Saya bukan pemilik Naruto atau Highschool DxD!
Live Again! – Chapter 1
Naruto, atau Naruto Uzumaki merupakan salah satu pahlawan Perang Dunia Shinobi ke-4 (PDS-4). Dia juga merupakan Anak Dalam Ramalan yang akan membawa dunia shinobi dalam perdamaian, dan hal itu benar-benar terwujud setelah dia melalui berbagai rintangan. Setelah bersatunya semua Desa Tersembunyi pada PDS-4, semua desa setuju untuk tetap bekerjasama sehingga menciptakan keharmonisan di seluruh belahan Elemant Nation.
Saat ini, Naruto yang berusia 130 tahun (gen Uzumaki yang membuatnya hidup lebih lama dari manusia biasanya) terbaring lemas diatas ranjang menunggu kematiannya. Dia baru saja melepaskan rekan seperjuangannya, Kurama sang Iblis Berekor Sembilan dari segel yang mengurungnya di tubuh Naruto. Disekelilingnya berdiri anak, cucu dan juga kerabatnya yang lain. Dia merasa bahagia bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga sebelum kematiannya.
Naruto yang dulunya adalah seorang yatim piatu, tidak pernah merasakan hangatnya sebuah keluarga ataupun mengenal kasih sayang orang tua. Kini di akhir hidupnya dapat merasakan sesuatu yang sangat dia inginkan saat masih kecil, sebuah keluarga. Dia bersyukur bisa dipertemukan dengan istrinya tercinta yang telah mendahulinya meninggalkan dunia, Hinata Hyuuga. Dia hanya bisa tersenyum tulus dan memejamkan matanya sambil menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Saat Naruto membuka matanya untuk pertama kali setelah kematiannya, dia berharap akan disambut oleh sang istri dan para sahabatnya. Tetapi apa yang dilihatnya tidaklah sesuai dengan apa yang dibayangkannya, dia justru berada ruangan putih yang luas. Bukan hanya itu, tetapi di hadapannya tergeletak anak kecil berambut silver yang mungkin masih berumur 9 tahunan.
Naruto bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga memutuskan untuk menunggu anak kecil di depannya untuk bangun.
.
.
.
Setelah beberapa saat menunggu tetapi tetap juga tidak ada tanda-tanda anak kecil di depannya untuk bangun, dia memutuskan untuk membangunkannya. Tetapi tepat di saat dia menyentuh tubuh anak kecil itu, Naruto dikagetkan dengan berbagai macam ingatan yang masuk dikepalanya.
.
.
.
Naruto melihat dirinya di pangil Naruto Argento, dia hidup bahagia bersama kedua orangtua-nya. Ibunya yang cantik memiliki rambut pirang dan bermata biru memiliki nama Rossa Argento, sedangkan ayahnya bernama Vigil Lucifuge berambut silver begitupun juga dengan matanya.
Naruto terkejut saat ayahnya menjelaskan bahwa dirinya adalah manusia setengah Iblis. Ayahnya menyampaikan bahwa dia merupakan keturunan Pure-Blooded Devils bagian dari Extra Demons, keluarganya merupakan pelayan dari Iblis Lucifer yang asli. Sedangkan ibunya, Rossa Argento adalah manusia.
Setelah itu Naruto melihat dirinya berlatih bersama sang ayah menggunakan kekuatan iblisnya, dia juga dilatih menggunakan sihir elemen es keluarga Lucifuge setelah membekukan rumahnya tanpa sengaja. Naruto hanya bisa tersenyum saat melihat kehidupan keluarga 'Naruto' yang dilewati dengan penuh kebahagiaan.
Kemudian wajahnya berubah menjadi kuatir saat melihat seorang pemuda yang bertamu dan membuat hilang senyuman diwajah Ayah-nya. Pemuda itu memiliki rambut silver panjang yang dikepang, dan memakai jubah berwarna silver.
"Euclid, apa kemauanmu datang kesini?" Ucap Vigil (ayah 'Naruto') sambil memandang tajam pemuda yang dipanggil Euclid.
"Oh... begitukah caramu menyambut sepupumu tercinta, Vigil Lucifuge?" Euclid hanya mengulas senyum polos kepada sepupunya. "Aku hanya ingin mengunjungi keponakanku saja." Dia melirik kearah 'Naruto'.
"Tch... Siapa yang ingin kamu tipu?" Vigil mulai mengeratkan kepalan tangannya. "Dan jangan pernah sentuh anakku! Atau kamu akan tahu konsekuensinya, sekalipun itu adalah keluarga." Suhu di ruang tamu keluarga Argento mulai terasa sangat dingin.
"Oho..." Tetapi Euclid mengindahkan perkataan Vigil dan mulai berjalan mendekati 'Naruto' yang sedari tadi berada pada pelukan ibunya.
Hal itu tentu saja membuat Vigil tidak mau tinggal diam, dia dengan cepat sudah berada diantara Euclid dan 'Naruto'. Kemudian Vigil melayangkan pukulannya kearah kepala Euclid dan menyebabkan pertarungan tidak dapat dielakkan lagi.
Vigil sempat memerintahkan Rossa, ibu 'Naruto' untuk pergi meninggalkan rumah mereka. Naruto melihat Ibu-nya dengan cepat menariknya dan pergi meninggalkan rumah tanpa sepatah kata. Tetapi tidak berselang lama, Naruto melihat ibu dan dirinya dikepung oleh beberapa orang yang memiliki sayap hitam menyerupai sayap miliknya.
Naruto kemudian melihat tubuhnya bergerak sendiri melawan orang-orang yang menghadangnya, namun tidak lama kemudian badan itu berhenti dan mematung saat melihat Ibu-nya tergeletak bersimbah darah tidak jauh darinya. Naruto lalu melihat sebuah besi tajam seperti ujung pedang keluar dari dadanya, dan saat menoleh kebelakan dia melihat seringai puas dari orang yang menusuknya sambil memegangi pedang yang menusuk di dadanya. Setelah itu pandangannya menjadi gelap...
.
.
.
"AHHH..." Naruto sedikit melompat kebelakang dan melepaskan sentuhannya di tubuh anak kecil dihadapannya. Nafasnya memburu karena selesai menahannya saat melihat memori terakhir yang menegangkan.
"Eh." Naruto mendengar lenguhan pelan dari mulut anak kecil di depannya.
"Hem... Anak kecil? Tidak, lebih tepatnya diriku... tidak. Naruto kecil (Naruto Jr.) yang benar. Hem... hem..." Naruto terlihat sedang larut dalam hayalan yang mendalam. "Jadi aku merasuki tubuh anak ini? Apa lagi istilah dari hal semacam ini? hem... Kakek Rikudo menyebutnya apa lagi ya? Re... Rai... Rui... Bukan. Hem...? Rei... Rein... Reinkarnasi. Ya... reinkarnasi." Terlihat senyuman puas di wajah Naruto.
"Heh?" Anak kecil didepan Naruto mulai sadar dan mengangkat badannya untuk duduk. "Apa aku sudah mati?" Naruto yang mendengar perkataan anak kecil itu dapat merasakan bibirnya mulai berkedut.
"Heh... begitukah ekspresiku dulu waktu pertama kali bangun saat menemui Kakek Rikudo?" Terlihat keringat mulai mengalir di pelipis Naruto.
Naruto melihat anak kecil di hadapannya memiliki tubuh yang cukup tinggi untuk anak seumurannya. Anak itu memiliki rambut silver yang terlihat sedikit panjang dibandingkan miliknya, bermata biru seperti mata miliknya. Memakai kaos putih dengah lubang leher berbentuk V, serta celana panjang hitam.
"Heh... Begitu pasrahnya kah kamu? Sampai mengucapkan kalau dirimu sudah mati merupakan hal yang mudah?" Naruto memandang sedih anak di depannya, mengingat apa yang baru saja dialami anak itu.
"AHHH..." 'Naruto' Argento melonjak kaget sambil tangannya menunjuk kearah Naruto. "Si... Siapa kamu?" Argento benar-benar tidak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi, karena baru saja dia bertarung melawan iblis bawahan pamannya, Euclid Lucifuge. Lalu dia melihat Ibu-nya... badan milik Argento menegang dan matanya melebar saat mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Ibu..." Gumam pelan Argento, dan tanpa disadari matanya mulai mengeluarkan cairan bening dengan deras.
"Paman." Argento mengusap bersih air matanya sambil mengarahkan pandangannya kearah pria paruh baya di depannya. "Apakah kamu tahu tempat apa ini?" Dia mengalihkan pandangannya kekiri dan kekanan. "Bisakah kamu tunjukkan jalan keluar dari tempat ini? Aku harus segera kembali dan melindungi Ibu-ku." Tetapi Argento dikejutkan dengan tatapan sedih dari pria di depannya.
"Aku adalah kakek buyutmu, atau bisa dikatakan kalau kamu adalah reinkarnasiku." Naruto melihat mulut Argento mulai terbuka untuk berbicara, tetapi di hentikan oleh Naruto dengan melanjutkan bicaranya. "Sedangkan untuk membawamu keluar dari sini, itu hanya bisa dilakukan oleh orang diluar sana. Jika ada orang yang mengobati tubuhmu, mungkin kamu akan sadar dan hidup kembali tetapi jika tidak maka kamu akan mati." Naruto tahu betapa sakitnya perasaan anak kecil di hadapannya karena tidak mampu melindungi orang yang berharga baginya.
"Sial..." Argento hanya bisa jatuh bersujud di lantai putih, "SIAL... ARGH..." Dia terus berteriak sambil memukulkan tangannya kelantai karena menyesali keadaanya. Air matanya juga terus bercucuran dari mata birunya.
"Kakek." Setelah sedikit tenang Argento kembali menatap pria di depannya yang mengaku sebagai kakek buyutnya. "Apakah kamu benar-benar tidak bisa mengeluarkanku dari sini? Walaupun hanya sebentar, beberapa menit pun cukup, setidaknya hanya untuk membunuh semua iblis yang telah membunuh Ibuku disini." Dia memandang kakek buyutnya dengan tatapan penuh harap.
"Hem... " Naruto terlihat sedang berfikir keras sambil memegangi dagunya. "Ada... Tetapi," Dia tidak bisa menyelesaikan perkataannya karena dipotong langsung oleh Argento.
"Benarkah? Kalau begitu, tolong cepat lakukan Kek." Argento mengeratkan kepalan tangannya.
"Aku belum menyelesaikan peenjelasanku Argento." Naruto memandang tajam anak di depannya sehingga membuat anak itu diam mematung. "Memang ada cara untuk membuat tubuhmu tersadar kembali, tetapi bukan kamu yang hidup." Naruto memandang Argento dengan tatapan serius.
"Heh? Apa maksud perkataanmu Kek?" Argento hanya bisa menatap Kakeknya dengan tatapan bingung, karena tidak paham dengan penjelasannya. Bukannya kalau tubuhnya bisa tersadar maka secara otomatis akan membuat dia hidup kembali?
"Lukamu sangat parah Argento, kamu sudah diambang kematian. Aku bisa saja membantumu bertarung dan membuatmu tersadar jika kamu tidak dalam keadaan yang separah sekarang ini dengan mengalirkan sedikit chakra milikku." Naruto melihat Argento mendengarkan penjelasannya dengan seksama. "Tetapi sekarang, mengalirkan sedikit chakraku ketubuhmu tidak akan cukup. Akan tetapi jika aku mengalirkan lebih banyak lagi chakraku ketubuhmu atau mungkin seluruh chakraku untuk membuatmu tersadar maka itu akan membuatmu menghilang. Bisa dikatakan dengan mengalirkan lebih banyak chakraku untuk menyembuhkan tubuhmu dan membutmu tersadar akan membutku mengambil alih tubuhmu. Jadi..." "AKU TIDAK PEDULI." Naruto menghentikan perkataannya saat mendengar teriakan Argento.
"Aku tidak peduli, Kek." Argento memancarkan pandangan penuh kebencian dan kemarahan tetapi bukan ditujukan kepada pria di depannya melain kepada iblis-iblis yang telah membunuh Ibunya. "Aku paham bahwa aku akan mati, tetapi aku tidak masalah dengan itu Kek. Kalaupun Kakek mengambil alih tubuhku, asalkan Kakek berjanji akan membunuh semua ibis-iblis yang telah menyakiti Ibuku aku tidak akan menyesal." Kemudian dia tersenyum kepada pria di depannya.
"Lakukanlah sekarang Kek, sebelum mereka meninggalkan tempat tubuhku terbaring lebih jauh. Setidaknya sekarang aku bisa menemui Ibuku dengan tenang kalau mereka semua mati, dan aku tidak perlu kuatir terhadap tubuhku karena keluargaku sendiri yang menjaganya." Argento melihat Kakeknya melangkah mendekatinya.
"Apa kamu yakin? Karena setelah mengalirkan chakraku maka tidak akan jalan kembali lagi." Naruto memandang keturunan jauhnya dengan pandangan serius.
"Yah..." Jawab Argento penuh keyakinan disertai anggukan kepalanya.
"Baiklah, ulurkan kedua tanganmu kedepan." Naruto juga mengulurkan tangan bersamaan dengan uluran tangan Argento sehingga telapak tangan mereka saling bersentuhan. Naruto bisa melihat Argento mengulas senyuman tulus diwajahnya,
"Kek, pastikan keluarga Lucifuge-Argento menjadi keluarga yang besar ya! Aku merasa kurang ramai saat berkumpul hanya bertiga bersama Ayah dan Ibu saja." Argento mengulas senyuman lebar, dan badannya mulai terlihat transparan.
"Tch... Dasar anak kecil ubanan." Naruto memandang tajam Argento, "Apa anak zaman sekarang tidak memiliki rasa hormat kepada yang tua ya?" Sedangkan yang dipandang justru terus tersenyum lebar.
"Heh... kamu juga akan menjadi anak kecil ubanan sekarang Kek, karena kamu akan hidup menggunakan tubuhku." Argento menyeringi puas dapat memenangkan perdebatannya yang terakhir sebelum kematiannya. "Selamat tinggal Kek, semoga hidup bahagia." Bersamaan ucapan itu, tubuh Argento menghilang dan meninggalkan Naruto sendiri yang merasakan tubuhnya tertarik oleh sesuatu.
"Eh." Mata biru dari anak kecil berambut silver yang terbaring bersimbah darah mulai terbuka.
Naruto Uzumaki, atau sekarang Naruto Argento bisa kembali melihat indahnya cahaya bintang di langit saat gelapnya malam menyelimuti belahan bumi tempatnya terbaring. Dia bisa merasakan kulitnya terbelai oleh semilirnya angin malam yang dingin.
"Hei... Lihat! Anak itu belum mati Rey." Naruto mendengar seorang laki-laki yang sedang berbicara, sehingga membuatnya mengerjap-ngerjapkan matanya sambil mengingat apa yang baru saja terjadi.
"Oh... benar. Aku hidup lagi karena permintaan cucuku yang ingin membalas dendam atas kematian Ibunya." Batin Naruto setelah mengingat apa yang telah terjadi sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk.
"Tch... kamu benar Ren." Naruto melihat dua orang paruh baya yang memiliki sayap seperti sayap kalelawar berukuran besar mendekatinya. "Wah... wah... aku jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Aku yakin tadi aku sudah membunuhmu, tetapi bagaiman kamu masih bisa tersadar bahkan bangun kembali seperti tidak terjadi apa-apa." Dia mendengar pria yang dipanggil Rey mulai berbicara panjang kepadanya.
"Jadi mereka mereka yang disebut dengan Iblis? Eh... aku kan juga Iblis sekarang." Naruto memandang kosong kearah dua orang pria di depannya. "Heh... jika aku belum diizinkan menemui istri dan teman-temanku maka apa salahnya menikmati hidup lebih dulu." Dia lalu mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan berlahan.
"YOSH... Naruto Uzu... Ehem... Naruto Argento telah kembali." Lalu Naruto berdiri dan mulai menyelimuti dirinya dengan sihir yang pernah dipelajarinya dari sang Ayah, menurut memori dari Naruto Argento sebelumnya. Seketika itu juga, suhu di sekitar tempatnya berdiri mulai turun dan menambah dinginnya suhu di malam hari. Naruto menyeringai buas melihat dua orang pria di depannya mulai mengambil sedikit langkah kebelakang, lalu dia menghilang dari tempatnya berdiri.
"Heh?" Pria bernama Rey hanya bisa memandang bingung saat anak kecil di depannya tiba-tiba saja menghilang. "GAHHH..." Dia hanya bisa berteriak saat merasakan perutnya terasa begitu sakit. Matanya terbelalak melihat anak kecil yang menghilang tadi sudak berada di hadapannya dengan tangan kanan yang dilapisi es menyentuh perutnya, bukan hanya itu tetapi lapisan es itu menusuk tembus dari perut ke bagian belakang tubuhnya.
"Uhuk... Sial." Hanya itu yang bisa di ucapkan Rey sambil berbatuk darah, kemudian merasakan kesadarannya menghilang dan tubuhnya terjatuh menyentuh tanah.
"REY..." Pria yang dipanggil Ren oleh Rey hanya bisa berteriak keras melihat rekan kerjanya tergeletak tidak bergerak lagi. Saat dia hendak berlari mendekati tubuh Rey tiba-tiba saja tubuhnya menegang dan mematung saat melihat bayangan iblis bertanduk berwarna putih, berukuran besar seperti Raja Naga Tannin dengan pandangan mata membunuh berwarna biru yang bercahaya di belakang tubuh anak kecil di dekat terbaringnya tubuh Rey.
"Ren, namamu kan?" Naruto berbicara dengan suara berat, dan melihat anggukan pelan dari kepala Ren. "Akan aku tunjukkan kemarahan iblis yang sebenarnya. The Frozen Devil." Seringai Naruto mulai melebar, dia berjalan mendekati Ren yang berdiri mematung di depannya dan tidak bisa mengangkat kakinya karena takut dengan apa yang dilihatnya. Terlihat gumpalan es diatas tanah bekas pijakan langkah kaki Naruto.
Naruto mulai mengangkat tangannya mendekati tubuh Ren, bersamaan itu bayangan di belakangnya juga mengangkat tangan besarnya yang memiliki cakar tajam mendekati tubuh pria didepannya.
"AHHH..." Kemudian teriakan keras dapat terdengar di seluruh bagian hutan.
Cerita Berakhir...
Ah... Muncul dengan sedikit ide.
Semoga bisa bertemu di cerita selanjutnya...
Mohon tinggalkan reviews!
Salam... Deswa