Malam turun dan mengganggu tidur yang menjanjikan. Sinar bulan mengintip dari sela-sela awan yang bersembunyi.

Pembunuh.

Pengecut.

Bangun!

Kau harus bangun.

Bunuh mereka.

Itachi menahan nafas yang sesungguhnya bagi makhluk seperti mereka tidak membutuhkan nafas. Terdorong oleh aroma busuk dari seseorang yang berlumuran darah, bayangan penyiksaan, tawa menjijikkan. Tidak tahan lagi, Itachi melepaskan tautan tangan nya dengan Sasuke.

Ia menyeka keringat dingin dengan jarinya. Memandang kedua orang tuanya lalu bergidik. Fugaku mengangguk sedikit lalu berbalik, memandang tajam Shisui, pangeran pertama yang merangkap sebagai jendral perang kerajaan.

"Temukan persembunyian mereka."

"Baik."

Dengan itu, Shisui berbalik diikuti Itachi. Mereka segera bergerak dengan pasukannya masing-masing. Tanpa obor, tanpa panji-panji. Diikuti para pasukan terlatih, berjalan dalam gelap.

Mereka bergerak cepat sepanjang tanah di Permukaan. Tanpa suara, tanpa beban, melompati dahan, merayap ditanah. Sehalus mungkin, selembut angin. Berdasarkan ingatan Sasuke yang dilihat oleh Itachi dan dibagikan kepada seluruh pasukan, mereka tau dimana markas makhluk bawah. Bagaimana gerakan mereka. Bagaimana bau mereka. Mereka semakin dekat.

Sasuke berbaring, menatap cintanya yang terbaring kaku disebelahnya. Mengingat masa lalu saat kekasihnya menceritakan masa lalunya, mimpinya, harapannya, kebutuhannya, cinta.

Tangan pucat terulur, membelai lembut pipi yang dulu berwarna tan manis.

"Walau sebentar, kau merubahku. Aku bahkan masih mengingat rasamu. Begitu dekat, kau suka merengek padaku. Seakan pusat duniaku berada dalam dirimu, aku tidak bisa melepaskanmu." Guman Sasuke rendah.

Para pelayan menunduk sedih, mendengar gumanan tuan mereka.

"Sasuke.. Waktunya kita pergi."

Gerakan Sasuke terhenti. Tanpa menoleh ia bangkit, menatap wajah kekasihnya yang terlihat damai. Menunduk sedikit untuk mengecup keningnya sayang.

"Tunggu aku sebentar lagi sayangku."

Ia lalu menegakkan punggungnya, tatapannya menjadi serius. Berbalik, terlihat Mikoto menatapnya lembut dari ambang pintu.

Suasana kacau, teriakan dimana-mana. Beberapa dari mereka mengibaskan tombak, berteriak menyuruh sesuatu untuk keluar. Itachi terkekeh dingin, menatap hina pada para makhluk bawah yang hanya bisa menatap sekitar dengan takut.

"Itachi." Mata dengan tiga koma itu melirik kearah saudaranya yang berdiri disebelahnya.

"Aku urus ratunya, kau urus rajanya."

"Mereka sudah keluar?"

"Arah jam 2."

Itachi menatap arah yang ditunjuk. Terlihat Minato dan Kushina yang berlari keluar dengan raut murka.

"Matikan api! Bawa anak-anak dan wanita kedalam! Yang lain berjaga didepan!" Teriak Minato.

Itachi mendengus. "Seperti mereka mampu melihat kita?" Ejeknya pada perintah Minato.

Ya, mereka kini bersembunyi dibalik bayang-bayang. Sekalipun makhluk bawah terbiasa dalam gelap, tapi tetap tidak mampu berhadapan dengan makhluk yang tidak bernafas, bukan? Sebagai permulaan, Shisui menyuruh pasukannya untuk menghancurkan sarang mereka lalu kembali ke kegelapan. Beberapa iblis yang ikut bahkan dengan sengaja membakar juga membunuh mereka yang berlari keluar.

"Sasuke belum datang?" Tanya seseorang dari balik tubuh mereka berdua.

Itachi dan Shisui menoleh, menatap Fugaku yang duduk malas disalah satu dahan pohon.

"Dia tidak bersama tousan?" Itachi balik bertanya dengan satu alis terangkat.

Fugaku mengibaskan tangan, "Itachi dan Shisui, kalian hadapi harabeno itu. Urusan Minato serahkan padaku."

Dengan itu, mereka berpisah. Suara raungan Hades menjadi tanda pecahnya pertempuran. Pasukan Uchiha segera menyerang prajurit kelompok bawah.

Minato melirik marah, ia mengeluarkan pisaunya dan baru akan menebas salah satu iblis dihadapannya sebelum sebuah kekuatan segera menindas tubuhnya.

"Keh, tidak kusangka kau akan datang, Fugaku." Ucap Minato susah payah. Sebuah kekeh ringan terdengar, dibalik bayangan didepannya muncul sosok Fugaku dengan seringai dinginnya.

"Lama tidak bertemu, Minato."

"Anata!"

Minato mengangkat tangannya, menghentikan Kushina yang akan mendekatinya. Sedetik kemudian sebuah tendangan memaksa Kushina untuk melompat mundur.

"Hai bibi Kushina."

"Kalian..."

I'm Here For You

Chapter 4

Disclaimer Masashi Kishimoto

Genre : angst/romance/dll

Rate : T

Pair : SasuNaru

Warning : yaoi, gaje, typo(s), dll

Don't Like Don't Read!

Enjoying

Sasuke berjalan ringan. Menatap acuh adegan didepannya. Kepala putus, para iblis yang sedang mengunyah daging, dan beberapa adegan mengerikan lainnya. Kakinya dengan santai melewati mayat-mayat yang jatuh, menghancurkan tulang mereka dengan satu gerakan.

Ia mencapai bagian dalam gua. Iblis kecil sedang mengunyah daging seorang gadis. Melewati mereka, ia masuk semakin dalam.

Mimpi buruk melayang dari satu gua ke gua lain. Bayangan para iblis maupun makhluk kegelapan lain yang terpuntir menghilangkan nyawa.

Ia berbelok, menelusuri tempat lebih jauh. Ia hanya mencari seseorang untuk dibinasakan, pada saat itu ia mengendusnya. Membaui aroma samar. Berjalan semakin cepat, ia sampai pada sebuah pintu tua. Dengan satu tendangan, Sasuke menghancurkan pintu itu lalu tertawa kecil.

Dingin.

Tanpa emosi.

"Mencoba bersembunyi? Aku masih merasakan bagaimana aku memutuskan lenganmu, rasa itu masih ada. Kenapa kau tidak keluar saja?"

Sebuah pisau melesat, dengan mudah dihindari oleh Sasuke. Suara tawa terdengar. Itu dari Sasuke.

Pihak lain merasakan teror disepanjang punggungnya. Tawa tanpa emosi itu membuat keringat dingin bercucuran.

Belum sempat Neji menggenggam parang disampingnya, tubuhnya terlempar. Menabrak dinding tanah, melukai bahunya lebih hebat.

Sasuke menginjak keras dada Neji, membuat lelaki itu batuk darah.

"Keh, membalas perbuatan jalang itu? Kau benar-benar terhasut pesona menjijikkan miliknya.."

Crash!

"Guh.. Akhh.."

Jemari menembus daging, otot, menusuk tulang. Neji bisa merasakan jari itu bergerak, mengoyak organnya, mencari-cari sesuatu.

"Bukankah menyenangkan saat kau membunuh kekasihku?"

"Kkhh.. Aakkhh.. K.. Kau.. Uhuk!"

Sasuke terkekeh. Jemari semakin liar mengobrak abrik organ dalam Neji hingga ia menemukan sesuatu.

"Bagiku, ini juga menyenangkan."

Dengan sekali remasan, jantung itu hancur. Tanpa suara, tanpa sanggup memberontak, Neji berakhir.

Darah.

Kematian.

Kehilangan.

Derita.

Kemarahan.

Menjadi racun dalam perutnya.

Sasuke berjalan, menyeret dirinya ke pintu keluar. Ia melirik sekilas pada kakak dan sepupunya yang baru selesai membantai seorang wanita berambut merah. Mereka berdiskusi sebentar lalu menghilang kearah berlawanan.

Kembali berjalan, Sasuke melihat ayahnya masih berhadapan dengan seorang berambut kuning. Tak lama, Itachi datang membantu ayahnya.

Mendongak, mata onyx itu melihat langit malam. Ia telah membebaskan Naruto dari belenggu klannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Ia tidak memiliki apapun untuk didamba sekarang. Samar-samar, terdengar bisikan lembut.

Terima kasih untuk segalanya.

Sasuke tersenyum lembut.

Sorak sorai terdengar, menyadarkan Sasuke dari lamunan. Klan bawah telah musnah.

Ayah dan kakaknya juga sepupunya tersenyum lega, mereka akhirnya melihat keberadaan Sasuke. Itachi baru akan berjalan menghampirinya sebelum matanya terbelalak.

"SASUKE!"

Crash

Segalanya berputar, Sasuke melihat wajah panik Itachi juga raut murka Fugaku. Shisui melemparkan bola api kearah belakang tubuh Sasuke.

Apa yang terjadi?

Bugh..

Ah, Sasuke melihat langit malam yang damai. Ia melirik dan menatap tubuhnya yang perlahan jatuh. Ah, kepalanya terpenggal ternyata. Pantas semuanya terlihat kabur.

Hal yang terakhir diingat adalah sosok kabur Itachi yang terduduk didepannya dengan raut kehilangan.

End of Chapter 4

TAMAT! HABIS! HAHAHAHAHA, GAJE BANGET KAN? EMANG!

GATAU DAH NULIS APAAN INI, POKOKNYA GA SELESAI AJA.

SANKYU YANG UDA BACA N VOTE CERITA GAJE INI

SELAMAT MENUNGGU AKHIR PANDORA AJA INI MAH KE-GAJE-AN HQQ