Naruto DXD : The Darkness

By Juubi

Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

And High School DxD belongs to Ichiei Ishibumi

Rate M

Warning : Gaje, OOC, tipo dll

Enjoy it

.

.

.

Gelap...

Dingin...

Gelap dan dingin, hanya itu yang dia rasakan saat ini. Melayang di dalam gelapan yang menurutnya terasa hampa, tubuhnya terasa seringan kapas. Mencoba melihat kesekitar, namun hanya kegelapan yang dia lihat. Kesadaran nya yang mulai kembali, membuat perasaan yang tidak merasakan apa-apa berubah menjadi suatu kebingungan.

Dia sekarang berada dimana?

Kenapa dia bisa berada disini?

Otaknya bekerja cepat, dan ketika menemukan sebuah jawaban dia memasang sikap siaga. Mata biru langitnya dalam sekejap berubah, menjadi mata yang penuh akan kekuatan. Mata yang dia harap bisa menemukan pelaku yang membuatnya sampai kesini, namun dia harus dibuat kecewa. Karena apa yang dia lihat sama seperti sebelumnya, kegelapan yang tiada batasnya.

"Naruto. "

"Siapa?! " Sikapnya semakin siaga, sebuah hal yang jarang dia lakukan karena baru sekarang dia tidak bisa merasakan keberadaan lawannya. Namun meskipun begitu, bukan berarti dirinya takut. Tidak ada rasa takut dalam dirinya. "Tunjukan dirimu! "

Tidak ada jawaban, dan hal itu berlangsung cukup lama. Namun ketika Naruto kembali hendak mengeluarkan suaranya, sebuah cahaya putih muncul di tengah ke gelapan itu. Cahaya yang awalnya hanya setitik namun dengan perlahan membesar hingga melebihi tubuh Naruto. Namun meskipun begitu, kegelapan masih mendominasi tempat itu.

Mata Naruto sedikit menyipit, dalam pandangan nya dia dapat melihat sebuah siluet seseorang di dalam cahaya tersebut. Beberapa detik ekspresi Naruto tetap sama, namun di detik berikutnya matanya melebar sempurna. Itu terjadi karena sosok itu membuka matanya dengan perlahan, dan mata yang sama dengan dirinya namun dengan warna mata berbeda.

Mata Rinnegan bertomoe sembilan, dengan warna emas terang bahkan sampai bercahaya.

"A-alfa. "

"Senang bisa bertemu dengan mu, Naruto. Atau aku harus memanggil mu Nero. " Sosok yang Naruto panggil tadi 'Alfa' tadi tersenyum, sebuah senyum tipis yang mungkin tak terlihat karena cahaya yang mengelilingi nya.

"Aku lebih suka di panggil Naruto. " Naruto tersenyum, dia sedikit menunduk hormat pada makhluk didepan nya itu. Makhluk pertama yang mengemban tugas seperti dirinya, atau mungkin bisa di bilang senior nya. "Aku merasa terhormat bisa bertemu dengan mu, The First Dragon, Alfa. "

Alfa tertawa kecil mendengar ucapan Naruto, naga pertama yang ada di dunia itu nampak senang. Setidaknya itulah yang Naruto lihat.

"Jadi... Saat ini aku sedang berada di pusat semesta. " Dengan gerakan perlahan Naruto melepas topengnya, topeng yang ternyata terhubung dengan wig berwarna merah yang dia pakai. Sekarang, sepenuhnya wajah Naruto terlihat, begitupun dengan rambut pirangnya. Sekali lagi, matanya menjelajah tempatnya sekarang. "Kalau aku di panggil ke sini, seharusnya 'Dia' juga di panggil kan. "

"Kau berada disini bukan karena tugas yang kalian emban, jadi dia tidak berhubungan dengan masalah ini. " Sebelah alis Naruto terangkat, sedikit tidak mengerti dengan perkataan Alfa. Paham hal itu, Sang Naga Pertama melanjutkan perkataan nya. "Ini tentang apa yang kau lakukan. "

"Apa aku melakukan kesalahan? " Alfa menggeleng, hal yang membuat Naruto semakin bingung. "Lalu? "

"Ini berhubungan dengan apa yang kau lakukan dengan adik ku. " Yang di maksud alfa adik adalah Great Red, naga terkuat di dunia saat ini. Alfa menganggap semua naga yang tercipta setelah dirinya adalah adiknya, meskipun naga tersebut tak pernah bertemu dengan dirinya. Seperti Great Red, naga penjaga Celah Dimensi itu belum pernah bertemu dengan dirinya. Tau pun mungkin tidak.

"Apa yang salah dengan itu?! " Naruto menyahut sedikit kesal, wajar saja. "Kenapa aku tidak boleh punya pasangan? 'Dia' juga sudah memiliki pasangan, bahkan sekarang sudah memiliki dua orang anak. "

"Ini bukan masalah kau boleh memiliki pasangan atau tidak, tapi ini masalah siapa yang menjadi pasangan mu. " Naruto menatap tidak suka dengan Alfa, hal yang baru saja dikatakan naga itu membuat emosi Naruto sedikit naik. Dan Alfa tau itu. "Kau tau kan apa pasangan mu. "

"Lantas apa masalahnya! " Pandangan mata Naruto menajam, bahkan tomoe yang berada di matanya mulai berputar pelan. Dia tidak suka hubungan nya dengan Rea di usik, dia akan melawan siapa saja yang berani melakukannya. Termasuk naga di depan nya ini.

"Sebenarnya itu tidak akan menjadi masalah andai dia tidak hamil. " Mata Alfa ikut menajam, sembilan tomoe yang ada di Rinnegan emasnya ikut berputar. "Kau tau apa tugasnya. Dalam kondisi seperti itu, kekuatan nya akan semakin melemah. Dan kau pikir dia akan menjalankan tugasnya dengan baik. "

"Aku akan membantunya. " Naruto masih tetap kekeh meski yang di katakan Alfa itu benar.

"Lalu bagaimana dengan tugas mu? "

"Aku bisa melakukan kedua nya, tugas ku dan juga tugas nya. "

Alfa diam, dan sesaat kemudian senyum miring dia berikan. "Kau tau sendiri... Apa yang bisa kau lakukan hanya_ "

"TIDAK! " Naruto sudah memotong perkataan Alfa sebelum Alfa menyelesaikan kalimatnya, pria dengan rambut kuning cerah itu menatap tajam Alfa dengan ekspresi keras. "Aku tidak mau melakukan nya... Aku... Tidak bisa. "

Alfa menghela nafas, mendengar ucapan lemah Naruto tadi sedikit membuat getar aneh di tubuhnya. Dia tau apa yang di rasakan Naruto, dia dapat merasakan nya juga. Namun itu sudah menjadi tanggung jawab Naruto, tanggung jawab makhluk yang memiliki takdir besar. Takdir Naruto, takdir yang sama dengan dirinya dan makhluk-makhluk yang ada sebelum Naruto.

"Baiklah Naruto... Masalah itu ku serahkan pada mu sepenuhnya. " Alfa kembali menghela nafas, cukup berat untuk mengatakan hal itu. "Tapi kau harus ingat... Kau adalah yang terakhir. Apa yang kau lakukan ini bisa mempercepat kehancuran dunia (kiamat). "

"Yah... Aku mengerti. " Senyum kecil sedikit Naruto tunjukan, senyum spesial yang di miliki Naruto. Spesial karena siapa saja yang melihat senyum itu akan ikut tersenyum, seperti yang terjadi pada Alfa. "Sekarang...

... Bisa keluarkan aku dari sini. "

Naruto DXD : The Darkness

By Juubi

Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

And High School DxD belongs to Ichiei Ishibumi

Rate T (maybe)

Warning : Au, OOC, tipo dll

Enjoy it

.

.

Naruto muncul dengan pakaian hitamnya, dirinya nampak terkejut dengan apa yang dia lihat terbukti dengan dua matanya yang terbelalak lebar. Dibawahnya terlihat jelas ratusan rumah yang sudah rata dengan tanah. Bukan hanya itu, dia juga merasakan energi-energi para manusia yang semakin lama semakin berkurang sebelum akhirnya menghilang.

Tangannya terkepal, dan direksi pandangan beralih ke tempat yang dia yakini pusat ke hancuran. Tempat yang dia tau dulu nya adalah sebuah sekolah di kota Kuoh, kini hanyalah sebuah kawah yang sangat besar. Pandangan beralih kearah ratusan orang atau tepatnya Da-tenshi yang melayang di atas sekolah itu.

Tangan Naruto semakin erat terkepal, energi hitam mulai keluar ditubuhnya. Dan beberapa saat kemudian...

Kertas-kertas hitam mulai berjatuhan dari angkasa.

.

.

Beberapa jam sebelumnya.

Mata keemasan nya menajam, menatap semua orang yang sudah menjadi temannya di kota ini. Wajah yang biasa santai berubah serius, bersamaan dengan suasana tegang diruangan itu.

Dapat dia lihat beberapa orang atau tepatnya tiga iblis dan satu manusia terbaring lemah dilantai, terluka cukup parah dan juga kelelahan karena sebuah pertarungan. Beberapa iblis terutama iblis muda berambut pirang berusaha menyembuhkan mereka dengan kekuatan nya, dan hal itu sedang berlangsung.

Semua berawal dari tindakan ceroboh beberapa pelayan penguasa kota ini, yang Minato tau bernama Kiba, Issei, Koneko, dan Saji. Meraka tanpa memikirkan akibatnya pergi ke markas musuh, dan tanpa di duga dua utusan gereja juga sedang menyusup ke sana. Karena tanpa persiapan, mereka terlibat pertarungan dan tentu saja mereka kalah. Bahkan kalau bukan karena Minato dan dua King mereka tidak datang, mereka akan kehilangan nyawa.

Tatapan Minato kemudian beralih ketempat Rias dan juga Sona yang sedang bicara serius, dua iblis bangsawan itu nampak didampingi ratu mereka masing-masing. Selain itu, salah satu utusan gereja yang bernama Xenovia nampak ikut dalam pembicaraan. Mereka semua nampak tegang.

"Rias. " Minato buka suara, membuat orang yang dia panggil dan yang berada di sekitar nya menoleh kearahnya. Mata keemasan nya bertemu dengan mata green-blue milik Rias, raut bingung sempat Minato lihat dari wanita itu namun itu tidak bertahan lama. "Hubungi kakak mu, beritau dia tentang situasi saat ini. "

"Kurasa itu tidak perlu, Minato-kun. " Rias menolak halus, mencoba tersenyum walau terasah susah dibawah tatapan tajam Minato. "Aku tidak mau merepotkan Nii-sama untuk masalah ini. "

"Kau yang tidak mau merepotkan kakak mu, atau kau yang memang tidak mau di bantu olehnya. " Minato mendengus melihat ekspresi Rias, dari wajah gadis bersurai merah itu saja dia sudah tau apa yang di pikirkan.

Minato tau Rias dan mungkin juga Sona merasa bertanggung jawab dengan wilayah kekuasaan (kota Kuoh) ini, jadi menurut mereka masalah ini harus mereka sendiri yang menyelesaikan. Namun, bisakah Minato menyebut mereka egois.

Menurut Minato, mereka hanya tidak mau di pandang sebelah mata atau tepatnya tidak mau di anggap hanya bisa bergantung kepada kakak nya yang notabene bergelar maou. Minato dapat memaklumi hal ini, itu sudah menjadi sifat dasar para iblis. Namun kali ini masalahnya begitu serius.

"Minato-kun, Kurasa apa yang di katakan Rias_ "

"Apa yang ku katakan juga berlaku untuk mu, Sona. " Belum selesai Sona bicara, Minato telah lebuh dulu memotong. Sekarang tatapan mereka bertemu, dan Sona berusaha keras untuk mempertahankan ekspresi datarnya. Namun Minato belum selesai. "Seharusnya kau yang paling tau situasi saat ini. Ancaman tadi bukan omong kosong, Kokabiel pasti akan menjalankan rencana nya... Segera. "

"Namun... Semua keputusan ku serahkan pada kalian. " Minato sedikit menjeda kalimatnya, membiarkan dua iblis di depan nya itu memikirkan perkataan nya. Beberapa saat diam, Minato kembali bicara. "Aku siap bertarung, tapi aku tidak bisa menjamin kita akan menang. Kalau pun kita nanti akan menang, pasti di antara kita ada yang menjadi korban. "

Suasana kembali hening setelah Minato menyelesaikan kalimatnya, mereka nampak termenung. Namun itu tidak bertahan lama, Sona buka suara.

"Baiklah, aku akan menghubungi Nee-sama. "

"Aku juga akan melakukan nya. "

Minato hanya mengangguk kecil menanggapi perkataan dua iblis terpandang itu, dia merasa sedikit lega melihat dua iblis itu mau mengikuti sarannya. Namun tak lama kemudian, kening sang yokai itu mengkerut. Sebuah ekspresi yang juga nampak di wajah Rias dan Sona. Perasaan tidak enak mulai Minato rasakan, dan itu diperkuat dengan perkataan Rias.

"Aku tidak bisa menghubungi kakak ku. "

"Kekkai. " Gumaman atau tepatnya bisikan keluar dari mulut Minato, bersamaan dengan itu dia menyebarkan energi untuk mengetahui apa yang terjadi. Namun baru sebentar dia melakukan hal itu, mata membulat terkejut. "Oh shit! "

Blaar!

...

Sepasang mata kelam menatap bangunan yang sudah rata dengan tanah di bawahnya itu, bangunan yang baru saja di hantam energi sihir berelement cahaya itu hanya tinggal puing. Menggerakan mata hitamnya, pria yang saat ini melayang di udara itu melirik kesamping. Dimana disana juga terlihat dua orang pria yang melayang dengan sepasang sayap hitam nya.

Seakan mengerti dengan tatapan pria pertama, kedua pria itu mengangguk hormat sebelum dengan perlahan melayang turun. Mereka berdua tau tugas mereka, yaitu memeriksa dan juga mencari keberadaan korban/sasaran mereka. Karena meski mereka yakin serangan tadi tak dapat dihindari, energi para korban masih terasa. Meski lemah.

Target mereka masih hidup.

Mungkin sekarat...

Tapi itu hanya pikiran mereka.

Sriing!

Lima meter dari sisa bangunan, kedua Da-tenshi itu di kejutkan oleh energi suci yang membelah sisa-sisa bangunan. Energi yang membentuk bulan sabit itu bahkan terus melaju ke tempat mereka.

Dengan gerakan cepat mereka menghindar, namun hanya satu dari mereka yang berhasil sedangkan yang satunya harus rela merenggang nyawa. Belum hilang keterkejutan karena menyaksikan kematian salah satu rekan nya, Da-tenshi yang selamat dari serangan tadi kembali di kejutkan dengan kehadiran seseorang di belakang nya.

Crass!

Tubuh Da-tenshi itu terbelah menjadi empat bagian, sebelum akhirnya melebur menjadi bulu-bulu hitam. Sang pelaku penyerangan, kini melayang jatuh mengikuti gaya gravitasi bumi. Rambut pirangnya berkibar pelan terkena hembusan angin.

Da-tenshi yang memimpin kelompok nya hanya memandang datar kejadian tadi, dia masih tenang melayang dengan empat pasang sayapnya. Dia bahkan memberi isyarat kepada bawahan nya yang berada di belakang agar tidak menyerang. Mata hitamnya kembali menatap dua remaja dibawah nya, seorang perempuan yang memegang pedang yang memancarkan aura suci dan seorang pemuda yang dia ketahui berasal dari ras yokai. 'Hanya dua, mana lainnya?'

Sama halnya dengan pria itu, Minato juga menatap waspada mereka. Matanya kemudian beralih menatap kesekitar, dimana yang seharusnya dia lihat adalah langit hitam malam berubah menjadi ungu. Seperti yang dia duga, sebuah kekkai telah terpasang membuat mereka semua terpisah dari dunia luar.

Kembali menatap kearah lawan, pandangan Minato menajam. Jumlah musuh sebanyak dua puluh orang, walau semua (kecuali pemimpin nya) hanya Da-tenshi kelas rendah tetap saja mereka kalah jumlah. Melirik kesamping, Minato menatap gadis gereja yang dia tau bernama Xenovia.

Dua gadis muncul disamping Minato, tanpa menoleh pun dia sudah tau siapa mereka. "Bagaimana dengan yang lain? " Tanya Minato.

"Mereka di tempat yang aman. " Sona menjawab sambil membenarkan posisi mereka, pandangan nya lurus menatap kelompok musuh. "Yang terluka sedang menjalani pengobatan. " Sambungnya.

"Dan sisanya, sedang bersiap untuk pertempuran ini. " Rias yang datang bersama Sona ikut bicara. Sama halnya dengan Sona, Rias juga menatap sekumpulan Da-tenshi diatas sana.

Dengan anggun dan penuh percaya diri Rias berjalan kedepan, menatap pemimpin Da-tenshi itu dengan berani. "Melakukan penyerangan terhadap bangsawan iblis merupakan pelanggaran keras. Kau tau itu akan berpengaruh terhadap genjatan antar fraksi. "

"Memang itulah yang kami inginkan. " Da-tenshi yang memiliki rambut hitam di potong rapi itu menjawab dengan tenang. "Genjatan yang kau bilang itu hanyalah omong kosong belaka, itu hanya alasan kalian para iblis untuk menyerang kami dari belakang. "

"Pikiran bodoh. "

Da-tenshi yang bernama Alex mendelik tajam kearah Minato, perkataan yokai itu cukup membuat nya kesal. Namun dia dapat menahan nya, bahkan membalasnya dengan seringai sinis. "Apapun yang kalian katakan, kalian semua akan berakhir malam ini. "

"Heh. " Minato tersenyum meremehkan. "Seperti kau bisa saja. "

Alex menatap Minato murka, tangan terkepal erat merasa terhina dengan ucapan yokai tersebut. Namun belum sempat dia mengambil tindakan, salah satu bawahan nya telah lebih dulu maju. Sebuah tindakan yang menurutnya bodoh.

"Breng_ "

Duak!

Malaikat yang melesat tadi seketika terlempar terkena hantaman pukulan, terlempar cukup jauh hingga menabrak sebuah pohon. Sang pelaku penyerangan mendarat disamping Rias dengan senyum lembar di wajahnya.

"Sekiryuutei." Alex bergemam kecil, mata hitam menatap pemuda bersurai coklat yang baru saja muncul.

Door!

Trank!

"Cih! Tembakan ku meleset." Suara baru terdengar bersamaian dengan munculnya seorang pria bersurai perak yang membawa pistol dan juga pedang di masing-masing tangan nya. Pria yang tak lain adalah Freed sang pendeta gila itu datang bersama kelompok pendeta liar lainnya yang selamat dari penyerangan di gereja dulu.

"Yo iblis-chan. Kita bertemu lagi." Seringai lebar nampak jelas diwajah Fred, pandangan merendahkan dia arahkan kepada semua iblis terutama kepada pemuda pirang yang menangkis peluru nya tadi. "Senang melihat kalian lagi, dan kebetulan aku ingin mempamerkan pedang baru ku."

Fred mengangkat pedang miliknya, membuat semua mata terkejut. Pedang yang mengeluarkan aura suci yang sangat besar itu bercahaya redup, pedang hasil penggabungan enam pedang Excalibur itu terasa begitu kuat.

"Sepertinya pertarungan tidak bisa kita hindari." Sona bergumam lemah namum masih dapat di dengar oleh yang lainnya. Dengan gerakan pelan, pewaris keluarga Sitri itu memperbaiki posisi kacamata nya, dan bersamaan dengan itu beberapa anggota peerage datang.

"Ya. Kurasa begitu." Rias ikut bergumam. Sama seperti Sona, peerage Rias yang lain (kecuali Asia) menyusul.

Minato berjalan kedepan hingga dia berada disamping Rias, melirik kearah Rias Minato mulai bicara. "Aku akan menghadapi Datenshi itu. Kalian urus sisanya."

Alex menatap datar kumpulan iblis yang sudah siap tempur itu, matanya kemudian melirik kebelakang melihat bawahan nya. Memberikan sebuah isyarat yang membuat para bahawan nya membuat formasi melingkar. Sedetik kemudian dia membuat lingkaran sihir yang cukup besar, begitupun dengan bawahan nya yang juga membuat lingkaran sihir yang sama.

Beberapa detik kemudian, seekor makhluk raksasa muncul dari masing-masing lingkaran sihir itu. Makhluk yang merupakan anjing berkepala tiga itu jatuh dari ketinggian tepat kearah para iblis. Membuat mereka semua harus berpindah dari sana.

Dua ekor ceberus itu mengaum ganas, dan dengan beringas mulai menyerang para iblis. Bersamaan dengan itu, pasukan pendeta liar yang di pimpin Fred ikut menyerang. Pertarungan pun dimulai.

Tiga sosok gadis melayang dengan sayap iblisnya, berdiri menantang pasukan datenshi yang belum bergerak. Dengan perintahnya, Alex memerintahkan bawahan nya menyerang, sedangkan dirinya diam di belakang.

Namun sebuah energi yang besar membuat Alex membalikan tubuhnya, sebuah seringai muncul di wajahnya saat tau dari mana energi itu. Saat ini di depannya sosok pemuda melayang tanpa bantuan sayap. Energi kuning keemasan keluar dari tubuh pemuda itu, lima ekor yang sewarna dengan rambutnya bergerak ganas di belakang tubuhnya. Seringai Alex semakin lebar. "Sangat menarik, Kitsune."

Dan energi hitam menguar dari tubuhnya.

.: The Darkness :.

Diatas langit kota Kuoh, sepasang mata merah menatap dengan ekspresi datar. Mata tajam itu menatap ke bawah ke tempat akademi Kuoh berada, yang pada saat ini telah tertutup oleh kekkai berwarna ungu.

Samg pemilik mata, duduk dengan santai di sebuah singgasana yang saat ini tengah melayang di ketinggian ratusan meter. Rambut panjang berwarna hitam miliknya berkibar karena angin yang menerpanya. Namun itu tidak menjadi masalah buatnya. "Sebentar lagi, hal yang ku inginkan akan terjadi."

Mata merah miliknya tiba-tiba melirik kesamping, dimana disana muncul seorang pria yang melayang dengan empat pasang sayap hitam. "Justin. Bagaimana?"

Sosok yang di panggil justin tadi menunduk hormat. "Semua sudah beras. Rencana tahap kedua sudah siap di laksanakan. "

"Bagus." Kokabiel tersenyum senang, pandangannya kemudian kembali kea rah kekkai. "Sekarang kita hanya menunggu Alex menyelesaikan tugasnya. "

"Tapi… " Justin menghentikan perkataan nya saat Kokabiel meliriknya tajam, rasa ragu mulai menyerang dirinya. Namun meski dia ragu, dia harus tetap menyampaikan nya. "… bagaimana kalau Alex gagal. "

Kokabiel diam untuk beberapa saat, setelah itu dia menyeringai. "Kau tau bukan, iblis-iblis itu hanya umpan." Seringai Kokabiel semakin lebar. "Kalau Alex tidak bisa mengatasi nya maka dia juga akan menjadi umpan. "

"Tapi_ "

"Sudahlah! Sebaiknya kau segera siapkan pasukan." Kokabiel memotong ucapan Justin, tatapam tajam dia berikan pada Datenshi bersayap delapan itu membuat yang ditatap meneguk ludahnya berat. "Aku akan segera memberikan sambutan untuk para iblis itu. "

"Ba-baik. " Dengan itu Justin menghilang.

Kokabiel kembali memandang Kekkai buatan bawahan nya, kekkai yang di dalamnya sedang terjadi pertarungan besar. "Sebentar lagi…

… Great War akan kembali terjadi. "

.

.

TBC

.

.

Haaaaiii.. bertemu lagi dengan saya author super keren ini (dilempar sandal). Maaf karena baru muncul sekarang, tapi mau bagaimana lagi saya tidak bisa memaksakan diri saya untuk update. Setelah selesai un kemaren, tiba-tiba saya terjangkit penyakit malas. Jadi gak bisa update deh :D

Sekali lagi saya minta maaf ya.

Bagaimana dengan chap ini, maaf kalau jelek. Sebenarnya chap ini tadinya sampai 6k lebih, tapi karena suatu hal saya membagi chap menjadi dua. Jadi hanya segini aja deh.

Seperti yang saya katakana di atas, saya lagi terkena penyakit malas sehabis ujian. Jadi saya nggak bisa jamin bisa update cepat, tapi akan saya usahain untuk tetap bisa update.

Setelah ini saya akan mengerjakan fic GS yang udah saya tulis seperempatnya. Kemudian jika itu sudah selesai saya akan ngelanjutin fic I'am a Shinobi. Untuk MN masih saya pikirkan untuk lanjut atau tidak, masalahnya saya kehilangan ide dan minat.

Fic yang udah selesai akan langsung saya update, jadi jadwal update saya tidak akan menentu.

Hanya itu yang saya samapaikan. Terakhir, berikan pendapat kalian tentang chap ini leewat review.

Juubi Out