Le Passé (The Past)

Ooc, Genderswitch, Typo (s)

Ranted : T

Chapter : 1

Main Cast : Sehun & Luhan

Another cast : Suho, Kai, Kyungsoo and Kris. (Other cast will appear on next chapter)

.

A LITTLE NOTE FROM ME : CERITA INI MEMILIKI ALUR MAJU MUNDUR DENGAN BEBERAPA SUDUT PANDANG. SEPERTI CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. SETIAP PARAGRAF YANG DI CETAK MIRING MENANDAKAN ALUR MUNDUR ATAU FLASBACK.

.

Saat orang di luar sana sibuk memulai aktifitas mereka, pria kebangsaan Korea itu lebih memilih kembali meringkuk di atas sofa panjang yang berada di balkon apartemennya. Menara Eiffle terlihat begitu jelas dari sana. Dia tinggal di sebuah apartemen sederhana di wilayah 14E ARR. Dia cukup beruntung bisa tinggal di apartemnnya ini, karena cukup sulit menemukan apartemen dengan harga miring di daerah ini. Pria tinggi itu menempati kamar di lantai dua, terdapat balkon yang dihubungkan dengan tangga untuknya bisa naik-turun. Di balkon sempitnya itu terdapat sebuah sofa tempat dia meringkuk dengan sebuah selimut lusuh. Sedangkan di dalam apartemennya, terdapat satu kamar tidur yang lengkap dengan semua perabotannya. Ruang tamu dengan satu set sofa yang menghadap ke depan televisi, juga sebuah dapur sempit yang jarang dipakai.

Harinya seakan berubah menjadi begitu kelabu saat langit menunjukan sebaliknya. Sinar matahari seakan tak cukup terik di matanya dan suara bising kendaraan dengan obrolan orang – orang hanya terdengar bagaikan angin lalu. Dia tidak berniat untuk melakukan apapun hari ini. Dia hanya ingin duduk, dan memikirkan semua yang memenati kepalanya.

.

10 tahun lalu, Korea Selatan.

Sehun dan Chanyeol baru saja selesai mengelilingi lapangan. Keringat bercucuran dari hampir seluruh badan mereka, rasa lengket dan gerah terasa begitu menjengkelkan saat mereka berbarang di atas rumput yang berada di samping lapangan. Deru nafas keduanya tak beraturan, jantung mereka berderup kencang dan pandangan mereka sedikit mengabur. Mereka baru saja mendapat hukuman. Tidak mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah hal yang baru dan mengelilingi lapangan bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kedua orang itu.

Mereka masih berbaring di atas rerumputan, di bawah sebuah pohon maple yang cukup untuk melinduhi mereka dari teriknya matahari. Untuk beberapa saat mereka hanya berdiam, mencoba untuk menormalkan deru nafas mereka yang kacau balau. Sampai akhirnya Chanyeol menatap Sehun dan terkekeh, Sehun balas tatapannya dan ikut terkekeh saat keduanya bertatapan. Mereka terus tertawa dan tanpa sadar tawa mereka menyita perhatian dari petugas kebersihan sekolahnya. Tapi bukan Chanyeol dan Sehun jika mereka perduli dengan apa yang dipikirkan orang.

"Lebih baik begini bukan daripada harus berkutat dengan pelajaran membosankan itu." Ujar Chanyeol di sela – sela tawanya yang heboh.

"Tentu saja, kita atlet basket. Bukan hal yang sulit mengelilingi lapangan." Dan keduanya kembali tertawa seakan hukuman yang mereka terima adalah sesuatu yang menggelitik perut.

Beginilah kehidupan Chanyeol dan Sehun saat mereka berada di sekolah menengah. Keduanya adalah pembuat onar yang tak terpisahkan layaknya gula dan semut, dimana ada Chanyeol di situ ada Sehun. Mereka salah satu dari pemain basket populer, penghargaan, piala, pujian sampai desisan iri dari teman – temannya bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka sudah berteman semejak masuk masuk ke sekolah dasar yang sama dan sampai sekarang mereka tak pernah berpisah. Pertemanan mereka seakan berubah menjadi persaudaraan, keduanya sudah seperti saudara kembar yang lahir dari rahim berbeda.

Banyak hal menyenangkan, konyol bahkan sampai hal menjengkelkan pernah mereka lakukan bersama, sudah tak teritung berapa banyak kejahilan yang mereka lakukan. Namun tak sedikit juga hal baik yang pernah mereka lakukan untuk orang lain. Dan hari ini keduanya memilih utuk tidak mengerjakan tugas matematika yang di berikan oleh guru mereka dari semenjak minggu lalu. Well, hampir semua orang memiliki masalah dengan matematika begitu juga dengan mereka.

"KEMBALI KE KELAS KALIAN!" teriak petugas dari lorong yang berjarak satu lima meter dari tempat mereka berbaring. Sehun dan Chanyeol menghela nafas panjang dan bangun untuk duduk di rerumputan.

"Okay pak! Kita akan kembali!" teriak Sehun. Kedua orang itu bangkit dan dengan cepat berlari menuju bagian belakang sekolah. Tentu saja! tentu saja! Mereka tidak akan semudah itu mendengarkan perintah dari orang lain. Keduanya lebih memilih untuk bolos hari ini. Dan hari – hari mereka tak pernah membosankan, selalu saja ada hal yang mereka lakukan bersama.

.

.

.

.

Sehun masih meringkuk di atas sofa dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Musim gugur tak lama lagi datang, tapi angin yang berhembus sudah sangat terasa dan itu sudah cukup membuat Sehun mengurungkan niatnya untuk pergi berkeliaran di pusat kota dan lebih memilih berdiam diri di apartemennya itu.

Suara dering ponsel membuat dia mengerang dan bangkit dengan malas masuk ke dalam kamarnya untuk melihat siapa yang menganggu ketenangannya. Saat menatap nama di layar ponsel itu dia mendesah nafas panjang dan meletakan ponselnya ke telinga.

"Hmmm?"

"Sehun kau di sana?" suara familiar langsung menyapa pendengarannya.

"Ya, tentu saja. Kenapa kau menelphone dan menganggu hari liburku?" desahnya sambil kembali melempar tubuhnya ke atas kasur.

"Kita butuh bantuanmu Hanz tidak masuk dan aku tidak memiliki seseorang yang bisa aku percaya untuk menggantikannya di sini."

"Mereka bisa tampil tanpaku." Sela Sehun dengan malas. Sehun mendesah mendengar ocehan temannya itu. Dia tau pasti anak baru yang kurang ajar itu pasti tidak akan tahan dan keluar begitu saja.

Sial! Sial! Sial!

"Demi Tuhan Sehun! Aku membutuhkanmu! Mereka akan membunuhku jika tidak ada yang tampil malam ini."

Kemudian sambungan itu terputus begitu saja. Jika pria yang baru menephone bukanlah temannya, kalau saja dia tidak penah membantunya saat kesulitan dulu, kalau saja- Oh sudahlah.

Sehun mengerang namun mau tidak mau dia bangkit untuk membereskan diri, mengganti baju sebelum keluar dengan sneakers lusuh kesayangannya. Dia melirik sofa yang berda di balkonnya sambil berangan – angan untuk kembali berbaring di sana tapi saat suara Suho memenuhi hanya bisa mendesah nafas panjang dan menuruni tangga sempit melingkar dengan malas.

Berterima kasihlah karena jarak antara apartemen dan café milik Suho tidaklah begitu jauh. Hanya membutuhkan lima belas menit dengan berjalan kaki untuk sampai di tempat itu. Sehun tidak merasa terburu – buru, dia berjalan dengan santai sambil menjejalkan kedua lengannya ke dalam ripped jeans. Kaca mata hitam bertengger manis di hidungnya yang mancung dan sebuah sweeter rajut bermotif garis – garis hitam putih di gunakannya hari ini.

Dua puluh menit kemudian dia baru sampai, karena dia sengaja mengulur waktu. Sebuah café dengan banyak sekali sentuhan klasik. Karena café ini berada di tikungan jalan membuat bagian depan café sedikit melingkar. Sebuah nama terlihat di atas pintu yang terbuka lebar itu. Classic Time : Café & Bar. Di depannya di letakan beberapa payung besar berwarna putih dengan sebuah meja bundar berwarna hitam mengkilap dari kayu dengan ukiran yang terlihat menakjubkan pada kaki mejanya.

Suasana di dalam tak jauh berbeda, dindingnya dipenuhi oleh beberapa pigura dengan berbagai macam quotes dengan kesan retro, beberapa dari mereka diambil dari comic lama yang menambah kesan klasik itu sendiri. Di sebelah kanan terdapat bar dengan berbagai macam minuman. Meja – meja ditata dengan rapi, mencoba sebaik mungkin untuk membuat pengunjungnya merasa nyaman.

Dia bisa melihat Suho sedikit kerepotan di bagian bar dan waiters yang hilir mudik mengantarkan pesanan. Matanya bertemu dengan Suho, dia bisa melihat bagaimana pria itu menghembuskan nafas lega dan memberikan dia senyuman menggelikan. Dia bisa melihat Suho memanggil Frans untuk menggantikannya sementara dia keluar dari bar. Sehun melangkahkan kakinya dengan malas mendekati pria itu dan tanpa malu Suho memeluknya dan menepuk punggungnya beberapa kali.

"Bagaimana aku bisa hidup tanpamu?"

Dia mulai lagi.

Sehun hanya mengerlingkan matanya dan tanpa berkata dia pergi ke bagian belakang café. Dia sudah sangat familiar dengan café ini, dia memiliki banyak akses untuk mengambil makanan apapun yang dia inginkan dan pergi kemanapun atau bahkan duduk di meja manapun. Walau Sehun bukan pemilik café itu tapi banyak orang yang mengira dia pemiliknya.

Jam masih menunjukan pukul 6 sore, masih ada satu jam lagi sebelum dia harus tampil di depan pengunjung yang datang. Dia seorang pemain saxophonejuga seorang pianis handal.Dia biasa bermain bersama beberapa temannya dan memainkan banyak lagu jazz dan swing yang cocok sekali dengan suasana café milik Suho ini.

Banyak pengunjung yang selalu datang saat dia tampil, eropa memang kental sekali dengan sesuatu berbau klasik, jazz, swing dan hal – hal semacam itu, jadi tak jarang mereka datang hanya untuk melihat Sehun dan kawan – kawan tampil.

Tapi sayangnya di malam yang cerah ini, saat gemintang berkilauan di gelapnya langit malam dan saat bulan menyinari bumi dengan begitu terangnya, Sehun seakan tidak bersemangat. Entah kenapa dia kehilangan semangatnya hari ini, sesuatu dari masa lalunya kembali muncul. Sesuatu yang selalu menghantui hidupnya selama ini, sesuatu yang menjadi alasan kenapa dia berada di kota cantik ini.

.

.

.

Sehun dan Chanyeol masih tak bisa terpisahkan, mereka duo pembuat onar yang sulit sekali untuk diatasi atau mungkin tak ada guru yang benar – benar mencoba untuk mengendalikan kedua orang itu, hanya ada satu orang yang bisa mengendalikan mereka dan membuat dua orang itu menjadi penurut. Mr. Kris, dia adalah pelatih basket mereka.

Karisma, ketegasan dan wajah yang menyeramkan membuat kedua orang itu tunduk, mereka berdua bahkan tak akan menyangkal satu katapun yang diucapkan oleh pelatih mereka satu itu. Namun sayang Kris tidak selalu berada di sekolah, dia hanya datang sore hari saat latihan basket di mulai. Hanya jika ada sesuatu yang perlu di uruslah dia datang lebih awal dan menjinakan dua orang itu jika berbuat onar.

Dan hari ini mereka sudah membuat kelas menjadi heboh karena soal untuk ulangan fisika dengan ajaibnya menghilang. Semua anak kelas sudah tau kalau dalang di balik semua ini adalah mereka tapi… for god sake! tentu saja tak ada yang memberi tau kemana perginya soal – soal itu.

"Kalian benar – benar tau kapan harus beraksi." Ujar Nyla -seorang gadis keturunan korea-inggris- teman kelasnya yang cantik. Wanita itu mengedipkan matanya dengan centil melenggang keluar dari kelas saat guru mereka pergi untuk mencari soal yang hilang itu.

Sehun dan Chanyeol melakukan tos dan ikut keluar sedangkan anak – anak di kelas membuat kegaduhan, berteriak girang karena ulangan mereka akan di tunda, setidaknya sampai minggu depan. Bagi seorang pelajar, ulangan yang ditunda merupakan sebuah anugrah yang tak terduga.

.

Saat jam istirahat, Sehun dan Chanyeol biasa duduk di meja yang ada di tengah ruangan. Pusat perhatian. Beberapa wanita cantik dan populer mengelilingi mereka, mencoba untuk merayu dan menggoda mereka dengan genit, mengajak kencan dan lain sebagainya. Benar – benar kehidupan seorang playboy.

Mereka berdua tidak perduli dengan cap playboy atau badboy yang disandangnya. Anjing mengonggong khafilah berlalu. Biarkan mereka terus menggonggong karena mereka sama sekali tak akan mendengarkan. Siapa perduli dengan apa yang dikatakan orang lain?

Remaja, bodoh, ceroboh, pesta, hura – hura, playboy, dan bebas. Mungkin rentetan kata – kata itulah yang melekat pada kehidupan mereka, namun sayang roda akan selalu berputar. Tak selamanya mereka akan terus berada di atas, kadang kala mereka harus sedikit diayunkan lebih kencang agar keduanya sadar dan kembali pada kenyataan. Karena tak baik terlalu larut dalam kehidupan penuh keindahan. Coz happily ever after will never exist..

.

.

.

Sehun tipe pria yang moody, dia bisa berubah menjadi seseorang yang menyenangkan tapi beberapa menit kemudian bisa menjadi sangat membosankan. Dan jika dia sedang bad mood, tidak ada yang benar – benar ingin mendekatinya karena Sehun bisa tiba – tiba berteriak dan memaki kemudian pergi begitu saja. Hanya Suho, hanya dia yang mengerti bagaimana mengendalikan Sehun, hanya dia yang tau kenapa Sehun bisa berubah menjadi seperti itu. Dia tau…

Segalanya.

Dan hari ini adalah contoh bagaimana Sehun sedang dalam mood yang sangat sangat buruk, wajahnya datar, mata sayu dan tak ada satu kata yang diucapkannya semenjak dia menginjakan kaki di café. Dia duduk di sudut ruangan, menatap kosong ke depannya dan terus seperti itu selama beberapa menit, helaan nafas dan dengusan terdengar beberapa kali membuat teman – temannya sempat menengok untuk memastikan kalau pria itu tidak akan mengamuk atau semacamnya.

"Okay guys!" Suho tiba – tiba saja masuk membuat semua orang menengok kearahnya, kecuali Sehun. Dia tidak terusik dengan suara berisik yang di buat pria itu dan tetap duduk di tempatnya. Dia bisa mendengar Suho menyuruh teman – temannya untuk pergi dan saat itulah Sehun mengalihkan pandangannya, dia menatap Suho yang hanya tersenyum tipis padanya.

"Sampai kapan kau akan seperti ini Hun?" tanya Suho yang sudah mengambil kursi untuk duduk dihadapannya. Namun Sehun bergeming, dia tetap berada di tempatnya.

"Kau yang mengatakannya sendiri, kau akan kembali melanjutkan hidupmu." Tambah Suho. Sehun merespon, dia melirik temannya itu dan menghela nafas panjang.

"Aku tau, aku hanya tidak bisa melupakan semuanya. Semua kenangan itu selalu datang hampir setiap detiknya."

"Kalau begitu buatlah dirimu sibuk atau semacamnya, rayulah puluhan wanita di luar sana-" Sehun langsung menatapnya dan Suho hanya meringis.

"Aku pikir itu akan membantu, wanita selalu merepotkan bukan? Mungkin itu akan mengalihkan perhatianmu. Setidaknya berhentilah bermurung durja seperti seorang perjaka tua!" Teriak Suho sambil memukul kelapa Sehun pelan. Pria yang lebih tua darinya itu bangkit sambil tersenyum dan mengacak rambus Sehun pelan. Dia berjalan ke ambang pintu namun Sehun masih membeku di sana.

"Bangkit dan segera bekerja atau aku akan memecatmu OH SEHUN!" Teriak Suho.

.

Suho memang bisa berubah mengesalkan seperti itu dan dia tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti apa yang pria itu mau. Sehun akhirnya bangkit dan keluar dari ruangan untuk bertemu dengan teman – temannya yang lainm, bersiap – siap.

Knight, Felix, Adam, Dave, dan Sam sudah berada di atas panggung, mempersiapkan alat musik yang akan dimainkan. Sehun ikut bergabung, dia memberikan senyuman tipisnya pada teman yang lain, menandakan kalau dia baik – baik saja. Sehun sudah siap di depan pianonya saat seorang wanita berjalan ke samping panggung.

Wanita itu tak seperti kebanyakan pengunjung. Jelas sekali kalau wanita ini bukan berasal dari Paris. Kulitnya putih mulus, rambutnya coklat madu bergelombang dengan poni tipis yang menutupi keningnya, alis mata mata tebal dengan bulu mata yang membingkai matanya dan Oh…

Mata itu. Kedua mata itu seakan bisa mengalihkan perhatiannya, membuatnya tak bisa berucap, membuat nafasnya tercekat dan membuat jantungnya berderup kencang. Sehun tidak begitu bisa mendengar apa yang di ucapkan wanita itu. Yang jelas dia berusaha untuk menyampaikan sesuati pada Felix dalam bahasa inggris yang fasih. Bahasa Inggris? Apa dia berasal dari US? UK? London? Dan di tengah – tengah Suho datang dan menjelaskan pada Felix sesuatu. Wanita itu tersenyum lebar dan untuk beberapa detik mata mereka bertemu. Wanita itu tersenyum padanya dan bodohnya Sehun, dia hanya berdiam diri sampai wanita itu pergi meninggalkan café.

"Apa katanya?" Sehun baru bereaksi saat pintu itu tertutup. Felix meliriknya dan tersenyum sumringah.

"Dia bertanya apakah dia bisa merayakan ulang tahun temannya nanti malam." Jawab Felix masih dengan senyuman di bibirnya.

"Lalu kenapa wajahmu bisa seperti itu? Kau seperti baru saja mendapat lotre." Ujar Sehun sambil meregangkan jemarinya. Felix kembali menatapnya dan memberikan senyuman yang bahkan semakin lebar.

"Dia juga menanyakan apakah kita bisa mengiringinya untuk bernyanyi."

Dan jemari Sehun berhenti bergerak.

Oh Tidak.

"Kau bercanda?" tanya Sehun dengan wajah datar, Felix mendengus dan memutar bola matanya. Tapi kemudian dia menatapnya dengan mata membulat.

"Oh tidak! Oh Tuhan! Jangan katakan kau juga…" Felix mulai merengek dalam bahasa francis yang menggelikan.

"Apa?" tanya Sehun menahan tawa.

"Kau menyukai dia juga kan? Aku tau dia cantik, aku tau kau jatuh cinta dengan kedua matanya!" Dengus Felix membuat teman yang lainnya tertawa.

"Aku bahkan tidak mengatakan apapun tentangnya." Sehun mencoba membela diri.

"Tapi kedua matamu mengatakan segalanya! Sekarang aku harus memikirkan rencana untuk mengalahkanmu."

Felix menaruh kembali klarinetnyadan mengusap dagunya, berpura – pura berpikir. Tapi kemudian dia hanya menaikan bahu kembali meraih klarinetnya.

"Aku akan memikirkannya nanti. Tapi aku pastikan, kali ini aku tak akan mengalah padamu." Ucapnya sambil menunjuk Sehun yang berada di sudut dengan clarinet miliknya. Namun Sehun hanya tertawa, begitu juga ke empat teman lainnya.

"Secara teknis kau baru saja mengatakan aku lebih tampan darimu, dengan begitu aku mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkannya." Goda Sehun sambil mengedipkan matanya. Tapi Felix hanya mendengus dan memutar bola matanya.

"Yang benar saja."

Kejadian barusan membuat semua orang tertawa dan pertunjukan mereka malam itu berjalan dengan lancar. Beberapa lagu mereka mainkan untuk menghibur pengunjung yang datang. Sam menyanyikan satu-dua lagu dengan malu – malu, Sehun tak mengerti kenapa pria itu harus malu untuk bernyanyi saat dia memiliki suara yang merdu. Felix masih bergumam akan mengalahkannya dan mendapatkan wanita itu di sela – sela istirahat mereka dan Adam membantunya untuk menggoda Felix sampai akhirnya pria itu menyerah.

"Mungkin aku bisa mendapatkan temannya yang berulang tahun." Ujar Felix saat menuruni panggung.

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Café sebentar lagi akan di tutup dan mereka masih harus berada di sana untuk menunggu wanita dengan rambut coklat itu datang bersama teman – teman lainnya.

"Dan ternyata temannya yang berulan tahun adalah seorang pria." Cetus Dave membuahkan tawa dari yang lainnya, bahkan Sam yang malu – malu ikut tertawa bersama.

"Bodoh! Jika temannya itu pria, sudah bisa dipastikan kalau itu kekasihnya." Omel Felix sambil berlalu masuk ke kamar mandi.

Sehun tidak berpikir sejauh itu. Felix benar, bisa saja wanita cantik tadi akan merayakan ulang tahun kekasihnya. Dia tidak mungkin mendekati kekasih seseorang, dia sudah mempunyai cukup banyak masalah dan tidak berniat untuk menambahnya. Terima kasih. Mungkin di luar sana dia bisa menemukan wanita lain yang mempunyai mata seindah itu, walau dia sendiri tak begitu yakin bisa menemukan yang sama persis seperti gadis itu. Karena ini pertama kalinya dia bisa begitu tertarik dengan kilauan mata seorang wanita.

.

Café sudah sepi, hanya ada staff dan pemain band-termasuk Sehun yang sedang duduk di salah satu meja cafe- yang berada di sana, mereka menunggu wanita yang akan mengadakan pesta ulang tahun 'temannya' itu. Sehun masih berharap bahwa dia memang membawa temannya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Suho yang tiba – tiba saja mucul di hadapannya. Sehun hanya menggeleng dan berpura – pura membersihkan saxophone tapi sayangnya Suho tidak semudah itu di bodohi.

"Aku melihatnya." Ujar Suho geli.

"Apa?" tanya Sehun menarikan alisnya tak mengerti. Suho ikut menaikan alinya sambil berdecak pinggang, berdiri di hadapannya. Dia tersenyum jahil, senyumannya benar – benar telihat menggelikan.

"Kau memperhatikan wanita bernama Luhan itu."

Luhan.

"Ups. Sepertinya aku sudah membocorkan namanya. Sebaiknya aku tidak memberi taumu hal lain." Suho pura – pura menutup mulutnya dan dia masih tersenyum seperti ini. Kalau saja dia bukan Suho, Suho yang berbaik hati membantunya. Sehun sudah pasti akan melempar pria itu ke sungai La Seine dan membiarkannya tenggelam.

"Hal apa yang kau maksud? Lagi pula sebanyak apa kau mengetaui dia, kalian hanya berbicara untuk beberapa menit. Aku yakin tidak ada yang penting."

"Sudah kukatakan kau tertarik padanya! Aku pernah berpikir kalu gay atau semacamnya, mengingat semejak kau dan Vanessa putus, kau tidak pernah menjalin hubuhngan lain meskipun banyak sekali wanita yang ingin tidur denganmu."

Sehun melemparkan bantal sofa tepat pada wajah Suho, untung saja dia tidak melempar saxophonenya. Suho meringis tapi kemudian tertawa keras menarik banyak perhatian dari teman - temannya yang duduk tak jauh dari mejanya.

"Jangan sampai aku melempar benda ini padamu." Sehun memperingatkan sambil mengangkat saxophonenya.Suho hanya tertawa dan duduk di samping Sehun yang kembali membersihkan benda kesayangannya itu.

"Jadi kau tidak ingin tau siapa yang ulang tahun hari ini?" Goda Suho. Sehun bergeming, dia pura – pura tak tertarik dengan apa yang akan dibahas oleh Suho. Pria di sampingnya itu mengangkat bahu dan beranjak dari kursi.

"Aku minta maaf." Ujarnya sambil menyentuh pundak Sehun mendramatisir. "Aku hanya bisa menyarankanmu untuk tidak berharap terlalu tinggi, dia sudah bertunangan." Tambahnya.

Mau tidak mau Sehun menatap temannya itu yang memasang wajah menyesal, kemudian berlalu bergitu saja. Jadi wanita bernama Luhan itu sudah bertunangan? Jadi dia tidak memiliki kesempatan untuk mendekatinya?

Malam ini pasti akan menjadi malam yang panjang penuh adegan drama menggelikan.

Oh yang benar saja?!

Namun ada sudut dalam pikirkannya yang membuat rencana busuk. Mereka hanya bertunangan bukan? belum ada ikatan yang benar – benar resmi, masih ada celah untuknya mengambil hati wanita itu. Orang menikah saja bisa cerai apalagi mereka yang hanya bertunangan. Tidak salah mencoba bukan?

Oh sial!

Sehun menggelengkan kepalanya mencoba untuk melupakan apa yang baru saja singgah di otaknya. Dia bukan tipe pria seperti itu, dia tidak mau mengambil wanita yang sudah dimiliki orang lain. Dia benar – benar tidak mau mendapatkan masalah yang lebih rumit. Tapi kata orang, cinta itu buta. Mereka bisa berubah menjadi orang paling gila dan tidak masuk akal karna cinta. Dan Sehun mulai takut dengan reaksinya jika dia kembali bertemu dengan wanita bernama Luhan itu, dia takut pada reaksinya jika kembali menatap mata coklat yang seakan membius itu.

Suara kerincing bel membuat semua khayalannya buyar. Luhan datang dengan dua orang temannya masuk membawa kue, lilin dan pematik api. Suho berjalan kearahnya, tapi dia tau mata pria itu mengedip menatapnya.

Dasar Suho sialan!

Mereka membicarakan sesuatu beberapa lama dan menata kuenya di atas meja. Menatapnya selama beberapa menit sambil menebar pandangan ke seantero ruangan seakan sedang merencanakan sesuatu. Setelah dia merasa yakin, dia berbicara pada dua orang temannya yang tesenyum lebar dan kedua orang itu pergi ke luar ruangan café, meninggalkan wanita bernama Luhan itu sendiri. Suho masih berdiri di samping wanita itu dan berbicara sesuatu sampai akhirnya dengan tiba – tiba kedua orang itu menatap Sehun.

Sesuatu yang mengejutkan terjadi, wanita itu tersenyum ramah padanya dan melambaikan tangan sambil mendengarkan apapun yang dikatakan Suho. Wanita itu mengerutkan kening seakan terkejut dan mengalihkan pandangannya kembali pada Suho, bertanya sesuatu.

Demi Tuhan! Sehun benar – benar ingin mendatangi mereka dan memastikan kalau Suho tidak mengatakan sesuatu yang aneh. Selama dia mengenal Suho, dia tidak bisa memprediksi apa yang akan temannya itu akan katakan atau lakukan. Bahkan sampai sekarang dia tidak pernah mengerti apa yang ada di kepala pria pendek itu.

Namun pada akhirnya Sehun lebih memilih pergi mengabaikan mereka berdua, walau rasa penasaran masih menggangu hatinya. Dia hanya bisa berharap Suho tidak mengatakan hal bodoh tentang dirinya.

.

Luhan kebingungan mencari lagu yang harus di nyanyikannya nanti. Dia tidak ingin lagu biasa, dia ingin sesuatu yang berbeda. Namun pada akhirnya dia kebingungan sendiri memilih lagu yang cocok untuk dinyanyikannya nanti.

"Est-ce que tu voux que je t'aide?"

"Pardon?" tanya Luhan saat seseorang berbicara dalam bahasa francis. Saat melirik ke samping, dia menemukan pria yang dibicarakan oleh pemilik café, siapa namanya? Sehun?

"I'm just asking you, do you want me to help you?" tanyanya dalam bahasa inggris. Luhan tersenyum dan menggeleng pelan kembali menatapnya.

"I'm just confuse. What should I sing for his birthday."

"You can sing Happy Birthday song just like people always do." Jawabnya membuat Luhan terkekeh, jawaban dari pria tinggi dengan kulit putih pucat itu cukup untuk mengalihkan perhatiannya.

"Of couse I'll sing that song." Jawab Luhan sambil tertawa. "I'll sing another song for him. Suho told me that's okay to sing more than one songs. Is that really okay?"

"Sure. Even if you want to hold mini concert here. It's okay for me." Jawabnya sambil tersenyum, dia menarik sebuah kursi dan duduk tepat di sampingnya. "So what kind of song you want to sing for your friend?"

"Hmmm…" Luhan kembali teralih pada deretan lagi di handphonenya. "Something romantic and full of love. Do you have some recommend?"

Namun tak ada jawaban. Luhan menengok dan menemukan pria di sampingnya itu menatapnya tajam, intens seakan mengintimidasi. Air mukanya berbeda, tidak seperti sebelumnya dan hal itu membuatnya sedikit heran atau mungkin takut ?

"How about a song from Peggy Lee, If I give my heart to you?"

Seketika itu juga wajahnya kembali berubah. Dia bahkan memberikan senyuman untuknya. Luhan berpikir ada sesuatu yang tidak beres dengan pria di sampingnya itu.

.

Seharusnya dia memang tidak berharap banyak. Wanita cantik di sebelahnya itu sudah memiliki kekasih. Tentu saja. Siapa yang akan menyanyikan lagu romantis penuh cinta kalau bukan untuk sang kekasih. Sehun mencoba tersenyum saat Luhan menatapnnya dengan kening berkerut.

"Aku pikir itu lagu yang cocok untuk kau nyanyikan." Ujarnya mencoba untuk tidak terdengar datar. Dia berhasil, Luhan memberikan senyumnya dan kembali menatap ponsel.

"Kenapa aku tidak memikirkan lagu itu sebelumnya?" gumamnya kembali sibuk dengan ponsel. Tapi kemudian dia mengangkat wajahnya dan menatapnya secara tiba – tiba.

"Sehun, bukan? Pemilik café itu mengatakan kau hebat sekali bermain saxophonedan piano." Ujarnya dengan sebuah seyuman yang membuat jantung Sehun semakin berderup kencang. Ini benar – benar tidak wajar.

"Ya dan namamu?" tanya Sehun berpura – pura tak mengetahui apapun.

"Luhan." Jawabnya sambil mengulurkan tangan.

Dan saat itulah sesuatu seakan menghantamnnya dengan keras. Dia tersenyum pahit saat melihat sebuah cincin tersemat di jari manis Luhan. Cincin itu semakin menegaskan kalau kesempatannya untuk mendapatkan wanita ini tidak akan mudah atau mungkin mustahil. Luhan terlihat seperti seorang malaikat yang turun dari langit, dia tidak mungkin mengkhianati dan meninggalkan pasangannya hanya karena seseorang seperti Sehun. Seseorang yang sibuk luntang – lantung tak jelas seakan tak tau hidupnya akan di bawa kemana. Seseorang yang terlalu sibuk tenggelam pada masa lalunya.

"Senang berkenalan dengan mu." Jawab Sehun pada akhirnya sambil menjabat tangan wanita itu.

"Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik malam ini."

"Tentu."

Sehun menghela nafas dan memalingkan wajahnya. Dia tidak bisa lagi menatap kedua mata coklat itu. Semakin lama dia berada di sana, semakin dia akan jatuh lebih dalam dan lebih dalam lagi. Namun saat dia hendak bengkit, Luhan bersenandung pelan membawakan lagu itu.

Dia sudah tau. Sejak awal tadi mereka bercakap – cakap, dia bisa mendengar lembutnya suara Luhan tapi dia tak menyangka kalau wanita itu bisa bernyanyi jauh lebih baik dari apa yang dia bayangkan. Dia seakan terbius dan kembali untuk duduk, mendengar senandung indah suara wanita di sampingnya itu.

Merasa di perhatikan, senandung itu tiba – tiba saja terhenti. Luhan menatapnya dengan kening berkerut sebagaimana tadi dia menatapnya.

"Ada yang salah dengan suaraku?" tanya Luhan. Tapi kemudian Sehun tersenyum dan melepaskan kontak mata mereka. Dia menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepala.

"Tidak, kau bernyanyi dengan baik. Jauh lebih baik dari apa yang aku perkirakan."

Senyuman itu kembali.

"Benarkah?"

Sehun tak menjawab. Untuk beberapa saat dia hanya menatap Luhan yang tersenyum padanya.

"Kekasihmu akan mendapatkan kado ulang tahun terbaik hari ini." Ujarnya tanpa disadari.

"Kekasih?" tanyanya seakan terkejut.

"Oh maafkan aku. Tunangan lebih tepatnya?" Sela Sehun cepat sambil menatap cincin yang masih membuat derit menyakitkan di hatinya.

Namun detik berikutnya Sehun merasa pertanyaannya benar – benar bodoh. Apa urusannya bertanya hal seperti itu pada seorang wanita yang baru saja ditemuimu? Tapi Luhan malah tersenyum dan terkekeh pelan.

"Aku pikir kau salah sangka. Kai-maksudku seseorang yang sekarang berulang tahun bukanlah kekasihku." Jelasnnya. "Aku adalah teman kekasihnya. Dia menginginkanku untuk bernyanyi sementara mereka berdua bisa bermesra – mesraan." Lanjutnya sambil terkekeh.

WHAT THE….

"Tapi kekasihmu juga datang bukan?" Tanya Sehun mencoba mencari tau lebih dalam. Mungkin saja yang berulang tahun itu bukan kekasihnya tapi bisa jadi kekasihnya ikut datang meramaikan acara. Yang benar saja?!

"Tidak." Jawab Luhan sambil menggeleng. Mereka kembali menatap satu sama lain untuk beberapa saat sampai akhirnya Luhan mengucapkan sesuatu. "Tidak Sehun. Aku tidak memiliki seorang kekasih."

Dan ini pertama kalinya Sehun memberikan senyuman lebar paling bahagia yang sudah hilang selama bertahun – tahun itu. Dia tau, mungkin Luhan bisa menjadi satu – satunya jalan keluar agar dia bisa melupakan masa lalunya secara perlahan. Sedikit demi sedikit.

.

.

.

To Be Continued

Hallo guys! Aku kangen banget bikin ff maincast nya HunHan T.T

Sejak FF sequel of I'm bad girl aku engga bikin ff HunHan lagi. Maafkan u.u

Sejujurnya aku kengen HunHan. Jaman MAMA moment mereka menggunung sekali bikin yang liat iri, tapi sekarang liat mereka ada satu stage aja susah-mendekati mustahil. SM sih hmn. Apalagi liat momentnya :'''(

Jika masih ada yang bingung sama ceritanya, biasa kok. Ini baru chapter awal. Kalian akan terbiasa kalau udah chap – chap selanjutnya bermunculan. Kalau masih engga ngeh, coba baca intruksinya. Semua yang dicetak miring flashback yaaaa :*

Terima kasih karena kalian masih mau baca ff HunHan punya saya :" banyak yang request buat bikin ff HunHan lagi karena belakangan ini bikin yang KaiSoo mulu katanya. Jadi here we areeeee….

Don't expect me to update this ff that fast because I can't. I'm bit busy now and also for next a couple of month. So be patient, okay? ^^

Dan yang terakhir pesan dari saya, tolong kasih reviewnya guys ^^ satu review dari kalian bisa menambah semangat si author galau ini untuk melanjutkan cerita, memilih untuk engga tidur dan begadang semalaman buat lanjutin cerita ini.

See ya,

Love ya.