adalah Wu Kris, sepupu dokter Lu. Pria yang sempat ia angkat panggilannya saat ia meminjam telepon genggam Baekhyun untuk bermain game.

Pantas saja lelaki tinggi itu tiba-tiba bisa disini. Menjemputnya di atap, pasti karena dokter Lu yang menghubunginya.

"Maaf aku tidak memperkenalkan diri dengan baik. Aku Wu Kris. Salam kenal." Tangan besar itu terjulur dan Kai segera menyambutnya sembari memberikan seulas senyuman tipis yang manis.

"Kim Kai. Nice to meet you, sir." Setelah melepas jabatan, Kai segera membungkuk hormat.

"Hei, tidak-tidak. Aku tidak setua itu, panggil aku gege. Ok?" Kris menepuk bahu Kai pelan. Membuat Beval yang melihat interaksi mereka hanya tertawa. Ternyata Kris yang dingin itu bisa berujar panjang dan bertingkah aneh ketika berhadapan dengan pemuda Kim manis tersebut.


05 . 00 pm..

Kai perlahan menyuapkan bubur pada Baekhyun.

Meski sudah ia tiup hingga dingin, dan beberapa kali menambah air kuah agar bubur lebih cair, Baekhyun terus saja mengeluh perih dan sakit pada kerongkongannya sehingga berakhir dengan tandasnya gelas air minum yang tersedia di meja pasien.

"Kris hyung, bisakah kau tuangkan air lagi?" dengan sedikit memelas Kai mencoba memohon. Tangannya sibuk memegang lembar-lembar tisu. Membersihkan bubur yang mengalir dari ujung bibir Baekhyun. Yang beberapanya mengotori kasur dan pakaian pasien namja tampan itu.

"Haish.. sungguh David, lehermu itu kenapa? Apa suster tidak sengaja mencekikmu dengan selang infus? Atau kau terjatuh saat di bawa dan lehermu terlindas roda?" Kris menuangkan air mineral untuk kesekian kalinya pada gelas di meja.

"Kenapa kau terus membicarakan leherku? Memangnya ada apa sih? Ini memang sakit tapi kalau memang yang kau katakan benar, seharusnya leherku sudah patah." Baekhyun mencebik dan meminum kembali air mineral digelasnya.

"Tapi lehermu dibalut perban, hyung." Kai menyentuh perban kasa tipis yang dibalut memutari leher Baekhyun.

"Argh!" Rasa sakit, tertusuk, pegal, dan ngilu luar biasa menyerang dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Aa! Maafkan aku hyung! Aku tidak bermaksud!" Kai langsung panik melihat Baekhyun terlonjak dan memekik sakit. Darah segar mengalir memperparah warna merah pada kasa yang sebelumnya tidak begitu banyak.

"Berikan cermin." Baekhyun menunjuk cermin ukuran sedang yang tertempel didekat pintu kamar mandi.

Namja tan manis itu bergegas melepas cermin itu dari pakunya. Sedikit berjinjit karena tubuhnya yang masih belia.

"Ini hyung." Kai menyerahkan cermin tersebut, lalu memberikan ruang untuk Kris yang sudah siap dengan kasa baru ditangannya bersama gunting dan plester. Kris termasuk ikut magang besok, itu berarti ia sudah memiliki ilmu yang lumayan cukup untuk membalut luka jahit yang sedikit terbuka.

"Damn! Charles Brisshen.." bisik serak Baekhyun menatap nanar lehernya ketika Kris membuka perbannya yang sudah basah merah darah untuk segera diganti perban baru.

"Look like Frenkenstein." Kris mengamati jahitan yang memutari leher Beval.

Pemuda berusia 15 tahun disebelahnya menatap takut, ia melihat luka itu seolah kepala Baekhyun barusaja lepas dari tubuhnya dan dijahit kembali.

"Apakah dokter yang menangani hyung salah bedah?" Pertanyaan Kai mengundang dua calon dokter yang sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing itu kini menatap lurus padanya. Menaikkan sebelah alis mereka. Pertanyaan Kai seperti lelucon dipetang hari ini.

"Hehe, aniya.. kemari anak manis." Baekhyun hanya bisa tertawa maklum. Menepuk sebelah ranjangnya yang kosong, lalu menggiring Kai untuk masuk dalam rengkuhannya.

"Tadi tidak ada, David. Aku ikut dalam pertolongan pertamamu yang ditangani langsung oleh Luhan. Lehermu baik-baik saja sampai kau melewati kritis bahkan ketika Dokter Luhan dan beberapa asistennya keluar." Kris kembali setelah membuang kasa yang penuh rembesan darahnya tadi.

"Aku bermimpi." Beval berusaha mengatakan mimpi yang kini menjadi nyata itu. Seperti bukan mimpi, tapi ia ditarik ke dimensi lain untuk disiksa, lalu lehernya ini adalah salah satu akibatnya.

"Tidak, kau sudah sadar sekarang." Kris menimpali, tapi ternyata Kris salah tanggap.

"Sebaiknya hyung istirahat, jangan gerakkan leher hyung terlalu kuat." Pandangan Kai yang sarat akan permohonan meluluhkan Baekhyun.

"Baiklah, untuk beberapa hari kedepan aku akan istirahat total. Kris, aku titip Kai." Baekhyun memejamkan kedua matanya sebelum mendengar jawaban atau protes dari namja tinggi yang berdiri disamping ranjang pasiennya.

"Dasar seenaknya." Kris melipat kedua tangannya kesal. Lalu tatapan tajamnya beralih pada Kai yang mulai turun dari ranjang Baekhyun. Kedua tangan Kai dengan terampil membenarkan letak bantal lalu menyelimuti tubuh Beval hingga merasa nyaman.

"Kau." Kris menunjuk Kai.

"Ya?" Kai segera mengalihkan pandangannya pada Kris. Namja tinggi dengan rambut hitam cepak itu.

"Mau ke apatermenku?" Kris berujar langsung begitu melihat dua binner polos Kai. Namun setelah menyadari ucapannya, Kris sama terkejutnya seperti anak Kim manis yang kini memegangi kedua pipinya yang memerah.


08 . 00 pm..

Kai duduk di sebuah sofa panjang berwarna silver terang dengan meja kecil putih dan televisi flat menempel pada dinding didepannya, menampilkan siaran televisi berupa animasi kartun the simpson.

Beberapa kali alisnya mengrenyit mendengar dialog aneh acara tersebut. Sedikit vulgar, bahasa tidak sopan, dan penuh kekerasan pada keluarga kuning tersebut.

"Aku juga ingin main skateboard tanpa celana seperti Bart." Jari telunjuk kecilnya menunjuk Bart Simpson yang menaiki skateboardnya namun kelaminnya tetap ditutupi berbagai keadaan alam seperti burung, air selang, bola, daun, dan..

"Hei, bocah. Apa yang kau lihat-astaga.." Kris yang mendekat setelah selesai mandi, menganga melihat bagian terakhir dimana penis Bart Simpson terlihat menggantung ketika melewati pagar tumbuhan yang bolong. Dan itu benar-benar jelek.

Segera ia raih remot dan memindahnya pada acara ramalan cuaca.

"Gege!" Kai merengut kepada Kris yang merusak konsentrasi menonton televisinya. Kai sendiri memang sudah jarang menonton televisi, karena televisi dirumah grandmanya sering buram dan abu-abu berbunyi gemeresak.

"Jangan menonton yang belum usiamu." Handuk yang ada di bahu lebarnya ia tutupkan pada wajah Kai yang menatapnya sebal.

"Kris ge!" Suara melengking Kai disambut dengan tatapan tajam Kris.

"Masuk ke kamar dan tidur!" Kris dengan suara beratnya tak kalah keras membentak anak manis itu untuk menuju pintu kamar yang ditunjuknya.

"Gege benar-benar orang tua kaku!" Kai yang memang sudah kebal dengan perintah-perintah penuh sopan santun yang dilayangkan ayahnya kini merasa perintah Kris tidak ada apa-apanya.

"Ya. Aku kaku karena aku tidak tahan berada bersama anak kecil. Dan David boneka Ken Asia berjalan itu menyerahkanmu padaku begitusaja. Fuck that doll.." didorongnya punggung mungil Kai. Digiring anak tan manis itu agar segera memasuki kamar satu-satunya diapatermennya.

"Ini kamar gege?" Kai tidak ambil pusing dengan kalimat-kalimat frustasi Kris.

"Ya. Tutup pintunya, kunci dari dalam. Aku tidur di sofa depan televisi. Kalau ada apa-apa panggil aku." Tanpa menunggu jawaban Kai, Kris langsung melenggang pergi meninggalkan anak manis tan itu masih berdiri di ambang pintu.

"Huft.. dia lelaki dewasa yang kolot. Pantas Baekhyun hyung selalu marah marah setiap tugas kelompok dengannya." Kai mengamati Kris yang mulai merebahkan tubuh tingginya diatas sofa panjang.

Ketika lelaki tinggi itu hendak melembarkan selimutnya, tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan Kai yang menatapnya dari jauh.

"Kau harus tidur dengan dongeng?" Sindiran Kris membuat wajah manis Kai cemberut dan semakin manis.

"Gege bisa pegal-pegal jika tidur di sofa sempit itu." Jari telunjuk kecilnya menunjuk sofa abu-abu terang tempat Kris berada.

"Hanya semalam, karena besok pagi-pagi aku segera mengembalikanmu ke rumah nenekmu. Aku hanya terlalu lelah mengantarmu pulang malam ini. Go sleep," Kris mengusirnya untuk segera masuk kedalam kamar.

"Ish! Fine.. aku akan sendirian lagi." Kai hendak masuk kedalalam namun sebuah genggaman tangan hangat mencekal bahunya lembut.

"Sendirian?" Kris. Terlihat lelaki itu sedikit cemas pada sorot mata tajamnya.

"Y-ya.. nenekku meninggal beberapa waktu lalu. Jadi aku-"

"Maaf aku melupakan bagian itu. Malam ini biar aku temani." Sorot mata Kris menjadi lembut. Tapi bukan sorot kasihan yang memuakkan. Melainkan sorot mata melindungi yang hangat.

"Menemani? Aku belum mengantuk." Kai menggelengkan kepalanya menolak ajakan tidur. Tidur dalam artian yang sebenarnya.

"Baiklah. Apapun agar kau tidur malam ini?" lelaki tinggi itu merendahkan tubuhnya. Membuat tubuhnya sejajar dengan anak kecil berumur 15 tahun sebagai lawan bicaranya malam ini.

"Apapun?" Binar senang Kai membuat senyum Kris luntur.

"Bukan sesuatu yang melelahkan atau membahayakan nyawa!" Kembali Kris membentaknya. Membuat anak tan itu berfikir beberapa kali dengan perubahan sikap Kris yang cepat.

"Aku ingin secangkir coklat hangat dan televisi!" Kai segera berlari melewati Kris. Menyalakan televisi dan menemukan kartun shinchan di malam hari.

"Hei! Sudah kubilang tonton acara sesuai usiamu!" Kris berteriak dari dapur ketika ia sedang mengaduk coklat hangat malah mendengar suara Nohara Shinosuke yang memamerkan bra ibunya di kepalanya.

"Chinchan kan kartun gege!" Kai balas berteriak. Anak manis itu salah menyebut judulnya juga.

"Tapi Shinchan itu kartun 15+!" Langkah lebar Kris akhirnya sampai dihadapan Kai. Diletakkannya dua mug berisi coklat hangat. Ia hendak memindah channel televisinya.

"Aku sudah lima belas tahun Kris ge." Kalimat Kai membuat Kris membatalkan niatnya.

"Haish.. bocah." Dilempar remotnya asal ke meja.

Ia lalu duduk disamping Kai. Membenarkan selimut itu untuk tetap menutupi kedua kaki mungil Kai yang naik bersila diatas sofa.

"Kau harus berjanji untuk tidur setelah coklat panasmu habis. Arra?" pandangan Kris masih mengancam.

"Ne." Kai hanya mengangguk patuh.

"Bagus. Aku benar-benar lelah karena anak kecil. Huft." Kris membenarkan letak duduknya. Sesekali menutup kedua mata Kai ketika Shinchan melakukan adegan menurunkan celana atau menutup telinga Kai ketika Shinchan bicara kotor.

"Kris ge." Sejenak Kai memanggil lelaki yang kini menutup kedua telinganya. Pada adegan Shinchan yang menggoda gadis SMA.

"Hm?" Kris meliriknya sesaat.

"Jika kupikir-pikir lagi. Kris gege sebenarnya tidak benci anak kecil. Kris gege marah karena terlalu kahwatir sesuatu terjadi padaku. Hehe. Kau adalah lelaki yang sangat baik hati dan melindungi." Tebakan Kai tepat.

Terlihat jelas karena setelahnya kedua pipi tirus lelaki kanada itu memerah tipis.


11 . 00 pm..

Keduanya tertidur dengan sangat nyaman.

Sofa panjang abu-abu terang itu tampak kosong.

Sebagai gantinya, karpet bulu dibawah sudah ditiduri keduanya. Selimut tebal sudah menyelubungi Kai, sedangkan Kris tertidur nyaman dengan selimut tipis biru dan jaket hitamnya.

Kedua mata indah Kai terpejam. Lembut poni merah mudanya bergerak halus terkena sapuan jemari putih panjang.

Bibir merahnya dikecup lembut oleh bibir tipis dingin pucat.

"Night.. sayang. Sepertinya sudah cukup untukku terdiam.. aku ingin bersamamu. Istriku." Senyum tipis lelaki bertopi fedora itu mengakhiri kalimatnya.

Jemarinya yang sedikit terkotori darah kering itu menarik perlahan selimut tebal yang menyelimuti tubuh Kai hingga sebatas pinggang.

Lalu dibukanya kancing-kancing kemeja biru tua milik Kris yang Kai kenakan seusai mandi tadi sore.

"Kenapa kau menggunakan pakaian lelaki lain, hm?" bibir tipis itu mengecup setiap inci kulit dada Kai yang lembut.

Tatapannya beralih pada tonjolan pada kanan dada Kai yang merah kecil terlihat indah.

Dijilatnya perlahan.

"A-aah.. a..ngh.." Kai merintih pelan dalam tidurnya.

Clps.. Crrpshh..

Setelah puas dijilati, disedotnya nipple kanan anak tan belia itu hingga kemerahan membengkak, masih dengan erangan sensual dari tubuh yang bermimpi tersebut.

"Aku harus menandaimu untuk melindungimu.. karena ada yang datang besok.." Bisikan lirihnya menerpa leher jenjang Kai.

Membuat anak tan itu mendongak refleks. Tanpa menunggu lama, segera dikecupnya berkali-kali leher Kai. Lalu disesapnya sangat kuat diantara kedua gigi-gigi tajamnya hingga membuahkan tanda kebiruan yang sangat kentara.

Beberapanya membekaskan dalamnya taring yang menembus.

"Aku akan segera mendapatkanmu.. istriku." Setelahnya, lelaki bertopi fedora itu hilang lenyap dari ruangan tersebut.

Pluks..

Sebuah mahkota merah bunga mawar jatuh pada pipi gemil Kai.

Sebuah angin mengembalikan selimut tebal itu kembali menyelimuti tubuh Kai agar tetap hangat.


-TBC-

Eat This Rose


BocahLanang Fanfict..

Thanks for all review in ch 9:

Guest, Jung92, chocovanillahun, Athiyyah417, saju won, zyjizhang, abfm, chanta614, AgniSungni, ohkim9488, Oh Kins, gray, Hun94Kai88, saya sayya,

.

.

.

Readers: BocahLanang! Sebenernya itu setan jahat atau baik sih? Katanya mau menarik Jongin ke dunianya, tapi kok malah sekarang melindungi?

BocahLanang: Dia baik-baik jahat (?) hehe

Readers: Kris pedo atau seme tsundere?

BocahLanang: Hahaha.. seme tsundere? Sepertinya iya. Dia itu perhatian banget, tapi malah berakhir membentak begitu. Padahal niatnya sih enggak pengen marah. Yang penting kan Jongin tahu kalo sbnernya Kris itu perhatian banget sama dia, cuma Kris aja yang gak bisa menyampaikan dengan cara baik-baik setiap melihat keimutan Jongin, hehe.

Readers: Woy! Woy! Ini Sehun mana! FF HUNKAI kok gak ada SEHUNNYAAAAA! *protes

BocahLanang: Sehun bakal dateng kok.. tnang aja, ehehehe

Ini ff emang genrenya horror romance jadi ya begitulah, agak panjang alurnya. Dinikmatin aja ya? Monggo.. hehe

.

.

.

Jangan lupa review ya.. thanks sudah baca ch ini, maaf kalo agak membosankan karena BocahLanang sedang mengalami writter's block yang mengerikan.

Sampai tidak ada semangat merangkai kata padahal waktu buka draft FF ini (alur cerita yang sebenarnya) padahal seru sekali, ada berbagai misteri yang keren untuk diungkap. Tapi kok gak bisa bikin ceritanya? Aneh.. padahal ide sendiri yang buat -_-

Mungkin karena memang sedang sakit dan tidak enak badan.

Sekali lagi, Gomawo ^^

Salam HunKai Shipper!