A NaruSaku Fanfiction / AU / Twoshoot

a/n : Hanya sebuah Fanfict yang terinspirasi dari D'Cinnamon song – Loving You.

Selamat membaca^^


Ai Kotoba – Part 1

::

::

Aku segera menghentikan kegiatan mengetikku saat handphoneku berdering. Tanpa melihat nama si penelfon di layar, aku langsung menerima panggilan itu dan bisa ku tebak siapa pelakunya.

"Moshi-moshi ! "

"Sakura nee-san... Aku rindu sekali denganmu-ttebayo!"

Benarkan! Perkiraanku memang tak pernah salah. Dia bilang apa? Rindu? Ya Tuhan padahal baru kemarin aku bertemu dengannya. Uzumaki Naruto, siapa lagi orang yang berani menelfonku di saat jam kerja selain dia. Asal kalian tahu saja aku memang tak suka jika perkerjaanku di ganggu.

"Nee-san, apa kau sudah mandi?" Apalagi hanya untuk menanyakan pertanyaan bodoh macam ini.

"Tentu saja sudah Naruto, kau kira aku berani berangkat ke kantor jika belum mandi hah! Aku tak sepertimu, ba-ka!"

"Nee-san, aku tidak bodoh. Kau ingat aku loncat kelas 2 kali yang akhirnya mempertemukanku dengan nee-san manis sepertimu."

Sial, dia menggodaku lagi. Tapi semua yang dia katakan memang benar. Aku 2 tahun lebih tua dari Naruto tapi karena kecerdasannya dia berhasil loncat kelas dan setingkat denganku.

"Bisakah bicaranya nanti saja, aku sedang sibuk Naruto!"

"Lalu?" Katanya pintar kenapa masih bertanya. Menelfon di saat bekerja, tentu saja menggangu.

"Kau menggangguku baka!"

"Benarkah? Bukankah nee-san senang jika aku menelfonmu."

Ya aku memang senang, aku akui saat mendengar suaranya hatiku menjadi begitu damai. Sebenarnya aku sudah menunggu telfonnya dari tadi, tapi tak mungkin aku memulainya terlebih dahulu, aku hanya ingin menunjukan contoh yang baik pada juniorku.

"Dan kau pasti sudah menunggu telfon dariku bukan?" Hey apa dia bisa membaca pikiranku. Kenapa dia bisa~ Sannaro...

"Nee-san kenapa diam. Yosh, baiklah kalau kau tak mau di ganggu. Kita bicara nanti saja ya, bye!"

Pip !

Dasar baka Naruto selalu seperti itu menutup telfon seenak jidatnya. Tapi entahlah, hanya saja aku tak pernah bosan mendengar ocehannya.

::


::

"SAKURA NEE-SAN, KAU DIMANA?"

Aku dengar Naruto berteriak memanggilku. Selalu saja seperti itu, bisakah dia tak berteriak dan mengunakan indra penglihatannya dengan baik, apartementku tak seluas lapangan sepak bola.

"Hah nee-san aku lelah sekali! Pekerjaanku begitu banyak hari ini, jika seperti ini terus aku bisa stres dan jika aku stres kadar ketampananku akan berkurang huuuh!" Aku hanya tersenyum jengah mendengar celotehanya yang sedikit aneh itu. Dan terus melanjutkan kegiatanku mengecek beberapa pekerjaan kantorku tadi tanpa menoleh ke arahnya dan berkomentar sedikitpun.

Arre, kenapa jadi sepi.

Aku menoleh kebelakang dan kulihat Naruto sudah memejamkan matanya di tempat tidurku. Ck..ck..ck apa kau selelah itu Naruto? Tidurlah yang nyenyak adikku.

Eh, Adik? Hahh kenapa hatiku terasa tak rela saat menyebutnya adik. Yak apa yang kupikirkan, lebih baik aku selesaikan pekerjaanku.

::


::

"Hm, Oishi! masakanmu memang yang paling lezat nee-san."

"Tentu saja dan sebagai gantinya karena kau sudah makan ditempatku kau harus menemaniku berbelanja besok."

"Hanya itu. Tak masalah. Apapun akan kulakukan untuk nee-sanku yang manis."

"Berhenti menggodaku Naruto, diam dan makan yang benar."

"Hai!" ucapnya seraya tersenyum senang.

Aku dan Naruto bukanlah saudara kandung, tapi hubungan kami memang sudah sangat dekat dan terlalu akrab. Aku berteman dengan Naruto sejak kecil karena memang kami bertetangga. Apalagi saat Naruto loncat kelas dan sekelas denganku saat di kelas 2 SMP. Aku sering mengajaknya berangkat dan pulang sekolah bersama karena Naruto kecil masih pemalu dan belum mempunyai banyak teman.

Sejak saat itu aku dan Naruto selalu bersama dan karena pertemanan kami keluarga Haruno dan keluarga Uzumaki juga berteman(?). Aku dan Naruto juga bersekolah di SMA yang sama. Awalnya aku senang dengan keberadaan Naruto yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, karena selalu ada yang menjaga dan menemaniku setiap saat. Tapi aku juga dipusingkan dengan itu, aku selalu gagal mendapatkan pacar karena Naruto yang selalu di dekatku. Dan saat aku mempunyai pacar, Naruto sering mengerjainya bahkan mengancamnya dengan dibantu teman 1 gengnya, sehingga tak lama setelah itu aku kembali menjomblo dan setiap kali aku menjomblo Naruto selalu terlihat paling bahagia. Menyebalkan !

Naruto saat SMA ? hmm.. Dia cukup tampan menurutku dengan keramahan dan senyumnya, juga semangat dan jiwa membatu sesamanya, dan jangan lupakan soal kepintarannya. Wanita mana yang tak jatuh cinta jika bersamanya. Naruto juga menjadi ketua club basket yang semakin membuatnya semakin digilai banyak wanita. Tak sedikit pula wanita yang menyatakan cinta padanya tapi Naruto tak pernah sekalipun memperdulikanya.

Aku tak pernah bisa memahami bocah satu itu yang jelas persahabatan kami sudah selayaknya saudara, bahkan hingga kami dewasa dan telah memilih karir masing-masing. Semenjak bekerja aku lebih memilih tinggal di apartement belajar hidup mandiri begitu juga dengan Naruto. Tapi tak jarang kami saling mengunjungi dan Narutolah yang paling sering berkunjung keapartementku.

Semakin bertambahnya usia, persahabatanku dan Naruto malah semakin dekat. Tapi sekarang, masih pantaskah aku menyebut ini persahabatan ?

::


::

Sakura dan Naruto terlihat sedang berbelanja di sebuah mall sore ini. Siapapun yang melihat mereka pasti akan mengira mereka adalah sepasang kekasih. Mereka berjalan beriringan dengan tangan Naruto yang memeluk pinggang Sakura dari belakang. Sesekali Sakura menanyakan pendapat Naruto tentang barang belanjaannya dan tak jarang juga Naruto mengusap kepala Sakura lembut yang menambah keintiman keduanya.

Sedang asik-asiknya berbelanja handphone Naruto berbunyi dan Narutopun langsung mengangkatnya.

"Moshi-moshi! Ada apa?"

"Ah. Aku sedang menemani Sakura nee-san berbelanja." Sakura menoleh kearah Naruto saat namanya disebut.

"Baiklah, besok aku akan kerumahmu."

"Kau mau kubawakan apa?"

"Bagaimana kalau boneka saja bukankah lusa aku sudah membawakanmu bunga."

Wajah Sakura sedikit kecewa mendengar kata-kata manis Naruto pada wanita di seberang sana, entah siapa. kemudian ia kembali memilih-milih buah yang akan di belinya. Ingin sekali Sakura megacuhkan pembicaraan Naruto tapi suara Naruto malah semakin jelas tertangkap pendengarannya.

"Hmm. Aku mengerti. Jaga kesehatanmu dan jangan lupa makan."

"Aku juga menyayangimu. Bye"

Setelah selesai Naruto menghampiri Sakura memeluk pinggang Sakura dari belakang dan meletakan dagunya di pundak kanan Sakura. Sakura sedikit risih dengan perlakuan Naruto. Baru saja dia bermanis-manis dengan wanita lain di telfon dan sekarang...

Tapi Sakura juga tak pernah bisa menolak perlakuan manis Naruto padanya. Selalu seperti ini.

"Nee-san.. kau tahu siapa yang menelfonku tadi ?"

"Mana ku tahu. Kan kau yang terima telfonnya.." Jawab Sakura cuek.

"Kau tahu wanita yang sedang dekat denganku saat ini!" Tanya Naruto lagi masih dengan posisi yang sama memeluk Sakura dari belakang sedangkan Sakura masih asik memilih-milih apel di hadapannya.

"Hmm Shion, Ino, Karin, Tenten..?"

"Aish bukan mereka Haruno Sakura." Naruto melepas pelukannya, kesal.

"Lalu yang mana, bukankah mereka semua juga dekat denganmu." Kata Sakura malas.

"I-iya sich. Tapi yang kumaksud bukan mereka. Nee-san, kau ingat Hinata?"

"Hinata?"

"Hmm"

Hinata ? Bagaimana Sakura bisa lupa, Hinata adalah cinta pertama Naruto saat di Universitas. Hinatalah yang mengalihkan perhatian Naruto untuk tak selalu berpusat pada Sakura. Hinatalah yang membuat Sakura lega karena terbebas dari adik kecilnya yang selalu mengekor kemanapun ia pergi. Hinatalah yang membuat Naruto menceritakan orang lain selain dirinya pada okasannya. Hinatalah yang membuat Naruto belajar mandiri layaknya pria dewasa lainya. Hinatalah yang membuat Naruto mengenal cinta dan Hinatalah yang membuat Naruto tak bergantung pada kehadiran Sakura lagi di sampingnya.

Tapi...

Hinata jugalah yang membuat Sakura sadar betapa pentingnya kehadiran Naruto di sisinya. Hinata jugalah yang membuat Sakura sadar jika dia membutuhkan Naruto untuk melengkapi hari-harinya dan sepertinya Hinatalah yang telah membut Sakura sadar dengan perasaannya.

"Dia kembali sebulan yang lalu nee-san. Hinata-chan yang menelfonku tadi"

"Be-benarkah. Kukira tadi...Shion..."

"Kau tak ingat sebulan lalu aku mengajakmu menjemputnya di bandara tapi kau menolak karena sedang sibuk bekerja."

"Be-banarkah.."

"Aku akan kerumahnya besok, aku ingin menyatakan cintaku nee-san dan aku ingin dia menjadi kekasihku."

Kata-kata Naruto berhasil membuat Sakura membelalakan mata, menyatakan cinta bukan hal yang aneh memang, tapi tidak untuk seorang Uzumaki Naruto.

Sejak kepergian Hinata, Naruto sering menyendiri dan terpuruk. Tapi karena usaha keras Sakura yang terus menyemangatinya akhirnya Naruto bisa kembali bangkit. Tapi hal itu Naruto menjadi seorang playboy sekarang dan sering berkencan dengan banyak wanita yang berbeda, hanya saja Naruto tak pernah mengatakan cinta ataupun menjalin komitmen berpacaran dengan wanita-wanita yang dikencaninya.

Bagi Naruto menyatakan cinta adalah hal yang penting dan tak bisa dilakukang kepada sembarang orang, karena itulah Sakura sedikit terkejut dengan pernyataan pemuda di hadapanya ini. Jika Naruto ingin menyatakan cintanya, bukankah itu artinya Naruto benar-benar mencintai wanita itu.

"Bagaimana menurutmu nee-san?"

"Kau yakin Naruto? Maksudku a-apa kau yakin kau masih mencintainya?"

"Entalah. Hanya saja saat bersamanya aku merasa damai dan nyaman. Dia selalu bisa membuatku merasa bahagia dan dia juga sangat perhatian padaku."

'Aku juga selalu memperhatikanmu Naruto, apa kau tak bisa merasakan itu' ingin sekali Sakura mengatakan itu hanya saja ia tak bisa.

"Apapun yang menurutmu terbaik. Aku akan selalu mendukungmu."

"Hm, tapi mungkin aku bisa berubah pikiran . asal..."

"Asal..?" Sakura mengerutkan dahinya.

"Asal.. Nee-san mau menjadi istriku sekarang juga!" Ucap Naruto sambil mejepit hidung Sakura dan segera kabur.

"Naruto... awas kau..." Sakura mengejar Naruto dengan senyum yang mengembang di bibirnya 'lelucon bodohmu itu. Sama sekali tak lucu Naruto '

"Nee-san mau tidak?"

"NO"

"Benarkah. Kau tak mau mempunyai suami tampan sepertiku?"

"Tampan apanya, Baka Naruto!"

Selalu saja seperti ini. Kau selalu menghancurkan hatiku terlebih dulu saat kau ingin memberi sedikit kebahagian yang ku tahu hanya sebatas apa. Bisakah kau melihatku Naruto? Bisakah kau lihat aku yang selalu mendengarmu meski itu menyakitiku ?

Bisakah kau sekali saja memahami perasaanku ?

Kenapa kau tak bisa sedikit peka denganku saat kau menceritakan betapa manisnya wanita-wanita yang kau kencani. Bahkan kau tak pernah malu mengajaku menemanimu berkencan bersama wanita lain. Melihatmu bermesraan dengannya, tak tahukah hatiku menangis saat itu meski di bibirku selalu memberikan senyum untukmu.

Tapi sebanyak apa kau bersikap seperti itu, satu hal yang kutahu. Aku tak akan pernah bisa membencimu.

::

::

Loving you it's hurt sometimes

I'm standing here you just don't bye

I'm always there you just don't feel

Or you just don't wanna feel

Don't wanna be hurt that way

It's doesn't mean I'm giving up

I wanna give you more and more and more ..

::

::

"SAKURA NEE-SAN CEPAT BUKA PINTUNYA".

Haahhh lagi-lagi berteriak. Apa dia pikir aku sudah tuli, jika dia terus-terusan berteriak aku bisa benar-benar tuli mungkin.

"Haahh nee-san, aku begitu bahagia hari ini."

Itulah yang dia katakan begitu aku membukakan pintu. Hey ! kenapa dia memelukku, ada apa Uzumaki Naruto kenapa tiba-tiba memelukku seperti ini, sudahlah Haruno Sakura bukankah kau menyukai saat-saat seperti ini, pelukan hangat Naruto.

"Nee-san aku lapar..."

"Ck. Memang aku oka-sanmu apa! datang-datang langsung minta makan."

"Kau memang bukan ka-sanku tapi kaukan nee-sanku!"

Nee-san. Ya hanya nee-san, kau memang hanya menganggapku sebagai nee-sanmu. Tapi aku ingin lebih dari ini Naruto.

"Lihat nee-san apa yang kubawa." Lihat senyum evilnya saat menunjukan sekotak pizza padaku. Ahh baiklah aku juga sudah lapar

::


::

"Katanya sedang diet, tapi malah makan banyak!"

"Urrusai!"

Seingatku terakhir aku makan kemarin malam. Tadi pagi aku juga tak sempat sarapan karena bangun kesiangan, tadi siang aku juga tidak bisa makan karena ada rapat direksi dadakan. Dan jangan salahkan aku yang makan begitu banyak pizza. soal diet, what the hell. Aku sudah lupa.

"Makannya pelan-pelan saja nee-san."

Aku tak peduli, perutku sudah terlalu tersiksa hari ini.

"Kau seperti anak kecil Sakura." Kata Naruto sambil mengelap sudut bibir Sakura yang belepotan. Sakura terpaku saat mendapati wajah Naruto yang terlalu dekat dengan wajahnya. Hingga membuat detak jantungnya semakin kencang.

Ini memang bukan pertama kalinya, tapi setiap kalinya itu terjadi ada perasaan yang berbeda di hati Sakura, perasaan yang semakin lama semakin kuat. Yang Sakura tahu, perasaan itu bernama cinta.

Dua tahun sudah perasaan itu ada di hati Sakura. Dua tahun lalu saat Sakura menyadari perasaan yang ia rasakan adalah perasaan cinta. Bukan cinta seorang nee-san pada ototounya, tapi cinta seorang wanita pada seorang pria.

"Sakura nee-san! Kau tahu apa yang membuatku begitu bahagia."

"Nani?"

"Hmm.. Setelah kupikir-pikir kurasa aku akan langsung melamarnya. "

::

::

::

TBC


First Fict for NaruSaku. Hope You Like it^^

Mind to Review...