My Oppa

.

.

.

Main Cast : Chanyeol, Baekhyun (GS), Kris

Rate : T

Other Cast : Other exo member GS for uke

Genre : Romance, Hurt

It's Genderswitch

Don't Like, Don't Read

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Yixing tengah berjalan menuju ruangan Kris dengan Joonmyeon tentunya, karena dia harus memeriksa keadaan pasiennya tersebut. Dengan langkah tergesa ia berjalan ke arah ruangan dimana Kris dirawat ketika mendengar suara ribut–ribut dari ruangan tersebut. Samar–samar ia bisa mendengar suara adiknya yang berteriak dari dalam ruangan.

"YA! apa yang kau lakukan?" teriak Tao, karena orang asing yang ia tolong kini berusaha melepaskan semua alat yang menempel pada tubuhnya.

"Hei kau tak bisa melepaskan semua alat ini. Ini semua akan membantu penyembuhanmu" ucap Tao asal. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini, barusan ia hanya asal bicara saja. Ia bahkan tidak tahu apa sebenarnya fungsi alat–alat yang menempel pada tubuh pria di depannya ini. Ia butuh Yixing sekarang, dimana kakaknya itu saat dibutuhkan seperti ini?

"Hei..hei..berhentilah melepasnya. Astaga mengapa kau melepas infusmu?" Tao kaget ketika melihat tetes darah yang berasal dari lengan pria tersebut "Kau tak boleh melepaskan cairan infusmu. Ini membantumu agar cepat sehat." ujar Tao.

Kris cukup kesal dengan gadis yang ada di dekatnya sekarang ini. Gadis ini benar–benar cerewet dan tak membantunya sama sekali, Kris memandangnya tajam. Tao menunduk ketika matanya beradu dengan mata tajam milik Kris, Tao tidak suka dipandang seperti itu. Itu benar–benar membuatnya tak nyaman apalagi ia dipandang oleh orang yang tidak dikenal. Tao memilih untuk menunduk daripada harus balik menatapnya. Dari pakaiannya, Kris bisa menyimpulkan bahwa gadis ini bukanlah perawat ataupun dokter, lalu mengapa gadis ini bisa ada disini? di ruangannya? tapi Kris tidak memperdulikan itu sekarang, yang ada dipikirannya adalah bagaimana ia harus keluar dari sini dan menemukan Baekhyun secepatnya.

Kris berusaha berdiri dari ranjangnya, ia mati–matian menahan pening di kepalanya mengingat ia belum sembuh benar. Luka di kepalanya benar–benar membuatnya tersiksa, selain harus menahan rasa pening ia juga harus menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat lukanya yang belum sembuh.

"Hei…kau tak boleh kemana–mana. Bisakah kau tak berulah? Mengapa kau selalu menyusahkanku sejak semalam?" Tao menggerutu dan berusaha mengahalangi Kris untuk tidak pergi kemana–mana. Jika tidak ingat pesan kakaknya mungkin dengan senang hati Tao akan membiarkan pria ini pergi daritadi, sehingga ia tidak perlu repot–repot untuk menjaganya. Tapi ia cukup sadar akan tanggung jawabnya untuk menjaga pria ini, jika ia tidak menjaganya dengan baik maka bersiap–siaplah ia menerima omelan dari sang kakak. Hei sejak kapan Tao tau tentang tanggung jawab? bukankah tadi malam ia yang menyuruh Yixing untuk membiarkan orang ini dan tak menolongnya?

"Lepaskan aku" teriak Kris ia benar–benar kesal terhadap gadis kurang ajar yang ada di depannya kini.

"Tidak." suara Tao tak kalah kencang dari suara Kris. Laki-laki itu cukup terkejut saat Tao malah balik membentaknya, tapi Kris tetap mempertahankan wajah dinginnya.

"Kau harus tinggal disini hingga kau dinyatakan benar–benar sembuh." Tao terus memblokade jalan Kris untuk lewat. Kris hanya memutar bola matanya malas, ia tak ada waktu untuk meladeni gadis ini yang terpenting adalah ia harus mencari Baekhyun sekarang.

Cklek

Pintu ruangan itu terbuka menampakan dua sosok yang dari tadi Tao tunggu–tunggu kedatangannya, siapa lagi kalau bukan Yixing dan Joonmyeon. Tao benar–benar merasa lega atas kehadiran mereka, Tao sudah mati kutu oleh laki-laki di depannya ini.

"Ada apa ribut–ribut?" tanya Yixing yang baru saja memasuki ruangan diikuti Joonmyeon dan juga dua orang perawat dibelakangnya.

"Tuan mengapa kau bangun dari tempat tidurmu? tak seharusnya kau beranjak dari tempat tidurmu. Luka–lukamu masih belum sembuh dan kau harus istirahat untuk pemulihan kondisimu." ucap Yixing lembut. Yixing mencoba untuk membujuk Kris kembali ke tempat tidurnya, namun Kris menepis dengan kasar tangan Yixing yang melingkar di lengannya. Berkali–kali Yixing membujuk Kris, namun tetap saja hasilnya nihil. Kris dengan sekuat tenaga masih berusaha keluar dari ruangan dengan melawan blokade dua perawat tadi yang ikut bersama Yixing dan juga Joonmyeon. Tao hanya diam memandangi apa yang terjadi di depannya. Tanpa Kris ketahui Yixing tengah memberi isyarat pada Joonmyeon untuk memberikan obat penenang bagi Kris. Ini satu–satunya cara untuk menangani pasien yang keras kepala seperti Kris.

"Apa yang kau lakukan?" Kris memandang Joonmyeon tajam yang tengah menancapkan jarum suntik di lengan Kris.

"Aku berusaha membantumu, ini cara agar kau cepat pulih." ucap Joonmyeon tenang. Ketika Kris berusaha melepaskan jarum itu dari lengannya, tiba–tiba saja mata Kris terasa berat, hingga akhirnya kegelapan lebih dulu menyergapnya. Dengan segera perawat–perawat itu membaringkan kembali tubuh Kris di tempat tidurnya dan memasangkan kembali alat–alat yang tadi sempat dilepas oleh Kris.

"Kau menjaganya dengan baik Tao-er" Yixing mengelus surai adiknya itu dengan sayang, tapi Tao tidak memperdulikannya matanya sibuk memandangi Kris yang sedang dibaringkan oleh perawat "Jika kau tidak menjaganya mungkin dia sudah kabur."

"Kris Wu, umur 24 tahun." ujar Joonmyeon membuat Yixing dan Tao menoleh kearahnya.

"Kau menemukan identitasnya?" tanya Yixing penuh semangat, sementara Tao tidak begitu tertarik sama sekali. Ditangan Joonmyeon terdapat dompet milik si pasien.

"Ya aku menemukankan tanda pengenal ini di dalam dompetnya. Hanya terdapat nama dan nomor telepon, tak ada keterangan lainnya." jawab Joonmyeon.

"Benarkah? Coba aku lihat. Mungkin kita bisa menghubungi nomor tersebut nanti, setidaknya kita tahu namanya." ucap Yixing lega.

"Siapa wanita ini? Aigo…dia lucu sekali, apakah dia pacarnya?" Yixing menunjuk foto yang ada dalam dompet tersebut.

"Aku tidak tahu, tapi kurasa mungkin saja" Joonmyeon menanggapi pertanyaan istrinya barusan.

"Bolehkah aku melihatnya oppa?" Zitao yang tampak penasaran lalu mengambil dompet tersebut dari tangan Joonmyeon. Di dalamnya terdapat foto Kris dengan seorang gadis, keduanya terlihat mirip satu sama lain. Kris tersenyum dengan santainya sedangkan gadis di foto itu membentuk huruf V sign dengan anjing di gendongannya, keduanya benar–benar tampak serasi. Tao mencoba mengeluarkan foto itu dari tempatnya. Ia cukup penasaran dengan gadis yang berada dalam foto tersebut, siapa tahu ada sesuatu dibalik foto tersbut pikirnya. Tao mencoba membalik foto itu namun hasilnya nihil tak ada nama taupun petunjuk tentang siapa gadis itu. Tao menyerahkan kembali dompet itu kepada Joonmyeon, tentu saja setelah mengembalikan kembali foto tersebut pada tempatnya.

"Tao ayo pergi, kita harus pulang." Yixing membuyarkan lamunannya.

"Jiejie…bisakah aku diam disini untuk menjaganya lagi? ada urusan yang harus aku selesaikan dengannya. Kau jemput saja aku nanti malam atau aku akan pulang dengan Joonmyein oppa nanti." Ucapan Tao membuat dahi Yixing mengkerut heran, ia merasa aneh dengan permintaan adiknya tersebut.

"Apa kau yakin?" Yixing memastikan.

Bukankah tadi malam Tao yang meminta padanya habis–habisan agar ia tidak menjaga orang asing ini? Mengapa sikapnya berubah 180 derajat daritadi malam? Tapi Yixing tak ambil pusing, jika itu sudah keinginannya maka Yixing mengabulkannya, lagipula bagus jika ada seseorang yang menjaga Kris sehingga setidaknya dia tak akan bisa kabur dengan mudah.

"Ya, Jie." Tao meyakinkan

"Baiklah aku pergi, akan ku jemput kau nanti." ucap Yixing, yang kemudian menghilang dibalik pintu.

.

.

.

Chanyeol merenggangkan otot–ototnya, semalaman tidur di sofa membuat badannya terasa kaku dan pegal. Sebenarnya tadi malam ia tidur di kasur, namun gadis di sampingnya itu tiba–tiba saja bangun dan memandangnya dengan ketakutan. Walaupun ia tak berniat melakukan apapun pada gadis itu, namun melihatnya yang ketakutan membuatnya memilih untuk tidur di sofa. Chanyeol tidak ingin gadis ini berpikiran macam–macam tentangnya. Ia juga tak ingin membuat gadis ini takut padanya, gadis itu hanya diam dan menyandarkan tubuhnya pada ranjang, entah apa yang dipikirkannya, pandangan matanya sayu. Chanyeol hanya memperhatikannya dari jauh, ingin sekali ia merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, tapi ia urungkan niatnya dan lebih memilih untuk membiarkan gadis itu sendiri, sendiri tenggelam dalam pemikirannya karena Chanyeol merasa bahwa gadis itu memang membutuhkan waktu untuk sendiri. Tanpa sadar gadis itu kembali tertidur dengan posisi tubuhnya yang masih bersandar pada kepala ranjang. Dengan hati–hati Chanyeol membenarkan posisi tidur gadis itu agar ia berbaring dengan nyaman, menyelimutinya sebelum akhirnya ia melanjutkan tidurnya di sofa.

"Kau sudah bangun?" tanya Chanyeol, ketika ia melihat gadis itu kini tengah duduk di tepi ranjangnya, Chanyeol berjalan mendekat untuk memastikan bahwa keadaan gadis ini baik–baik saja. Namun Baekhyun memundurkan badannya hingga menyentuh kepala ranjang

Chanyeol tersenyum "Tenanglah, aku tak akan menyakitimu, aku akan berusaha membantumu." untunglah gadis di depannya ini tak lagi mencoba menjauhinya bahkan kini ia membiarkan Chanyeol duduk disampingnya dan memeriksa keadaannya.

"Apakah ini sakit?" tanya Chanyeol sembari memegang lengan Baekhyun yang memerah akibat diikat terlalu kencang. Baekhyun hanya menggeleng pelan. Walaupun terselip sedikit rasa takut tapi entah mengapa Baekhyun merasa percaya pada pemuda di depannya ini, ia percaya bahwa pemuda di depannya ini pemuda yang baik, lihatlah bahkan ia memeriksa keadaannya dan jangan lupakan bahwa pemuda di depannya ini bahkan rela tidur sofa dan tak menyentuhnya sama sekali.

"Siapa namamu?"

Baekhyun diam sebentar, ia cukup ragu untuk memberitahukan namanya, tapi akhirnya dengan suara pelan Baekhyun memberitahukannya "Baekhyun, namaku Wu Baekhyun" ucapnya "Apa kau akan menolongku? Kumohon aku harus bertemu dengan kakakku"

Belum sempat Chanyeol menjawab, tepat saat itu pintu terbuka dan dua sosok pria muncul, yang sudah Chanyeol ketahui bahwa mereka adalah pengawal–pengawal Yejin. Baekhyun segera bersembunyi dibalik punggung sempit milik Chanyeol, namun dengan cepat kedua pengawal itu membawa Baekhyun keluar dari ruangan tanpa sempat melawan. Chanyeol hanya menatap kepergian Baekhyun dari hadapannya ia memang tidak berusaha menghentikan dua orang yang membawa Baekhyun.

"Kumohon jangan bawa aku, tuan kumohon tolong aku" itulah yang Chanyeol dengar terakhir kali dari mulut Baekhyun sebelum kedua pengawal itu membawa pergi Baekhyun menghilang dari pandangannya.

"Kau menikmati malammu?" sosok Yejin menyambut Chanyeol yang baru saja keluar dari ruangan tempat ia berada semalam.

"Dia milikku" ucap Chanyeol "Aku akan mengurus pembayarannya, jangan biarkan dia di sentuh oleh siapapun, kau tahu kan akibatnya jika kau tak menjaganya dengan baik noona?" lanjutnya dengan berbisik di telinga Yejin.

"Baiklah, aku akan menjaganya untukmu, aku harap kau menepati janjimu untuk mengirim uangnya hari ini dengan pengecualian, jika kau belum mengirim uangnya ia tetap milikku." balas Yejin, sambil berlalu meninggalkan Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum remeh, Yejin benar-benar wanita licik dan haus akan uang namun jangan remehkan dan bermain-main dengan seorang Park Chanyeol.

.

.

.

Siang kini telah berganti menjadi sore, matahari telah bersiap untuk kembali ke peraduannya, Tao dengan setia menemani Kris di ruangannya. Waktunya ia hanya habiskan untuk memandang wajah pria tampan di depannya ini, banyak hal yang ingin ia tanyakan pada pria ini. Menurut Joonmyeon, seharusnya reaksi obat penenang yang diberikan olehnya telah habis reaksinya, tapi sepertinya sekarang Kris benar–benar tertidur tanpa pengaruh obat.

"Baekhyun" Kris bergumam pelan, sepertinya ia mengigau "Baekhyun" Kris kembali memangil nama yang sama dalam tidurnya, Tao dapat mendengar itu "Andwae" "kajimaa" itulah yang sering terlontar dari mulut kris dalam tidurnya, namun matanya tetap tertutup dan enggan terbuka.

"Mengapa kau terus menyebut nama Baekhyun dalam tidurmu? Apakah dia pacarmu? Apa sesuatu terjadi di antara kalian?" tanya Tao pelan dihadapan Kris yang masih terlelap dalam tidurnya

"Hey aku melihat fotomu dengan seorang gadis di dalam dompetmu? Apakah dia yang namanya Baekhyun? Kalian benar–benar cocok dan serasi" ucap Tao lagi, ia kembali mengajak Kris yang sedang tertidur berbicara, seolah–olah Kris dapat mendengar apa yang di ucapkan olehnya barusan.

Tok…tok…tok…

Suara pintu yang diketuk dari luar membuyarkan lamunan Tao tentang pikiran–pikiran apa yang sebenarnya terjadi antara pria yang ditolongnya ini dengan seseorang bernama Baekhyun.

"Tao, Yixing sudah menjemputu." Joonmyeon muncul dari balik pintu.

"Nde oppa" ucap Tao sambil membereskan barang–barangnya "Oppa, apakah dia akan baik – baik saja jika tidak ada yang menjaganya? Bagaimana jika dia kembali berusaha kabur?"

Joonmyeon tersenyum "tenanglah tidak usah khawatir Tao-ah, para perawat disini akan menjaganya dengan baik" ucap Joonmyeon menenangkan adik iparnya tersebut.

.

.

.

Malam ini Chanyeol kembali lagi ke club malam milik Yejin untuk menjemput Baekhyun. Dalam hati Chanyeol mengumpat karena hari ini banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan, sehingga harus pulang larut untuk menjemput Baekhyun dari tempat Yejin. Sebenarnya tadi siang Chanyeol telah mengutus anak buahnya untuk mengurus pembayaran Baekhyun sekaligus membawa Baekhyun kepadanya. Namun perempuan licik itu mempunyai sejuta cara untuk tak membiarkan para anak buah Chanyeol turut serta membawa Baekhyun. Yejin meminta Chanyeol sendiri yang datang ke tempatnya, gertakan Chanyeol tadi pagi kepadanya sama sekali tak ia hiraukan. Yejin justru balik menggertak Chanyeol dengan berkata bahwa apabila Chanyeol yang tak datang sendiri maka Baekhyun tetap miliknya. Melanggar perjanjian yang telah Yejin buat sendiri dengan Chanyeol sebelumnya.

Chanyeol memasuki club malam Yejin dengan langkah tak sabaran, otaknya dipenuhi tentang gadis bernama Baekhyun, yang bahkan baru sehari dikenalnya. Bagaimana keadaan Baekhyun? Itulah yang ada dipikiran Chanyeol saat ini. Chanyeol telah berjanji jika ia akan menyelamatkan gadis itu dari perempuan licik bernama Yejin.

"Dimana dia?" tanya Chanyeol to the point pada Yejin yang tengah berkumpul dengan beberapa orang temannya.

"Waah, aku tidak tau jika seorang Park Chanyeol sungguh-sungguh dengan ucapannya" Yejin tak menggubris pertanyaan Chanyeol.

"Cepat katakan dimana dia noona?" ucap Chanyeol dengan tidak sabar, nada suaranya meninggi yang menunjukan ia tengah kesal terhadap perempuan yang berdiri di hadapannya.

Lagi-lagi Yejin menjawab pertanyaan Chanyeol hanya dengan tertawa, membuat kesabaran laki-laki itu habis dibuatnya.

"Apa yang telah kau lakukan padanya huh?" Chanyeol mencengkram leher Yejin dengan cukup kuat, membuat wanita itu kesusahan untuk bernafas. Tak Chanyeol pedulikan pekikan kaget dari teman-teman Yejin yang sedang berkumpul disana.

"Hyung, apa yang kau lakukan? Kau bisa membunuhnya."

Tiba-tiba saja Jongin muncul entah darimana. Well sebenarnya, Jongin sudah berada di klub ini sejak sebelum Chanyeol datang, Laki-laki tan itu awalnya akan pergi ke toilet saat keributan itu terjadi. Awalnya Jongin tak peduli, tapi setelah ia amati lebih cermat ternyata orang yang terlibat keributan adalah sosok yang familiar untuknya, tak lain dan tak bukan adalah Chanyeol yang merupakan sahabatnya. Tak ingin sahabatnya terlibat masalah, Jongin memilih untuk melerai. Jongin mencoba melepaskan cengkraman tangan Chanyeol pada rahang Yejin agar terlepas. Dan berhasil, Chanyeol melepas cengkraman tangannya pada Yejin sedangkan perempuan itu terbatuk dan berusaha mencari udara sebanyak-banyaknya saat cengkraman Chanyeol terlepas dari lehernya.

"Jika terjadi sesuatu padanya, aku akan membuat perhitungan denganmu noona" ucap Chanyeol penuh penekanan

"Hyung kau baik-baik saja? Sebenarnya apa yang terjadi?

Chanyeol tak menghiraukan pertanyaan Jongin karena kini dengan membabi buta Chanyeol mendobrak pintu kamar yang ada di klub milik Yejin satu persatu sambil memangil nama Baekhyun. Ia tidak peduli jika para tamu itu marah–marah dan mencaci maki padanya karena urusan mereka terganggu akibat ulahnya. Dibelakangnya Jongin mengikuti Chanyeol berusaha menghentikan aksi brutal sahabatnya itu.

"Baekhyun" Chanyeol setengah berteriak ketika mendapati Baekhyun yang terkulai lemas tak sadarkan diri di sebuah ranjang di ruangan paling pojok di klub milik Yejin.

"Apa yang kau lakukan padanya?" dengan kemarahan di ubun-ubun Chanyeol bertanya pada pria itu.

"Aku hanya bersenang–senang dengannya. Lihatlah dia bahkan tertidur damai seperti boneka" ucap pria itu tanpa rasa bersalah. Dapat Chanyeol cium aroma alkohol dari mulutnya, pria ini mabuk. Satu pukulan mendarat di wajah pria itu hingga ia terjerembap. Keadaanya yang dalam mabuk berat membuat pria itu tak bisa berdiri dengan bertumpu pada dua kakinya sendiri. Tak puas dengan satu pukulan, Chanyeol melayangkan satu pukulan lagi yang berhasil membuat pria itu pingsan. Jongin hanya memandang Chanyeol dari ambang pintu tak berniat untuk mencampuri urusan sahabatnya kali ini.

Chanyeol dengan segera menghampiri dan memeriksa keadaan Baekhyun, dapat Chanyeol rasakan keringat dingin membasahi tubuh Baekhyun, ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Satu hal yang pasti ia harus segera membawa keluar Baekhyun dari sini untuk mendapatkan perawatan.

"Jongin, bantu aku membawanya ke rumah sakit."

.

.

.

TBC

.

.

.

Note : FF ini pernah dipublish sebelumnya, kemudian saya hapus lagi supaya lebih baik. Tidak ada maksud lain, seperti berharap review banyak. Saya cuma ingin kalian nyaman baca ff saya ini. Mungkin untuk chap selanjutnya ratingnya akan berubah jadi M. hehehe…

Gimana sama chapter ini?

Masih adakah yang berminat dengan FF ini?

See you in next chapter

Review juseyo~

Saranghae ^^ Ppyong~