disc: naruto tentu bukan punya saya, tapi fic ini pure punya saya hehe

1. To Know You

Pagi yang cerah di hari minggu, seorang gadis sedang berjalan di tengah kerumunan kota Tokyo. Padat merayap, trotoar di penuhi dengan pejalan kaki yang berlalu lalang. Gadis dengan surai indigo yang terurai dan poni yang sudah di tata rapi. Earphone putih sudah bertengger di telinga sang empunya. Kaki yang dihentakan menandakan sedang diputarnya playlist di ipod nya.

Setelah beberapa menit ia berjalan sampailah ia di sebuah tempat. Tempat dengan berbagai jenis buku di dalamnya. Ya itu adalah toko buku. Gadis itu memasuki toko buku, ada beberapa buku yang ingin di belinya. Mungkin tugas-tugasnya yang sudah menumpuk akan selesai setelah ia menyambangi toko buku yang berada tak jauh dari rumahnya.

Setelah memasuki toko buku tersebut, gadis itu langsung mendatangi susunan buku yang berjejer rapi di hadapannya. Papan nama seperti hukum, ekonomi, agama dan sebagainya terhias terpisah di tiap raknya. Tinggal seminggu lagi liburan musim panas berakhir, dan itu artinya ia harus segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya jika tidak ingin mendapatkan hukuman dari gurunya. Gadis ini memang siswi yang rajin, ia selalu mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik. Tak ada yang tertinggal semua ia kerjakan dengan sempurna. Mungkin jika orang lain yang melihat gadis ini, mereka akan berpikir ia memiliki kehidupan sempurna, wajah yang cantik dan senyum yang ramah selalu tergambar dari diri gadis indigo ini. Tak perlu di tanya lagi, ia adalah orang dari kalangan atas bisa di lihat dari cara berjalan nya yang anggun dan dandanan nya yang sederhana tapi elegan. Teman-teman nya di sekolah biasanya memanggil nya, Hyuga Hinata. Siswi dari kelas 3E di SMA Konoha.

Setelah ia mendapat buku yang di cari, hatinya tak puas jika ke toko buku hanya membeli buku untuk menyelesaikan tumpukan tugas yang menunggu di meja belajarnya, matanya mengedar mencari buku-buku yang ia suka. Hinata memang rutin tiap bulan ke toko buku untuk membeli buku yang ia suka seperti novel, mungkin bisa dibilang ia adalah seorang pembaca yang mengagumkan karena novel-npvel yang sudah di belinya selama ini tertata rapi di rak khusus novel yang ia sediakan di kamar. Rak nya pun sudah hampir penuh, padahal hinata sengaja membeli rak dengan ukuran agak besar dengan maksud semua koleksi nya akan ia simpan dengan rapi disana.

"ah ketemu" saat tangan Hinata telah menyentuh buku yang dicarinya tanpa sadar ada sesuatu yang menindih tangannya, dan benar saja ada tangan orang lain di atasnya. "sumimasen.. apa kau juga ingin membeli buku ini?" Tanya pemuda yang ada di sebelahnya. Mereka berdua agak canggung, si pemuda pun seakan tersihir dengan manik keabuan gadis yang ada di hadapannya sampai akhirnya Hinata menjawab pertanyaan si pemuda "ah iya, tapi jika kau ingin membelinya silahkan ambil aku tak keberatan" ucap Hinata sambil menyunggingkan senyumnya pada pemuda itu. "ah jika kau mau, ambilah. aku bisa menunggu stoknya keluar lagi beberapa hari kemudian, lagipula dimana-mana laki-laki harus mengalah kan pada perempuan?" ucap pemuda itu dengan cengirannya. "benarkah? Aku sudah menunggu keluarnya buku ini sejak kemarin, sayang sekali buku ini hanya tersisa satu ya" rasa senang terpancar di wajah Hinata, begitu senang seperti anak kecil yang baru saja diberi permen lollipop. Hinata mengatakannya seakan ia bertemu teman lama di toko buku padahal dia belum berkenalan sama sekali.

"begitu, aku juga sangat menyukai novel, toko buku ini cukup lengkap tak heran jika buku-buku nya lebih cepat habis terjual" lawan bicara nya pun seperti merespon ucapan Hinata. Pandangannya mengedar melihat suasana dalam toko buku tersebut. Sangat ramai memang. "ah baiklah kalau begitu novel ini aku ambil ya em... Maaf jika boleh tau siapa namamu?" Tanya Hinata, ia memang gadis yang cukup polos hingga berani berbincang dengan orang asing yang ditemuinya saat ini. "Uzumaki Naruto" jelas si gadis juga menanggapi juga kata-kata naruto

"Hyuga Hinata, salam kenal" Hinata membungkukkan sedikit tubuhnya memberi salam perkenalan pada naruto. "baiklah uzumaki-san terimakasih, jarang sekali aku melihat laki-laki suka membaca novel." Hinata agak terkikik baru sadar buku yang mereka perebutkan adalah sebuah novel. Dan hei sangat jarang kan laki-laki membeli novel. "ah begitulah, mungkin bisa dibilang aku sedikit berbeda, atau bisa juga di bilang unik" cengiran naruto terlihat dan itu hanya membuat gadis di depan nya bersemu. Langsung saja hinata ingin meninggalkan tempat itu karena tak ingin semu merah nya terlihat dan menimbulkan salah paham "baiklah aku duluan uzumaki-san" tapi pemuda itu memanggilnya "ano.. panggil aku naruto saja hehe" ucapnya tiba-tiba, hinata merasa sedikit aneh, tentu saja ini pertama kalinya mereka bertemu tapi hinata selalu berpikir positif mungkin naruto orang yang supel jadi jelas saja ia bisa cepat mengakrabkan diri dengan orang yang di temuinya "kalau begitu panggil aku hinata" hinata berjalan meninggalkan naruto menuju kasir. "baiklah akan ku ingat"

Setelah keluar dari toko buku tersebut, hinata bergegas pulang. Kaki-kakinya sudah tak sabar ingin memasuki ruang kamar nya dan menyelesaikan semua tugas rumahnya lalu ia bisa membaca novel yang baru saja di beli. Kaki melangkah tapi pikiran tetap saja tak searah dengan langkah kakinya. Sedari tadi ia berpikir mengenai naruto. "tunggu, sepertinya aku pernah mendengar namanya di suatu tempat dimana ya? Naruto uzumaki, siapa dia?" hinata berpikir sejenak siapa orang yang ditemuinya itu, sepertinya hinata mengenal sosok naruto dengan namanya yang familiar. Senyumnya yang khas dan manik biru nya seperti pernah terlihat di suatu tempat. Ditepisnya pikiran itu setelah melewati persimpangan dan beberapa rumah lagi adalah rumahnya. Rumah hinata tidak terlalu mewah tapi tetap elegan dengan gaya minimalis dan taman yang tertata rapi di depan rumahnya.

Sesampainya di rumah, kucing peliharaan nya yang ia beri nama snow tak ia hiraukan, belanjaan nya pun dilempar saja keatas ranjang seakan barang itu tak berguna saat ini. hinata langsung menghamburkan diri ke kamar mandi karena tubuhnya yang lengket.

Setelan baju tidur dengan motif lavender sudah ia kenakan dengan rambut yang ia sanggul ke atas. Setelah tubuhnya segar, ia langsung mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan membuka buku yang baru saja ia beli. Saat melihat novel yang di letakkan nya diatas meja belajar ia teringat akan pemuda bernama Naruto uzumaki itu, ia masih saja memikirkan ia pernah mendengar namanya di suatu tempat. Tapi memikirkannya terus membuat kepalanya sakit, jadi hinata lebih memilih untuk menyelesaikan tugasnya dan pergi tidur.

-0-

Libur musim panas sudah berakhir, dan hinata harus mulai memasuki sekolah seperti biasa. Hinata sangat senang karena ia bisa bertemu dengan teman-temannya, mungkin kerinduan selama liburan akan terbayar jika ia memasuki gedung 3 lantai itu. Hinata sangat suka dengan sekolah karena hanya di sekolahlah ia menemukan kebahagiaan, bisa bersosialisasi dengan orang lain, bertemu dengan orang banyak lebih menyenangkan di banding hanya membaca buku pelajaran atau novel sendirian di kamar. Memang rumah hinata tak terlalu besar tapi jika rumah itu hanya diisi 5 orang membuatnya merasa tetap sepi apalagi orang tuanya selalu bekerja, adik hinata –hanabi- pun juga punya kesibukan sendiri jadi tak selalu hinata bisa berbincang dengan hanabi. Dan pembantunya –misae- tentu saja punya pekerjaan rumah yang menumpuk.

Jadi singkatnya ia lebih suka menghabiskan waktu di sekolah bersama teman-temannya. Walaupun hinata adalah gadis yang pendiam di kelas tapi tak sedikit teman-teman yang perhatian padanya "hinataaaa, bagaimana liburanmu?" Tanya gadis berambut merah muda, sakura. ia baru saja memasuki ruang kelas tapi dirinya sudah ditubruk oleh salah satu temannya itu. Tak mau kalah di belakang gadis kuncir kuda juga sudah mengekor di belakang sakura. "hei hinata… bagaimana kabarmu?"

"ah sakura, liburanku cukup menyenangkan. Dan kabar ku sangat baik ino, kurasa. bagaimana dengan kalian berdua?" jawab hinata dengan senyum polosnya itu. "tak ada yang special, tapi beruntungnya kali ini sasuke pergi mengajakku jalan-jalan aaah senangnya.. tumben sekali ia seperti itu. Biasanya kan ia hanya ingin mengajak ku belajar bersama. Maklum murid teladan" sakura menceritakannya dengan wajah yang berbunga, sedangkan orang yang disebut namanya tadi cukup jelas mendengar apa yang dikatakan sakura membuat sedikit semburat merah terlihat oleh hinata. "sakura,, sepertinya sasuke malu mendengar ucapanmu" sakura terlonjak tiba-tiba kaget dengan kata-kata hinata.

"apa aku berbicara terlalu keras?" sakura merutuki kebodohannya. Sasuke adalah tipe orang yang tidak suka mengumbar apa yang terjadi dengannya. Bisa saja sepulang sekolah nanti sakura mendapat ceramah sasuke. Hinata hanya bisa tertawa saja. "hei sakura… kau tau sendiri kan sasuke orang yang seperti itu. Kau sebagai pacarnya harusnya pengertian. Huh" ucap ino meledek. Mendengar hal itu membuat siku empat terbentuk di jedat lebarnya sakura. "diam kau ino.. lalu kau sendiri bagaimana dengan liburanmu. Jangan-jangan kau melakukan sesuatu ya dengan sai?" kata-kata itu rasanya membuat ino ingin memukul jidat lebarnya sakura. "jaga ucapanmu jidat lebar.. tentu saja aku pergi ke tempat romantis dengan sai, sai kan sangat pengertian padaku" hinata yang mendengar dari tadi akhirnya angkat bicara. "sudahlah kalian berdua lebih baik kita duduk, bel sudah berbunyi tuh"

-0-

Saat istirahat, setelah menyantap bekalnya. Hinata selalu menyempatkan diri ke perpustakaan hanya untuk meminjam beberapa buku yang mungkin akan menghilangkan kebosanannya nanti di rumah. walaupun senang membaca tapi buku yang di pinjamnya kebanyakan novel-novel terjemahan yang halamannya bisa sampai 300. Dan hinata suka sekali membaca mading yang dibuat oleh klub sastra sekolahnya. Walaupun hinata mengikuti klub seni tapi ia juga menyukai sastra terutama puisi dan cerita pendek. Mungkin setiap bulan ia rutin membaca mading bulanan yang dibuat oleh klub sastra. Karena menurutnya walaupun masih SMA cerita yang ditulis di mading tidak kalah seru dengan cerita di novel yang biasa ia baca. Rasanya diri nya selalu haus akan tulisan-tulisan fiksi apapun itu. Jadi tak heran banyak novel menumpuk yang sudah mengantri untuk dibaca hinata.

Hinata melewati salah satu koridor dekat perpustakaan, matanya menetap pada satu tempat dan mulai membaca baris kata yang tertempel di mading sekolahnya. "hmm kali ini tentang astronomi ya, ternyata klub sastra itu harus punya wawasan yang luas sepertinya" setelah beberapa paragraf selesai dibaca. Mata hinata menemukan nama si penulis di sudut kertasnya. Di sana tertulis 'created by Uzumaki Naruto'

"tunggu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Tapi dimana ya?" hinata memejamkan matanya sejenak dan mencoba berpikir "ah, apakah dia orang yang ku temui di toko buku kemarin, tapi apa Naruto-kun di sini adalah orang yang sama dengan orang yang kutemui kemarin?" hinata berlalu meninggalkan mading tersebut. Ternyata ia baru ingat, beberapa bulan yang lalu ia sempat membaca mading yang mengangkat tema yang sama dan pengarangnya pun orang bernama Naruto itu.

Entah kenapa ia selalu mengagumi tulisan yang ia tampilkan di mading sekolah. Dari dulu, hinata hanya bisa membaca tulisan orang lain terkadang terbesit dipikirannya untuk mencoba menulis tapi saat tangannya mulai mengetikkan apa yang ada dipikirannya saat itu juga pikirannya buntu, bingung ingin menulis apa dan bagaimana harus memulainya. Dan di batalkannya niat itu, sampai sekarang hinata tak pernah mencoba untuk menuliskan sesuatu lagi.

"sakura, apa di klub sastra ada orang bernama Uzumaki Naruto?" teman hinata yang bernama Haruno Sakura adalah anak yang supel, ia mempunyai teman dari kelas manapun beda sekali dengan hinata yang agak pendiam yang membuatnya menjadi orang yang tak pandai bergaul. "ada apa hinata, kau menyukai nya ya?" mata sakura memicing bermaksud untuk menggoda hinata. "ah tidak, aku hanya mengagumi tulisan-tulisannya yang ada di mading, kau kan tau aku suka membaca" hinata mengalihkan pandangannya ke jendela yang mengarah ke lapangan.

" tentu saja aku tau, kurasa kau benar-benar payah bahkan orang yang terkenal saja kau tidak tau. dia kan siswa kelas 3A. Dia juga salah satu murid berprestasi yang sering memenangkan lomba menulis. Dan kau tau ia adalah sahabat nya sasuke-kun. Kenapa kau tak pernah mengenal siswa-siswa yang terkenal sih ditambah lagi dia juga tampan walaupun lebih tampan sasuke-kun" hinata tidak percaya. Naruto yang ia lihat kemarin terlihat hanya seperti siswa biasa maksudnya tak ada kelebihan semacam itu. Ya mungkin salahkan sifat urakan naruto. Sakura melipat kedua tangannya ke depan dadanya. "ayolah, kau butuh lebih bersosialisasi sedikit, apa yang dipikir orang jika seorang Haruno Sakura mempunyai teman yang kuper sepertimu?" sakura mengejek, yang diejek pun menatap marah sakura

"jangan bicara seperti itu dong" hinata merengut dan mengalihkan pandangannya dari sakura. Tapi tiba-tiba saja sakura menyenggol sedikit tubuh hinata "lihat, orang yang baru saja kita bicarakan lewat." Hinata memperhatikan pemuda yang ditunjuk oleh temannya itu dan bingo! Dia adalah orang yang sama. Saat naruto lewat, banyak siswi berteriak histeris seakan bertemu dengan hantu(?) mungkin. "ah naruto-sama, siapa yang tak kenal dia. cengiran yang khas itu pasti membuat semua siswi terpesona olehnya, mata birunya dan rambut pirangnya itu" hinata hanya diam tak ada kata yang keluar dari lidahnya. Maksud meledek hinata tapi hinata malah mengacuhkannya "kau berlebihan sakuraaaa" tapi dalam hatinya hinata tak mengelak perkataan sakura.

sakura saja terpesona dengan sosok yang sedang berbincang dengan si rambut nanas ,shikamaru, di depan kelas 3A. "kau tau hinata, menurut gossip Uzumaki Naruto itu adalah orang yang romantis loh walaupun dia terkenal tak bisa diam dan tingkahnya aneh tapi jarang sekali ada orang yang dekat dengan nya? Maksudku sangat dekat tentunya. Terkadang dia sering menyendiri di belakang sekolah. Dan satu lagi walaupun dia pintar menulis, dia tak terlalu pintar dalam hal pelajaran " Hinata hanya diam mendengar ucapan temannya itu, sementara sakura tertawa setelah kata-kata tak pintar dalam hal pelajaran. 'jadi itu alasannya kenapa ia tak pernah terlihat di sekolah, ia selalu menyendiri' batin hinata.

Hinata pov

Ku perhatikan tiap bulan mading klub sastra, dan di sana terpampang namanya, orang yang selalu ku kagumi. Semakin ku membaca karyanya semakin ku kagum dengannya. Siapa sangka orang yang terlihat urakan seperti itu adalah penulis yang handal tapi sifatnya dan wajahnya tak bisa membohongi charisma dan pesona yang terpancar dari nya, iris biru langit nya yang begitu lembut dan senyumnya yang ramah itu. Tak akan bisa kulupakan. Tak ku sangka dia adalah siswa SMA Konoha juga. Murid berprestasi pula. "ah hinata kenapa kau begitu kuper sehingga tak mengenal siswa yang cukup berprestasi dan katanya siswa tertampan juga. Ya ampun," rutuknya kepada diri sendiri. Sepulang sekolah seperti biasa, aku pergi ke toko buku yang sudah menjadi langgananku, berharap bisa bertemu mungkin berbincang dengan naruto sebentar. Setelah melewati pintu otomatis yang terbuka, aku langsung mengedarkan pandanganku ke segala arah berusaha mencari si penulis itu. Dimataku dia seorang penulis yang handal bukan pemuda terkenal sejagad sekolah yang ketampanannya cukup membuat gadis satu sekolah bertekuk lutut padanya.

Entah kenapa aku selalu terkagum dengan caranya menulis tiap baris kata itu. Sayangnya harapanku tak kunjung datang sore itu. Oke mungkin aku kurang beruntung hari ini. Ku ambil asal novel dihadapanku, mencari mana yang bagus untuk di beli. aku memang selalu mengagumi orang yang mempunyai kemampuan menulis yang baik. Imajinasi yang berbeda dari tiap orangnya membuat ku semakin tertarik untuk membaca tulisan-tulisan fiksi itu. Tiba-tiba saja baru satu langkah aku berjalan bermaksud membayar buku ini ke kasir dan tak sengaja aku menabrak seseorang. "maafkan saya, saya tidak melihat ke depan" ucapku takut orang yang ku tabrak akan marah. Ku tundukkan wajahku sejenak. Setelah beberapa saat, aku mencoba mendongak dan voila! aku tersentak karna orang yang ku cari ada dihadapanku sekarang. Waktu seakan berhenti, dan mataku cukup lama tertuju pada wajahnya.

End pov

Naruto pov

"maafkan saya, saya tidak melihat kedepan" ucap seseorang yang telah menyadarkan lamunanku. Ternyata aku menabrak seseorang dan hei sepertinya aku cukup kenal suara itu. "hinata-san..?" ucapku agak kaget saat bertemu lagi dengannya. Apa ini kebetulan atau kah takdir? hinata menatapku dengan wajah bingung. Ku goyangkan kelima jariku didepan matanya. "hei apa kau melamun?" dan kelima jari ku sukses membuatnya tersadar. "ah maafkan aku sudah menabrakmu, ehmm naruto-kun?" ucapnya agak ragu, mungkin ia takut salah orang karena di akhir ucapannya yang terdengar seperti pertanyaan itu. "hai.. kau membeli novel lagi?" tanyaku "iya dan apa yang kau lakukan disini? Maksudku kau sedang mencari buku apa?" Tanya nya sambil melihat buku yang ku pegang. "antara langit dan bintang?" ucapnya melihat tulisan yang ada di cover buku yang ku bawa. "apa kau sangat menyukai astronomi, ah aku lupa.. kau murid SMA konoha juga? Kenapa aku tak pernah melihatmu? Aku sering membaca tulisanmu" Tanya nya bertubi-tubi membuatku agak sedikit bingung. Aku mengangguk "ya aku sangat menyukai astronomi, apa kau murid SMA Konoha juga? Aku memang sering menulis untuk mading sekolah dan kebanyakan yang ku tulis mungkin cerita tentang astronomi yang agak di variasikan" tanyaku balik, agak bertanya-tanya dalam pikiranku apakah hinata juga murid SMA Konoha. "ah iya, aku sangat menyukai tulisanmu, teruslah menulis" ucapnya yang membuatku agak kaget ternyata dia sering membaca karyaku.

End pov

Normal pov

Mereka berjalan ke kasir secara bersamaan untuk membayar buku yang ada di tangannya. dan memutuskan untuk pulang bersama karena setelah mereka berbincang cukup lama diketahui arah rumah mereka searah sampai ada persimpangan di sudut jalan. Saat dijalan terasa hening karena tak ada satupun dari mereka yang mulai berbicara dan akhirnya hinata membuka percakapan dengan malu-malu karena terlalu heningnya suasana "umm, jadi sejak kapan kau mulai menulis Naruto-kun?" ucapnya. Naruto tersadar dari lamunan nya. "mungkin sejak setahun yang lalu, entah kenapa aku ingin menumpahkan apa yang ku imajinasikan di secarik kertas dan tak kusangka bukan selembar bahkan berlembar-lembar dan mulai lah hobi baru itu" hinata hanya mengangguk. "begitu, apa salah satu anggota keluargamu adalah seorang penulis?" hinata mengarahkan pandangan nya ke depan tak mau melihat naruto terlalu sering karna ia takut wajah nya berubah merah seketika nantinya. "ah tidak, ayahku pengusaha dan ibuku juga hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan lagi aku anak tunggal" ucapnya menjelaskan. "tapi tulisanmu sangat bagus tak heran jika kau sering menang dalam lomba menulis" ucap hinata kagum terhadap naruto. "benarkah? Aku tak menyangka tulisan yang hanya iseng untuk mengisi waktu luang itu akan berdampak sebesar ini" hinata hanya mengangguk. lalu suasana hening kembali. "oiya aku lupa, dimana kelasmu? Aku juga tak pernah melihatmu di sekolah" sambung naruto yang kali ini membuka pembicaraan baru. "aku kelas 3E sangat jauh dengan mu yang di kelas 3A, kau tau kelasku berada di sudut sekolah tempat yang sangat jarang di lewati siswa, dan mungkin aku jarang keluar kelas jadi begitulah" jelasnya. "lalu, kegiatan ekstra apa yang kau ikuti?" hinata agak ragu untuk menjawabnya, mungkin jika di bandingkan naruto ia hanya lah siswa biasa yang tak memiliki kemampuan apa-apa. "klub seni, tapi aku hanya mengikuti kegiatan jika ada event menggambar, yang jelas berhubungan dengan menggambar, karena aku suka menggambar" jawabnya. "mungkin lain kali kita bisa membuat komik karena kau pandai menggambar dan aku akan membuat plotnya " naruto memberikan cengiran khasnya. Hanya kata yang tak sengaja itu membuat hinata malu. Tak berapa lama mereka sudah harus berpisah karena kini mereka sudah sampai di persimpangan jalan. "baiklah sampai jumpa" hinata berjalan tanpa menengok kearah naruto, tapi tiba-tiba saja ia memanggil. "hinata, bisa kita berangkat sekolah bersama besok?" Tanya nya. Untung saja mereka sudah agak berjauhan sehingga rona merah di pipi hinata tidak terlihat. Hinata hanya mengangguk. "kutunggu di persimpangan ini ok"

Dan sesuai rencana, mereka berangkat sekolah bersama. Hanya keheningan yang menemani mereka sepanjang jalan ke sekolah. Mungkin agak aneh jika dua orang yang baru beberapa kali bertemu sudah berangkat sekolah bersama. Tapi apa boleh buat seakan ini sudah jalan cerita yang harus mereka jalani jadi mereka hanya mengikuti alur saja. Sampai akhirnya mereka berpisah di tangga arah kelas 3A dan 3E karena kelas mereka berlawanan. "hinata tadi pagi kau berangkat bersama siapa? Sepertinya ia si penulis terkenal yang karyanya sering di pajang di mading itu" ledek sakura. "jangan menggodaku begitu sakura rumah kita searah dan tadi pagi aku bertemu dengannya di persimpangan" jelas saja hinata bohong padahal mereka sudah merencanakannya walaupun hasilnya sepanjang jalan mereka hanya jalan dalam diam.

Akhirnya dalam waktu beberapa bulan mereka semakin dekat. Mungkin banyak faktor yang bisa di simpulkan kenapa mereka bisa dekat dalam waktu singkat. Dan salah satunya, rumah mereka searah dan juga hobi yang saling melengkapi naruto sebagai penulis dan hinata sebagai pembaca. Hinata tak pernah melewatkan karya naruto yang di pajang di mading, ia selalu membacanya, tak ada bosannya. Dan terkadang kini karya naruto lebih menarik daripada novel yang ia pinjam di perpustakaan. Karena entah kenapa sekarang karya naruto lebih bervariasi dan mungkin jalan ceritanya pun dibuat agak kompleks. Semakin dekat sehingga mereka bersedia untuk bertukar nomor ponselnya, apa yang di bicarakan mungkin hanya seputar sekolah, masalah hobi dan tulisannya tentunya.

Seorang hinata tak pernah menyangka bahwa ia bisa dekat dengan penulis yang sangat berprestasi di sekolah dalam waktu beberapa bulan. Mungkin semula hanya kekaguman tapi kekaguman berubah menjadi rasa yang lebih, entah apa namanya itu. Perasaan nyaman saat berkomukasi dan bersama dengan nya. Perasaan ingin terus bersamanya. Mata yang tak pernah teralih dari manik keabuan nya. Tapi di tepis nya jauh-jauh perasaan itu, hinata sebenarnya tak mau terlibat terlalu jauh dengan naruto. Ia belum siap menerima resiko yang sudah terpikir di benaknya. Sampai suatu hari naruto pernah bilang, "jangan lah kau terlalu dekat dengan seseorang jika kau tak ingin mempunyai hubungan dengannya" dan hinata sangat mengerti sekali kalimat itu. Sejak saat itu, ia mulai membiasakan diri tidak terlalu sering berhubungan dengan naruto, tapi rasanya rasa kesepian yang ia punya lebih besar dari apapun. Semakin hari perasaan hinata semakin tak terkendali, ingin rasanya ia merutuki dirinya sendiri. Ia hanya bisa membuat semuanya mengalir.

Ujian telah dekat, dan itu tandanya hinata harus berusaha dengan keras untuk menghafal pelajaran yang sudah di pelajarinya. Terlebih terkadang buku yang ia cari tidak tersedia di toko buku dan alhasil ia harus meminjam buku ke temannya yang bersedia. Sejarah jepang pelajaran yang sangat sulit bagi hinata, rasanya ia harus begadang semalaman untuk membaca satu buku yang ia saja belum punya sekarang. Karena rumah teman-temannya saling berjauhan apa lagi dengan sakura teman dekatnya jadi hinata tidak bisa belajar bersama dan ia harus berusaha mencari buku sejarah jepang itu kemana pun untuk bisa lulus ujian sejarah jepang.

-0-

Hinata sedang berjalan disamping naruto, inilah rasanya jadwal rutin barunya, pulang sekolah bersama naruto. "apa yang kau pikirkan hinata? Kau tampak pucat apa kau sakit?"

hinata hanya menunduk sedari tadi hanya aspal yang ia lihat tak jarang ia tersandung batu atau menabrak apa yang ada di depannya untung saja ia bersama naruto. Jadi kemungkinan untuk menabrak sesuatu pun berkurang. Dan semenit kemudian ia menggeleng "ah tidak aku hanya memikirkan ujian besok dan aku bingung harus belajar dari mana sedangkan buku yang ku perlukan tak ada di mana-mana" naruto masih menatap hinata datar. "buku apa itu?" Tanya nya singkat. "sejarah jepang karangan prof. sakamoto besok ada ujian sejarah jepang" di tendang nya botol kaleng di hadapannya. "ah aku punya buku itu apa kau ingin meminjamnya?" hinata seketika mendongak menatap naruto. "benarkah? Tentu saja aku tak akan menyiakannya dan akan berusaha belajar sekuat tenaga, tapi apa kau tidak membutuhkannya?" ya begitulah kalimat yang di ucapkan hinata dan setelah nya ia kembali menunduk. Merasa tak enak jika harus menyusahkan orang lain lagi. "ah tidak, kau tau jadwal ujian kita berbeda besok aku ujian matematika" ucapnya dan jelas saja membuat hinata senang. "benarkah?" naruto berdehem yang berarti iya "baiklah nanti sore kita bertemu di persimpangan ini jangan lupa pukul 4.30 aku akan membawakan bukunya untukmu" hinata mengangguk "umm aku akan datang, terimakasih sebelumnya naruto-kun"

-0-

maaf jika alur terlalu cepat, dan kalo ada typo atau apa soalnya aku ga sempet edit lagi. trus trus kira-kira lebih baik lanjut atau engga ya?

ditunggu pendapat kalian xD