Malam masih belum berniat untuk pergi dan mempersilakan pagi menggantikan dirinya, saat terlihat dari jauh tiga sosok bergerak perlahan menyusuri rel kereta. Perlahan seolah sedang mencari sesuatu di sepanjang jalur.

Ketiganya bergerak dalam diam. Teliti mengamati, takut terlewat. Walau cahaya hanya bergantung pada satu tongkat sihir, sepertinya cukup.

Kedua sosok yang lebih pendek—sepertinya masih belia—fokus pada proses pencarian, sementara yang satu lagi yang lebih tinggi dan lebih tua, seperti malas-malasan mencari. Seperti yang lebih suka melakukan pekerjaan lain, mengaduk ramuan dalam kuali di ruangan bawah tanah, mungkin.

Hanya beberapa jam sebelumnya, dia dipanggil Kepala Sekolah. Sekolah baru berjalan dua bulan, dan bisa dibilang relatif tenang, tidak ada kejadian aneh. Mungkin kecuali beberapa kasus yang harus ditangani Madam Pomfrey menyangkut tangan patah saat pertandingan Quidditch atau kuping yang mengeluarkan daun bawang.

Severus Snape menyangka semester ini akan tenang damai tanpa kejadian berarti—beberapa detensi yang dijatuhkan itu tidak perlu dihitung. Dia akan bisa meramu dengan tenang, mungkin akan bisa menemukan ramuan baru atau memperbaiki formula ramuan lama.

Ia masih menyangka begitu, saat Albus Dumbledore menugaskannya untuk mengawal pencarian Mimbulus Mimbletonia. Konon ada anak melihat tumbuhan itu saat dalam perjalanan menuju ke Hogwarts 1 September lalu, dan BARU memberitahu Profesor Sprout kemarin. Dua bulan, DUA BULAN, dan ada kemungkinan tanaman itu sudah ada yang mengambil, atau mungkin sudah terinjak-injak hewan lewat, atau bahkan dalam cuaca menjelang musim dingin seperti ini—sementara tanaman itu berasal dari padang pasir yang panas—pasti sudah mati. Belum lagi, si anak tidak bisa memberitahukan lokasinya dengan pasti, hanya: 'sebelum gelap'. Sebelum cuaca gelap, dan mereka harus memperhitungkan dulu kira-kira Hogwarts Express berada di daerah mana saat 'sebelum gelap' itu.

Jadi, Albus meminta Neville untuk mencari—karena dia ahli soal Mimbulus Mimbletonia—Hermione untuk menemani—dengan pengetahuannya—dan dia, Severus Snape untuk mengawasi mereka. Kenapa harus dia, dan bukan Pomona Sprout, bukankah dia ahli Herbologi?

Albus menatapnya penuh arti.

Entah bagaimana Albus bisa memprediksi bahwa perjalanan ini tidak akan menjadi perjalanan mencari tumbuhan biasa.

HPLC

"Bisa-bisanya segitu lamanya baru anak itu bilang kalau dia melihat Mimbulus Mimbletonia—" gerutu Neville.

"Yah, tidak semua orang tahu kalau tanaman itu tanaman langka. Lagipula, kalau ia tidak suka Herbologi, ada tanaman langka juga engga akan berarti apa-apa buat dia," hibur Hermione.

Jadi ceritanya kemarin mereka sedang belajar di rumah kaca seperti biasa, kali ini giliran kelas Gryffindor bersama Ravenclaw. Profesor Sprout sedang membahas tentang tumbuhan padang pasir, dan entah bagaimana ia kemudian membahas tentang Mimbulus Mimbletonia. Profesor Sprout menyebutkan bahwa tanaman ini langka, dan menyebutkan juga kalau Neville mempunyai tanaman itu. Begitu Neville memperlihatkannya di depan siswa-siswa, seorang anak nyeletuk kalau dia pernah melihat tanaman itu saat di Hogwarts Express, saat mereka datang ke sekolah kemarin.

Saat anak itu melihat tanaman Neville lebih dekat, beberapa temannya juga mendukung pernyataan itu. Jadi, beberapa anak Ravenclaw mengaku melihat tanaman itu, tidak jauh dari rel. Mereka agak heran karena ada tanaman seperti kaktus di daerah dingin seperti Skotlandia ini. Setelah didesak lebih jauh lagi, mereka tidak bisa memberikan letak lokasi yang pasti, hanya: itu terjadi saat hari sudah menjelang gelap, hari sudah lebih dingin, dan matahari sudah ada di cakrawala.

Itu saja.

Profesor Sinistra kemudian membantu menghitung: dua bulan lalu saat matahari sudah ada di cakrawala ada di sekitar daerah dengan kordinat sekian-sekian.

Jadi mereka keluar dari Hogwarts, ber-Apparate menuju lokasi, dan selama beberapa jam berputar-putar menyapu sisi rel mencari tanda-tanda keberadaan tumbuhan itu.

Sudah dua putaran, dan mereka tidak bisa menemukannya.

"Cuma dua kemungkinan," Snape akhirnya bersuara, "apakah memang bocah itu salah lihat, atau tumbuhan itu sudah lenyap—ada yang mengambil terlebih dahulu, terinjak hewan, atau mati karena cuaca dingin—"

Neville mengangguk kecewa. Sebenarnya ia sangat ingin melihat ada Mimbulus Mimbletonia lain selain kepunyaannya, tapi apa boleh buat. Ia sudah mengesampingkan kemungkinan terlewat tak terlihat, karena tumbuhan itu akan berpendar jika gelap.

Selain itu kalau ia boleh jujur, ia kecewa karena, kalau memang tumbuhan itu lenyap karena diambil oleh orang lain, maka ia bukan satu-satunya pemilik tumbuhan itu, setidaknya di Inggris Raya. Berarti ada orang lain yang memiliki.

Ya sudah. Neville menghela napas dalam-dalam. "Kita kembali ke Hogwarts?"

"Satu putaran lagi kalau kau masih penasaran," gerutu Severus. Tidak biasanya ia bersikap seperti ini, tetapi sebenarnya ia juga penasaran. Anak Ravenclaw itu sampai bersumpah segala, mati-matian bahwa ia memang melihat tanaman itu.

"Bagaimana kalau kita fokus ke bekas sihir yang ditinggalkannya? Menurut Profesor Dumbledore, segala tindakan sihir pasti akan meninggalkan jejak. Walau Mimbulus Mimbletonia ini bukan tindakan sihir, tapi kalau seseorang mengambilnya dengan sengaja, tentu akan ada jejak tindakan sihirnya, berikut jejak bahwa dalam suatu saat ada tanaman itu di sini," jelas Hermione panjang lebar.

"Sebenarnya benda sihir juga akan meninggalkan jejak, akan tetapi proses penyidikannya lebih susah daripada penyidikan bekas tindakan sihir," Severus dengan berat hati mengakui usul Hermione. "Kalian berdua melakukan penyidikan terhadap tindakan sihir, aku akan mencoba melakukan penyidikan kemungkinan pernah adanya benda sihir."

Maka ketiga tongkat dinyalakan, dan diaktifkan mantra penyidikannya. Mulai dari jarak terdekat dari hitungan Profesor Sinistra, perlahan hingga jarak terjauh.

Sepertinya tidak ada.

"Yah, sudahlah," Neville menyahut lesu. "Kita kembali saja. Sepertinya kita tidak akan mendapat dispensasi pelajaran hari ini, kalau kita cepat-cepat kembali mungkin akan ada waktu sejam untuk tidur—"

Tapi Hermione mematung. Membisu, menatap jauh ke depan.

"Sepertinya bukan penyihir. Tapi, untuk apa malam-malam begini ada di sini? Dan... kegiatan apa yang sedang mereka lakukan?"

Severus turut memandang ke titik yang di amati Hermione. Neville, heran, turut memusatkan pandangan ke arah yang dilihat Hermione.

Ada tiga sosok di sana. Bukan dewasa nampaknya, tapi bukan anak-anak juga.

HPLC

Sepanjang perjalanan dari King's Cross, hingga ganti kereta, hingga tiba di Fort William, ketiganya terus bergantian mengawasi keadaan sekitar, jika saja ada yang aneh. Tetapi hingga mereka turun di Fort William dan suasana sudah malam, masih saja mereka belum merasakan hal yang aneh.

"Darimana kita mulai mencari?" tanya Lucy, membereskan barang bawaan.

"Dari sini tempatnya masih lumayan jauh. Kita berjalan sedikit," Lockwood mengambil tas selempang dan satu tas jinjing yang lumayan berat. Lucy dan George tak banyak bertanya, mengambil tas bawaan, dan mengikuti langkah Lockwood, menyusuri rel kereta api yang masih panjang entah ke mana.

Tak banyak percakapan antara mereka. Hanya sesekali Lockwood berhenti berusaha melihat sesuatu, demikian pula Lucy, berusaha merasakan sesuatu. Ada banyak jejak hantu, kelas satu maupun kelas dua, tetapi Lockwood mengabaikannya.

Sudah agak jauh saat mereka merasa lelah. Lockwood mengusulkan beristirahat dulu, dan mereka menemukan sebuah bangunan tak bertuan. Mereka duduk. Lucy membuka salahsatu bungkusan bekal, mengeluarkan beberapa potong sandwich dan membagi-bagikannya. Mereka makan dalam diam.

Selesai, mereka minum, dan Lucy membereskan bekas-bekas makan hingga tempatnya rapi lagi—walau memang sdah tidak rapi dan berdebu dari tadinya.

"Kalau Hogwarts itu memang kastil, seharusnya kita sudah bisa melihatnya dari jauh, kan?" Lucy berharap.

"Menurut tulisan jurnal ini, jika masyarakat non-penyihir melihat bangunan mereka, maka akan terlihat seperti bangunan tak terurus dengan tulisan 'DILARANG MASUK'—" George mengutip dari apa yang dibacanya di perpustakaan. "Mungkin kita tinggal mencoba mengukur seberapa besar kadar hantu-nya?"

"Dari penjelasan Louisa dan membandingkannya dengan penjelasan orang tua Amy, sepertinya Thomas tidak pergi ke Hogwarts. Ada seseorang atau sekelompok orang yang berpura-pura menjadi pihak sekolah sihir itu," sahut Lockwood ringan.

"Lalu, kenapa kita susah-susah harus melacak sampai ke lokasi di mana Hogwarts berada, kalau begitu?" Lucy tak mengerti.

"Karena," Lockwood menyelempangkan tasnya, merapikan rapiernya, menjinjing tas satu lagi, berdiri tegak dan merapikan bajunya, lalu menatap ke satu titik agak jauh di sana, "kita bisa minta informasi pada mereka, bahkan mungkin dukungan mereka dalam menyelesaikan kasus ini."

Lucy dan Geoge ikut-ikutan menatap arah yang ditatap Lockwood.

Ada tiga sosok di sana. Satu sosok tinggi, sepertinya orang dewasa, dan dua lagi sepertinya sebaya seperti mereka. Ketiganya mengenakan jubah.

"Mereka—penyihir Hogwarts?" bisik George menebak.

Lockwood tak menjawab, melangkah pasti menuju sosok itu.

MASIH AKAN DITERUSKAN