Takdir. Kadang kala ia sangat menyesali tentang apa yang menimpa dirinya. Tapi, ia tidak membencinya saat sang takdir membuat ia menemukannya. Dia seperti senyuman di musim semi, kebahagian di musim gugur, semangat di musim panas dan kehangatan di musim dingin.

"Aku mencintaimu."

Kata itu seperti bunga sakura yang berguguran namun juga seperti badai yang menghantam mereka pada kenyataan. Kenyataan pahit jika cinta mereka terhalang tembok besar yang bernama ikatan darah. Mereka menyerahkan semua kepada takdir namun bukan berarti perasaan mereka sesaat. Kenyataannya jika rasa cinta mereka semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

I Believe

Naruto milik Masashi Kishimoto dan saya hanya meminjam chara di dalamnya

.

KiRei Apple

.

[ Gaara X H. Sakura ]

.

Au,incest, typo (s), misstypo, Ooc, Eyd ancur, GaJe, etc.

.

.

.

Sequel For You

.

.

.

Don't Like, Don't Read!

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

oOo

Penerimaan murid baru di SHIS telah tiba. Sekolah unggulan dengan fasilitas lengkap dan di khususkan untuk para siswa tinggal di asrama. Sekolah terletak di tengah-tengah asrama putra dan putri yang terpisah. Walau pun Suna kota yang gersang namun sekolah ini sangat nyaman dengan nuansa hijau pepohonandan bunga-bunga yang sengaja di tanam.

Barisan murid dengan seragam baru terlihat semangat mengikuti acara penyambutan yang di adakan pihak sekolah. Seragam merah marun dengan kmeja putih dan dasi hitam.

"Aku, Haruno Gaara sebagai ketua Osis SHIS –"

Di atas podium terlihat ketua Osis memberikan sambutannya di hadapan siswa baru di SHIS. Tatapan memuja terlihat dari para gadis melihat sosoknya. Tampan dan genius dalam bidang akademis maupun non akademis. Dengan sosoknya yang tenang membuat siapapun ingin berdekatan dengannya.

Haruno Gaara tidak bisa menahan senyumannya saat iris jadenya melihat seseorang di tengah-tengah barisan. Gadis dengan helaian merah mudanya yang juga tersenyum kepadanya.

"hey, Sakura." Seorang gadis pirang di sampingnya berbisik dengan sedikit mendekat ke gadis berhelaian merah muda itu.

"Apa, Ino?" tanya Sakura dengan suara yang nyaris berbisik.

Ino, Yamanaka Ino gadis cantik berambut pirang itu kembali berkata. "Gaara-nii sangat tampan."

Sakura memutar matanya bosan "Tidak."

"Kau harus siap-siap seperti saat di smp dulu. Banyak yang menitip surat dan hadiah kepadamu." Kata Ino pelan dengan senyuman jahilnya mengingat dulu Sakura yang setiap harinya membawa setumpuk surat ataupun hadiah.

"Tidak lagi." Jawab Sakura dengan ketus.

Jika bukan karena sekarang sedang upacara mungkin Ino akan tertawa melihat wajah kesal Sakura. "Kau cemburu?"

Sakura mengerjapkan matanya. "M-mana mung –"

"Aku tau dan hanya bercanda jidat." Dengus Ino dengan senyuman kecilnya. Ia hanya berniat menggoda sahabatnya ini. mana mungkin Sakura cemburu kepada Kakaknya sendiri.

Menundukan wajahnya, Sakura tersenyum lirih mendengar perkataan Ino yang memang kenyataan. "Aku cemburu." Ya . kenyataanya adalah jika ia mencintai Kakaknya sendiri, Haruno Gaara.

.

.

.

.

Hari pertama di khususkan untuk para siswa ke kamar asrama masing-masing yang sudah di tetapkan. Sakura sangat bersyukur karena sekamar dengan Ino. Mungkin jika orang lain ia akan merasa canggung. Walau ia orang yang gampang berteman.

"Aku ranjang ini saja." Ino mendudukan dirinya di ranjang dekat dinding. Kamar ini terdapat dua ranjang dengan meja kecil di masing-masing ranjang. Sedangkan untuk menaruh pakaian di sediakan dua lemari berukuran sedang.

Sakura duduk di ranjang satunya. Dekat jendela dan itu kesukaannya. Kamar dengan cat putih terlihat nyaman. "Arigatou, Pig." Kata Sakura menatap Ino dengan senyumannya.

Ino tersenyum dan mengangguk kecil. Ia tau jika Sakura sangat menyukai posisi itu. Tidur dekat jendela seperti di rumahnya. "Kau harus membayarnya dengan akhir pekan, ok." Kata Ino yang mulai membuka koper miliknya dan membongkarnya untuk di rapihkan ke lemari.

"Hm." Angguk Sakura yang juga mengikuti apa yang di lakukan Ino. Membuka kopernya dan mulai meletakannya ke lemari.

Terdengar deringan ponsel milik Sakura membuat keduanya menghentikan kegiatannya.

"Siapa?" tanya Ino perihal siapa yang menghubungi Sakura.

Sakura bergumam dan tersenyum saat melihat siapa yang menghubunginya. "Gaara-nii."jawab Sakura dan Ino hanya tersenyum dan mengangguk kemudian kembali merapihkan pakaiannya.

"Ya, Gaara-nii." Jawab Sakura setelah menekan tombol 'ok' di ponselnya.

Menghela nafas pelan, Sakura mengangguk, "baiklah."kemudian menutup telponnya.

"Ino aku pergi menemui Gaara-nii dulu ya?" Sakura bangun dan berjalan ke pintu.

"Hm. Titip salam kepada Senpai ganteng ok." Gurau Ino dengan tawa kecilnya. Sedangkan Sakura hanya mendengus dan tertawa sebelum pintu kamarnya tertutup. "Dasar."

.

.

.

.

Sakura menikmati perjalanannya ke gedung sekolah dengan pandangan yang berdecak kagum. Sekolah ini sangat luas dan tidak menyesal karena sudah memilih sekolah ini sebagai tujuannya.

Menghela nafas pelan, Sakura lupa menanyakan di mana ruangan Osis berada kepada Kakaknya tadi. Irisnya berbinar saat menemukan seseorang yang ia kenali dan dia adalah sahabat Kakaknya.

"Utakata-nii!" panggil Sakura dengan sedikit kencang.

Siswa dengan tubuh tinggi, rambut berponi menyamping itu menoleh dan tersenyum saat tau siapa yang memanggilnya. Melambai, ia menyuruh Sakura mendekat ke tempatnya.

Sakura mengangguk dan menurutinya untuk menghampiri pemuda tampan yang merupakan sahabat kakaknya itu.

"Ada apa Sakura?"

Sakura membungkuk dan tersenyum. "Aku ingin ke tempat Gaara –"

"Untuk apa kau menemui ketua?" seseorang menyela perkataan Sakura membuat dua orang yang sedang berbicara menoleh.

Sakura memiringkan keplanya tidak mengerti. "Memangnya ken –"

"Aku tanya mau apa kau menemui Gaara, gadis centil."

"Sari!" bentak Utakata kepada gadis yang mengatai Sakura. Bisa mati jika Gaara tau.

"G-Gadis centil?"

"Ya."

Utakata menepuk dahinya keras melihat kelakuan Sari. "Sari –"

"Apa? Aku tidak mau ada yang mengganggu kekakasihku." Ketus Sari dan mengatakan jika Gaara adalah kekasihnya.

"Sakura –"

"B-Benarkah?"

Sari mengangguk mantap. "Sana pergi, jangan dekat-dekat dengan Gaara-kun ku." Usir Sari dengan tangan menyuruh Sakura.

Sakura berbalik dan berlari. Apa benar Kakaknya memiliki kekasih? Gaara setahun lebih tua darinya dan mungkin itu benar. Apa gadis itu kekasihnya? Tapi kenapa menghinanya?

Utakata mengacak rambutnya frustasi dan memandang Sari tajam. "Dasar bodoh." Desisnya kemudian pergi ke arah Sakura berlari.

Sari menyeringai dan mengangkat bahu acuh. Mana ia peduli. Toh ia ketua Fangirls Gaara dan harus menghalau siapa saja yang berdekatan dengan Gaara milik mereka. Ya milik mereka dan itu adil.

.

.

.

.

Dua jam Gaara menunggu adiknya di ruangannya dan ia sudah menghbiskan dua kaleng minuman soda. Melirik jam di pergelangan tangannya, ia menghela dan beranjak ke jendela yang sekarang sudah menampilkan langit jingga dengan suara burung yang berbondong untuk kembali ke sarangnya.

Ponselnya di dekatkan di telinganya dan terdengar jika telpon itu terhubung. Dan kemudian suara seseorang terdengar namun buka yang di harapkan.

"Gaara-nii ini Ino, ponsel Sakura tertinggal di kamar." Jelas Ino setelah mengangkat telfon Sakura.

Di tinggal? Jadi dia keluar?

"Sakura, kemana?" tanya.

Ino di seberang sana mungkin terkejut mendegar perkataan Gaara. "Bukankah dia sedang bersama Gaara-nii?"

Menghembuskan nafasnya pelan Gaara langsung menutup telponnya. "Kemana kau, Sakura."

"Aku akan ke kamar." Utakata masuk dengan setumpuk map di tangannya, kemudian meletakannya di meja Gaara. "Ayo!" ajaknya namun Gaara bergeming. Diam tidak menjawab.

Ingat akan sesuatu Utakata bertanya kepada Gaara. "Apa Sakura-chan tadi kemari?" tanyanya dan langsung mendapat perhatian Gaara.

"Kau bertemu dengannya?"

Utakata mengangguk. "Maaf aku kehilangan jejak setelah Sakura-chan pergi."

"Apa maksudmu?"

"Eto... " aduh, gimana mengatakannya ya. "Sakura-chan menangis karena –"

Utakata menghentikan perkataannya saat Gaara yang langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar. "Hey!"

"Kunci ruangan ini." perintah Gaara dan pergi meninggalkan Utakata yang mendengus kesal.

"Dasar, Siscom."

.

.

.

.

Gaara berlari menyusuri koridor-koridor sekolah yang sepi dan gelap. Matahari sudah bergantian tugasnya dengan sang rembulan dan ia belum menemukan adiknya. Peluh menetes di pelipis dan tubuhnya karena berlarian mencari keberadaan sang adik.

"Sakura." Desahnya frustasi mengacak-acak rambut merah batanya.

Alisnya mengeryit saat iris jadenya melihat siluet seseorang yang sedang memandang langit malam. Walau tanpa penerangan, sosok itu terlihat jelas karena sinar rembulan yang meneranginya.

Tersenyum. Gaara berlari ke tempat orang itu berada dengan hati berkecamuk, bahagia.

.

.

.

.

Untuk kesekian kalinya Sakura mengela nafas. Kenapa ia jadi cengeng begini? Jika benar apa yang di katakan gadis tadi, apa mungkin ini sudah semestinya?

"Mungkin ini saatnya aku akan melepasmu." Desahnya pelan.

"Melepaskan siapa, hm?"

Seseorang melingkarkan tangannya di leher Sakura dan menyusupkan kepala merahnya di ceruk leher gadis itu.

Sakura tahu dan sangat kenal siapa pemilik suara dan wangi tubuh ini. Tapi hatinya berontak untuk tetap diam, mengacuhkan keberadaannya sekarang.

"Ada apa?" suara barithone itu berbisik dan Sakura bisa merasakan hembusan nafas hangatnya.

Pemuda itu semakin memeluk erat tubuh gadis yang berada di kungkungan tubuh tegapnya. Ada yang aneh dengan Sakura dan ia tidak tau apa masalahnya. "Katakan." Gaara berbisik lirih dan memohon.

Perlahan, Sakura melepaskan tangan pemuda yang memeluknya dan berbalik berhadapan langsung dengan pemilik netra jade yang selalu membuatnya berdebar. "Kau membohongiku, Gaara-nii." Ujar Sakura dengan suara bergetar dan Gaara tidak suka karena panggilang Sakura kepadanya. Sakura tidak akan memanggil seperti itu saat berduaan dengannya.

"Katakan apa yang terjadi!" Gaara tidak suka berbasa-basi apalagi melihat Sakura yang seolah mengacuhkannya dan lagi perkataan Utakata masih di ingatnya jika Sakura tadi menangis.

"Ada gadis yang mengaku kekasihmu," Sakura akhirnya mengatakan tentang perkataan gadis yang bernama Sari itu. "dan aku di ancam harus menjauhimu."

Gaara mengeryitkan alisnya bingung dan sama sekali tidak mengerti apa yang di katakan Sakura.

"Siapa yang mengatakannya?"

Sakura membuang wajahnya dan berdiri. "Aku ngantuk selamat malam Niii-san." Dengus Sakura yang bersiap pergi namun –

'BRUK'

Tubuhnya tertarik dan memutar hingga membentur tubuh Gaara. Mendelik, Sakura berusaha meloloskan tubuhnya dari kungkungan Gaara.

Gaara menatap Sakura dalam. Menghela nafas untuk kesekian kalinya, Gaara merunduk dan menyatukan kening mereka. "Kau lebih percaya mereka?" tanya Gaara dengan nada tegas dan Sakura tau jika Gaara sedang serius.

"Entahlah."

"sakura –"

"Aku tidak mau di anggap gadis genit penggoda kekasih orang, Gaara-nii!" kesal Sakura membuat Gaara mendengus dan tersenyum kecil.

"Kau tau bukan siapa kekasihku, Haruno Sakura?"

"Ya."

Menjawil hidung gadis itu Gaara terkekeh. "Aku menunggumu dan kau malah asik di sini tidak memberitahuku?"

Sakura mendengus. "Sudah lah lupakan."

"Hm."

Dengan ragu Sakura mendongakan wajahnya hingga mata mereka saling berpandangan dan hidung saling bersentuhan. "Bagaimana hubungan kita?" cicit Sakura mengenai hubungan mereka yang tidak ada yang mengetahuinya.

"Aku mencintaimu." Kata Gaara kalem dan lagi Sakura harus menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Aku tau itu. Tapi bagaimana saat di sekolah?"

"Aku tidak peduli."

"Gaara-kun!"

Gaara mengecup bibir kekasihnya sekilas. "Terserah."

"Mungkin di sekolah kita harus jaga jarak," Sakura berujar pelan. "Tapi, jangan jatuh cinta kepada siapa pun!"

"Baik, Princess Haruno."

Sakura tersenyum, berjinjit untuk menjangkau apa yang ia inginkan. Mencium Gaara. Namun Gaara menjauhkan wajahnya hingga membuat kerucutan di bibirnya terlihat.

"Jangan menyusahkan diri," Gaara merunduk dan terhenti ketika jarak wajah mereka hanya tinggal beberapa inci. "Hanya aku yang akan berusaha tanpa menyakitimu dan membuatmu kesulitan... Sakura." Kemudian bibirnya menyapu bibir gadis merah muda yang memejamkan matanya. di sela pagutannya, Gaara membuka matanya menatap wajah cantik dengan dahi lebar, bulu mata lentik, hidung kecil yang pas itu dengan pandangan sendu. Dan kemudian memejamkan matanya menyambut dan menyampaikan perasaannya lewat sentuhan yang ia berikan.

"Aku akan terus bersama-mu, Imotou."

"Aku tidak ingin semua berakhir dan kehilanganmu, Nii-san."

.

.

.

.

.

.

Bersambung

Sakura : aku main lagi dengan Gaara-kun ^_^

Gaara : Hm. Mohon kerja samanya.

Sakura : ha'i

Gaara : Aku sudah minta izin pd Sasuke.

Sakura : oh, aku masih banyak main dengan Suamiku.

Gaara : Kau tidak lelah?

Sakura : ha ha ha tidak. Aku sedang kejar setoran untuk menyicil rumah yang hancur karena tanganku.

Gaara : woww

Maaf jika typo brserakan dll yaaa

Sekian dulu lah.

Tanaka Rei [WRS ]