Title : Our Story

Athour : nyE and mEh

Cast :

Kim Minseok/Xiumin

Byun Baekhyun/Baekhyun

Huang Zi Tao/Tao

And other EXO's Member

Rate : T

Genre : Friendship,family, School life, Romance

Warning : GS for uke /Penulisan tidak sesuai EYD/GaJe Ceritanya

DON'T LIKE DON'T READ

If you don't like this story, you can click 'exit' or 'close' on your phone or computer

And then don't bash us on your social network about our fict story, please..

So, let's enjoy this story

.

.

.

DANGER : IF YOU FIND TYPO(s) ANYWHERE HERE .. we're sorry

.

.

.

.

"Ahh lelahnya"

Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah ini menjatuhkan diri ke kasur dan meregangkan ototnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang dicat berwarna merah muda, warna favoritnya. Kamarnya memang didominasi oleh warna merah muda, khas perempuan sekali.

Rasa lelah membawanya dalam kantuk, hingga tertidur.

Tok tok tok

Suara pintu yang diketuk dari luar mengusiknya dari tidur. Pintu kamarnya masih berbunyi dan dia malas untuk bangun membukakan pintu.

"Masuk saja ahjuma, tidak dikunci"

Pintu cokelat itupun terbuka dan masuklah seorang wanita. "Makan malam sudah siap, Nona Baekhyun"

"Apa appa sudah pulang dari Busan?" tanya Baekhyun pada pelayan rumahnya itu.

"Sudah, dan sekarang Tuan Byun sedang beristirahat di kamarnya"

"Apa dia sudah makan?" Baekhyun bangkit dan membuka kancing bajunya.

Wanita itu menggeleng. "Aku belum menawarinya, nona"

"Baiklah, ahjuma bisa lanjutkan pekerjaan yang lain sekarang"

Wanita itu membungkuk lalu pergi. Baekhyun melepas semua pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi di sudut kamarnya.

.

.

Baekhyun menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tangannya sudah siap untuk mengetuk pintu di depannya. Namun dia turunkan lagi dan kembali menghela napas.

Tiba-tiba pintu itu terbuka, menampakkan seorang lelaki paruh baya mengenakan kaos rumahan.

"Eum, ap- appa, mari kita ma-makan malam" kata Baekhyun dengan gagap.

Ayah Baekhyun memandang Baekhyun datar dan langsung berjalan menuju ruang makan, melalui anaknya tanpa bicara. Gadis yang baru menginjak usia 17 tahun itu membuang napas kasar. Dia menunduk menatap kakinya yang dibalut sendal kain motif bunga sakura. Setetes air jatuh dari mata kecilnya.

"Appa. . ."

.

.

"Kau tahu, dia sangat cantik.. sepertimu"

Kangin menutup halaman terakhir dari album pernikahannya 20 tahun yang lalu. Yang mana terlihat di sana dia dan mempelai wanita tersenyum begitu bahagia. Kemudian dia memaksa menutup matanya yang berkabut.

"Tapi . . . Kau bahkan tidak mengucapkan apa-apa saat itu" . Pria itu kini membuka tutup botol anggur dan menegak isinya. Matanya mulai memerah, ini botol kedua yang sudah dia habiskan. Saat kepalanya sudah terasa begitu berat, dia merebahkan tubuhnya lalu mulai memejamkan mata kembali, beriringan dengan tetesan liquid yang mulai mengalir dari mata elangnya.

.

.

"Hallo, Baekhyun"

"Hallo, Min" Baekhyun menjawab malas sapaan dari seberang telpon sana.

"Kau habis menangis, 'ya?"

"Tidak. Aku tidak menangis. Hahaha"

"Tidak usah berbohong, aku tahu dari suaramu suaramu, Baek"

Baekhyun menjauhkan ponselnya dan berdehem untuk menetralkan suranya.

"Aku baru bangun tidur, jadi suaraku serak seperti ini. Ada apa kau menelponku?"

"Baekhyun!"

Baekhyun tahu, dia tidak akan pernah bisa menghindar dari sahabatnya yang satu ini. Xiumin itu terlalu peka.

"Baiklah aku mengaku, aku memang habis menangis"

Terdengar helaan napas dari seberang telepon sana, Baekhyun mengusap hidungnya yang berlendir dengan tisu.

"Apa karena ayahmu lagi?"

"..."

"Baek"

"Ya, appa"

"Baek, kau janga –"

"Kau tenang saja, aku baik-baik saja"

"Baiklah, aku hanya ingin mengajakmu ke toko buku besok"

"Baik Tuan Puteri. Pukul berapa? Apa kau mengajak Tao juga"

"Kita berdua saja. Tao sedang di rumah keluarganya sekarang. Pukul 3 sore, okay"

"Okay Tuan Puteri"

"Baiklah, selamat tidur kerempeng, sampai jumpa besok"

"Selamat tidur juga, bakpau"

Baekhyun menutup telponnya dengan Xiumin dan kembali mengelap hidungnya dengan tisu. Kamarnya terlihat berantakan sekarang, tisu berserakan dimana-mana. Dia benar-benar sedih diperlakukan ayahnya seperti itu. Ini bukan pertama kalinya, sepanjang hidupnya dia tidak pernah berbicara banyak pada ayahnya.

Sewaktu kecil dia diurus oleh seorang wanita yang sering dia panggil Cho ahjumma. Baekhyun sangat menyayangi Cho ahjumma karena beliau juga sangat menyayangi dan mengurus Baekhyun dengan baik, namun saat Baekhyun mulai bersekolah ayahnya memecat Cho ahjumma. Yang Baekhyun ingat, malam terakhir itu Cho ahjumma dan ayahnya berdebat panjang. Bahkan dia keluar rumah masih dalam keadaan menangis. Baekhyun sangat terpukul, tentu saja. Satu-satunya orang yang menganggapnya ada di rumah itu, justru pergi meninggalkannya.

...

...

Sore hari, matahari di awal musim panas bersinar cerah. Secerah senyum kedua gadis manis yang sedang berjalan beriringan di trotoar, yang mana di sampingnya berjejer toko-toko yang menjual berbagai barang. Gadis yang lebih kurus memakai kaos setengah lengan berwarna baby pink, kakinya dibalut dengan jeans selutut berwarna hitam dipadukan sneaker yang berwarna hitam juga. Gadis yang satunya juga memakai kaos yang sama dengan temannya, hanya saja miliknya berwarna biru tua. Dia juga memakai skinny jeans berwarna putih dan memakai sepatu flat.

"Min, kemarin itu, keluarganya Tao 'ya?" tanya Baekhyun sambil memperbaiki letak tas selempang kecil di bahunya.

Xiumin yang sedang mengunyah permen karet menggendikkan bahunya, "Katanya 'sih begitu, memangnya kenapa?"

"Eum, aku seperti pernah bertemu dengan mereka sebelumnya, tapi. . ."

"Tapi?"

"Ah, aku tidak tahu" Baekhyun menggendikkan bahunya juga.

Sampailah mereka di toko buku, keduanya memasuki toko tersebut dan langsung menuju rak bagian pojok kanan. Di sana mereka membeli buku pelajaran.

Setelah dia mendapat buku yang dicarinya, Xiumin melihat-lihat rak bagian novel. Ketika tangannya terulur untuk mengambil salah satu novel, tak sengaja dia menoleh ke arah pintu masuk yang baru dibuka. Dahi Xiumin mengkerut melihat pengunjung yang baru masuk itu, seorang laki-laki yang begitu dikenalnya dan seorang gadis cantik yang digandengnya.

Xiumin mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan penglihatannya. Namun yang dia lihat tetap sama. Laki-laki berwajah kotak yang menggandeng tangan seorang gadis cantik. Mereka berdua adalah adik kelasnya.

"Min"

Xiumin tersentak kaget saat Baekhyun menepuk pelan lengannya.

"B-Baek, kau m-melihatnya, bukan?"

"Sebaiknya kita pulang"

Baekhyun memang memperhatikan pandangan sahabatnya itu sedari tadi, dia tahu apa yang dirasakan Xiumin sekarang.

"Baek"

Baekhyun memegang pundak Xiumin dan menatapnya tajam.

"Aku dan Tao pernah memperingatimu dulu, kau sudah sering melihatnya seperti itu 'kan? Tunggu apa lagi, Min. Sebelum kau benar-benar menyesal"

Xiumin hanya diam, Baekhyun yang jengah kemudian menariknya menuju kasir. Selama Baekhyun membayar, Xiumin memperhatikan mereka lagi. Laki-laki itu tertawa lepas bersama si gadis. Napas gadis dengan single eyelid itu tercekat ketika melihat si laki-laki berwajah kotak mengusak rambut gadis di hadapannya. Kemudian tangannya turun ke pipi gadis itu dan mengelusnya perlahan. Membuat si gadis terdiam dan mereka saling bertatapan.

Xiumin melihat semuanya, bagaimana rona merah muda menjalar di pipi kedua adik kelasnya itu ketika mereka bertatapan. Bagaimana si gadis kemudian tersenyum malu-malu dan laki-laki itu mengalihkan pandangannya. Ketika mengalihkan pandangannya itulah, kedua matanya bertemu mata Xiumin, seseorang yang sedari tadi memperhatikannya.

Laki-laki itu tersentak kaget hingga membulatkan matanya. Xiumin hanya tersenyum kaku melihat laki-laki itu. Kontak mata mereka terputus ketika Baekhyun yang lagi-lagi menariknya menjauh pergi dari toko tersebut.

...

...

Seorang gadis dengan pipi chubby memasuki gerbang sekolahnya dengan muka yang kusut, sangat jauh perbedaannya dengan baju yang ia pakai, begitu licin bahkan mungkin jika semut berjalan di baju tersebut pasti akan tergelincir jatuh. Gadis itu Xiumin, memasuki kelasnya dengan gontai. Tao dan Baekhyun begitu heran melihat sahabat mereka seperti itu, 'tak seperti biasanya' koar Tao dan Baekhyun dalam hati.

"Kau kenapa, Min?" tanya Tao tepat saat Xiumin baru saja mendudukan dirinya di kursi. "Kau ada masalah?" tambah Tao.

Xiumin menatap kedua sahabatnya, dan hanya menghela napas.

"Apa ada hubunganya dengan kekasih mu? Siapa namanya Baek? Aku lupa yang kepalanya seperti kotak itu."

Baekhyun menatap tajam ke arah Tao yang masih mengajukan pertanyaan.

"Emm..kalau tidak salah itu namanya chin, eh bukan chun. Bukan juga. Chuni. Atau...aduh aku lupa baek...tunggu-tunggu aku ingat Chen. Namanya Chen. Iya Chen. Adik kelas kita" cerocos Tao.

Baekhyun menaruh jari telunjuknya dibibir mengisyaratkan pada Tao untuk diam.

"ARRGHH...kalian bisa diam tidak sih? Sekarang kepala ku pusing dan ditambah dengan kalian" sahut Xiumin dengan wajah frustasi.

"Makanya ceritakan kepada kami apa masalah mu, Baoziii~" kata Tao.

Baru saja Xiumin membuka mulutnya, handphonenya bergetar dari dalam tasnya.

"Nanti kuceritakan" bisik Baekhyun pada Tao dan gadis bermata panda itu mengangguk patuh.

From: My Dae

Temui aku di rooftop jam istirahat nanti.

Xiumin mendengus membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Singkat, padat dan jelas.

.

.

"Kau benar tidak ingin pergi ke kantin?" Tanya Tao.

"Hm"

"Ayolah, Min. Lupakan saja yang kemarin" kata Tao sambil berjongkok di depan Xiumin.

Xiumin menutar malas bola matanya, "Aku tidak apa-apa, perutku hanya sedang tidak enak, aku sedang PMS. Kalian pergilah, daripada di sini mengoceh terus membuat perutku semakin sakit"

Tao dan Baekhyun mengerucutkan bibir mereka.

"Baiklah, Min. Kami berdua pergi ke kantin. Kau jangan berbuat yang tidak-tidak di dalam kelas" kata Baekhyun sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Xiumin.

"Hei kerempeng, aku tidak sesadis dirimu yang ketika nilai ulangan jelek langsung memakan daun tanaman di depan kelas" balas Xiumin membuat Tao tertawa dan Baekhyun memalingkan wajahnya, malu akan kelakuan konyolnya dulu.

"Diamlah kalian berdua"

Namun Tao dan Xiumin tetap tertawa. Baekhyunpun langsung menarik Tao keluar kelas menuju kantin.

Sepeninggal kedua temannya, Xiumin mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

To: My Dae

Now?

Selang beberapa detik, Xiumin mendapat balasan dan segera pergi dari kelas.

From: My Dae

Ya

.

.

.

"Cepatlah. Waktu istirahat tidak banyak" ucap Xiumin samil mengipasi wajahnya.

"Kau marah padaku?"

"Aku ini kakak kelasmu, sopanlah sedikit"

"Kau marah padaku?"

"Panggil aku 'sunbae', atau setidaknya panggil 'Noona'"

"Jawab aku"

Xiumin memutar malas bola matanya, dia benar-benar menemui Chen di atap sekolah. "Menurutmu?"

"Baiklah, aku minta maaf" ucap Chen dan duduk di samping Xiumin.

Gadis itu jengah sekarang, dia berdiri dari duduknya bersiap akan pergi.

"Sebenarnya kau kenapa?" Chen menahan lengan Xiumin yang akan pergi.

"Kenapa? Kau masih bertanya kenapa, Chen?"

"Aku sudah minta maaf padamu, 'kan. Kemarin aku hanya menemaninya membeli buku?"

"Tapi kenapa harus bergandengan? Dia bukan anak kecil yang perlu diperlakukan seperti itu", suara Xiumin sudah naik beberapa oktaf dari biasanya, membuat napasnya terengah-engah. "Aku juga sudah sering melihatmu seperti itu"

"Lepaskan!" Xiumin mencoba untuk lepas dari cengkraman adik kelasnya itu. Namun Chen malah semakin mengeratkan cengkramannya menghasilkan ringisan dari bibir Xiumin.

"Chen. ., kau menyakitiku" ujar Xiumin, membuat Chen melonggarkan cengkramannya.

Keduanya terdiam sejenak, Xiumin melihat arloji pada pergelangan tangannya. Waktu istirahat tinggal 10 menit.

"Kau masih menyukainya"

Chen mengerutkan keningnya mendengar perkataan kekasihnya itu.

"Aku mengucapkan pernyataan, bukan pertanyaan. Kau masih menyukainya"

Laki-laki yang kata Baekhyun berwajah kotak itu duduk kembali pada bangku panjang di atap gedung sekolah mereka, diikuti oleh Xiumin yang mulai menutup matanya.

"Aku anggap kau diam sebagai jawaban 'ya'," kata Xiumin.

Chen menelan ludahnya, dia tidak tahu apa yang harus diucapkan. Perkataan Xiumin memang benar, dia masih menyukai mantan kekasihnya yang notabenenya satu kelas dengannya.

"Chen..." , Xiumin berusaha keras menahan suaranya yang bergetar, dia harus melakukannya sekarang , jika tidak dia akan semakin sakit hati dan menyesal.

"Kita putus"

Chen membulatkan matanya dan menatap Xiumin tak percaya. "Min, jangan bercanda"

"Aku serius,Kim Jongdae"

Chen semakin tertohok, Xiumin akan menyebutkan nama aslinya jika memang sudah dalam keadaan serius. Dia menggenggam tangan Xiumin dan menatap lekat matanya. "Aku mohon, beri aku kesempatan. Aku janji –"

"Kau sudah banyak berjanji, Chen" Gadis berpipi chubby itu menggelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan genggaman tangan Chen. "Berjanjilah ketika kau memang mampu menepatinya"

Xiumin berhasil lepas dari Chen lalu berdiri dan langsung pergi dari tempat itu, meninggalkan Chen yang langsung terdiam karena kalimat Xiumin barusan.

"Terimakasih untuk setahunnya, untuk semuanya" , sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, gadis itu masih sempat mengucapkan kata terimakasih pada orang yang selalu membuatnya tersipu, dan membuatnya menahan sesak disaat yang bersamaan.

.

.

.

.

To Be Continue. . . . . . . .

.

.

.

.

Authors's speaking

nyE : setelah digantung di belakang rumah selama berabad-abad akhirnya nih epep rampung jugaaa /sujud syukur/

mEh : lama banget baru ngangkat jemurannya

nyE : harus menunggu sang mentari terbenam dahulu, soalnya diriku tak sanggup jikalau keluar istana dan harus menghadapi sinar matahari yang menyilaukan mata.

mEh : -_- /gumoh/

/sorry gaje dan gacu/

.

.

Hollllllaaaaaaaaaaaa!

Apa kabar, gaesss?

Ada yang nungguin epep ini gak? Haha, syukurlah kallo ada.

Buat yang nungguin makasih banget loh, makasih juga buat ripiu-ripiu nya, makasih udah difollow and dikaporitin. /peluk atu atu/

Eum gini gaesss, semua author di sini tadi pagi udah rapat /AUTHOR DI SINI CUMAN DUA BIJI WOY!/

gini nih..

eum aduh gimana yah, hm gini nih ...

Begini loh,

duh .

gini maksudnya itu , eum gini /CEPET WOY!/

ja-jadi gini... kita sepakat, kalo respon dari readers ga sesuai dengan ekspetasi, nih cerita bakal kita tenggelemin a.k.a ditelelepin a.k.a diceburin ke sumur atau yang bahasa kekiniannya itu didiscontinue.

riview dari kalian tuh berharga banget, itu yang bikin kita selalu semangat buat nulis gaess ;')

Sooooo, mind to riview?

TBC or END?

See ya~

.

.

Pasintik, Februari 2016

nyE mEh^^