Dengan penuh perhatiannya Kiba mengelus punggung sempit Naruto, agar Naruto bisa sedikit tenang.

Suara se-segukan masih terdengar dari mulut Naruto, hidungnya juga masih sibuk mnyedot cairan yang sepertinya ingin keluar, tapi dengan cepat Kiba mengambil tisu dan memberikannya, Naruto menerima dengan senang hati dan mengeluarkan semua cairan dari hidungnya.

"Hiksss- Kiba, apa-Hiks- apa yang akan terjadi padaku nantinya" SROOTTT, Kiba yang melihatnya hanya bisa menghela nafas pendek, " Kau harus minta pertanggung jawaban atas anak yang kau kandung Naru-"

"Huuuwwaaa" dan untuk sekian kalinya Kiba meruntuki kebodohannya, karna membiarkan Naruto menangis lagi.

.

.

For Love

Shiraishi Connan

Masashi Kishimoto [Naruto]

.

.

SasuNaru slight other

.

.

Warn : flashback. Masa sekarang

.

.

"Hooaahh, apa-apaan ini?" Kiba yang baru menutup pintu kamarnya agar membiarkan Naruto beristirahat di kamarnya, langsung kaget saat melihat pasanga NejiGaa sudah nyaman dengan posisi Neji yang merangkul Gaara sambil sesekali tangannya yang bebas menganti chanel televise dari remot, sedangkan Gaara hanya santai dalam rankulan Neji.

"Jadi sudah baikkan, bukannya tadi ingin berkelahi" Kiba dengan santainya mengambil tempat di samping Neji dan dengan cepat ikut bersandar di bahu Neji.

Neji Cuma diam, dan masih sibuk dengan menganti chanel televisi.

"Nee, Gaara, apa kau sudah tau kalau sebenarnya Naru itu sedang hamil?" Tanya Kiba, tapi matanya masih fokus menatap layar tv yang sudah berhenti terganti-ganti dan menampilkan acara memasak.

"Ehmmp- hhmmp-" Kiba tau dengan jelas suara apa itu, tapi dengan santainya pura-pura tidak tau dan tidak peduli.

"Neji-hmmp Kiba-hmmpp"

"Abaikan aku, anggap aku tidak ada ~~dududududud~~ " Kiba makin bersandar di bahunya Neji, bahkan sekarang benar-benar ingin menyamannyak posisinya sambil memejamkan matanya.

"Kau tau- kau malah membuat Neji kerepotan karna harus menahan kepalamu yang besar itu" mata Kiba benar-benar terbuka besar saat melihat pemuda dengan surai nanas berdiri tepat di depannya.

Bahkan kedua pemuda yang sedang melakukan hal yang sedikit panas itu menghentikan aktifitasnya untuk memandang pemuda nanas yang dengan tidak permisinya berdiri di hadapan mereka.

"Keluar sebentar, aku ingin bicara" dengan sangat patuhnya Kiba hanya diam dan ikut berjalan saat tangannya sudah di tarik oleh pemuda surai nanas itu.

.

.

"Ap-apa Maumu, Natsu?" cicitan kecil keluar dari mulut Miharu, sambil menahan bahu pemuda dengan surai unik yang bernama Natsu itu, agar tidak terlalu dekat bahkan menempel kepadanya.

Pemuda bersurai unik aka Natsu, terkekeh kecil dan menundukan diri menutupi mata kelamnya dengan surai ravennya depannya yang lumayan menutupi matanya itu, tapi seringai kecil tercetak jelas, dan sangat jelas. Bahkan sampai membuat Miharu menatap pemuda yang menghimpitnya itu dengan tatapan horror.

"Hn, kau sudah tau pasti apa yang aku mau, Mi-ha-ru-chan".

Gadis dengan surai kelam yang di panggil Miharu mendadak membolakan matannya.

"Na-na-natsu, kau?"

"Apa yang kalian berdua lakukan di situ?" suara berat terdengar, dan membuat kedua manusia berbeda gender itu melirik kearah pria dewasa di samping mereka.

"Pa-paman Sasuke?" Miharu dengan cepat mendorong pemuda dengan surai unik itu agar menjauh darinya.

"Ayolah, Ayah- aku hanya ingin ber-"

"Kembali kekamarmu Toranatsuke" suara berat penuh nada perintah keluar dari bibir sang pria dewasa itu, dan sang pemuda dengan surai unik itu hanya bisa mendesah pelan dan mengumamkan kata "Iya, baiklah" lalu berjalan menjauh.

Sedangkan Miharu yang masih berada di sana dengan tenang menunduk lalu berlari kecil untuk menjauh.

.

.

~Kriingggg~~~~ suara jam weaker terdengar begitu keras hinga membuat pemuda dengan surai hitam pekat itu bangun dari tidurnya dan duduk dengan lemas di ranjang singgelbednya.

"Hooooohhhhh" suaranya keras sambil merentangkat kedua tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya yang sedikit agak kaku.

Perlahan tapi pasti, harum dari arah luar kamarnya tercium "Ah, pancake" gumannya pelan sambil menutup matanya dan menghirup harum itu dalam.

Kaki tannya perlahan menyentuh lantai tatami, kemudian berjalan keluar dari kamarnya dengan sebelumnya membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.

Kaki-kaki itu dengan santai menuruni beberapa anak tangga dan dengan cepat bokongnya mengambil tempat untuk duduk di kursi meja makan.

"Memangnya sudah cuci muka?" suara lembut terdengar dan dengan senyuman kecil pemuda dengan surai hitam pekat itu hanya tersenyum dan menggeleng.

"Cuci muka dulu sana baru makan" suruh suara lembut itu dan hanya mendapat anggukan dan cengiran.

.

.

Memeriksakan kondisinya memang sangat baik untuk Naruto, dengan di temani oleh Kiba sang sahabat baikknya Naruto dengan tenang mulai membuka pintu ruangan itu.

Seorang susterpun menggangguk perlahan dan menyuruhnya untuk duduk di sebuah ranjang.

Dengan agak sedikit enggan, Naruto mulai menaiki anak tanga yang hanya terdiri dua buah itu kemudian duduk di ranjang, sang susterpun dengan halus menyuruh agar Naruto untuk berbaring di ranjang tersebut.

Kiba yang juga ikut menemaninya di sana menggangguk, agar Naruto mau tidur di ranjang dan bergumam kecil kepada Naruto " Tidak apa-apa" ujarnya kecil meyakinkan Naruto kalau memang tidak akan terjadi apa-apa.

Saat sudah berbaring, Naruto mulai memejamkan matanya, tapi tidak lama kemudian terdengar suara yang sangat familiar sekali di telingannya, "Uzumaki Naruto 22 tahun, eh?" karna tau pasti suara siapa itu, Naruto hanya memejamkan matanya.

"Aku tau ini salah, tapi ini juga bukan mauku" masih memejamkan matanya Naruto bergumam kecil, "Kau sudah tau akan berakibat seperti ini, kan sudah ku bilang untuk tidak berhenti melakukan penyun-"

"Baa-chan, sudahlah cepat periksa aku! Aku tidak mau sampai Dei-"

"Aku memang sudah di sini-un" Naruto benar-benar membuka matanya lebar-lebar saat mendengar suara yang benar-benar ia rindukan, dengan cepat Naruto bangun dari berbaringnya.

.

.

Tangan tan halus itu masih sibuk memutar-mutar minuman karton di tangannya dan seperti enggan untuk di buka bahkan di minum.

"Jadi benar sudah tiga bulan-un?" suara halus yang terdengar di sampinnya membuat Naruto menghentikan aktifitasnya dan menoleh kesamping.

Sedangkan sosok yang mempunyai suara halus itu hanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang besar.

"Jadi-em- Kira-kira, apa yang akan di katakan ayah dan ibu kalau tau, anak laki-lakinya sekarang ini tengah mengandung-un?" goda pemilik suara halus itu sambil tertawa kecil.

"Dei-nee" dengan pipi mengembung Naruto menatap tidak suka dengan godaan sang kaka.

Pemilik suara halus itu yang ternyata kaka perempuan Naruto hanya tersenyum melihat tingkah adik laki-lakinya.

"Hemm- apa Sai-kun sudah tau?" Tanya Deidara, dan sontak membuat Naruto menatapnya kemudian menuduk.

"Bukan-"

"Heeemmpp?" Deidara memiingkan kepalanya agar bisa melihat wajah adikknya.

"Bukan Sai"

"Heemmmpp?"

"Bu-bu-bukan Sai, ayah dari hmmmpp apa yang aku kandung ini" jawab Naruto masih menunduk, tapi-
"Pfftttt—hahahah" Deidara benar-benar tidak bisa menahan tawanya.

"Nee-chhaannn!" kesal Naruto karna mendengar Kakaknya itu masih sibuk tertawa.

"Ha-ha-huhh" Deidara mulai menghentikan tawanya sambil sesekali mengapus jejak airmata di sudut matanya. "Haduuhh, baiklah, haah, rasanya bayiku ingin keluar, haha- hhheemmmp".

"Heemm- baiklah Naru- dengar kaka- kaka tau kamu ingin sekali menjadi wanita dan menjalani penyuntikan entah apa itu namanya, bahkan kau selalu saja memakai baju wanita. Oke- itu memang salah tapi-"

"Kaka!"

"Oke, baiklah lupakan itu. Kau bahkan di usir oleh ayah karna keinginan tak masuk akal mu itu dan-"

"Kaka!"

"Diam dulu Naru-, kau bahkan merelakan dirimu untuk bekerja di usia muda, mengumpulkan uang dan melakukan penyuntikan itu dan akhirnya" Deidara berhenti sejenak kemudian megelus perut Naruto yang sedikit buncit.

"Kau mendapatkan ini-un"

Naruto sedikit kaget saat kakanya dengan wajah datarnya menatapnya.

"Itu-"

"Baiklah, apa harus aku yang telfon Sai-kun agar mau bertanggung jawab-un? Setidaknya dia harus tau kalau kau mengandung anaknya, Naru-"

"Kaka! Sudah aku bilang bukan Sai-"

Naruto bangkit dari sofa tapi kemudian duduk kembali, seorang yang juga berada di ruangan tersebut hanya bisa diam melihat tingkah kedua kaka-beradik itu,

"Baiklah, aku ingin menangani pasienku dulu, kalian tenang-tenang di ruanganku" seseorang dengan jubah dokter itu kemudian berjalan keluar dari ruangannya.

Naruto dan Deidara hanya tersenyum melihat kepergian dokter itu.

"Jadi siapa? Bukankah pacarmu itu Sai Shimamura? Aku tau kau Naru- kau hanya mencintai-"

"Aku sudah tidak mencintainya lagi" potong Naruto cepat.

"Hehh, lalu siapa ayah dari bayi yang kau kandung? Tidak mungkin Uchiha kan!" Deidara memijat keningnya yang sedikit pusing, lalu kembali mengelus perutnya.

"Huuuhhh, sabar. Yaampun aku lupa kalau aku sedang hamil.. huhhh"

"Memang benar" cicit Naruto.

"Huh?" Deidara memiringkan kembali kepalanya untuk melihat wajah Naruto yang menunduk.

"Uchiha, aheemm. Ayah dari apa yang ku kandung?"

"Hheeh?"

"….."

"Heeehhhhhh?"

Naruto hanya bisa tersenyum canggung saat Nee-channya memandang wajahnya dengan tatapan –

"Tidak mungkin-"

.

.

Musim dingin, memang lebih enak berada di rumah, apa lagi saat ini sekolah sedang libur musim dingin. Menma pemuda berusia enam belas tahun itu mulai menyibukan diri dengan gadget di tangannya.

Sibuk memainkan game Zombie Tsunami, sampai-sampai melupakan tugas yang sejam lalu di berikan oleh Kaa-sannya.

"Bukannya tadi aku menyuruhmu untuk membeli beberapa bahan untuk makan malam?" sosok dengan surai pirang sedang mengangkat futon mulai berjalan mendekati pemuda dengan surai hitam itu yang benar-benar sibuk dengan aktifitasnya.

Sosok surai pirang itu berdiri sambil sesekali membenarkan posis futon yang hampir merosot "Hah,baiklah aku saja yang membelinnya" dengan jailnya sosok pirang itu melempar futon itu kearah sang pemuda yang masih sibuk itu, tapi kemudian- "Kaa-saann, kau membuatku mati!"

"Baiklah kalau begitu, taru futon itu di kamarmu, besok Shikaru akan datang untuk menginap- aku pergi dulu" dengan senyum jailnya sosok pirang itu bergegas pergi sedangkan pemuda dengan surai hitam itu hanya bisa mendesah pelan sambil mengangkat futon yang ternyata ringan itu ke kamarnya "Haa, ini sangat ringan tapi, kenapa tadi Kaa-san terlihat kesulitan" gumanya sambil membuka pintu kamarnya.

.

.

Kamar dengan nuansa biru hitam itu terlihat sangat suram, apalagi sesosok makhluk dengan surai unik atau lebih ke surai ayam itu masih sibuk memandangi ponselnya.

Pemuda berusia enam belas tahun itu berguling kekanan dan kekiri di atas ranjang king sizenya sambil sesekali melirik kearah ponselnya.

"Gaaakkhhh, seharusnya aku tau kalau Miharu memberikan e-mail palsu!"

"Aku memberikan e-mail yang benar kepadamu, hoii jangan salahkan aku kalau Haku-sensei belum membalas pesan darimu" sosok surai hitam sebahu mulai memasuki kamar yang memang pintunya tidak di kunci itu, "Lagi pula, berhentilah mengejar pria-pria cantik.. kalau paman Sasuke tau anaknya Gay, kau bisa mati-" seolah tidak peduli, sang sosok itu menendang apa saja yang bertebaran di lantai, kemudian duduk diatas ranjang itu, tapi kemudian ikut berbaring di sana.

"Bicara memang mudah Miharu, tapi. Hahahahahahah" sosok pemuda yang berbaring di samping sosok gadis bernama Miharu itu mulai tertawa sambil menghayalkan sesuatu.

Tak- "Kau itu tampan Natsu, kau merupakan kopi-an terbaik- paman Sasuke, dan berhentilah mengejar pria-pria tua yang menurutmu cantik itu- Hooh."

Pemuda dengan suarai unik aka Natsu itu mengelus kepalanya yang habis di pukul kecil oleh Miharu, "Hah, seharusnya kau yang berhenti mengejar-ngejar- ah, siapa itu namanya? Mena? Menso? Miso? Apa-"

"Berhenti mengejeknya, namanya Menma- Uzumaki Menma, jangan pura-pura lupa- kau kan sebangku dengannya!" Miharu terlihat kesal dengan wajahnya yang merah, karna dengan seenak dengkulnya, Natsu mengejek-ngejek pangerannya.

"Iya-iya, orang yang menyusahkan itu-kan. Hoiiyy ayolah Miharu, apa yang kau banggakan dari pemuda pendiam dan aneh seperti dia itu- bicarannya saja irit- aku bahkan seperti melihat kopian sifat ayahku di dirinya" Natsu bangun dari berbaringnya dan memandang Miharu yang memejamkan mata sambil bergumam "Dia itu berbeda denganmu dia itu tampan dan sedikit misterius, apalagi saat dia memakai kacamata saat belajar, huuuuu~~ aku bahkan bisa melihat bunga-bunga indah yang bermekaran di sekitarnya-"

Miharu membuka matanya dan mulai bangun dari berbaringnya, duduk berhadapan dengan Natsu sambil memperhatikan wajah Natsu yang ada di depannya.

"Aku sangat akui kau mirip dengan Paman, kau memang benar-benar anaknya, tapi sifat berisikmu dan sok ikut campur urusan orang lain itu bukan sifat paman- apalagi bibi- dan juga selera makannmu yang bukan Uchiha banget- sejak kapan keluarga Uchiha pengemar ramen cup- hah, dan lihat tembok kamarmu yang penuh dengan poster cup ramen- eh tapi tunggu dulu, di belakang poster itu kan berisikan pria-pria cantik yang sedang naked-" Natsu memperhatikan sekitar tiga atau empat poster cup ramen yang ada di kamar Natsu.

Mata kelam Miharu-pun kembali menatap Natsu.

Puk- menyentil kecil kening Miharu, Natsu beranjak dari kasurnya "Kau juga sama, sejak kapan Uchiha berbicara panjang dang sangat lebar seperi itu- bahkan tidak putus-putus" Natsu mengambil Hodie dark blue di kursi belajarnya kemudian memakainya tidak lupa syal berwarna putih di lilitkan di lehernya.

"Kau mau kemana?" Miharu berdiri menghampiri Natsu.

"Keluar- aku ingin membeli cup ramen, lihat persediaanku sudah habis" Natsu menunjuk kearah sebuah laci kaca yang terdapat dua cup ramen yang masih tersisa di dalamnya.

"Ah, kalau gitu belikan aku-"

"Baik-baik- tapi bersihkan kamarku yah!" Natsu menyentil kembali kening Miharu dan dengan cepatnya pergi sambil menutup pintu kamarnya keras-keras.

"Jangan keluar dari kamarku sebelum semuanya bersih, dan aku akan membelikan apa yang kau mau"

Miharu yang mendengar Natsu berteriak-teriak hanya bisa menghela nafas panjang.

"Toranatsuke Uchiha- benar-benar Uchiha terberisik dan terjorok- aku akan ingatkan bibi Sakura agar tidak memanjakannya" Miharu mulai memunguti pakaian-pakaian yang bertebaran di tatami kamar Natsu.

.

.

Natsu memasuki mini market dengan santai sambil sesekali melirik kearah kanan, karna dia sudah tau betul di mana tempat cup ramen di pajang.

Saat melihat tumpukan cup ramen yang masih terpajang dengan sangat rapih itu dan terlihat sekitar 10 cup ramen, Natsu hanya tersenyum dan bergumam "Aku akan memborongnya- hehe" tapi bukannya berjalan kearah pajangan cup ramen Natsu malah berjalan rak lain.

Di sana terdapat barang-barang perawatan kecantikan dan segala tetekbengek urusan wanita, mata kelamnya melirik sesuatu yang memang dari tadi dia cari, mengambilnya perlahan dan bergumam kecil "No wings" menundukan tubuhnya dan melihat apa yang ada di rak itu dan ternyata semua tulisannya memang benar "No Wings" berdiri dari menunduknya dan berteriak kearah kasir yang sedang melayani pembeli yang ingin bayar.

"Maaf, Nona. Aku mencari yang ada sayapnya, kenapa semuanya tidak ada sayapnya" sontak beberapa pengunjung yang ada di sana hanya tertawa kecil saat mendengar teriakan Natsu.

Tapi setelah itu ada petugas yang menghampirinya, "Itu di pojok sana masih sisa satu yang ada sayapnya" petugas itu menundukkan diri dan mengambil apa yang di maksud Natsu.

Natsu menerimanya dan berucap terima kasih, lalu dengan santai memasukan benda itu di keranjang belanjanya "Baiklah saatnya-" suara Natsu terhenti saat seseorang dengan lancangnya memasukan semua cup ramennya di keranjang belanjanya.

"Oiiii- Nona seharusnya kau tidak mengambil semua-" saat berjalan mendekati rak cup ramen itu Natsu terhenti saat seorang yang di sebutnya nona itu menoleh kearahnya.

Onxy meet Shafire.

"Ah, maaf. Kau juga ingin membelinya" sosok beriris shafire itu meletakan kembali beberapa cup ramen yang sudah di taru di keranjang belanjanya. "Karna sepertinya ada sepuluh, bagaimana kalau kita bagi menjadi lima-lima" suara halus milik sosok beriris shafire itu membuat Natsu terpaku dan masih memandangnya dalam diam.

"Hei, kau tidak-" saat sosok itu mulai mengibaskan tangannya di depan wajah Natsu, Natsu dengan cepat mengambil tangan milik sosok tersebut.

"Na-natsu, namaku Natsu, siapa Namamu?" Tanya Natsu to the point.

Dan sosok di depan Natsu itu hanya bisa bingung, "Ah, Naru-Naruto namaku"

Dan Saat itu juga bunga-bunga warna-warni mulai berterbangan di arah Natsu dan Naruto [dalam imagin Natsu].

"Maaf, apa boleh lepaskan"

"Eh? – ah" Natsu dengan cepat melepaskan tangan milik Naruto yang di genggamnya erat.

Kemudian tersenyum saat melihat Naruto mulai pergi dari sana untuk menuju kasir, Natsu yang masih memandang punggung sempit milik Naruto mulai tertawa kecil.

"Haha, sepertinya aku mulai menyukaimu Naru-haha"

Karna keasikan bergumam, Natsu tidak tau kalau ada seseorang yang sudah mengambil semua cup ramen yang ada di rak, bahkan seseorang itu sudah pergi ke kasih untuk membayarnya dan kemudia pergi.

"Yoshh, ramen-"

Saat tangannya ingin meraih cup ramen di rak tapi nyatanya-

"Tidak ada- ? eh -? –heehh?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

Bales review : xhavier rivanea huges, hmmm udah tau belum yah? Dan Gaara sama neji? Hmmm kyknya udah baikkan deh hehe… hoho retvianputri12 makasih yah udah di ingetin, aku kurang tau jadi main ketik ajah, padahal udah jelas-jelas salah hehe… iya-iya salah, squidneko makasih udah mau benerin hehe…. Revhanaslowfujosh and .11 aku sudah usahain lanjut haha… hahah versetta kayaknya gaara salvam [salah vaham] ajah, iya-sabar,, sasunarunya masih aku umpetin di kardus #Plakk di gebukin, hahha…. Ini yang nanya Guest1, sepertinya Natsu emang anak Sasu deh, hehe.. maaf yah Shikakiba, nejigaanya sedikit, Cuma pelengkap saja sih.. hoho.. iya mungkin chap depan sasunaru udah muncul, makanya bacanya pelan-pelan biar ngak bingung, dan perhatiin warn, hehe…. gyumin4ever hehe makanya baca pelan-pelan, ini maju mundur gituh aku bikinnya haha dan Natsu anak sasusaku? Hmmmm, mungkin kalo banyak yang request gitu, hehehe….. wahhh makasih banget jung yu li udah bilang ceritanya seru, padahal sih menurut aku agak aneh deh,, heheh iya sip ini sudah ada chap 4 jadi ngak usah nunggu lagi, hehe…. SapphireOnyx Namiuchimaki hei hei, itu juga tiga copel paporitku juga, aduh jangan senyum-senyum sendiri nanti di bilang –pip- hehe,, piss… shika galau kali, udah pengen ketemu kiba tapi keluar lagi haha… yahh kalo ada uke yang mpeg selain naru, mungkin ada.. tapi yah sesuai request lah.. haha … gici love sasunaru and mariaerisa ini udah di lanjut.. hahha… kamu sepaham dengan aku ChulZzinPang, chap tiga emang kurang panjang trus ngak jelas, karna up terlalu lama aku juga harus baca dari awal lagi untuk ketik lanjutannya,, heheh sip udah di up… yayaya liaajahfujo aku juga sama bingung juga, haha… ini emang maju mundur jadi bacanya pelan-pelan.. haha.. menma yah? Hmmm kyknya belum tau deh siapa ayahnya,, hahah ini maju-mundur jadi kemungkinan ada ceita pas menma kecil,, hehe tapi kyknya masih lama banget kalo menma sama naru ketemu sasu kapan yah? Maunya kapan? hehe… 85 aku juga binggung loh.. haha iya udah di usahain up tengok keatas..hahah… aduhhh Vilan616, kamu review di singkat gitu aku bingung bacanya, hehe maaf yah kalo aku bikin ini maju mundur, kan emang udah dari chap awal menma udah gede?.. karna ini maju-mundur jadi aku ngulas masalalu dan masa depannya.. emang agak bingung makanya bacanya pelan-pelan,, hehe.. uzumakinamikazehaki udah lanjut, tengok atas,, hehe.. shirota strain makasih yah, kamu juga nice, hahahha…. asyifaaulia31 gimana yah? Aku ngak bisa gambar jadi sulit untuk mengambarkan dengan jelas,, hehe pisss…. Aduh .562, aku koq baca review kamu serem yah.. jadi negerasa aku yang salah gara-gara bikin cerita kayak gini *pundung* maafkan aku *lebay* haha…. Yosh Syiki894 tengok atas…haha… hyuashiya iya lama banget sampe bosen.. hehe… aduh kamu choikim1310 bikin aku tertawa, sama aku juga lupa ceritanya, hahha… Kuma Akaryuu, makasih yah udah mau perhatikan aku #pakbukpakbukpakbuugghhh *tepar*…. Hahaha.

.

.

Thanks yang review yah, aku jadi lumayan.. lumayan semangat.. buat lanjut.. ckckkckk..

Kalo ada tipo bilang aja, kalo ada yang aneh bilang aja, gpp koq jelek-jelekin authornya asal jangan jelekin Naru yah, nanti di #rasseeengggaannn…

.

.

Mind to rrrrrrrr….