PART 2

N.B: This is to who wait, love, and always support me. I love you and thank tou :)

-Mistake-

Yunho mengerjab-erjabkan matanya pelan. Ia merasa pusing di kepalanya.

Saat sudah bisa menyesuaikan cahaya terang di ruangan itu, ia melihat seorang pria paruh baya yang tertunduk di sampingnya. Yunho menggerakkan jemarinya lemah.

''Yunho, kau sudah sadar, nak?'' lelaki paruh baya itu menatap khawatir putera satu-satunya.

''Aboji, apa yang terjadi?'' kata Yunho pelan menyerupai bisikan.

''Appa tidak tahu pasti. Appa hanya ditelepon seseorang yang mengatakan kau kecelakaan. Jadi Appa langsung terbang ke Jepang.''

''Jepang?'' tanya Yunho bingung.

''Apa kau tidak ingat?'' tanya ayah Yunho bingung. Pria paruh baya itu menatap intens putranya. Apa ada yang salah dengan anaknya?

Segera, pria bernama Jung Ji Hoon itu menekan bel darurat di samping ranjang Yunho. Tak lama, seorang dokter dan perawat menghampiri mereka.

''Y-Yunho-san?''

Yunho dan Ji Hoon menatap bingung perawat yang melihat Yunho kaget.

''Kau mengenalku?'' tanya Yunho bingung.

''Tentu saja. Kau tetanggaku.'' Kata Ahra. Dan juga pacarku, batin Ahra. Tapi ia tidak bisa mengatakannya karena ia yakin pria paruh baya itu adalah ayah Yunho.

Sebelum sempat mengatakan apa-apa, sang dokter sudah mulai memeriksa Yunho.

Jung Ji Hoon menatap cemas putranya setelah dokter selesai memeriksa Yunho.

''Bagaimana anak saya, dokter?'' bisik Jung Ji Hoon agar Yunho tidak mendengar.

''Anak Anda mengalami gegar otak cukup parah yang membuatnya amnesia sebagian.''

''Tapi dia masih bisa mengingatku, dok.''

''Mungkin hanya kejadian baru-baru ini saja yang terlupakan olehnya.''

Jung Ji Hoon menghela napas lega. Setidaknya anaknya masih bisa mengingatnya sebelum ia akan membantu Yunho mengingat semuanya.

Yunho sendiri menatap bingung ayahnya yang tampak lebih rileks dari sebelumnya. sebenarnya, dia kenapa?

''Apa kau mengenal putraku, Nona?'' tanya Ji Hoon pada Ahra.

Ahra yang sedari tadi diam hanya mengangguk. ''Ya, dia teman sekaligus tetangga sebelah apartemenku, Tuan.'' Jawabnya.

Ji Hoon mengangguk. ''Aku bisa meminta tolong padamu? Aku harus pergi sekarang. Bisa kau bawa Yunho ke apartemennya dan mengurusnya? Aku akan membawanya ke Korea seminggu lagi. Maaf merepotkanmu suster Go.''

Ahra membulatkan matanya. Sedetik kemudian dia tersenyum simpul. ''Saya bisa Tuan. Saya akan mengantarkan Yunho-san ke apartemen setelah shift saya selesai. Kalau begitu saya permisi dulu.'' Kata Ahra kemudian pergi.

Ji Hoon duduk di kursi yang tadi sempat didudukinya.

''Apa kau merasa lebih baik?'' tanya Ji Hoon pada putranya.

''Aku baik-baik saja, Aboji.'' Kata Yunho pelan. ''Tapi siapa gadis itu? Sepertinya aku mengenalnya, tapi aku tidak mengingatnya.''

Ji Hoon mengelus kepala Yunho yang diperban. ''Tidak usah kau pikirkan, nak.''

Yunho hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya dia seperti sangat mengenal gadis itu. Bahkan merasa sangat dekat.


Ahra mengantar Yunho memasuki apartemennya. Pemuda tan itu sudah diperbolehkan pulang setelah tiga hari dirawat. Ahra sendiri sudah memberitahu alamat apartemen Yunho pada ayah Yunho karena ayah pemuda itu akan mengajak Yunho pulang ke Korea minggu ini. Dan Ahra sendiri sangat sedih. Dia akan memberitahu Yunho tentang mereka, walaupun tidak untuk saat ini.

''Apa aku mengenalmu?'' Tanya Yunho hati-hati. Ahra terlonjak kaget. Gadis bermata bulat itu menatap Yunho dalam.

''Tentu saja.'' Jawab Ahra. ''Kita te—kita teman.''

''Apakah hubungan kita.. baik?''

Ahra mengangguk lesu. Dia tidak ingin membebani Yunho sekarang. Kalau dia mengatakan pada pemuda itu bahwa dia ini kekasihnya, dia tidak ingin mengambil resiko kemungkinan Yunho akan mencoba mengingatnya dan kepala laki-laki itu kesakitan.

Yunho mengangguk paham. Ia tidak ingin bertanya lebih banyak. Sudah cukup ia mengetahui jika ia berteman dengan gadis itu yang tampaknya cukup akrab. Setidaknya dia punya teman di sini yang bisa diajak megobrol.

Ahra duduk di pinggir ranjang Yunho. Tepat di sebelah Yunho.

''Permisi.''

Terdengar suara lembut dari luar apartemen. Ahra mengerutkan keningnya. Memangnya siapa yang bertamu malam-malam begini?

Ahra dan Yunho berjalan beriringan. Ahra membuka pintu apartemen. Gadis itu melihat seorang gadis cantik yang memakai sweater peach dan syal merah tersenyum lebar padanya. Bukan! Tersenyum lebar pada Yunho.

Tanpa basa-basi, perempuan itu langsung memeluk Yunho erat. Yunho sendiri terkejut dengan pelukan itu.

''Jae—'' kata Yunho pelan seolah tak percaya. Sedangkan orang yang memeluk Yunho masih tetap tersenyum dan malah mengeratkan pelukannya pada Yunho.

''Aku khawatir saat mendengarmu kecelakaan dari Jung Aboji.'' Kata gadis itu pelan. Ia meraba permukaan wajah Yunho. ''Tapi aku senang melihatmu baik-baik saja.''

Yunho tersenyum kikuk. Ia melepaskan tangan orang itu dari wajahnya yang membuat orang itu mengerucutkan bibirnya lucu.

''Masuk dulu, Jae. Di luar sangat dingin.''

Orang yang dipanggil Jae itu kembali tersenyum. ''Aku sangat senang kau masih perhatian padaku.''

Tiba-tiba pandangannya terarah pada gadis yang berdiri di samping Yunho. Ia tersenyum ramah dan membungkukkan badannya.

''Halo, aku Kim Jaejoong.'' Kata Jaejoong ramah. Tentu saja dalam bahasa Jepang.

Ahra yang sedari tadi terdiam tersenyum tipis. ''Aku Go Ahra.''

''Oh, senang berkenalan denganmu Ahra.'' Kata Jaejoong lembut.

Jaejoong kemudian menggandeng lengan Yunho dan membawa pemuda itu masuk. Meninggalkan Ahra yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan kosong.

''Jadi dia yang namanya Kim Jaejoong? Ku kira dia wanita, ternyata—'' gumam Ahra pelan. Gadis itu hanya tidak menyangka jika tamu yang dikiranya seorang wanita itu adalah Kim Jaejoong. Orang yang cintai Yunho sebelum laki-laki itu bersamanya. Dan, yang membuat Ahra semakin heran adalah fakta bahwa Kim Jaejoong sangatlah cantik, jauh dari bayangannya.

Entah kenapa jantung Ahra berdebar-debar. Sepertinya ia merasa bahwa Kim Jaejoong akan membawa Yunho pergi dari sisinya.

Ahra meremas ujung sweater yang dipakainya. Tiba-tiba saja ia jadi teringat perkataan orang yang meramalnya di stan ramalan saat dia dan Yunho mengunjungi Festival Musim Dingin.

''Anda akan mendapat nasib yang kurang beruntung, Nona. Apa yang Anda inginkan tidak akan Anda dapatkan.''

Ahra menggigit bibirnya cemas. Tidak mungkin. Itu tidak mungkin terjadi.

Jung Yunho adalah kekasihnya. Ia pasti akan memilihnya, walaupun orang yang pernah Yunho cintai muncul kembali di hadapan pria itu.

Jaejoong duduk di ruang tamu. Pemuda dengan wajah cantik itu duduk di sebelah Yunho, sedangkan Ahra sendiri duduk di seberang mereka. Gadis itu sesekali melirik Jaejoong, dan Jaejoong pun menyadari hal itu. Yang membuat pemuda itu heran, kenapa Ahra memandangnya cemas seperti itu? Dan lagi, apa hubungan gadis itu dengan Yunho? Apa mereka dekat?

Yunho sendiri duduk diam di samping Jaejoong, membiarkan sahabat sekaligus cinta pertamanya itu menggandeng lengannya. Mereka sudah biasa bergandengan tangan, bahkan terkadang tidur bersama dalam satu ranjang. Jadi, itu hal yang wajar bagi mereka. Tapi tidak dengan Ahra, gadis itu menatap lengan Jaejoong yang mengamit lengan Yunho mesra. Ahra meremas ujung sweaternya. Selama dia berteman lalu berpacaran dengan Yunho, dia tidak pernah menggandeng lengan Yunho semesra itu.

''Bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini, Jae?'' tanya Yunho tanpa sadar menggunakan bahasa Korea.

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Yunho sontak membuyarkan lamunan Jaejoong juga Ahra. Jaejoong tersenyum pada Yunho.

''Bukankah aku sudah bilang tadi kalau aku tahu kau kecelakaan dari Jung aboji? Aku juga tahu kau tinggal di sini dari beliau.'' Tutur Jaejoong lembut. Lengannya masih melingkar manis di lengan Yunho.

''Apa aboji baik-baik saja?''

''Tentu. Aboji sangat sehat, hanya saja beliau semakin sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk. Harusnya kau secepatnya pulang untuk membantu Aboji, kasihan dia.''

''Secepatnya aku akan pulang.'' Jawab Yunho tidak yakin.

Jaejoong mengerucutkan bibirnya. ''Kau sepertinya tidak yakin sekali dengan jawabanmu. Pokoknya kau harus secepatnya pulang, Yun.'' Ujar pemuda itu merajuk. Tapi sedetik kemudian matanya berbinar cerah. ''Aku punya resep baru masakanku, Yun. Kau harus mencobanya!'' semangat Jaejoong.

Yunho tersenyum lembut. Ia memang menyukai sifat Jaejoong yang manja padanya. ''Kalau aku tidak mau?'' goda Yunho. Matanya mengerling nakal.

Jaejoong mendengus. ''Awas saja kalau kau tidak mau!'' ketusnya, ''Kalau kau tidak mau, kau tidak boleh makan gratis di restoranku. Aku juga tidak mau jadi modelmu lagi!''

Yunho terkekeh pelan. Ia sangat suka Jaejoong yang kesal seperti ini. Matanya yang bulat akan menyipit seperti bulan sabit, bibirnya mengerucut, dan pipinya terkadang mengembung lucu. Ia memang menjadikan Jaejoong sebagai model tetapnya. Ya, dia adalah fotografer.

Tiba-tiba kepala Yunho terasa sedikit pusing. Sebuah bayangan terlintas. Tapi Yunho tidak tahu siapa bayangan itu. Yang dia ingat hanya pipi yang mengembung memakan makanan. Apa itu Jaejoong? Ataukah orang lain?

''Yunho!'' panggil Jaejoong khawatir saat tiba-tiba Yunho meringis memegang kepalanya. ''Kau tidak apa-apa?''

Jaejoong melepaskan gandengannya pada lengan Yunho dan menyentuh kening Yunho pelan. Pemuda itu menatap cemas pada Yunho.

Ahra sendiri hanya diam menyimak dari tadi. Dia bukannya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ia mengerti bahasa Korea. Hanya saja, ia tidak bisa bicara, ia seolah orang asing yang tidak bisa masuk dalam lingkaran mereka.

Gadis itu hanya menggigit bibir bawahnya. Tak pernah ia menyangka jika ia akan bertemu cinta pertama Yunho secepat ini. Bahkan, apa yang dibayangkannya dari sosok Kim Jaejoong beda jauh dengan kenyataannya. Ia memang berpikir bahwa laki-laki yang memikat Yunho adalah seorang laki-laki yang cantik, tapi ia tidak mengira jika laki-laki itu sangat cantik, bahkan mengalahkan seorang perempuan sekali pun. Gerak-geriknya lembut nan anggun, tutur katanya lembut, jelas sekali jika Jaejoong dibesarkan dari keluarga terpandang.

Ahra sendiri hanya bisa berharap Yunho akan segera sembuh dan mengingatnya kembali saat gadis itu menatap cemas Yunho yang meringis menahan sakit di kepalanya.

''Yunho-san,'' panggil Ahra pelan namun cukup terdengar di telinga Yunho dan Jaejoong.

''Oh, aku lupa masih ada Ahra-san di sini.'' Kata Jaejoong tersenyum pada Ahra. Ahra sendiri hanya mengangguk. Tidak menyangka yang akan menjawab panggilannya adalah Jaejoong.

Yunho sudah lebih baik sekarang. Dia sudah tidak memegang kepalanya dan meringis lagi. Sudah lebih tenang.

''Maafkan aku Ahra. Aku tahu kita teman. Tapi aku hanya masih merasa asing denganmu. Maaf.'' Jujur Yunho. Ahra sedikit terkejut tapi sedetik kemudian tersenyum paksa.

''Aku yakin Yunho akan mengingatmu nanti, Ahra.'' Ujar Jaejoong ceria. ''Yunho, kau bilang kau akan mengajakku jalan-jalan keliling Jepang jika kita berdua di Jepang.'' Lanjut Jaejoong memutar tubuhnya ke samping menghadap Yunho.

Yunho terkekeh dan mengacak rambut Jaejoong. ''Aku akan mengajakmu setelah kita kembali ke Korea dulu. Aku harus membantu Aboji, kan? Setelah selesai, aku akan mengajakmu kemana pun yang kau mau.''

''Terlalu lama!'' dengus Jaejoong.

Ahra diam. Orang tolol pun akan tahu jika pandangan Yunho berbeda saat menatap Kim Jaejoong.


Jaejoong duduk nyaman di pinggir ranjang Yunho, sedangkan si pemilik sendiri sedang mandi. Ya, setelah perbincangan singkatnya dengan Yunho dan juga seorang gadis yang mengaku sebagai teman Yunho kemarin malam, dia menginap di apartemen Yunho.

Jaejoong menatap sekeliling apartemen Yunho. Tapi matanya tertuju pada ponsel Yunho yang bergetar pelan di atas ranjang. Pemuda berwajah menawan itu segera mengambil ponsel Yunho.

Ada sebuah pesan masuk.

Tanpa pikir panjang, Jaejoong segera membuka pesan itu. tak lama keningnya berkerut melihat pesan dari orang yang baru dikenalnya kemarin, Go Ahra.

''Cepat sembuh, Yunho-san. Aku berjanji akan mengajakmu ke kedai favorit kita kalau kau sembuh nanti.''

Kening Jaejoong semakin berkerut. Ia dengan cepat menghapus pesan itu.

Jaejoong sendiri karena penasaran kini membuka galeri foto yang ada di ponsel Yunho. Ia menggeser-geser layar touchsreen ponsel itu. Tapi Jaejoong mengernyitkan keningnya lagi. Di foto itu, seorang perempuan berdiri di tengah keramaian orang yang berlalu lalang, wajahnya tidak bisa dikenali karena menghadap ke samping.

Jaejoong menggeser lagi. Kali ini foto seorang gadis yang tertawa menengadah ke atas di sebuah kedai. Wajah gadis itu terlihat jelas. Go Ahra.

Entah kenapa Jaejoong berpikir dia harus menyingkirkan apapun yang berhubungan dengan Go Ahra. Yunho tidak boleh mengingat Ahra sedikitpun. Pemuda cantik itu kemudian menghapus semua foto Ahra yang ada di ponsel Yunho.

Jantung Jaejoong berdetak. Ia tahu Yunho orang seperti apa. Yunho bukanlah tipe orang yang gampang dekat dengan seorang wanita. Jika ada seorang wanita yang bisa dekat dengan Yunho, bahkan di foto oleh Yunho, bisa Jaejoong pastikan bahwa wanita itu berharga bagi Yunho. Jaejoong menghela napas, ia tidak akan membiarkan Yunho mengingat Go Ahra. Cukup dia melihat kedekatan tak langsung Yunho dengan Ahra kemarin.

''Kau sedang apa dengan ponselku, Jae?''

Jaejoong terlonjak kaget. Ia melihat Yunho yang sudah mandi dan sudah berpakaian lengkap. Pemuda tan itu kemudian duduk di sebelah Jaejoong dan menatap Jaejoong aneh.

Jaejoong mencoba tersenyum senatural mungkin pada Yunho. ''Ani. Aku hanya melihat-lihat galeri foto mu saja. Ternyata banyak fotoku yang masih kau simpan.''

Yunho mengangkat sebelah alisnya dan merebut ponselnya dari Jaejoong. Pemuda tan itu melihat layar ponselnya yang menampakkan foto Jaejoong yang sedang tertawa lepas di bawah pohon maple yang daunnya sedang berguguran. Yunho ingat ia diam-diam mengambil foto itu saat mereka pergi ke taman dulu. Dan itu adalah foto kesukaannya.

Yunho menggeser lagi. Kini ada foto Jaejoong yang memakai sweater putih dan syal duduk di sebuah bangku taman pinggir jalan saat musim dingin. Wajah pemuda itu sebagian tertutup oleh syal yang dipakainya dan wajahnya menunduk, melihat butiran salju yang terjatuh di jalanan. Yunho terus menggeser dan melihat-lihat foto di dalamnya. Semuanya foto Jaejoong.

''Tentu saja. Semua foto di ponselku kan fotomu, Jae. Kau sendiri tahu itu.'' Kata Yunho bingung.

''Aku kan hanya mengeceknya saja. Siapa tahu ada foto orang lain di sana. Aku tidak suka jika ada foto orang lain di sana. Dan aku puas karena semua fotonya adalah fotoku.'' Ketus Jaejoong.

Yunho mengangkat sebelah alisnya. ''Jae,'' katanya pelan. ''Tidak seharusnya kau berkata seperti itu saat kau akan menikah dengan Haruma.''

''Yunho,'' Jaejoong berucap pelan, nyaris berbisik. ''Aku bisa jujur padamu, bukan?''

''Tentu saja. Ada apa?''

Jaejoong tertunduk. ''Aku dan Haruma,'' bisiknya pelan, ''Aku membatalkan pernikahanku dengan Haruma.''

Mata Yunho membelalak lebar. Apa dia tidak salah dengar? Jaejoong membatalkan pernikahannya dengan Haruma? Apa Jaejoong gila! Pernikahan Jaejoong sudah siap 70 persen. Hanya tinggal menyebarkan undangan saja dan memesan tempat untuk bulan madu mereka. Dan sekarang, pemuda itu membatalkan pernikahannya yang tinggal dua bulan lagi?

''Kenapa?'' Tanya Yunho pelan.

Jaejoong menatap Yunho dalam. Kemudian tiba-tiba saja pemuda itu langsung memeluknya erat. ''Karena aku sadar bahwa yang kucintai itu bukan Haruma, tapi kau.. Jung Yunho.''

Yunho sendiri terdiam kaku mendengar pengakuan Jaejoong. Pengakuan ini yang selama ini ditunggu-tunggu olehnya. Pengakuan cinta dari Jaejoong. Tenggorokan Yunho bahkan tercekat saat ia akan mengeluarkan suaranya.

Jaejoong mengeratkan pelukannya dan menatap Yunho dengan doe eyesnya. ''Aku mencintaimu, Yunho. Apa aku sudah terlambat?''

BRUKK

Jaejoong langsung melepaskan pelukannya saat mendengar suara benda terjatuh. Pemuda cantik itu melihat Ahra yang berdiri kaku di ambang pintu dan menjatuhkan kantong kertas berwarna cokelat tua.

Gadis itu tampak salah tingkah dipandang oleh Yunho dan Jaejoong.

''U-um, m-maaf menganggu kalian,'' kata Ahra gugup, ''Aku hanya ingin mengembalikan barang Yunho yang tertinggal di rumah sakit.''

Setelah mengucapkan kata itu, Ahra segera berbalik badan dan melangkahkan kakinya dengan cepat.

Yunho sendiri entah kenapa tiba-tiba langsung berdiri. Ia ingin mengejar Ahra. Tapi sebelum ia melangkahkan kakinya, ia merasa Jaejoong memeluknya dari belakang. Jaejoong bahkan menempelkan pipinya di punggung Yunho.

''Aku mencintaimu, Yunho-ah. Apa aku terlambat Yunho? Katakan padaku.''

Jaejoong menangis. Yunho membalikkan badannya dan memeluk Jaejoong erat. Pemuda tan itu mengecup kening Jaejoong.

Saat Jaejoong mengatakan mencintainya, Yunho merasa senang. Namun di sisi lain, ada sebuah perasaan yang dia sendiri tidak mengerti. Entah apa.


Dua orang berbeda jenis kelamin tampak duduk tenang di sebuah kedai mungil. Mereka adalah Jaejoong dan Ahra.

Jaejoong tampak duduk tenang menyesap cokelat panasnya, sedangkan Ahra sendiri bergerak gelisah dan sekali-kali melirik Jaejoong yang duduk dengan tenang.

''Tenang, Ahra-san. Kenapa kau gelisah begitu?'' Tanya Jaejoong lembut.

Ahra terdiam cukup lama. ''Apa kau memintaku bertemu karena masalah Yunho?'' Tanya Ahra setelah cukup lama dia diam.

Jaejoong tersenyum. ''Rupanya kau bukan orang yang suka basa-basi, Ahra-san.'' Sahut Jaejoong ringan. ''Baiklah kalau begitu. Tujuanku ingin bertemu denganmu adalah karena aku ingin memintamu melupakan perasaanmu pada Yunho.'' Kata Jaejoong enteng.

Ahra mendelik. Gadis itu menatap Jaejoong dengan pandangan tidak terima. ''Apa maksudmu, Jaejoong-san?! Kau tidak bisa seenaknya menyuruhku melupakan perasaanku pada Yunho, apalagi jika harus menjauhinya! Kau pikir kau siapa?'' kata Ahra tidak terima.

Jaejoong masih tersenyum ringan. ''Lalu kau pikir kau siapa?'' balas Jaejoong lembut, kontras dengan kata-katanya yang menyakitkan.

''A-aku.. aku kekasihnya.''

''Kau kekasihnya?'' Tanya Jaejoong tidak percaya. ''Bahkan Yunho lupa kalau kau ini kekasihnya.''

''Dia sedang amnesia. Setelah dia sembuh, dia akan mengingatku lagi.'' Balas Ahra yakin.

''Aku yang bukan kekasihnya saja tidak dilupakannya.'' Kata Jaejoong. Pemuda itu mendekatkan wajahnya pada Ahra. ''Kau tahu kenapa? Karena aku orang yang sangat dicintainya makanya dia tidak melupakanku.''

Ahra meremas jemarinya yang berada di bawah meja. Bibirnya bergetar pelan. ''Kau hanyalah masa lalu Yunho, Kim Jaejoong-san.''

''Aku sangat tersanjung dengan kata-katamu, Ahra-san,'' kata Jaejoong masih setia menampilkan senyumannya, ''Aku masa lalu sekaligus masa depannya.''

''Kau yakin sekali,''

''Tentu saja!'' balas Jaejoong, ''Kemarin malam kami memutuskan untuk bersama.''

''A-apa?''

Jaejoong mengambil tangan Ahra dan menggenggamnya. Tatapan mata pemuda itu juga melembut. ''Aku mohon lupakan perasaanmu pada Yunho, Ahra-san. Kami akan menikah Desember nanti. Aku harap kau dapat mengerti.''

Ahra memandang Jaejoong dengan kecewa. ''Kau ingin aku mengerti?! Bagaimana dengan perasaanku? Apa kau mau mengerti?'' pekik Ahra tertahan. ''Kau tiba-tiba saja muncul dan meminta Yunho kembali padamu. Tidakkah kau memikirkan jika Yunho sudah mempunyai orang lain di sisinya?''

Jaejoong menatap Ahra dalam. ''Aku bukan orang yang tiba-tiba datang ke dalam kehidupan Yunho, Ahra-san. Mungkin aku salah karena datang disaat kau dan Yunho sudah berhubungan. Tapi Yunho sendiri tidak menolakku saat aku mengatakan aku mencintainya. Dia sendiri yang mengajakku untuk bersamanya. Kau boleh tidak percaya apa yang ku katakan ini. Tapi Ahra, tidakkah kau pikir Yunho hanya main-main denganmu? Kau hanya sebulan lebih mengenalnya. Sedangkan aku? Aku sudah mengenalnya dari dulu, dan dia sudah mencintaiku sejak dulu. Hanya saja salahku yang tidak bisa menerima Yunho sejak dulu padahal dia begitu tulus mencintaiku—''

''Karena itu kau datang merebutnya dariku?'' potong Ahra.

''Maafkan aku. Tapi Yunho yang memutuskan sendiri. Jika dia mencintaimu, hatinya pasti tak akan menerimaku.'' Kata Jaejoong menatap Ahra yang sudah berkaca-kaca. ''Yunho hanya mencintaiku. Dan kami akan kembali ke Korea lusa. Semoga kau bisa menerimanya, Ahra. Aku permisi.''

Jaejoong melepaskan genggamannya dari tangan Ahra dan berlalu pergi. Meninggalkan Ahra yang terdiam dengan air mata mengalir di pipinya.

Sebenarnya Jaejoong kasihan dengan Ahra. Tapi ia juga tidak bisa melepaskan Yunho begitu saja untuk Ahra.

Katakan ia egois.

END

HOHOHO, akhirnya selesai juga Fanfic ini LOL

Maafkan Ara yang buat ceritanya ngegantung plus buat Jaejoong jadi egois gitu –bow

Maaf jika mengecewakan –bow

Makasih yang udah nunggu Fanfic ini, yang udah review, follow, dan favorit Fanfic ini.

Merci :*